You are on page 1of 8

Pertanyaan 1: Sebutkan dan jelaskan 9 bahan pokok makanan.

Jawaban: Sembilan Bahan Pokok, atau biasa disingkat sembako, adalah berbagai kebutuhan pangan yang mencakup berbagai makanan dan minuman (serta bahan pelengkapnya) yang secara umum dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Tanpa sembako, kehidupan masyarakat Indonesia bisa terganggu karena sembako merupakan kebutuhan pokok utama yang sehari-hari wajib dijual bebas di berbagai pasar Indonesia. Menurut Keputusan Menteri Industri & Perdagangan No.155/MPP/Kep/2/1998, yang termasuk sembako adalah: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Beras, Jagung & Sagu Sayur-sayuran & Buah-buahan Daging (Sapi & Ayam) Telur Ayam Susu Gula pasir Garam ber-Iodium Minyak goreng & mentega Minyak tanah & LPG

Pengertian dari masing-masing sembilan bahan pokok tersebut akan dijelaskan di bawah ini. No Sembako (1) Beras, Jagung & Sagu Penjelasan Sumber karbohidrat/pati yang lazim dikonsumsi di Indonesia. Sebetulnya masih ada sumber karbohidrat lain yang juga sering dikonsumsi di beberapa wilayah di Indonesia, yaitu singkong, ubi, kentang, dan talas. (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Sayur-sayuran & Buah-buahan Daging (Sapi & Ayam) Telur Ayam Susu Gula pasir Garam ber-Iodium Minyak goreng & mentega Minyak tanah & LPG

Sebetulnya masih ada bahan-bahan pokok lainnya yang tidak kalah pentingnya, yaitu cabai, bawang (merah maupun putih), kedelai (sebagai bahan baku pembuat tempe & tahu),

Masalah Pangan yang terjadi di Indonesia

Sebelum berbicara mengenai masalah pangan, ada baiknya definisi/pengertian dari kata pangan itu sendiri dipahami terlebih dahulu. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan dibedakan atas pangan segar dan pangan olahan: (1) Pangan segar Pangan segar adalah pangan yang belu mengalami pengolahan, yang dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras, gandum, segala macam buah, ikan, air segar. (2) Pangan olahan tertentu Makanan / pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut. (3) Pangan siap saji Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.

Dari definisi di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa masalah pangan adalah segala masalah yang berkaitan dengan bahan makanan/minuman, baik bahan baku maupun bahan tambahan, yang lazim dikonsumsi masyarakat sehari-hari. Jadi, yang termasuk masalah pangan di Indonesia sebetulnya bukan hanya terfokus pada krisis/kelangkaan serta tingginya harga pangan, namun masih banyak sekali masalah-masalah lain, yaitu: (1) Maraknya penggunaan zat-zat berbahaya yang tidak layak konsumsi pada makanan, seperti formalin, boraks, pewarna tekstil, dst. (2) Berbagai macam penyakit yang muncul pada hewan ternak dan unggas yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, seperti virus anthrax (sapi gila) pada sapi, penyakit kuku pada hewan ternak, virus flu burung, dst. (3) Munculnya berbagai macam praktek kecurangan pada perdagangan daging (baik hewan ternak maupun unggas), misalnya kasus sapi gelonggongan, ayam suntik & ayam tiren, yang bila dikonsumsi oleh manusia bisa menimbulkan masalah kesehatan pada tubuh manusia. (4) Banyaknya bahan pangan yang tercemar zat-zat berbahaya seperti sayur-sayuran yang terpapar pestisida dan insektisida, sapi yang dagingnya mengandung timbal karena dibiakkan di area pembuangan sampah, dsb. (5) Peningkatan konsumsi junkfood di kalangan masyarakat yang sebetulnya kurang memiliki nilai gizi yang tinggi dan cenderung memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh. (6) Perkembangan berbagai bidang keilmuan yang ternyata berdampak buruk pada dunia pangan. Salah satu contohnya adalah rekayasa mikroba, yang awalnya digunakan dalam dunia pertanian sebagai alternatif bagi pestisida dan insektisida

yang dinilai berbahaya bagi tubuh, rupanya setelah diteliti lebih lanjut dapat menyebabkan kanker. (7) Kelangkaan pangan dan tingginya harga pangan yang disebabkan karena berbagai faktor seperti pengaruh cuaca, mahalnya harga pupuk, banyaknya tengkulak dan kartel, meningkatnya jumlah konsumi pangan yang diikuti dengan berkurangnya lahan pertanian, dsb.

Dari berbagai masalah pangan yang kami kemukakan di atas, kami memutuskan untuk menganalisa masalah mengenai maraknya penggunaan zat-zat berbahaya sebagai bahan tambahan makanan yaitu boraks, formalin dan pewarna tekstil. 1. Boraks Boraks (juga dikenal dengan sebutan bleng) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan sebagai pengeras/pengenyal, seperti gendar, cenil, bakso, mi basah, dsb. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Pemerintah sebetulnya telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional. Batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan. Tetapi ironisnya penggunaan boraks dalam pembuatan sejumlah jenis makanan ternyata sudah melebihi ambang batas yang ditentukan (lebih dari 1 gram/kg). Mengkonsumsi makanan berboraks dalam jumlah berlebihan akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang

sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.

Analisa: Alasan kenapa banyak sekali digunakan oleh banyak pedagang makanan mungkin disebabkan karena kurangnya kontrol pemerintah pada jumlah dan izin penggunaan boraks, juga kurangnya informasi bahwa sebetulnya masih ada pengenyal makanan yang lebih aman untuk dikonsumsi, yaitu STP, tepung konyaku, karagenan, dll.

2.

Formalin Formalin atau formaldehide adalah aldehida yang dapat digunakan untuk

membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan pengawet. Tidak dijelaskan batasan yang aman mengenai penggunaan formalin dalam makanan adalah bukti bahwa formalin memang diciptakan bukan untuk dikonsumsi oleh tubuh manusia. Studi menunjukkan bahwa binatang percobaan yang terpapar formaldehide terus menerus lama-kelamaan akan terserang kanker. Berarti penggunaan formalin dalam pengawetan makanan dapat memicu karsinogenik.

Analisa: Alasan kenapa formalin banyak digunakan pedagang makanan adalah karena mudahnya akses untuk mendapatkan formalin dan harganya juga relatif tidak terlalu mahal. Padahal masih ada pengawet makanan lain yang lebih aman untuk dikonsumsi dan dapat ditemukan lebih muda di berbagai toko bahan makanan seperti vitamin c, asam sitrat, air merang, sodium & natrium benzoat (yang penggunaannya tentu saja

diatur oleh pemerintah), dan masih banyak lagi. Mungkin keengganan para pelaku kecurangan tersebut untuk mengganti pengawet makanan yang lebih aman disebabkan karena ketidaktahuan pelaku tentang adanya pengawet makanan lain yang relatif lebih aman untuk digunakan.

3.

Pewarna tekstil Pewarna tekstil yang banyak digunakan dalam makanan bila dikonsumsi dalam

waktu yang panjang, bisa mengakibatkan gangguan pada fungsi hati, ginjal, iritasi kulit, kerusakan mata, bahkan menyebabkan diare.

Analisa: Alasan mengapa penggunaan pewarna tekstil masih banyak adalah karena pewarna makanan yang aman dirasa kurang dapat memberikan warna yang menarik dan harganya juga dianggap lebih mahal. Selain itu variasi warna yang diberikan oleh pewarna makanan juga dianggap kurang banyak bila dibandingkan dengan pewarna tekstil. Padahal akhir-akhir ini sudah banyak pewarna makanan alami & buatan yang dijual di pasar bebas dengan harga yang relatif terjangkau, namun tetap saja penggunaan pewarna tekstil lebih populer. Ini mungkin disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah.

SOLUSI: Solusi untuk sejumlah masalah yang kami analisa di atas adalah: (1) Intervensi dari pemerintah dengan membuat regulasi yang jelas tentang larangan penggunaan zat-zat berbahaya tersebut dalam makanan. Salah satu yang bisa

dilakukan adalah membatasi peredaran dan akses jual-beli zat-zat berbahaya tersebut. (2) Perlunya sosialisasi tentang zat-zat tambahan makanan yang aman, yang bisa dilakukan oleh berbagai kalangan, seperti ibu-ibu PKK, mahasiswa, dsb. (3) Mengurangi konsumsi berbagai makanan yang dicurigai mengandung zat-zat berbahaya supaya tubuh kita tidak terpapar bahayanya.

You might also like