You are on page 1of 13

MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA

Oleh :

ALIFATUN NAIMAH SHOFA SAFFANAH UMMUL FADILAH DINA SEREPINA OKTAVIA PUTRI R

B1J011057 B1J011058 B1J011059 B1J011061 B1J011062

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Oleh : ALIFATUN NAIMAH SHOFA SHAFANAH UMMUL FADILAH DINA SEREPINA OKTAVIA PUTRI R B1J011057 B1J011058 B1J011059 B1J011061 B1J011062

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan pada Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Menerima dan menyetujui Purwokerto, April 2012

Drs. Slamet Santoso Sp, MS. NIP 19580526 198410 1 001

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur pembuatan makalah Pendidikan Kewarganegaraan dengan baik dan lancar. Dengan terselesaikannya tugas ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan. 2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas terstruktur pembuatan makalah Pendidikan Kewarganegaraan. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, segala saran dan kritik yang membangun dalam kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Purwokerto, April 2012 Penulis

iii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR............... iii DAFTAR ISI. iv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah.. 3 C. Tujuan 3 D. Manfaat.. 3 E. Ruang Lingkup.. 3 BAB II. METODE PENULISAN A. Objek Penulisan. 4 B. Dasar Pemilihan Objek.. 4 C. Metode Pengumpulan Data

4 D. Metode Analisis. 4 BAB III. PERMASALAHAN A. Pembahasan 5 B. Kesimpulan dan Saran 7 DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belakangan ini media massa kita, sebut saja yang menonjol dan rajin memerangi dan memberitakan secara langsung terorisme secara terbuka seperti Metro TV, TV One, Elsinta, dll plus media-media online terkesan pasang- surut dalam menyapa atau memberitakan ancaman nyata tersebut. Banyak pertanyaan

yang muncul terkait lenyapnya pemberitaan tersebut, pertama apakah karena terorisme sudah berakhir dalam arti tidak ada lagi ancaman serius dari kelompok tersebut pasca tewasnya Osama Bin Laden, atau karena konsentrasi media kita yang mulai berpaling muka karena isu-isu politik lebih marketable, lebih menguntungkan baik secara ekonomi maupun politis bagi pemodal. Apalagi hampir dipastikan bahwa para pemilik media atau pemodal sudah berada di lingkaran politik kekuasaan. Ujungnya pemberantasan terorisme dianggap sebagai isu basi, isu yang yang tidak layak jual di dalam situasi yang gaduh oleh prilaku elite politik saat ini, isu yang selalui dianggap pengalihan dari berbagai isu-isu strategis yang berhubungan dengan kekuasaan, korupsi, dan sebagainya. Berita yang sudah dianggap biasa oleh pasar, kalau catatan isu ini dianggap sebagai opini yang benar, maka terorisme mengalami kemenangan, terorisme berhasil mengalihkan opini gerakannya berlindung di balik dinamika politik yang menghanyutkan, teroris bisa leluasa bergerak, menyusup, melakukan kaderisasi, menjalankan target lanjutan dalam mewujudkan mimpinya. Sebuah gerakan kontra yang sangat efektif dengan landasan psikologi masyarakat yang mudah lupa dan cepat bosan terhadap suatu berita. Ada yang lebih memprihatinkan dan tentu saja menciutkan nyali rakyat, kalau ternyata semua elite politik baik yang berkuasa maupun di luar kekuasaan ternyata hanyut dalam setting media, ikut hanyut dalam alunan musik dinamika

1 politik yang terus menaikan tensinya dan menganggap ancaman terorisme sebagai konsumsi kosong yang membosankan atau bukan urusannya, tapi dianggap urusan penegak hukum dan aparatur negara saja. Terorisme bukan sebuah ancaman karena tidak berhubungan dengan nasib karier politiknya, tidak berhubungan dengan agenda partai dan kelompoknya, Terorisme dianggap sebagai ancaman piguran jangka pendek. Niscaya. dunia berubah, berbagai kekuataan yang dulu di bawah tanah bangkit melakukan berbagai perubahan di negara-negara Islam, Libya, Mesir, Afghanistan, Pakistan,

Tunisia, Palestina, dan lain- lain. Mereka melakukan kawin siri dengan negara negara besar yang mendesain tata dunia baru. Begitu pun di kawasan ASEAN bagaimana pola teror menjadi gerakan perjuangan kelompok separatism Tengok saja di Thailand Selatan, Filipina Selatan, Malaysia, termasuk Indonesia. Sejarah mencatat bagaimana teroris menjadikan Indonesia sebagai medan tempurnya, bangsa ini belum sembuh luka hatinya bagaimana mereka merusak tatanan NKRI tanpa basa basi.

2 B. PERUMUSAN MASALAH 1. Apa yang menyebabkan isu terorisme di Indonesia sering kali pasangsurut? 2. Apa yang menyebabkan Indonesia sering dijadikan sarang oleh oknum teroris? 3. Upaya apa yang mesti dilakukan Pemerintah dalam menghapus ancaman terorisme di Indonesia?

C. TUJUAN Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu untuk melengkapi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dan diharapkan dapat memberikan informasi tentang adanya ancaman terorisme di Indonesia. D. MANFAAT Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberi informasi kepada pembaca tentang ancaman terorisme di Indonesia. E. RUANG LINGKUP Ruang lingkup dari makalah ini adalah berita mengenai ancaman terorisme di Indonesia.

3 BAB II METODE PENULISAN A. OBJEK PENULISAN Objek penulisan yang penulis angkat dari tema Ancaman Terorisme di Indonesia adalah terorisme seharusnya tidak hanya sekedar menjadi isu yang intensitasnya terkesan pasang-surut, dan seharusnya mesti menemukan solusi yang tepat untuk segera menanggulanginya.

B. DASAR PEMILIHAN OBJEK Dasar dari pemilihan objek makalah ini adalah dari pemberitaan hangat mengenai masih adanya ancaman terorisme di Indonesia. C. METODE PENGUMPULAN DATA i. Kaji Pustaka Kaji pustaka yaitu dengan mengkaji buku-buku dan pemberitaan yang ada relevansinya dengan isi makalah, untuk memperoleh landasan teoritis dan agar dapat memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai hal yang berkaitan dengan makalah ini. D. METODE ANALISIS Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode analisis. Metode ini merupakan metode menggunakan data yang diperoleh dari data- data yang dikumpulkan dari beberapa pustaka.

4 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN A. PEMBAHASAN Jika kita sering sering kali berpikir mengapa isu terorisme yang sangat begitu mengancam eksistensi bangsa Indonesia, seringkali mengalami pasang surut dalam intensitas pemberitaan dan penanggulangannya. Pertanyaanya sekarang, apakah pemerintah harus disibukkan dan mencurahkan pikirannya

dengan urusan teroris, dengan mengesampingkan pembangunan bangsa diaspek lainnya? Jika hanya memusatkan pikiran dan tenaganya hanya untuk mengurus teroris, yakin proses pembangunan tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan, sehingga dibutuhkan kesadaran oleh segenap masyarakat Indonesia, untuk kembali berpikir bijak dan bahu membahu, menuju negeri yang diimpikan oleh umumnya rakyat Indonesia. Meski Noordin M Top telah tewas dan beberapa orang rekannya yang dulunya telah menghebohkan negeri Indonesia dengan bom Bali dan lainnya, kini bermunculan lagi wajah-wajah baru yang memainkan adegan bom, temasuk bom bunuh diri sebagaimana yang dilakukan Syarif di Mapolres Cirebon, dan ancaman itu bom itu baik berskala kecil maupun skala besar masih terjadi. Ini adalah indikator jika Indonesia belum terbebas dari ancaman terorisme. Ancaman Ini tidak hanya berasal dalam negeri tetapi,namun ancaman teroris internasional pun masuk mengancam Indonesia, melalui jaringan teroris internasional dan itu diprediksi hijrah ke Indonesia pada 2010 silam, dan saat ini sejumlah tempat di negeri Indonesia terus ada ancaman bom, dan pelakunya adalah orang Indonesia sendiri. Entah apa yang ada dibenak para teroris itu, apakah hanya dengan alasan aqidah atau karena hal lain, tentunya sangat bertentangan dengan cita-cita pendahulu negeri ini, karena negeri ini dahulu dibangun dengan air mata kini harus dengan jeritan dan tangisan serta tetesan air mata dari korban, dan keluarga korban tak berdosa itu.

5 Selain itu, alasan mengapa jaringan teroris ini memilih Indonesia sebagai sarangnya disinyalir, mereka sangat diterima karena kesamaan agama. Terlebih orang Indonesia sangat ramah-ramah. Sebagai contoh kita bisa lihat di daerah Puncak, betapa banyak orang Afghanistan menikah dengan penduduk kita. Mengapa kita tidak pikir kesana? Menurut Natalegawa, dalam suatu simposium yang termasuk dalam satu dari rangkaian Sidang Majelis Umum PBB dan dibuka oleh Sekjen PBB Ban KiMoon, upaya menghapus terorisme di Indonesia :

1. Kolaborasi penanggulangan terorisme pada tingkat global, regional dan nasional adalah keniscayaan 2. Mengatasi terorisme dari akarnya, yang sifatnya multidimensi. Oleh karena itu, strateginya juga harus bersifat multidimensi dan saling terkait. 3. Pemikiran ketiga dalam mengatasi terorisme dengan efektif, yakni mengedepankan strategi jangka panjang dengan pendekatan soft power. 4. Upaya-upaya di tingkat global, regional dan nasional tersebut harus dalam koridor demokrasi, mematuhi hukum dan HAM.

6 B. KESIMPULAN DAN SARAN Perang melawan teroris bukan sekadar perang melawan warga bangsa tersisih yang terasingkan tapi orang - orang di pusaran dunia yang saling berhubungan, perang melawan terorisme bukan pengalihan isu dari kemelut politik bangsa, tapi perang melawan sebuah konspirasi yang mengharapkan NKRI hanyut dalam kemelut sehingga tidak bisa maju, bangkit mewujudkan harapannya, perang melawan terorisme merupakan perang eksistensi NKRI dalam Tatanan Dunia Baru yang sedang berevolusi.

Terorisme tetap merupakan ancaman serius bagi NKRI, letaknya yang strategis dengan SDA yang menggiurkan, lahannya yang subur, mayorits warganya yang muslim merupakan potensi tersendiri bagi mereka. Di sisi lain, lahan semakin terbuka ketika dinamika politik menuju situasi tidak sehat, kegaduhan, intrik politik, isu negara gagal, wacana negara bangkrut, revolusi Islam, rebutan kekuasaan, lemahnya penegakan hukum, koruptor, tidak terkendalinya keadaan adalah modal besar teroris masuk karena semua perangkat lalai dan sibuk oleh keadaan. Perang melawan teror bukan sekadar perang menghadapi kelompokkelompok kecil yang frustasi dan kecewa oleh keadaan atau orang - orang pinggiran yang gila dengan keadaan dunia sehingga mimpi merubah dengan caranya. Tewasnya gembong terorisme nomor wahid dan paling dicari Amerika Serikat (AS), Osama bin Laden, menjadi kabar baik bagi upaya pemberantasan terorisme global. Namun demikian, aparat keamanan Indonesia tidak boleh lengah karena ancaman kelompok teroris akan selalu ada.

7 DAFTAR PUSTAKA

You might also like