You are on page 1of 38

Fraktur (Patah Tulang)

June 26th, 2009 Salah satu masalah yang banyak dijumpai pada pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia saat ini adalah penyakit muskuloskeletal. Bahkan pada dasawarsa terakhir ini antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 organisasi kesehatan tingkat dunia WHO menetapkan sebagai Dekade Tulang dan Persendian. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur (patah tulang) terbanyak. Selain

menyebabkan fraktur, menurut WHO kecelakaan lalu lintas bahkan dapat menyebabkan kematian 1,25 juta orang tiap tahunnya, dengan korban sebagian besar adalah remaja.

Pengertian Fraktur :

Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,2001) Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 )

Jenis Fraktur :
Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi berdasarkan :

Lokasi Fraktur dapat terjadi pada tulang di mana saja seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi. Luas Terbagi menjadi fraktur lengkap (komplit) dan tidak lengkap (inkomplit). Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.

Konfigurasi Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin/ memuntir seputar batang tulang). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif, jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya membengkok disebut greenstick. Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam ( sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah) disebut depresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang ) disebut kompresi. Hubungan antar bagian yang fraktur Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced). Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

Etiologi :
Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang mengenai tulang yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur : Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang. Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.

Pengkajian
Riwayat Penyakit : Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya. Pemeriksaan Fisik : 1. Inspeksi (look) Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka). 2. Palpasi (feel) Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. 3. Gerakan (moving) Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. Pemeriksaan Penunjang : 1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :

Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:

Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.

Komplikasi :
Penyebab komplikasi fraktur secara umum dibedakan menjadi dua yaitu bisa karena trauma itu sendiri, bisa juga akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik. Kompikasi Umum : Syok hipovolemia (karena perdarahan yang banyak), syok neurogenik (karena nyeri yang hebat), koagulopati diffus, gangguan fungsi pernafasan. Komplikasi ini dapat terjadi dalam waktu 24 jam pertama pasca trauma, dan setelah beberapa hari atau minggu dapat terjadi gangguan metabolisme yaitu peningkatan katabolisme, emboli lemak, tetanus, gas ganggren, trombosit vena dalam (DVT). Komplikasi Lokal : Jika komplikasi yang terjadi sebelum satu minggu pasca trauma disebut komplikasi dini, jika komplikasi terjadi setelah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Ada beberapa komplikasi yang terjadi yaitu :

Infeksi, terutama pada kasus fraktur terbuka. Osteomielitis yaitu infeksi yang berlanjut hingga tulang. Atropi otot karena imobilisasi sampai osteoporosis. Delayed union yaitu penyambungan tulang yang lama. Non union yaitu tidak terjadinya penyambungan pada tulang yang fraktur. Artritis supuratif, yaitu kerusakan kartilago sendi. Dekubitus, karena penekanan jaringan lunak oleh gips. Lepuh di kulit karena elevasi kulit superfisial akibat edema. Terganggunya gerakan aktif otot karena terputusnya serabut otot, Sindroma kompartemen karena pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga mengganggu aliran darah.

Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:

1. Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips. 2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang bersifat sementara saja. 3. Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. 4. Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan upaya mobilisasi.

Proses Penyembuhan Tulang :


Fase Inflamasi : Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif. Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat karena telah disingkirkannya material nekrotik. Fase Reparatif : Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak. Fase Remodeling : Fase ini bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan

perubahan jaringan immatur agar menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur.

Kamis, 25 Juni 2009


fraktur tibia
Fraktur Tulang Kering Definisi Fraktur atau patah tulang adalah retaknya tulang atau terputusnya jaringan tulang dan atau tulang rawan, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya. Fraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat, tapi terkadang trauma yang ringan saja dapat menimbulkan fraktur apabila tulangnya sendiri sudah terkena penyakit tertentu. Juga trauma yang terus menerus juga dapat menimbulkan fraktur. Etiologi Fraktur fisiologis adalah fraktur yang disebabkan karena terjadinya trauma pada tulang, baik itu karena terjatuh, dsb. Trauma itu sendiri dapat bersifat: - eksternal : tertabrak, jatuh, dsb. - internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti yang terjadi pada epilepsy Fraktur stress/fatigue adalah fraktur yang disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus. Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik (tumor tulang, dsb) sehingga trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur. Sebab-sebab terjadinya fraktua patologik: Pada umur 0-5 tahun : osteogenesis imperfecta, scorbutus, rachitis, sarcoma Ewing, metastatis neuroblastoms. Pada umur 5-10 tahun : osteomyelitis, tuberculosa, sarcoma osteogenik. Pada umur 20-50 tahun :osteomalacia, sindrom Cushing, hiperthyroidisme, hyperparathyroidism, tumor sel datia, rheumatoid arthritis. Pada umur di atas 50 tahun : penyakit Paget, chondrosarcoma, metastatis karsinoma, myeloma multiple. Vitamin D Provitamin D akan diubah menjadi vitamin D di bawah pengaruh sinar matahari yang mengandung ultraviolet. Provitamin D berupa derivate cholestrole terdapat pada kulit. Vitamin D yang dapat langsung digunakan terdapat banyak pada minyak hati ikan (fishliver oil). Pada susu ibu, jumlah vitamin D sedikit, sehingga makanan anak harus ditambah dengan vitamin D. Ini penting di negara-negara berkembang tempat mereka tidak dapat bergantunga pada sinar matahari yang sangat penting untuk pembentukan vitamin D. Vitamin D sifatnya seperti vitamin A, yaitu larut dalam lemak. Defisiensi vitamin D:

- Pada anak-anak menimbulkan rachitis (rickets, penyakit Inggris) - sedangkan pada orang dewasa menimbulkan osteomalacia. Rachitis Kelainan pada pembentukan jaringan osteoid berlebihan yang gagal menjadi tulang, akibatnya tidak terjadi pengendapan mineral. Sehingga tulang menjadi lunak dan epifisis dapat dipotong dengan pisau. Rachitis dapat disebabkan akibat defisiensi 4 faktor, yaitu vitamin D, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet), kalsium, dan fosfor. Selain itu rachitis juga dapat disebabkan oleh karena penyakit ginjal. Osteomalacia Adalah pelunakan tulang setelah pertumbuhan selesai. Sama seperti rachitis, juga disebebkan karena defisiensi vitamin D, sehingga penyerapan kalsium dari usus terhalang. Yang sering terkena adalah vertebra lumbal, pelvis, dan tulang-tulang tungkai. Scorbutus Ini adalah penyakit yang diakibatkan karena defisiensi vitamin C. Kegunaan vitamin C seperti yang kita ketahui adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan ikat mesenkim, seperti kolagen, oseteoid, dinding kapiler, dan dentin. Penyakit ini sekarangpun serinda dapat dijumpai pada anak-anak oleh karena pengelolaan makanan anak yang salah, misalnya dengan cara memasak dan sterilisasi yang mengakibatkan rusaknya vitamin C. Pada penyakit ini osteoblas gagal membentuk osteoid sehingga tulang rawan yang mengandung mineral itu tidak dapat diganti. Hyperthyroidism Hiperfungsi kelenjar tiroid pada dewasa dapat menyebabkan osteoporosis Hyperparathyroidism Hiperfungsi kelenjar paratiroid akan menyebabkan dekalsifikasi. Mula-mula akan terjadi dekalsifikasi jaringan interseluler, kemudian jaringan yang tidak mengandung mineral akan difagositosis oleh osteoklas, dan akan menimbulkan gambaran tulang osteoporotik. Proses ini kadang-kadang dapat menimbulkan kista-kista. Kista besar maupun kecil dapat menimbulkan terjadinya fraktura patologik. Osteomyelitis Merupakan radang bagian lunak tulang, yaitu isi sumsum tulang, saluran Havers, dan periosteum. Merupakan bisul pada tulang. Bagian yang keras tidak akan terkena, hanya karena kerusakan sekunder akibat gangguan peredaran darah, maka sebagian akan mati. Penyebabnya adalah Staphylococcus, Streptococcus, pneumococcus, dan jamur Coccidioides immitis. Osteoartritis Penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Bagian yang tersering adalah pada vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Dapat dibedakan menjadi 2; 1. OA kausanya tidak dapat diketahui dan tidak ada primer/idiopatik hubungannya dengan penyakti sistemik maupun proses perubahan local pada sendi.

kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, 2. OA sekunder pertumbuhan, herediter, jejas makro dan mikro, imobilisasi yang terlalu lama. Artritis Reumatoid Merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit autoimun ini ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan sendi dan deformitas sendi yang disabalitas. progresif Penyakit Paget Terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Mula-mula tulang akan menjadi lunak, kemudian tulang menjadi keras dan besar, tetapi berpori-pori dan ringan. Tulang yang biasanya terkena adalah tulang tengkorak, vertebra, dan tulang tungkai. Osteocarcoma Suatu tumor ganas yang ditandai dengan pembentukan langsung jaringan tulang atau osteoid oleh sel tumor. Sering ditemukan. Chondroma Berasal dari tulang rawan epifisi, pada saat tulang masih tumbuh. Tulang yang sering terkena adalah tulang pendek tangan dan kaki. Tulang dapat timbul pada pergelangan tulang dan dapat timbul pada bagian dalam, disebut enchondroma. Chondrosacoma Merupakan tumor ganas yang tumbuh lambat. Tumor sel datia (osteoclastoma) Merupakan tumor agresif, ditandai oleh jaringan yang kaya pembuluh darah, terdiri atas sel besar berbentuk kumparan atau lonjong disertai banyak sel datia jenis osteoklas, yang tersebar sama rata pada seluruh jaringan tumor. Multiple myeloma Adalah tumor sumsum tulang belakang. Merupakan tumor yang unik, karena kelainan metabolisme protein yang menyertainya. Biasanya di atas usia 40 tahun. Osteoporosis - Merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang mudah rapuh dan mudah patah. - Faktor resiko osteoporosis: umur, genetic (etnis, seks, dan riwayat keluarga), lingkungan, hormonal (defisiensi estrogen dan androgen) dan penyakit kronik (gagal ginjal, etc), dan sifat fisik tulang (densitas/massa, ukuran dan geometri, mikroarsitektur, dan komposisi). - Tipe osteoporosis :

defisiensi hormone estrogen Tipe I : Osteoporosis pasca menopause RANK (Reseptor for Activating NFKB) sangat penting untuk resorpsi tulang. Osteoblast membentuk Osteoprotegin (OPG) yang terikat dengan menghambat osteoklast. RANKL yang akan menghalangi ikatan Rank sehingga OPG tertekan Jika terjadi defisiensi hormone estrogen Resorpsi Produksi Osteoklas meningkat RANKL terikat dengan RANK tulang meningkat. Pada tipe I, yang menurun adalah trabelkula tulangnya. gangguan absorpsi kalsium di usus Tipe II: Osteoporosis senilis osteoporosis. sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder - Peranan estrogen pada tulang adalah sebagai regulator pertumbuhan dan homeostatis tulang yang penting, efek langsung terhadap sel-sel tulang adalah meningkatkan formasi tulang dan menghambat resorpsi tulang oleh osteoklas, efek tidak langsungnya berhubungan dengan homeostatis kalsium yang meliputi regulasi absorbsi kalsium di usu, ekskresi Ca di ginjal, dan sekresi hormone paratiroid. - Kehilangan massa tulang pada menopause Wanita akan mengalami kehilangan massa tulang lebih cepat terutama setelah menopause. Estrogen yang diproduksi ovarium akan mencegah kehilangan massa tulang. Setelah menopause, kadar estrogen sangat rendah sehingga kehilangan massa tulang akan terjadi lebih cepat. Osteoporosis alami osteoporosis control osteoklas tidak ada penurunan estrogen Menopause Jenis jenis fraktur Berdasarkan tipe fraktur : - fraktur transversal - fraktur spiral atau oblik - fraktur kominutif : lebih dari 2 fragmen - fraktur avulse - fraktur greenstick pada anak-anak - fraktur empifisis dengan separasi - fraktur kompresi : pada vertebra - fraktur impresi : pada tengkorak

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar:

- fraktur tertutup (closed) ; bila tidak terdapat hubungan anatara fragmen tulang dengan dunia luar, atau tulang yang patah tidak tampak dari luar. - fraktur terbuka (open/compound) ; bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena terjadinya luka di kulit. Pemeriksaan Anamnesis Adalah wawancara antara dokter dan penderita/pasien atau keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien, mengenai semua data/info yang berhubungan dengan penyakitnya. Terdiri dari : 1. Identitas pasien 2. Keluhan utama : keluhan yang mendorong pasien mencari pengobatan 3. Riwayat penyakit sekarang (RPS) 4. Riwayat penyakit dahulu 5. Riwayat kesehatan keluarga 6. Riwayat pribadi 7. Riwayat social ekonomi Anamnesis + data-data obyektif (pemeriksaan fisik, penunjang seperti laboratorium pengelolaan yang baik diagnosis yang tepat atau roentgen) Anamnesis yang mengarah ke osteoporosis : apakah mengarah pada hipokalsemia, penyakit tulang metabolic, adakah fraktur pada trauma minimal, penurunan TB pada orang tua, kurang paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur, obat-obatan jangka panjang, alcohol, merokok, penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, insufisiensi pancreas, riwayat haid, umur menarche dan menopause, riwayat keluarga dengan osteoporosis. Pemeriksaan fisik - TB - BB - Gaya berjalan - Deformitas tulang - Nyeri spinal - Hipokalsemia - Hiperparatiroidisme primer Pemeriksaan biokimia tulang - Kalsium total serum - Kadar fosfor serum - Kalsium urin - Fosfat urin - Osteokalsin serum - Hormon paratiroid - Vitamin D Manfaat dari pemeriksaan biokimia tulang adalah: - untuk prediksi kehilangan massa tulang - prediksi resiko fraktur

- seleksi pasien yang membutuhkan antir-resorptif - evaluasi efektivitas terapi Pemeriksaan laboratorium cairan sendi Cairan sendi adalah cairan viskos yang terdapat dalam rongga sendi dan berguna untuk suplai makanan bagi kartilago sendi. Komposisi cairan sendi sama dengan komposisi cairan plasma. Cairan sendi mengandung asam hialuronat sehingga bersifat kental. Volumenya sendiri berkisar 1-3 ml untuk sendi besar, misalnya pergelangan kaki, lutut, pangkal paha, pergelangan tangan, siku dan bahu. Indikasi melakukan aspirasi cairan sendi adalah untuk memastikan diagnosis, dan diagnosis banding jika dengan pemeriksaan roentgen tidak jelas. Kontra-indikasi jika tejadi infeksi local, pendarahan, fraktur intra artikuler, dan sendi yang tidak stabil. - Tes makroskopi melihat warna dan kejernihan -- normal : tidak berwarna dan jernih -- kuning jernih : RA ringan, osteoartiritis -- kuning keruh : inflamasi spesifik dan non-spesifik karena sel leukosit bertambah. -- seperti susu : gout, RA kronik -- seperti darah : arthritis septic lanjut -- seperti darah : trauma, hemofilia -- kuning coklat : perdarahan lama melihat bekuan -- normal : tidak terdapat bekuan -- bila ada bekuan : proses peradangan +, semakin besar bekuan maka semakin berat peradangan. Viskositas -- normal : panjang tanpa putus 4-6 cm disebut viskositas tinggi. -- viskositas menurun (< 4cm) : inflamasi akut dan septic Tes Mucin -- normal : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih -- mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas dalam cairan pada RA sendi infeksi -- mucin jelek : bekuan terjadi berkeping-keping - Tes mikroskopi Jumlah leukosit -- normal : <200/mm3 penyakit non-inflamasi -- 200 500/mm3 kelompok inflamatorik akut (Gout, RA) -- 2000 10.000/mm3 infeksi septic (TB, Artiritis gonore) -- 20.000 200.000/mm3 Hitung jenis -- normal jumlah neutrofil kurang dari 25% -- pada akut inflamatorik : arthritis gout akut (rata-rata 83%), RA (rata-rata 65%) -- pada kelompok septic : TB (67%), arthritis gonore (95%) Kristal-kristal -- normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi

-- pada arthritis Gout ditemukan kristal monosodium urat di luar neutrofil yang pecah -- arthritis rematoid : ditemukan kristal kolestrol - Tes Kimia Tes glukosa Dilakukan bersamaan dengan tes glukosa darah -- normal : perbedaan <10 mg% -- non-inflamatorik : <10 mg% -- kelompok inflamatorik: arthritis gout (12%), factor rematoid (6%) -- kelompok septic: TB (57%), arthritis gonore (26%) Laktat dehidrogenase (LDH) -- normal : 100 190 UL -- meningkat pada RA, Gout, dan arthritis karena infeksi - Tes serologi Tes faktor rematoid Pada arthritis rematoid >60% RF + Hasil positif palsu ditemukan pada SLE, hepatitis, Limfoma, dan penyakit karena infeksi Tes C-Reactive Protein Kadar CRP meningkat pada 70-80% penderita penyakit RA demam rematik, keganasan, infeksi virus, tuberculosis, dan kerusakan jaringan. Tes antinuclear antibodies (ANA) Kadar ANA meningkat pada : 70% cairan sendi penderita SLE, dan 20% penderita RA Pemeriksaan radiology Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dilakukan 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya posisi foto yang dipilih adalah Antero-Posterior (AP) dan lateral. Bila kedua priyeksi ini tidak dapat dilakukan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan, maka dibuat 2 proyeksi ini yang tegak lurus satu sama lain. Bila hanya dilakukan 1 posisi ada kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Pemeriksaan radiology dapat dilakukan melalui proyeksi pemotretan secara radiografi, MRI ataupun nuclear medicine. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemeriksaan roentgen adalah: - adakah fraktur - dimana lokasinya - tipe dan jenis fraktur - struktur tulang (fisiologis atau patologis) - dll Pada pemeriksaan radilogi untuk osteoporosis dapat dilihat gambaran yang khas yaitu terjadi penipisan korteks dan daerah trabekuler. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri) Densitas massa tulang berhubungan erat dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur Densitrometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat untuk menilai densitas massa menilai prognosis, prediksi fraktur, dan diagnosis tulang osteoporosis. Dapat juga untuk evaluasi hasi pengobatan yang dilakukan setelah 1-2 tahun pengobatan dan dinilai

peningkatan densitasnya. Bila dalam waktu 1 tahun tidak terjadi peningkatan maupun penurunan densitas massa tulang, maka pengobatan sudah dianggap berhasil karena resorpsi tulang sudah dapat ditekan. Penatalaksanaan Obat-obat atau zat yang mempengaruhi kalsifikasi dan turnover pada tulang - Kalsium Pada wanita dibutuhkan 1300 g, sedangkan pada pria dibutuhkan 1000 g. Asalnya dari makanan kaya kalsium seperti susu dan produknya, dan ikan teri. - Fosfat 30% ada di dalam tulang 15% ada di dalam jaringan lunak Hormon paratiroid akan meningkatkan ekskresi - Hormon PTH (Paratiroid) Fungsi utamanya adalah mempertahankan kadar kalsium ekstrasel melalui proses absorpsi Ca, dll. - Vitamin D Fungsi utamanya mempertahankan homeostatis Ca. Dapat digunakan untuk pencegahan dan pengobatan nutrisi rickets, osteomalacia, pengobatan hipoparatiroidsm, dan pengobatan pencegahan osteoporosis. - Kalsitonin (CT) Bekerja melawan PTH dan digunakan untuk penggunaan terapi pada hiperkalsemia oleh karena resorpsi tulang, dan penyakit Paget dimana re- modeling tulang meningkat. - Biphosphonate Menghambat resopsi tulang, dan indikasinya pada penyakit Paget, hiperkalsemia, dan osteoporosis pasca menopause. Mula-mula dibuat untuk mengurangi patah tulang pada kelainan tulang (fraktur tulang patologis). Pada osteoporosis, pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan anti resoprtive yang mengurangi laju resorpsi tulang. 1. Kalsium - menekan bone turnover (re-modeling) - memperbaiki Bone Mass Density (BMD) - memperkecil insiden terjadinya fraktur Pada manula diberikan 1500 mg/jari untuk menutupi kehilangan kalsium di usus. 2. Vitamin D dan analog - memperbaiki absorpsi kalsium di usus - menekan re-modeling tulang - memperbaiki BMD diberikan 400-800 mg/hari 3. Estrogen Terapi Sulih Hormon (TSH) pada menopause untuk mempertahankan massa tulang dan menurunkan insiden fraktur. 4. Selective estradiol receptor modulator (SERMS) agonis estrogen dan bersifat selektif pada Reloxifene (Levista) tulang dan hati, dan anti estrogen pada payudara. Bekerja menstabilkan dan meningkatkan Bone Mass Density

(BMD). 5. Kalsitonin Nasal spray (Miacalcin) 200 unit per hati pada wanita, untuk me-kompresi fraktur vertebra pada menopause. Efek sampingnya menyebabkan hipokalsemia. 6. Bifosfonat (paling popular) paling efektif sebagai pencegah dan pengobatan osteoporosis, menekan resopsi tulang tanpa penghambat mineralisasi. Diberikan dalam perut kosong, pagi 30 minutes sebelum sarapan dan pasien harus dalam posisi tegak atau dudk setelahnya. Preparat : alendronat, pamidronat, residronat, dan yang terbaru adalah ibrandonat. 7. Thiazid menurunkan ekskresi kalsium melalui ginjal, menambah massa tulang, dan menurunkan resiko fraktur panggul. Selain dengan pemberian obat-obatan ada latihan dan program rehabilitasi, pembedahan, dan terapi kombinasi.

OSTEOPOROSIS
27 04 2009

1 Votes
Latar Belakang Data Indonesian White Paper yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) pada tahun 2007, osteoporosis pada perempuan di atas 50 tahun sebesar 32,3%, sedangkan pada laki-laki di atas 50 tahun sebesar 28,8%. data yang dikeluarkan International Osteoporosis Foundation (IOF) diprediksikan tahun 2050 akan terdapat 50% kasus patah tulang panggul di Asia. Hasil Analisis Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia yang dipublikasikan tahun 2006 menyatakan bahwa 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Kenapa perlu diperhatikan sejak awal? Karena masa pertumbuhan dan perkembangan tulang akan berhenti pada usia 30 tahun, setelah itu massa tulang akan menurun secara alamiah. Definisi Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur. Tanpa adanya pencegahan ataupun terapi, osteoporosis bisa menjadi progresif tanpa rasa nyeri maupun gejala lainnya sampai tulang tersebut fraktur/ patah. Tulang yang biasanya patah adalah tulang didaerah Panggul (Hip), Tulang belakang (Spine), Rusuk (Ribs) dan tulang pergelangan tangan (Wrist)

Klasifikasi menurut penyebabnya Ada 2 jenis Osteoporosis: Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lainlain. Faktor Risiko 1. Memiliki massa tulang yang rendah 2. Memiliki kerabat dengan riwayat osteoporosis 3. Berkelamin wanita 4. Memiliki ukuran tulang yang kecil 5.Kurang hormon estrogen, terutama setelah menopause karena kadar hormon estrogen mempengaruhi kepadatan tulang. 6. Rendah asupan kalsium 7. Mengonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid 8.Rendahnya kadar testosteron (pada pria) 9.Kurang olahraga dan aktivitas 10.Merokok dan mengonsumsi alcohol 11. kebiasaan mengkonsumsi makanan asin. Gejala Klinis Osteoporosis merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa decade, karena osteoporosis tidak akan menimbulkan gejala sampai timbul fraktur atau patah tulang. Maka gejalanya tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang. Pemeriksaan Tambahan Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan: 1. mengukur kepadatan tulang menggunakan alat yang disebut Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA). Alat ini ada dua jenis yaitu SXA (Single X-ray Absorptiomety) dan DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry). 2. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui aktivitas Remodelling tulang yaitu pemeriksaan CTx atau C-Telopeptide dan N-Mid Osteocalcin, untuk mengetahui remodelling tulang. Osteoporosis memang tidak mematikan tetapi bila terjadi patah tulang, kualitas hidup bisa memburuk, terlebih bila pasien masih berusia muda. Waspadai Osteoporosis sejak dini. Bagi yang memiliki risiko tinggi, lakukan skrining dengan pemeriksaan kepadatan tulang. Tata Laksana Pada usia lanjut, kalsium yang hilang dari tubuh lebih besar daripada kalsium yang diproduksi.

Pengobatan osteoporosis di fokus kan kepada memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya. Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Maka tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang). Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau aerobik dan menjaga berat badan normal. Pengaturan makanan sangat penting untuk mencegah osteoporosis, yaitu melalui pengkonsumsian makanan dengan gizi seimbang dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya kalsium dan rendah lemak. Berikut ini pola makan dan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mencegah osteoporosis : 1. Konsumsi susu tinggi kalsium dan rendah lemak, yogurt, keju, salmon, brokoli, bayam, sarden kaleng, tiram, udang kecil/rebon, teri dan ikan yang dimakan dengan tulangnya, serta kedelai dan olahannya seperti tempe dan tahu sebagai sumber kalsium. Kedelai sangat baik terutama untuk wanita, karena mengandung estrogen alamiah (fitoestrogen) yang sangat dibutuhkan pada masa menopause. Jumlah kalsium yang dibutuhkan menurut tingkat usia, yaitu : a. Anak-anak usia 4-8 tahun membutuhkan 800 miligram kalsium per hari b. usia 9-18 tahun membutuhkan 1300 miligram (mg) kalsium per hari c. wanita dewasa (usia 19-50 tahun) membutuhkan 1000 mg kalsium per hari d. wanita di atas 50 tahun membutuhkan 1200 mg kalsium per hari e. wanita hamil atau menyusui membutuhkan 1000-1300 mg kalsium per hari 2. Konsumsikan juga kacang-kacangan lainnya sebagai sumber fosfor, makanan yang tinggi kandungan vitamin D seperti sayuran berdaun hijau gelap. Tubuh juga harus cukup mendapat sinar matahari pagi minimal 15 menit sebagai sumber vitamin D, karena vitamin ini dibutuhkan untuk penyerapan kalsium. 3. Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan kalsium secara berlebihan. kurangi juga softdrink/minuman ringan karena dapat menghambat penyerapan kalsium. 4. Batasi pengkonsumsian daging merah dan garam atau makanan yang diasinkan 5. hindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh. 6. Lakukan juga olahraga secara teratur untuk menguatkan tulang dan otot.

1.
2. 3. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya. Olah raga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda. Olah raga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis. Olah raga yang di rekomendasikan termasuk disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging.

Selain dari tatalaksana diatas obat-obatan juga dapat diberikan seperti dibawah ini: 1. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause, penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada kulit.

2. 3. 4. 5.

6.

Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan suplemen). Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal anda. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang. Kalsitonin Teriparatide

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pengertian Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis adalah kondisi yang dikarakteristikan oleh kehilangan dari kepadatan tulang yang normal, berakibat pada tulang yang mudah patah. Osteoporosis menjurus secara harafiah pada tulang yang keropos secara abnormal yang lebih dapat dimampatkan seperti sepon, daripada padat seperti batu bata. B. Penyebab Berikut ini adalah beberapa penyebab osteoporosis yaitu sebagai berikut : 1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. 2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. 3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis. 4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. C. Gejala Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejala-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: patah tulang, punggung yang semakin

membungkuk, hilangnya tinggi badan dan nyeri punggung. Kondisi osteoporosis dapat hadir tanpa segala gejala-gejala untuk waktu berdekadedekade, karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala-gejala kecuali jika patah tulang. Beberapa patah-patah tulang osteoporosis mungkin luput dari deteksi sampai bertahun-tahun kemudian. Oleh karenanya, pasien-pasien mungkin tidak sadar tentang osteoporosis mereka sampai mereka menderita patah tulang yang menyakitkan. Kemudian gejala-gejala berhubungan dengan lokasi dari patah tulang. Patah-patah tulang dari tulang belakang (vertebra) dapat menyebabkan nyeri yang sangat yang menyebar kesekeliling dari punggung ke sisi tubuh. Melaui waktu bertahun-tahun, patah-patah tulang belakang yang berulangkali dapat menyebabkan nyeri punggung bagian bawah yang kronis serta kehilangan tinggi atau pembengkokan tulang belakang, yang memberi seseorang penampakan punggung yang bongkok dari punggung bagian atas, seringkali disebut "dowager hump." Patah tulang yang terjadi selama perjalanan dari aktivitas yang normal disebut patah tulang trauma yang minimal atau patah tulang stres. Contohnya, beberapa pasien-pasien dengan osteoporosis mengembangkan patah-patah tulang stres dari kaki-kaki ketika berjalan atau melangkahi pinggiran jalan. Patah-patah tulang pinggul secara khas terjadi sebagai akibat dari kejatuhan. Dengan osteoporosis, kepatahan tulang pinggul dapat terjadi sebagai akibat dari kecelakaankecelakaan yang sepele. Kepatahan tulang pinggul mungkin juga sulit untuk sembuh setelah operasi perbaikan karena kwalitas tulang yang buruk. D. Faktor Resiko 1. Wanita, Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. 2. Usia, seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 7585 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat. 3. Ras/Suku, ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah. 4. Keturunan penderita osteoporosis, jika ada anggota keluarga yang menderita maka berhatihatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan osteoporosis, karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama. 5. Gaya Hidup Kurang Baik, seperti konsumsi daging merah dan minuman bersoda, Minuman berkafein dan beralkohol, Malas Olahraga, Merokok, dll.

E. Pencegahan 1. Asupan kalsium cukup; Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Pilihlah makanan seharihari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacangkacangan. 2. Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore); Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah. Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00 dan sore hari sesudah jam 16.00. 3. Melakukan olah raga dengan beban; Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu, latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. 4. Gaya hidup sehat; Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat. Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijak. 5. Hindari obat-obatan tertentu; Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter. 6. Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu); Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang; Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon. F. Diagnosa Osteoporosis Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi. Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan

pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: 1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. 2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah. 3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (CTelopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia NMID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis. Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain: 1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah. 2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang. 3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid. 4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal. G. Pengobatan Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis. Alendronat berfungsi: mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul, mengurangi angka kejadian patah tulang. Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu. Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau semprot hidung. Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan. Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap

kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron. Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.

Gejala dan Diagnosa Osteoporosis


(Monday, 28 January 2008) - Written by Administrator - Last Updated (Friday, 08 February 2008)

Gejala Osteoporosis dan Diagnosa Osteoporosis Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala. Gejal-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti: 1. Patah tulang 2. Punggung yang semakin membungkuk 3. Hilangnya tinggi badan 4. Nyeri punggung Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul. Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan. Diagnosa Osteoporosis: Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi. Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu: Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna untuk: wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosis penderita yang diagnosisnya belum pasti penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat

Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral. Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MIDOsteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis. Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain: Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.
http://www.bmf.litbang.depkes.go.id - www.bmf.litbang.depkes.go.id Powered by Mambo Open Source Generated: 25 March, 2010, 08:55

Wednesday, May 20, 2009


Kekeliruan osteoporosis
Kita sering mendengar isyu dari pihak yang kurangbertanggungjawab, yang menyebutkan salah satu penyebab dari Osteoporosis adalahdari kebiasaan mengkomsumsi soft drink dan minuman penambah stamina/energy drink. Selain itu disebutkan juga bahwa kalsium tubuh akan diserap oleh bahan-bahan (ingredients)yang terkandung dalam minuman instant. Benarkah? Mari kita kaji lebihilmiah Penyakit Osteoporosis atauKerapuhan Tulang (KT) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko terjadinyaosteoporosis pada wanita lebih tinggi karena mengalami menopause (> 45tahun), yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh(masa berhenti haid). Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di usia lanjut (> 70 th). Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti: Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui

keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui, vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minumminuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress. com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/Kita sering mendengar isyu dari pihak yang kurangbertanggungjawab, yang menyebutkan salah satu penyebab dari Osteoporosis adalahdari kebiasaan mengkomsumsi soft drink dan minuman penambah stamina/energy drink. Selain itu disebutkan juga bahwa kalsium tubuh akan diserap oleh bahan-bahan (ingredients)yang terkandung dalam minuman instant. Benarkah? Mari kita kaji lebihilmiah Penyakit Osteoporosis atauKerapuhan Tulang (KT) dapat terjadi baik pada pria maupun wanita. Namun resiko terjadinyaosteoporosis pada wanita lebih tinggi karena mengalami menopause (> 45tahun), yaitu masa dimana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dalam tubuh(masa berhenti haid). Sedangkan pada pria osteoporosis terjadi di usia lanjut (> 70 th). Diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 12 pria di atas usia 50tahun di seluruh dunia mengidap osteoporosis. Pada stadium awal osteoporosistidak memberikan gejala yang

nyata, kita dapat curiga apabila ada rasa sakit dipunggung bagian bawah, ada pemendekan tinggi badan, tubuh makin lama makinmembungkuk. Untuk mengetahui secara dini terjadinya osteoporosis, dapat digunakanbeberapa pemeriksaan seperti: Pengukuran kepadatan massa tulang (Bone MineralDensity/BMD) dengan Densitometer. Pemeriksaan Laboratorium dengan mengukurpetanda biokimiawi untuk mengetahui keseimbangan pembentukan dan penghancurantulang. Osteoporosis dapat dicegah dengan mengkonsumsi nutrisi berkalsium tinggidan aktivitas fisik dengan beban. Hal apa saja yang dapat menghilangkan kalsium?Kekuranganvitamin D. Seperti diketahui, vitamin D dibutuhkan untuk penyerapankalsium dalam usus. Karena itu, harus dipastikan bahwa tubuh kita tidak kekuranganasupan vitaminSodium.Pola makan yang tinggi sodium meningkatkan kehilangan kalsium dan minerallain.Sebuah penelitian menyatakan bahwa setiap kelebihan dua gram asupansodium akan menurunkan penyerapan kalsium sekitar 30-40 mg.Pengobatan.Sejumlah pengobatan untuk asma, jantung dan rematik diketahui dapatmempengaruhi penyerapan kalsium. Untuk itu, selalu konsultasikan dengandokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan obat-obatan yang dapatmengganggu penyerapan kalsium.Gayahidup yang tidak baik. Merokok dan minumminuman beralkohol sangatmerugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan bahwamerokok mempercepat kehilangan tulang dan andil atas berkurangnyakemampuan penyerapan kalsium. Sementara itu, minum-minuman beralkoholdapat merusak massa tulang sehingga meningkatkan resiko patah tulang.Konsumsisoda dan kafein yang berlebihan juga dapat menggangu penyerapan kalsium.Kafein yang terkandung dalam sejumlah minuman ringan biasanyamengandung sekitar 10 sampai 50 miligram kafein per sajian. Kafeinpada minuman jenis ini berasal dapat berasal dari bahan ramuan minuman itusendiri ataunya dari bahan aditif yang didapatkan dari proses dekafeinasi. Guarana, bahan utama pembuatan minumanenergi, mengandung sejumlah besar kafeina dengan jumlah teobromina dan teofilina yang kecil. Gaya hidupyang tidak aktif. Mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga,terutama aktivitas fisik yang mendukung berat badan, dan kekurangan asupankalsium beresiko kehilangan kalsium dari tulang. Jadi dapat disimpulkanbahwa soft drink dan minuman penambahstamina/energy drink bukanlah penyebab utama dari penyakit Osteoporosis.Karena Osteoporosis disebabkan oleh faktor usia yang terus bertambah dankemampuan tulang untuk menyerap kalsium berkurang karena makin berkurangnyahormon yang dihasilkan oleh tubuh. Walaupun salah satu faktor yang mempengaruhipenyerapan kalsium adalah konsumsi soda dan kafein yang biasa terkandungdidalam minuman instant namun zat ini tidak berpengaruh karena persentasekandungan soda dan kafein itu kecil. Osteoporosis tidak akan mengancam kitaapabila kita mengkonsumsi minuman yang mengandung soda dan kafein sesuai denganpetunjuknya dan menerapkan pola hidup sehat. (Sumber : buklet"Mengenal Osteoporosis" , Novell Pharmaceutical Laboratories) .http://untukinfo. wordpress. com/2009/ 01/30/awas- kehilangan- vitamin-d- dan-kalsium- berakibat- osteoporosis/

Fraktur: Patah Tulang

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Patah tulang tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992). Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam kaitan satu sama lain : Klasifikasi fraktur : Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst). Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

1. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang). 2. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

1. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan). 2. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan). 3. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

Berdasarkan posisi fragmen :

1. Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser. 2. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

1. Tertutup 2. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

1. 2. 3. 4. 5.

Garis patah melintang. Oblik / miring. Spiral / melingkari tulang. Kompresi Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

1. Tidak adanya dislokasi. 2. Adanya dislokasi

Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

1. Tipe Ekstensi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam posisi supinasi. 2. Tipe Fleksi: Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000) Etiologi 1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim. 2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. 3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah : 1. Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. 3. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Patofisiologis Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut. Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang

hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka Manifestasi klinis: 1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. 3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm 4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. Komplikasi fraktur 1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring 2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 3. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. 4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. 5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. 6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun. 7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil 8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia. 10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability. Pemeriksaan penunjang Radiologi : X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. Laboratorium : Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah Penatalaksanaan Fraktur Tujuan pengobatan fraktur 1. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi anatomi. 2. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmenfragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union. 3. Penyambungan fraktur (union) 4. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi) Prinsip Dasar Penanganan Fraktur 1. Revive; Yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila pernafasan ada hambatan perlu dilakukan therapi ABC (Airway, Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar. 2. Review; Yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk memastikan adanya fraktur. 3. Repair; Yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan konservatif. Tindakan operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek, sedangkan tindakan konservatif berupa pemasangan gips dan traksi. 4. Refer; Yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak memperparah luka yang diderita. 5. Rehabilitation; Yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif. Proses penyembuhan tulang 1. Stadium Satu-Pembentukan Hematoma; Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.

2. Stadium Dua-Proliferasi Seluler; Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. 3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus; Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. 4. Stadium Empat-Konsolidasi; Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. 5. Stadium Lima-Remodelling; Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus

FRAKTUR (PATAH TULANG)


Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusatpusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Definisi Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan bisa komplet atau inkomplet Diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas tulang Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras disertai dengan penghimpitan tulang akan mengakibatkan garis fraktur kominutif diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas. Trauma tidak langsung mengakibatkan fraktur terletak jauh dari titik trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada olahragawan, penari dan tentara dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma, adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit Paget dengan energi yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang normal hal tersebut belum tentu menimbulkan fraktur.

Klasifikasi I. Menurut Penyebab terjadinya 1. 2. 3. 4. Faktur Traumatik : direct atau indirect Fraktur Fatik atau Stress Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan II. Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya Fraktur Simple : fraktur tertutup Fraktur Terbuka : bone expose Fraktur Komplikasi : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera III. Menurut bentuk Etiologi Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblique, spiral. Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur stabil atau tidak Fraktur Inkomplet : sifat stabil, misal greenstik fraktur Fraktur Kominutif : lebih dari 2 segmen Fraktur Kompresi / Crush fracture : umumnya pada tulang kanselus Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang. Diagnosis I. Riwayat Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. riwayat cedera atau 2 fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta penyakit lain. II. A. Pemeriksaan Fisik Inspeksi / Look Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan, bengkak Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo B. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi) Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna kulit, pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi C. D. Gerakan / Moving Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka dilakukan secondary survey. III. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari : I. II. III. 2 gambaran,

anteroposterior (AP) dan lateral Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Pergeseran fragmen Tulang ada 4 : 1. Alignman : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut 2. Panjang : dapat terjadi pemendekan (shortening0 3. Aposisi 4. Rotasi : hububgan ujung fragmen satu dengan lainnya : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal Komplikasi Fraktur Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri atau akibat penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik . 1. Komplikasi umum Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan gangguan fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau gas gangren 2. Komplikasi Lokal a. Komplikasi dini Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca traum a, sedangkanapabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut komplikasi lanjut. Pada Tulang - Infeksi, terutama pada fraktur terbuka. - Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau bahkan non union Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi Pada Jaringan lunak Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan melakukan pemasangan elastik Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang menonjol Pada Otot Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus (Apley & Solomon,1993). Pada pembuluh darah Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan terjadi

trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair untuk mencegah kongesti bagian distal lesi (Apley & Solomon, 1993). Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan terjadi edema dalam otot. Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur volkmann. Gejala yaitu Pain (nyeri), Parestesia, hilang) dan Paralisis Pada saraf Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus), aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan identifikasi nervus (Apley & Solomon,1993). klinisnya adalah 5 P nadi Pallor (pucat), Pulseness(denyut b. Komplikasi lanjut Pada tulang dapat berupa malunion, delayedunion atau nonunion.Pada pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau perpanjangan. - Delayed union Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif selama 6 bulan bila gagal dilakukan Osteotomi Lebih 20 minggu dilakukan cancellus grafting (12-16 minggu) Non union Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting. Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, prosesunion tidak akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis) - Mal union Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi . - Osteomielitis Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan atropi otot Kekakuan sendi Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,

perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan kekakuan sendi menetap (Apley & Solomon,1993). Penatalaksanaan Prinsip 4R (chairudin Rasjad) : 1. 2. 3. 4. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur Reduction Retention : Immobilisasi Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik sebelum maupun 7 sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF. Tujuan Pengobatan fraktur : 1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi Tertutup : fiksasi eksterna, Traksi (kulit, sekeletal) Terbuka : Indikasi : 1. 2. 3. 4. 5. Reposisi tertutup gagal Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan Mobilisasi dini Fraktur multiple Fraktur Patologis 2. IMOBILISASI / FIKSASI Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union. Jenis Fiksasi : Ekternal / OREF Gips ( plester cast) Traksi Indikasi : Pemendekan (shortening) Fraktur unstabel : oblique, spiral Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan sekitar 1. Traksi Gravitasi : U- Slab pada fraktur hunerus 2. Skin traksi Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas. 3. Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin. Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris) Komplikasi Traksi : 1. 2. 3. 4. Gangguan sirkulasi darah beban > 12 kg Trauma saraf peroneus (kruris) droop foot Sindroma kompartemen Infeksi tmpat masuknya pin Indikasi OREF : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Fraktur terbuka derajat III Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas fraktur dengan gangguan neurovaskuler Fraktur Kominutif Fraktur Pelvis Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF Non Union Trauma multiple Internal / ORIF : K-wire, plating, screw, k-nail UNION REHABILITASI

3. 4. Penyembuhan fraktur ada 5 Stadium : 1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah 2. Organisasi Hematom / Inflamasi Dalam beberapa jam post fraktur terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler kemudian terjadi jaringan granulasi 3. Pembentukan kallus Fibroblast pada jaringan granulasi menjadi kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat terbentuk kallus (Woven bone) 4. Konsolidasi : woven bone berubah menjadi lamellar bone 5. Remodelling : Kalus berlebihan menjadi tulang normal Prinsip terjadinya UNION : a. b. Dewasa : Kortikal 3 bulan, Kanselus 6 minggu Anak-anak : separuh dari orang dewasa 10 Proses Penyembuhan Tulang Fase inflamasi berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk membersihkan jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara radiologis, garis fraktur akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan. Fase reparatif Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkan mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak. Fase remodelling Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga menambah stabilitas daerah fraktur (McCormack,2000). 11

RINGKASAN LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN PADA KASUS FRAKTUR (PATAH TULANG)


Mei 2, 2009 at 1:04 pm (Bedah / Surgery) (bedah ortopedi) ANAMNESIS ditanyakan mengenai:

Riwayat trauma langsung atau tidak langsung ? Waktu kejadian ?

INSPEKSI dilihat apakah terdapat:


Jejas Oedem Hematom Deformitas: angulasi, pemanjangan, pemendekan, rotasi Gerak abnormal

PALPASI diraba dan ditentukan apakah terdapat:


Nyeri tekan Krepitasi Nyeri sumbu Nyeri gerak aktif Nyeri gerak pasif

(Cat.: untuk mengetahui ada nyeri atau tidak, dapat dilihat dari reaksi maupun mimik wajah pasien saat dilakukan pemeriksaan). MOVEMENT diamati dan dinilai kemampuan pergerakan pasien dalam:

ROM (Range of Movement) Nyeri gerak sendi aktif Nyeri gerak sendi pasif

PENGUKURAN:

Lingkar Panjang anatomis Panjang klinis

KOMPLIKASI pemeriksaan untuk menentukan apakah telah terjadi komplikasi pada: A. VASKULER:

Dengan INSPEKSI : diamati WARNA kulit di distal bagian yang mengalami trauma Dengan PALPASI : perabaan SUHU distal trauma dan PULSASI arteri distal.

B. NEUROLOGI:

Dengan PALPASI : pemeriksaan SENSIBILITAS (sensorik) dan KEKUATAN (motorik).

PEMERIKSAAN PENUNJANG:

X-foto regio yang dicurigai mengalami fraktur, dengan posisi AP/Lat (AnteroPosterior dan Lateral).

PENANGANAN NON-OPERATIF DISLOKASI PANGGUL AKUT


a. Definisi Dislokasi Panggul Akut Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra) b. Ruang Lingkup Terapi non-operatif dislokasi panggul anterior, posterior dan sentral. c. Indikasi operasi

gagal reposisi tertutup kedudukan caput femur tidak stabil terjadi fraktur koolum femoris adanya lesi N. Ischiadikus

d. Kontra Indikasi reduksi tertutup (tidak ada) e. Diagnosis Banding


fraktur acetabulum fraktur collum femur

f. Pemeriksaan Penunjang X-ray dan CT-scan Tehnik Reduksi Klasifikasi


Dislokasi posterior Dislokasi anterior Dislokasi sentral Patofisiologi

Dislokasi posterior Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu Dislokasi anterior

Dislokasi anterior ter adi pada trauma jika tungkai terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiranke balakang. Dislokasi sentral Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis. Gejala Minis Dislokasi posterior

Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi Tungkai tampak lebih pendek Teraba caput femur pada panggul

Dislokasi anterior

Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan abduksi Tak ada pemendekan tungkai Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur dapat diraba dengan mudah Sendi panggul sulit digerakkan

Dislokasi Sentral

Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di bagian lateral Gerakan sendi panggul terbatas

Pemeriksaan penunjang (radiologis) Dislokasi posterior Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi Dislokasi anterior Caput femur terlihat di depan acetabulum Dislokasi sentral Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul Pengobatan Dislokasi posterior Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup. Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90?? dan kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertikal

Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight bearing dilakukan minimal sesudah 12 minggu. Dislokasi anterior Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior Dislokasi sentral Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput femur ke dalam panggul dilakukan terapi konservatif dengan traksi tulang 4-6 minggu Komplikasi dislokasi panggul Komplikasi dini

Kelumpuhan N.ischiadikus Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang hebat atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum. Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior) Biasanya terjadi pada dislokasi anterior Kerusakan kaput femur

Komplikasi lanjut

Nekrosis avaskular Miositis ossifikans Rekurent dislokasi Osteoarthritis

Mortalitas (tidak ada) Perawatan Pasca Reduksi Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight bearing. Follow up Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing.

You might also like