You are on page 1of 5

Ekonomi Kerakyatan sebagai Cermin Bangkitnya Ekonomi Islam dalam Mewujudkan Keadilan Sosial

Fenomena yang berkembang pada masyarakat dibidang ekonomi dewasa ini, telah menempatkan islam sebagai solusi permasalahan yang terjadi. Entah karena memang manusia sudah frustasi dengan kondisi ekonomi konvensional sehingga menjadikan konsep ekonomi islam sebagai jawaban, ataukah memang ada yang memang meyakini bahwa ekonomi islam kelak akan menjadi solusi atas segala permasalahan yang terjadi berkaitan engan kesejahteraan suatu bangsa. Kehidupan yang terus berjalan (life must go on), mengharuskan manusia untuk senantiasa berpijak kepada suatu kebenaran yang memiliki karakteristik pasti, tetap dan dapat diterima oleh siapapun juga yang disebut dengan kebenaran absolute (mutlak). Ikhtiar manusia sebagai suatu kebenaran relatif yang belum pasti, belum tetap dan belum tentu diterima oleh siapapun juga, harus senantiasa didekatkan kepada pondasi terbangunnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak bertentangan dengan sunatullah.

Sistem ekonomi konvensional yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dan dunia, umumnya mengarahkan manusia tersebut dari sifat individualistis, melunturkan sifat gotong royong (kolektivisme) sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Padahal ketika founding fathers mengatakan bahwa bangsa Indonesia ialah bangsa yang memberikan konsepsi kepada dunia. Memberikan ide berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) kepada dunia, untuk lepas dari ketergantungan manusia satu dengan manusia lainnya dalam mewujudkan kemandirian bangsa yang menjadi indikasi tegaknya harkat dan martabat hidup rakyat. Potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sebagai Negara agraris dengan berbagai kekayaan alam yang terkandung didalamnya, seharusnya dapat menjamin kesejahteraan rakyat didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam preambule UUD 1945 disebutkan bahwa untuk membentuk suatu pemerinah Negara Indoneisa yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia mewujudkan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila. Secara kodrati, manusia adalah khalifah di muka bumi tidak mungkin bersifat individualistik karena semua kekayaan yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi. Etika dan perilaku ekonomi islam sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bible),

dan etika ekonomi Yahudi banyak menunjuk pada Taurat (Talmud) Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Quran. Namun jika etika agama Kristen-Protestan telah melahirkan semangat (spirit) kapitalisme, maka etika agama islam tidak mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme. Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan sosialisme pada kolektivisme (sama rata-sama rasa), maka islam menekankan empat sifat sekaligus yaitu : kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan (free will), tanggungjawab (responsibility). Pengertian Ekonomi menurut Islam Ekonomi adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha yang bertujuan untuk memenuhi segala keperluan hidup manusia. Dalam pengertian masa kini, ekonomi ialah satu pengkajian berkenaan dengan kelakuan manusia dalam menggunakan sumber-sumber untuk memenuhi keperluan mereka. Dalam pengertian islam pula, ekonomi ialah satu ilmu sosial yang mengkaji masalah-masalah ekonomi manusia yang didasarkan kepada asas-asas dan nilai-nilai Islam. Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang secara etimologi berarti kelebihan. Dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 275: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Riba itu ada dua macam : nasiah dan fadhi. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhi ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan pembayaran lebih. Sistem ekonomi islam berbeda dari kapitalisme ataupun sosialisme, yang menjadi trend filosofi abad 20. Berbeda dari kapitalisme, karena islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Kecelakaanlah bagi setiap yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung (QS. Al-Humazah : 1-2). Disejajarkan dengan sosialisme, islam berbeda dalam hal kekuasaan negara, yang dalam sosialisme sangat kuat dan menentukan. Kebebasan perorangan (egaliter) yang dinilai tinggi dalam islam jelas bertentangan dengan ajaran sosialisme. Ekonomi dalam islam adalah ilmu yang mempelajari segala prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk memperoleh kedamaian dan kesejahteraan dunia-akhirat. Prinsip dasarnya ialah hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful and luxurious living), menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct), implementasi zakat (implementation of zakat), penghapusan/pelarangan Riba (prohibition of riba). Sistem ekonomi islam yang dijiwai ajaran-ajaran agama islam memang dapat diamati berjalan dalam masyarakat-masyarakat kecil di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Namun dalam perekonomian yang sudah mengglobal dengan persaingan terbuka, bisnis islam sering terpaksa menerapkan praktek-praktek bisnis yang non islami. Misalnya, perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang memisahkan kepemilikan dan pengelolaan, dalam proses meningkatkan modal melalui pasar modal (bursa efek), sering terpaksa menerima asas-asas sistem kapitalisme

yang

tidak

islami.

Ekonomi islam mempunyai tujuan untuk memberikan keselarasan bagi kehidupan di dunia. Nilai islam bukan semata-semata hanya untuk kehidupan muslim saja, tetapi seluruh mahluk hidup di muka bumi. Esensi proses ekonomi islam adalah pemenuhan kebutuhan manusia yang berlandaskan nilainilai islam guna mencapai pada tujuan agama (falah). Ekonomi islam menjadi rahmat seluruh alam, yang tidak terbatas oleh budaya, aturan dasar, sosial, politik hingga perubahan lingkungan dari suatu bangsa. Ekonomi islam mampu menangkap nilai fenomena masyarakat sehingga dalam perjalanannya tanpa meninggalkan sumber hukum teori ekonomi islam, bisa berubah tergantung wilayah dimana ia berkembang. Selain itu, ekonomi dalam kaca mata islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah. Sejarah Ekonomi Indonesia Di Indonesia, meskipun islam merupakan agama mayoritas, sistem ekonomi islam secara penuh sulit diterapkan, tetapi sistem ekonomi Pancasila yang dapat mencakup warga non islam kiranya dapat dikembangkan. Merujuk sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sistem ekonomi Pancasila menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi asas keadilan ekonomi dan keadilan sosial seperti halnya sistem ekonomi islam. Tujuan sistem ekonomi Pancasila maupun sistem ekonomi islam adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diwujudkan melalui dasardasar kemanusiaan dengan cara-cara yang sesuai dengan jatidiri bangsanya dan tidak bertentangan dengan sunatullah. Jatidiri bangsa dapat dikaji dengan pendekatan sejarah yang ternyata dapat mengungkapkan sebuah keunikan pada tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) khususnya dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang berbeda dengan Negara lain di dunia. Hal ini dibuktikan pula dengan penelaahan mengenai struktur pada beberapa Negara. Berdasarkan sejarahnya, Bangsa Indonesia terlahir pada 28 Oktober 1928 melalui momen Sumpah Pemuda yang pada akhirnya perjuangan yang digelorakan pasca kelahiran ini adalah perjuangan kebangsaan bukan lagi perjuangan kesukuan. Setelah Bangsa Indonesia terlahir perjuangan yang di gelorakan adalah bertujuan untuk merebut kemerdekaan atas penjajah. Akhirnya, pada 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya yang di kenal dengan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia (PKBI). Berselang satu hari tepatnya pada 18 Agustus 1945 negara Indonesia dengan bentuk Republik sah berdiri dengan di sahkannya Undang-Undang Dasar 1945 (HUT RI bukan pada 17 Agustus 1945). Diketahui bahwa struktur NKRI adalah Bangsa Indonesia sebagai Pondasi, sedangkan Negara sebagai bangunan diatasnya. Dimana didalam surat Al-Hujurat ayat 13 dikatakan Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Oleh karena itu, didalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI, kekuatan bangsa Indonesia harus dijadikan orientasi utama bukan Negara. Maknanya, harkat dan martabat hidup rakyat harus diutamakan sebagai komitmen terbentuknya NKRI yang menjadi sifat bangsa. Berbeda dengan Negara lain di dunia seperti halnya United States of America (USA), dimana Negara Amerika terbentuk pada tanggal 4 Juli 1776, kemudian orang yang tinggal pada saat dan setelah Negara tersebut berdiri disebut sebagai Bangsa Amerika. Dari sini dapat kita ketahui bahwa struktur yang dimiliki oleh USA adalah Negara sebagai pondasi sedangkan Bangsa sebagai bangunan

diatasnya, oleh karena itu orientasi pembangunan bangsa dan negaranya adalah untuk mambangun kekuatan Negara (organisasi kekuasaan). Dan apabila kita mengkaji struktur pada Negara lainnya di dunia, maka akan diperoleh hasil yang serupa dengan USA. Atas dasar struktur inilah pada akhirnya Ilmu Pengetahuan di dunia dikembangkan karena compatible terhadap struktur yang dimiliki, yang pada akhirnya ilmu pengetahuan akan semakin memperkuat posisi Negara sebagai pondasi. juga pengembangan posisi Bangsa sebagai bangunan diatasnya. Apabila berdasarkan pendekatan ilmu bangunan, bahwa sebuah bangunan akan lebih mengutamakan kekuatan dari pondasi. Karena semakin kuatnya sebuah pondasi dari bangunan, maka bangunan diatasnya akan semakin kuat, begitu pula sebaliknya. Maknanya bahwa untuk NKRI pada saat membangun kehidupan berbangsa dan bernegaranya termasuk dalam nilai ekonomi harus mengedepankan kekuatan bangsa Indonesia. Berbeda halnya dengan negara lainnya di dunia, dimana yang menjadi orientasi utama adalah untuk memperkuat negaranya, yang nantinya secara otomatis bangsanya akan kuat. Karena perbedaan orientasi yang dimiliki, pada akhirnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan membangun kehidupan berbangsa dan bernegaranya tidak boleh mencontek (plagiat) satu sama lainnya, karena hanya akan menyebabkan kehancuran dari struktur tersebut dan eksistensi dari negara tersebut. Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka memiliki peran dan fungsi sebagai sarana didalam menegaka kedaulatan rakyat baik dalam bidang politik maupun ekonomi, yaitu sebagai sifat, falsafah (sikap keberpihakan), dimensi hingga acuan didalam membangun aturan perundang-undangan. Ekonomi Kerakyatan sebagai Cermin Ekonomi Islam Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dan lainnya yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Secara ringkas Konvensi ILO 169 tahun 1989 memberi definisi ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun temurun. Nilai ekonomi yang merupakan kemampuan dari diri seseorang didalam membentuk sesuatu yang lebih bermanfaat terhadap suatu lingkungan. Lumbung sebagai standar nilai ekonomi ialah tempat menyimpan asset baik yang bergerak maupun tidak bergerak guna mengatur kegiatan penduduk yang serupa dengan Baitul Maal dalam konsep ekonomi islam. Sehingga didalam membangun kegiatan penduduk yang berdampak pada pengembangan lingkungan harus didasarkan kepada kebutuhan rakyat. Aktivitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan ekonomi sub sistem antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri. Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada dan mengedepankan kolektivisme (gotong rotong) sebagai prinsip yang tidak bertentangan dengan sunatullah.

Kedaulatan Ekonomi sebagai Indikasi Terwujudnya Keadilan Sosial Tujuan yang akan dicapai dari penguatan ekonomi kerakyatan adalah untuk melaksanakan amanat konstitusi, khususnya mengenai: (1) perwujudan tata ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan yang menjamin keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (pasal 33 ayat 1), (2) perwujudan konsep Trisakti (berdikari di bidang ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang kebudayaan), (3) perwujudan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai negara (pasal 33 ayat 2), dan (4) perwujudan amanat bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2). Adapun tujuan khusus yang akan dicapai adalah untuk: 1. Membangun Indonesia yang berdikiari secara ekonomi, berdaulat secara politik, dan berkepribadian yang berkebudayaan 2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan 3. Mendorong pemerataan pendapatan rakyat 4. Meningkatkan efisiensi perekonomian secara nasional Dalam teori dan konsep pembangunan ekonomi apapun, tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat. Melalui pertumbuhan output yang tinggi, maka diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya muaranya adalah bagaimana kesejaateraan rakyat tercapai. Dua ukuran dari sejumlah ukuran kesejahteraan rakyat dari sisi ekonomi adalah kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dan ketersediaan barang dan jasa. Penutup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan sejarahnya bahwa Bangsa Indonesia yang terlahir terlebih dahulu kemudian Merdeka dan mendirikan sebuah Negara. Diketahui bahwa struktur NKRI adalah Bangsa Indonesia sebagai Pondasi, sedangkan Negara sebagai bangunan diatasnya. Oleh karena itu, didalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI, kekuatan bangsa Indonesia harus dijadikan orientasi utama bukan Negara. Maknanya, pada saat bangsa Indonesia sebagai Pondasi bermasalah maka Negara sebagai bangunan akan bermasalah. Berdasarkan struktur yang dimilikinya, segala apapun kegiatan penduduk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus berdasarkan kebenaran absolut (mutlak) yaitu islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin) dan ikhtiar manusia sebagai kebanaran relatif yang selalu didekatkan kepada kebenaran absolut. Oleh karena itu, sebagai upaya memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara, akan sangat ditentukan oleh digunakan atau tidaknya Pancasila dan UUD 1945 sebagai moral Bangsa Indonesia yang tidak bertentangan dengan sunatullah. Sehingga tatanan masyarakat adil dan makmur (berkeadilan sosial) sebagai tujuan dari NKRI dapat terwujud.

You might also like