You are on page 1of 20

PROPOSAL BUDIDAYA AIR TAWAR PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh :

1. RESTU PUTRI ASTUTI (201010260311023) 2. FARIID ANDIKA LAUDZA(201010260311019) 3. SUSILAHARYANI (201010260311020) 4. IAN PRADIPTA H(201010260311006) 5. IBRAHIM R. (201010260311008)

JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridhaNya sehingga proposal Pembesaran Ikan Nila ini dapat terselesaikan. Maksud dari penulisan proposal ini adalah untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti praktikum Budidaya Air Tawar yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi Mahasiswa Jurusan Perikanan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, baik penulisan maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Malang, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang sudah lama dikenal masyarakat Indonesia dan diminati selain rasanya yang lezat, gurih, bergizi tinggi dan harganya pun juga relatif stabil serta ikan nila dalam pengolahannya memiliki banyak variasi sehingga peminatnya banyak. Kelebihan ikan nila lainnya adalah selain dapat dibudidayakan didaerah tawar juga dapat dibesarkan bahkan dilakukan polikultur di daerah payau dengan salinitas yang rendah. Ikan nila dalam pertumbuhan dan perkembangbiakkannya termasuk dalam ikan yang cepat tumbuh dan berkembangbiak serta mudah untuk dipelihara. Ikan nila hampir tidak membutuhkan perawatan air yang ekstra selain itu kebiasaan makan, ikan nila termasuk dalam omnivora yang mempermudah dalam rangsum pakannya. Ikan nila telah banyak di budidayakan di kelompok-kelompok tani bahkan menjadi maskot kelompok tani tertentu salah satunya petani ikan di Banjartengah, Dau, Malang. Sesuai dengan hasil survey yang dilakukan di desa Banjartengah, Dau, Malang yang menyatakan bahwa ikan nila dalam peluang bisnisnya sangat layak untuk dikembangkan hal ini dapat dilihat dari permintaan benih maupun ukuran konsumsi yang dilakukan di Banjartengah masih kurang memenuhi permintaan pasar di daerah Malang. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan pasar yang berarti peluang usaha baik pembenihan dan pembesaran gurami masih sangat menjanjikan dan perlu terus ditingkatkan. 1.2 Prospek Usaha Budidaya Ikan Nila Ikan nila merupakan ikan air tawar yang sangat mudah dibudidayakan baik dari segi ketersediaan benih, maupun sampai pada proses pemanenan ikan nila. Ikan nila dikenal memiliki rasa yang enak dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Prospek budidaya ikan nila yang menjanjikan di

kota Malang perlu dikembangkan mengingat untuk memenuhi kebutuhan dari pasar itu sendiri. 1.2. Tujuan 1. Sebagai wadah pembelajaran untuk dapat membudidaya ikan nila 2. Sebagai bentuk rencana usaha budidaya ikan nila Untuk mengetahui manajemen dalam budidaya ikan nila

1.4. Sasaran Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai teknik budidaya ikan nila, serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam budidaya ikan nila serta pengetahuan tentang prospek usaha budidaya ikan nila. 1.5. Luaran Proposal ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan informasi tentang tekhnik budidaya ikan nila sehingga meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di lapangan sehingga bisa menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang budidaya ikan nila.

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Pengertian Budidaya Perikanan Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972). 2.2 Budidaya Ikan Nila Budidaya ikan nila di Indonesia sudah banyak mengalami peningkatan baik itu secara teknologi maupun sistem budidayanya. Hal ini terlihat dari banyaknya strain ikan nila yang berhasil dikembangkan. Di Indonesia, budidaya ikan nila termasuk urutan nomor dua setelah ikan mas sebagai ikan yang paling banyak dibudidayakan. Pasar ikan nila terbuka untuk ekspor dan pasar dalam negeri. Menurut Dr. Trewavas (1980) dalam Suyanto (2010), klasifikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Ikan Nila

Filum Sub Filum Kelas Sub-kelas Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies 2.2.1

: Chordata : Vertebrata : Osteichthyes : Acanthoptherigii : Percomorphi : Percoidea : Cichlidae : Oreochromis : Oreochromis niloticus

Sifat Biologi Ikan Nila Komoditas ikan nila memiliki sifat biologi yaitu a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit, b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan. Nila merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perbedaan salinitas yang cukup besar, sehingga ikan ini dapat beradaptasi di air tawar dan air payau. c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah dan pertanian, d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif. f) dari segi bentuknya, ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih yaitu lebar tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh (Sucipto,2007)

2.2.2

Pertumbuhan Menurut Suyanto (2010), beberapa faktor penting yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan nila adalah 1. Kualitas air optimal

Kualitas air yang kurang baik akan berakibat pada pertumbuhan ikan menjadi lambat. Penurunan kualitas air disebabkan oleh adanya pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik serta pencemaran limbah pertanian serta rumah tangga. Air yang kaya plankton berwarna hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom. Pengendalian tingkat kecerahan air antara 20-35 cm dengan piring secchi disk. Jika kurang dari 20 cm maka akan terjadi kepekatan plankton yang menyebabkan kekurangan oksigen lalu ikan akan mati. 2. Makanan Ikan nila termasuk jenis ikan omnivore. Pakan alami berupa fitoplankton dan zooplankton, dedaunan, sisa dapur dan buahbuahan. Pakan buatan berupa pellet dengan kadar protein relative rendah yaitu 20-25%. 3. Sistem budidaya Ikan nila yang dibudidayakan secara tunggal kelamin (monosex culture) jantan lebih cepat dibandingkan dengan ikan yang dipelihara secara campuran jantan dan betina. Hal ini dikarenakan, ikan nila jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan ikan nila betina. Karena ikan nila melakukan perkawinan mencapai ukuran dewasa (150 g) sehingga energi untuk pertumbuhan menjadi berkurang. 4. Padat penebaran Jika padat penebaran terlalu tinggi , maka pertumbuhan kurang pesat karena timbul persaingan makanan dan oksigen akibat padatnya populasi dan merusak kualitas air. Landasan Penilaian Usaha Dalam usaha budidaya ikan nila seperti aspek pemasaran, aspek kelayakan teknis, aspek profitabilitas atau analisa usaha yang menjadi aspek penentu layak atau tidaknya suatu usaha dijalankan.

Aspek Pemasaran Ada beberapa hal yang sangat penting dalam aspek pemasaran ikan hasil budidaya ini, antara lain permintaaan akan ikan hasil budidaya air tawar, persaingan dan peluang pasar, beserta kendala dalam pemasaran. Ketiga hal ini amat sangat menentukan dalam penjualan ikan hasil budidaya nantinya. Peluang pasar Ikan Nila cukup besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila umumnya berukuran dibawah 500 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp. 11.000-15.000/kg untuk wilayah Jawa dan Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur Indonesia mencapai Rp. 20.000-30.000/kg. kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk fillet dengan harga berkisar Rp. 30.000-40.000/kg dengan Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, dan Hongkong. Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor ikan nila segar. Di wilayah Malang, kebutuhan ikan nila konsumsi di sebesar 25.000 ton/tahun dengan jumlah penduduk Kabupaten Malang 2,5 juta jiwa. Dengan harga kisaran ikan nila Rp 14.000,-/kg. Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha. Penentuan harga ikan nila dilakukan oleh kelompok petani ikan dan pasar. Jalur pemasaran ikan nila sangatlah sederhana. Pembeli (baik membeli dalam jumlah besar maupun eceran) dapat langsung mendatangi pemilik kolam yang sedang panen dan membeli hasil panenannya setelah ditimbang di tempat. Ada beberapa jalur pemasaran nila:
a b c

Pembudidaya - Konsumen Pembudidaya Pengecer Konsumen Pembudidaya Pedagang Besar Pengecer Konsumen

Aspek Teknis Pemilihan Lokasi Persyaratan Lokasi Budidaya Ikan Nila Menurut DKP (2012), Persyaratan lokasi pemeliharaan pada kolam atau tambak sebagai berikut : 1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lembung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam; 2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi; 3. Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20 30 cm; 4. Debit air untuk kolam air tenang 8 15 liter/detik/ha; sumber air yamg memadai secara teknis, tersedia sepanjang tahun. Menurut Kordi (2010), suhu optimal untuk Nila pada suhu 25-30 derajat Celcius, pH air yang cocok adalah 6 8,5 dengan nilai optimal pH 7- 8, dan kebutuhan oksigen terlarut > 4 mg/liter. Salinitas nila dapat tumbuh optimal yaitu 0 30 ppt. Dekat dengan sumber air, dimana sumber air bisa berasal dari saluran irigasi, sungai, sumur ataupun umbul. Suyanto (2010) mengemukakan ketinggian kolam terletak 500 m dpl atau kurang. Jika ketinggian lebih dari 500 m dpl, suhu dan air rendah sehingga memperlambat pertumbuhan ikan nila. 1. Persiapan media pemeliharaan Persiapan media pemeliharaan dimulai dengan perbaikan

pematang, saluran air, pintu-pintu pemasukan air dan pintu-pintu pengeluaran air. Selanjutnya, mengangkat lumpur didasar kolam , kolam

dikeringkan sampai tanahnya retak-retak sehingga hama yang ada dan potensial pengganggu kehidupan ikan bisa musnah. Untuk meningkatkan kesuburan tanah perlu ditebarkan pupuk kotoran ternak yang tersedia kemudian kolam diisi air sampai ketinggian kurang lebih 70 cm. Setelah lewat tiga hari pemupukan ulang dilakukan. Menurut DKP (2012), Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hama. Untuk itu, dapat digunakan kapur tohor sebanyak 100 300 kg/ha atau kapur pertanian dengan dosis 500 1.000 kg/ha. Setelah itu, pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam, dengan dosis 1 2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 10 cm dan dibiarkan 2 3 hari agar terjadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 75 100 cm. Kolam siap untuk ditebari bibit ikan jika fitoplankton telah terlihat tumbuh dengan baik. Penebaran benih Menurut Kordi (2010), benih yang digunakan haruslah benih unggul yang mencapai ukuran 10 g/ekor dengan kepadatan 5 10 kg/m3 atau 500 1.000 ekor/m3. Ciri-ciri benih ikan yang sehat adalah tubuhnya berwarna cerah, gerakan lincah dan respon terhadap pakan. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara rendah. Tujuannya untuk menghindari terjadi stres pada benih ikan, ukuran benih yang ditebar diusahakan seragam dan kondisinya sehat. Pakan Ikan Nila Selama kegiatan budidaya pakan yang diberikan berupa pellet. Menurut Kordi(2010), kandungan protein 25% pada pellet sudah cukup untuk memacu pertumbuhan ikan nila. Pemberian pellet sebanyak 3 -5 % dari bobot biomassa yang diberikan sebanyak 3 5 kali sehari. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Suyanto (2010), berpendapat bila padat tebar tinggi, maka diberikan pakan tambahan dalam jumlah mencukupi. Hama dan Penyakit Ikan Nila Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktifitas, baik secara langsung ataupun

bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat. Ada 2 (dua) cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama: 1. Dengan melakukan pengeringan dan pemupukan kolam.
2. Dengan memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet).

Penyebaran penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui:


1 2 3 4

Aliran air yang masuk ke kolam. Media tempat ikan tersebut hidup Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat. Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang air, gayung, ember dsb). Agent atau carrier perantara atau pembawa). Beberapa tindakan untuk mengatasi serangan penyakit dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:


1

Penambahan bahan kimia ke air. Cara ini dilakukan dengan merendam ikan yang sakit ke dalam air yang telah diberi larutan senyawa kimia. Setelah direndam beberapa saat kemudian ikan dikembalikan ke kolam. Selain itu dapat juga dengan menambahkan larutan senyawa kimia ke dalam air kolam secara langsung.

Penambahan bahan kimia ke dalam pakan. Prinsip pengobatan dengan cara ini adalah dengan mencampurkan obat ke dalam pakan. Tujuannya adalah selain untuk membunuh organisme penyebab penyakit juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Aplikasi obat langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit. Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada

ikan nila, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya. Pemanenan Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan

hidup maupun ikan segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara lain: (1) pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C; (2) waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari: (3) jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

BAB III OPERASIONALISASI USAHA


3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan praktek usaha ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Kegiatan ini bertempat di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang. 3.2 Materi 3.2.1 Bahan Bahan

Bibit ikan Nila ukuran 4-5 cm Air tawar Pellet

Alat Jala Waring Hapa Ember Timbangan Skala besar dan kecil Cangkul Pisau

3.3 Teknis Pelaksanaan 3.3.1 Persiapan Persiapan yang dilakukan pada usaha ini meliputi survey lokasi budidaya, harga dan kebutuhan bahan baku serta penyiapan bahan dan alat yang dibutuhkan untuk budidaya ikan nila. Berikut ini pemilihan lokasi didasari dengan pertimbangan : a. Secara teknis pemilihan lahan sebaiknya dekat dengan sumber air dan bukan daerah banjir, air berkualitas baik dan tidak tercemar limbah

industri, ketersediaan air kontinyu, tanahnya subur. b. Secara sosial kelestarian alam dapat dijaga, Sumberdaya alam dapat digunakan, berdampak positip bagi masyarakat sekitar, keamanan lokasi dapat dijaga. c. Secara ekonomis lokasi dekat dengan daerak pemasaran, sarana produksi mudah didapat dan harganya murah, lokasi ada prasarana jalan yang baik dan mudah dijangkau, sarana perhubungan lancar 3.3.2 Pelaksanaan A. Produksi nila Persiapan kolam pembesaran ikan nila meliputi o o o o Pengeringan kolam selama beberapa hari Pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar Pengisian air setinggi 10 cm selama 3 hari Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang berkisar

dengan kebutuhan kapur 25-200 gram/m2

50-700 gram/m2 tergantung tingkat kesuburan tanah. Sedangkan penggunaan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masingmasing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/m2. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. o Pengisian air hingga 80 100 cm Aklimatisasi dan penebaran benih. Menentukan biomassa ikan dan kebutuhan pakan ikan Memisahkan ikan berdasarkan ukuran (greeding) dan menempatkan pada hapa Setelah 3-4 bulan memanen ikan B. kegiatan budidaya Pemberian pakan ikan setiap hari sebanyak 2-3 kali sehari Menentukan biomassa ikan setiap dua minggu sekali untuk menentukan banyaknya pakan yang diberikan Pengontrolan kualitas air dan kesehatan ikan

Pemeriksaan saluran air untuk menjamin pemasukan air yang terus menerus karena menggunakan sistem air mengalir C. Pemasaran Promosi dilakukan dengan menggunakan media cetak seperti pembuatan selebaran atau brosur, kemudian menggunakan media komunikasi seperti telepon dan penyebaran sms dan juga melalui media internet seperti facebook. Pemasaran dilakukan secara langsung kepada konsumen dengan menawarkan ikan ke warung-warung lalapan, tengkulak maupun secara personil. 3.3.3 Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap minggu. Evaluasi meliputi biaya produksi dan strategi pemasaran serta kendala dan solusi dalam budidaya. Selain itu juga mengevaluasi kinerja kekompakan kelompok. Analisis Usaha Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha pembesaran ikan Nila perlu dilakukan analisis usahanya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya. Selain itu mendapatkan gambaran jelas tentang modal , penerimaan , gambaran keuntungan dan kerugian dari kegiatan usaha yang dijalankan serta kelayakan usaha untuk melanjutkan usaha tersebut. Analisis usaha untuk kegiatan budidaya adalah sebagai berikut : Sumber Dana Sumber Dana usaha ini berasal dari swadaya masing-masing anggota kelompok dengan besar Rp. 400.000, sehingga dana yang terkumpul dari 5 anggota kelompok ialah Rp. 2.000.000,-

3.4.2 Pengeluaran Pengeluaran dana antara lain untuk biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel yang meliputi persiapan, pemeliharaan dan pemanenan, transportasi, biaya pemasaran dan lain-lain. a. Biaya Investasi : N o 1 2 3 4 5 6 7 Nama Alat Scop net Plastik Waring Selang Sikat Kuas cat Ember Harga Satuan (Rp.) 25.000 5.000 5.000 4.000 5.000 8.000 15.000 Sub Total b. Biaya tetap

Jumlah Harga Total (Rp.) 1 unit 25.000 9m 45.000 10 m 50.000 15 m 60.000 1 unit 5.000 1 unit 8.000 1 unit 15.000 208.000 = Rp. 8.600 = Rp. 8.600

Penyusutan peralatan/bulan Rp. 208.000/24 Sub Total

c. Biaya Variabel :

No 1 2 3 4 5 6

Nama Bahan Sewa Kolam Ikan Nila ukuran 4-5 cm

Harga Satuan (Rp.) 100.000 300

Jumlah 4 bulan 875 ekor 2 sak 10 kg 1 sak 1 paket

Harga Total (Rp.) 400.000 262.500 500.000 80.000 20.000 150.000 1.412.500 1.620.500

jumlah 875 ekor Pakan Pellet 250.000 Pupuk Kandang 8.000 Kapur 20.000 Pemasaran, promosi, 150.000 dan transportasi Sub Total Total

Proyeksi Pendapatan Pendapatan dari usaha ini diperoleh dari penjualan penjualan ikan has il budidaya. SR ikan nila ialah 80% dari jumlah tebar sebesar 875 ekor dengan

asumsi FCR 1,3. Perkiraan panen ikan nila perkilo ialah 6 ekor. Adapun perhitungan pendapatan sebagai berikut : Nama barang Ikan Nila Total 3.4.3 Analisa Usaha a. Keuntungan Satuan Kg Jumlah 117 Harga Satuan (Rp.) 18.000 Total harga (Rp.) 2.106.000 2.106.000

= Pendapatan Total biaya = Rp 2.106.000 Rp 1.620.500 = Rp 485.500 b. Benefit Cost Ratio(B/C Rasio) = Pendapatan : Total Biaya = Rp 2.106.000 : Rp 1.620.500 = 1,3 Artinya dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp.1,00 akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1,3 c. Break Event Point (BEP) BEP Produksi = Total Biaya : Harga Satuan = Rp 1.620.500 : Rp 3.000 = 540, 16 BEP Harga Produksi = Total Biaya : Total Produksi = Rp 1.620.500 : 117 Kg = Rp. 13.850,4

Artinya titik impas produksi nila dicapai pada produksi 540, 16 ekor. Sedangkan titik impas harga produksi dicapai pada harga produksi Rp. 13.850,4 d. Payback Period = Total Biaya : Keuntungan = Rp 1.620.500 : Rp 485.500 = 3,34 Artinya dalam jangka waktu 3,34 siklus atau 10,02 bulan modal usaha yang diinvestasikan pada usaha budidaya ikan akan kembali.

= Keuntungan : Total Biaya X 100% = Rp 485.500 : Rp 1.620.500 X 100% = 29,9% Artinya keuntungan usaha budidaya ikan nila yang diperoleh mencapai

e. Efisiensi penggunaan modal

29,9% dari total biaya yang di keluarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bardach, J.E., Ryther, J.H., and W.L.Mc. Larney.1972. Aquaculture . Birmingham, Alabama: Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University DKP .2012. Petunjuk Teknis Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. http:// www.dkp.sulteng.go.id, diakses 11 Oktober 2012. Effendi, Rizal. 2004.Pengantar Akuakultur.Penebar Swadaya : Jakarta. Kordi,M. Ghufran. 2010. Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis. Lily Publisher. Jakarta. Suyanto, S. Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Penebar Swadaya. Jakarta Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi.

You might also like