You are on page 1of 5

Salah satu masalah pokok hukum pidana adalah mengenai konsep tujuan pemidanaan dan untuk mengetahui secara

komperehensif mengenai tujuan pemidanaan ini harus dikaitkan dengan aliran-liran dalam hukum pidana . aliran-aliran tersebut adalah aliran klasik, aliran modern (liran positif) dan aliran neo-klasik, modern dan deo-klasil atas karakteristik asing masih erat sekali hubungannya dengan keadaan pada zaman pertumbuhan aliran-aliran tersebut Aliran klasik yang muncul pada abad ke 18 merupakan respon dari ancient regime di Prancis dan Inggris yang banyak menimbulkan ketidakpastian hukum dan ketidak adilan. aliran ini berfaham indeterminis memengenai kebebasan berkehendak (free will) manusia yang menekankan pada perbuatan pelaku kejahatan sehengga dikehendakilah hukum pidana perbutan (daad-strefrecht). aliran klasik pada prinsipnya hanya menganut single track system berupa sanksi tunggal, yaitu sanksi pidana. aliran ini juga bersifat retributive dan represif terhadap tindak pidana karen tema aliran klasik ini, sebagaimana dirumuskan oleh Beccarian adalah doktrin pidana harus sesuai dengan kejahatan . sebagaimana konsekuensinya, hukum harus dirumuskan dengan jelas dan tidak memberikan kemungkinan bagi hakim untuk melakukan penafsiran. hakim merupakan alat undang-undang yang menentukan slh atau tindaknya seseorang dan kemudian menentukan pidana. undang-undang menjadi kaku dan terstruktur. aliran klasik ini mempunyai karakteristik seperti berikut : a. Definisine hukum dari kejahatan b. Pidan harus sesuai dengan kejahatannya c. Doktrin kebebasn berkehendak d. Pidana mati untuk beberapa tindakan pidana e. Tidak ada riset empiris f. Pidana yang ditentukan secara pasti Aliran modern atau aliran positif muncul pada abad ke 19 yang bertitik tolak pada aliran determinisme yang menggantikan doktrin kebebasan berkehendak (the doctrine of free will). manusia dipandang tidak mempunyai kebebasan berkehendak, tetapi dipengaruhi lingkungannya, sehingga dia tidak dapat dipersalahkan dan dipertanggungjawabkan dan dipidana. aliran ini menolak pandangan pembalasan berdasarkan kesalahan yang subjektif. aliran ini menghendaki adanya individualisasi pidana yang bertujuan untuk mengadakan resosialisasi pelaku. aliran ini menyatakan bahwa sistem hukum pidana, tindak pidana sebagai perbuatan yang diancam pidana oleh undang-undang, penilaian hakim

yang didasarkan pada konteks hukum yang murni atau sanksi pidana itu harus tetap dipertahankn. hanya saja dalam menggunkan hukum pidana, aliran ini menolak menggunakan fiksi-fiksi yuridis dan teknik-teknik yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial. Mark Ancel, salah satu tokoh aliran modern menyatakan bahwa kejahatan merupakan masalah kemanusiaan dan masalah sosial yang tidak mudah begitu saja dimasukkan kedalam perumusan undang-undang. ciri-ciri aliran modern adlah sebagai berikut : a. menolak definisi hukum dari kejahatan b. pidana harus sesuai dengan pelaku tindak pidana c. doktrin determinisme d. penghapusan pidana mati e. riset empiris f. pidana yang tidak ditentukan secara pasti Aliran neo klasik yang juga berkembang pada abad 19 mempunyai basis yang sama dengan aliran klasik, yakni kepercayaan pada kebebasan berkehendak manusia. aliran ini beranggapan bahwa pidana yang dihasilkan oleh aliran klasik terlalu berat dan merusak semangat kemanusiaan yang berkembang pada saat itu . perbaikan dalam aliran neo-klasik ini didasarkan pada beberapa kebijakan peradilan dengan merumuskan pidana minimum dan maksimum dan mengakui asas-asas tentang kejadian yang meringankan (principle of extenuating circumstances). perbaikan selanjutnya adalah banyak kebijakan peradilan yang berdasarkan keadaan-keadaan obyektif Aliran ini mulai mempertimbangkan kebutuhan adanya pembinaan individual dari pelaku tindak pidana. karakteristik aliran neo klasik adalah sebagai berikut : a. Modifikasi dari doktrin kebebasan berkehendak, yang dapat dipengaruhi oleh patologi, ketidakmampuan, penyakit jiwa dan keadaankeadaan lain b. Diterima berlakunya keadaan-keadaan yang meringankn c. Modifikasi dari doktrin pertanggungjawaban untuk mengadakan peringatan pemidanaan dengan kemungkinan adanya pertanggungjawaban sebagian di dalam kasus -kasus tertentu , seperti penyakit jiwa, usia dan keadaan-keadaan lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan kehendak seseorang pada saat terjadinya kejahatan

d. Masuknya kesaksian ahli di dalam acara peradilan guna menentukan derajat pertanggungjawaban

Aliran ini merupakan reaksi terhadap ancien regime di Perancis pada abad ke-18 yang menimbulkan ketidakpastian hukum, ketidaksamaan di hadapan hukum dan ketidakadilan. Aliran ini mengkehendaki hukum pidana disusun secara sistematis dan menitikberatkan kepastian hukum. Berdasarkan pandangan indeterministis mengenai kebebasan berkehendak manusia, aliran klasik meitikberatkan kepada perbuatan. Tidak kepada orang yang melakukan tindak pidana. Hukum pidana yang dikehendaki adalah hukum pidana perbuatan(daadstrafrecht). pada prinsipnya hanya menganut single track system berupa sanksi tunggal, yaitu sanksi pidana. Aliran ini juga bersifat retributif dan represif terhadap tindak pidana karena tema aliran klasik ini, sebagaimana dinyatakan oleh Beccarian adalah doktrin pidana harus sesuai dengan kejahatan.Sebagai konsekuensinya, hukum harus dirumuskan dengan jelas dan tidak memberikan kemungkinan bagi hakim untuk melakukan penafsiran. Aliran ini membatasi kebebasan hakim dalam menetapkan jenis pidana dan ukuran pemidanaan. Hakim hanya merupakan alat undang-undang yang hanya menentukan salah atau tidaknya seseorang dan kemudian menentukan pidana. Undang-undang menjadi kaku dan terstruktur. Dikenal the definite setence yang sangat kaku (rigid) seperti dalam Code Perancis 1791. Pidana yang ditetapkan UU tidak mengenal sistem peringanan atau pemberatan.

Dalam perkembangannya, sistem yang kaku ini dipengaruhi oleh aliran modern, maka timbullah aliran Neoklasik yang menitikberatkan pada pengimbalan dari kesalahan si pembuat. (ex : Code Penal Perancis 1810). Sistem yang dianut adalah the indefinite sentence. Aliran klasik ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Definisi hukum dari kejahatan Pidana harus sesuai dengan kejahatannya Doktrin kebebasan berkehendak Pidana mati untuk beberapa tindak pidana Tidak ada riset empiris; dan Pidana yang ditentukan secara pasti.

Aliran klasik berpijak pada tiga tiang : a. Asas legalitas - tiada pidana tanpa undang-undang - tiada tindak pidana tanpa undang-undang - tiada penuntutan tanpa undang-undang b. Asas kesalahan : Tiada pidana tanpa kesalahan(kesengajaan atau kealpaan) c. Asas pengimbalasan : pembalasan Tokoh aliran klasik : 1. Cesare Beccaria (1738-1794) Dalam bukunya Dei delitti e delle pene (On crimes and Punishment). Pidana harus cocok dengan kejahatan (punishment should fit the crime).
Beccaria meyakini konsep kontrak sosial dimana individu menyerahkan kebebasan atau kemerdekaannya secukupnya kepada negara. Hukum harusnya hanya ada untuk melindungi dan mempertahankan keseluruhan kemerdekaan yang dikorbankan terhadap persamaan kemerdekaan yang dilakukan oleh orang lain. Prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman adalah kebahagiaan yang terbesar untuk orang sebanyak-banyaknya

2. Jeremy Bentham

The greatest good must go to the greatest number (kebaikan yang terbesar harus untuk rakyat yang jumlahnya terbesar). Teori yang diciptakannya : Felicific Calculus artinya manusia merupakan ciptaan yang rasional yang memilih secara sadar kesenangan dan menghindari kesusahan. Suatu pidana harus ditetapkan pada tiap kejahatan sehingga kesusahan akan lebih berat daripada kesenangan yang ditimbulkan oleh kejahatan.
Jeremy Bentham melihat suatu prinsip baru yaitu utilitarian yang menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dinilai dengan sistem yang irrasional yang absolut, tetapi melalui prinsip-prinsip yang dapat diukur. Bentham menyatakan bahwa hukum pidana jangan dijadikan sarana pembalasan tetapi untuk mencegah kejahatan. Diposkan oleh cuma orang biasa di 4:51 AM Label: hukum pidana

You might also like