You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produkproduk ilmiah ilmu kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori. Dengan demikian ilmu kimia mencakup pengertian kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Konsekuensi dari kedua cakupan di atas, maka dalam mempelajari ilmu kimia seharusnya siswa tidak hanya disuguhi dengan produk-produk ilmiah tersebut, tetapi harus diarahkan untuk melakukan proses penemuan produk ilmiah sehingga mereka memiliki keterampilan dan sikap seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan ketika menemukan / mengembangkan produk ilmiah tersebut. Oleh karena itu proses pembelajaran ilmu kimia harus diusahakan mengarah kepada kegiatan yang mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, baik secara fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai, yaitu pendekatan keterampilan proses (Conny Semiawan, dkk, 1986 : 16). Pendekatan ini menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Bagi siswa SMA diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan kimia yang tepat, juga membantu pemahaman siswa terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi siswa yang

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata. Namun demikian tidak semua SMA memiliki laboratorium yang memadai, sehingga tidak semua konsep yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium. Salah satu materi pokok kimia yang ada di kelas XI pada Kurikulum Kimia 2004 adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Untuk melaksanakan praktikum yang berkaitan dengan materi pokok ini diperlukan seperangkat alat dan bahan untuk titrasi. Salah satu bahan yang diperlukan adalah indikator asam-basa yang digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi (titik ekivalensi), yaitu penunjuk bahwa antara asam dan basa tersebut sudah ekivalen jumlahnya. Indikator yang digunakan untuk keperluan titrasi ini biasanya memiliki harga kisaran pH yang disebut dengan trayek pH. Salah satu indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam kuat oleh basa kuat atau titrasi yang mempunyai titik ekivalen pada pH lebih dari 7 adalah fenolptalin (pp) yang memiliki trayek pH antara 8,0 9,6. Namun jika sekolah tidak memiliki indikator pp tidak berarti praktikum titrasi asam-basa tidak dapat dilaksanakan, karena sebenarnya kita dapat membuat indikator sendiri dengan bahan dasar yang dapat diperoleh di sekitar kita. Indikator yang demikian disebut indikator alami. Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu ungu, daun rhoeo discolor, bunga bougenvil, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi kadang-kadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena indikator alami daun kubis ungu ungu memiliki warna spesifik dalam suasana asam maupun basa, maka tentunya dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Pada penelitian ini akan dilihat ketepatan dan kecermatan berbagai indikator alami, yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang sebagai indikator dalam menentukan kadar asam cuka dengan pembanding indikator pp. Bila ternyata semua indikator alami tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan yang

tinggi, maka dapat digunakan sebagai indikator alternatif pengganti indikator pp yang biasa digunakan dalam praktikum titrasi asam-basa di SMA. B. PEMBATASAN MASALAH Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari kesalahan persepsi, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Kadar asam cuka ditentukan dengan titrasi asam-basa, sebagai titran adalah basa (NaOH) yang telah distandardisasi dengan larutan asam oksalat (H2C2O4) 2. 3. Asam cuka yang digunakan untuk uji coba ketepatan dan kecermatan sudah ditentukan kadarnya secara tepat, yaitu 5% v/v. Indikator alami yang akan diuji ketepatan dan kecermatannya dalam penen-tuan kadar asam cuka, yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang. 4. Baik tidaknya indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi asam-basa ditentukan dengan cara menentukan kecermatan dan ketepatan hasil pengukuran. Indikator pembanding yang digunakan adalah pp. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. 2. 3. Apakah ketiga indikator alami tepat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka ? Apakah ketiga indikator alami cermat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka ? Adakah perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asambasa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp ? D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. tepat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.

2. cermat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam cuka. 3. ada tidaknya perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asambasa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp. E. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru-guru kimia SMA dalam memperkenalkan indikator alami dan manfaatnya dalam pelaksanaan praktikum, khususnya pada materi titrasi asam-basa. Selain itu, diharapkan guru mampu mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang terdapat di sekitarnya sehingga mudah diperoleh untuk dapat digunakan sebagai indikator alami.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TITRASI ASAM-BASA Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A) berdasarkan reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya (misal larutan B). Untuk mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat bereaksi dengan larutan A (disebut titik ekivalen), maka digunakan indikator tertentu yang dapat menandai titik akhir titrasinya. Salah satunya indikator pp, yang ketika digunakan dapat menandai titik ekivalen ketika larutan berubah warna menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat ditentukan konsentrasi dalam larutan analit yang dicari. Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif volumetrik berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut dibedakan pada larutan standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan basa dengan larutan standar yang digunakan asam, sebaliknya alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu larutan asam dengan larutan standar yang digunakan basa. Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat ditulis sebagai berikut : CH3COOH (aq) + NaOH (aq) CH3COONa (aq) + H2O (l)

Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat (asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH) 5

merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi sempurna, membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi akan berakhir pada pH di atas 7. Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah menyebabkan garam yang dihasilkan dari reaksi netralisasi tidak selalu bersifat netral (pH 7), tetapi tergantung pada sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya garam yang berasal dari asam dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang bersifat netral. Bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah, maka garam yang dihasilkan bersifat asam, dan sebaliknya (J. Basset, 1978 : 236-247). B. INDIKATOR ASAM - BASA Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral. Sebagai contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih besar dari 8. Dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8 warna lakmus adalah kombinasi warna merah dan biru. Batas-batas pH dimana indikator mengalami perubahan warna disebut trayek indikator. Jadi, trayek indikator lakmus adalah 5,5 8. Trayek dari berbagai indikator asam-basa yang lain ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Perubahan Warna dan Trayek pH dari Berbagai Indikator

Nama Indikator Metil ungu (mu) Metil kuning (mk) Metil jingga (mj) Metil merah (mm) Brom timol biru Timol biru Phenolptialin (pp) Alizarin kuning G

Interval pH 02 1,0 2,3 2,9 4,0 4,2 6,3 6,0 7,6 8,0 9,6 8,3 - 10 10,1 12,0

Perubahan Warna Kuning ungu Merah kuning Merah kuning Merah kuning Kuning biru Kuning biru Tidak berwarna dadu Kuning - merah

Mengapa warna indikator itu tergantung pada pH larutannya ? Indikator asam-basa adalah asam atau basa organik yang lemah yang memiliki warna berbeda dalam bentuk molekul dan dalam bentuk terion. Sebagai contoh, phenol

ptialin (pp) adalah suatu asam lemah yang dalam bentuk molekul tidak berwarna dan dalam bentuk terion berwarna merah. Dalam air pp bereaksi sebagai berikut : Hind (aq) + H2O (l) Ind- (aq) merah + H3O+ (aq) tidak berwarna

Hind adalah untuk melambangkan molekul indikator, sedangkan Induntuk ion indikator. Pada penambahan asam, reaksi kesetimbangan di atas akan bergeser ke kiri dan warna akan memudar (menjadi tidak berwarna). Sebaliknya pada penambahan basa, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna akan makin merah. Kekuatan asam atau basa dinyatakan dengan derajat keasaman, dilambangkan dengan pH. Asam yang makin kuat memiliki pH yang makin kecil, sedangkan basa yang makin kuat memiliki pH yang makin besar. Untuk mengukur besarnya pH suatu larutan secara tepat dipakai alat pH meter, tetapi bila pengukuran pH tidak menuntut ketepatan yang tinggi dapat menggunakan indikator universal, atau kertas pH. Peralatan pengukur pH ini bekerja pada rentangan antara 1 14. Larutan netral memiliki pH 7, sedangkan larutan asam memiliki pH < 7 dan basa memiliki pH >7. Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa, atau garam. Berikut ini satu-persatu akan diuraikan macam-macam indikator dengan berbagai kekhasannya. 1. Kertas Lakmus Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam larutan dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut bersifat asam. Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan warna kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas lakmus merah atau biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral. Bila di sekolah tidak memiliki dua-duanya, maka salah satu yang dimiliki sudah cukup digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan. Dengan kertas lakmus merah saja, kita dapat mengetahui larutan yang bersifat 7

asam, yaitu bila warna tidak berubah, basa bila berubah menjadi biru. Namun untuk larutan yang bersifat netral agak sulit untuk menyimpulkannya, karena dengan kertas lakmus merah warnanya akan tetap, padahal untuk larutan asam juga demikian. Untuk mengetahui sifat netral diperlukan dua kertas lakmus (merah dan biru), dimana dengan keduanya larutan netral tidak dapat mengubah warnanya, artinya merah tetap merah dan biru tetap biru.

Gambar 1. Indikator Kertas Lakmus Merah dan Biru 2. Larutan Indikator Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin (pp) yang memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam, dan metil orange (mo) yang memberikan warna merah dalam lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Perubahan warna indikator ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH. Sebagai contoh, indikator pp memiliki trayek pH : 8,0 9,6, dan indikator mo memiliki trayek pH : 3,1 4,4 (Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998 : 229)

Gambar 2. Beberapa macam larutan indikator asam basa dengan warnawarnanya pada derajat keasaman 1 sampai 11 3. Indikator Universal Indikator ini dapat berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan, yang dapat menunjukkan harga jangkauan pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas indikator ini dicelupkan ke dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam wadahnya untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya.

Gambar 3. Indikator pH Universal C. INDIKATOR ALAMI Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena itu hanya beberapa saja yang sering dipakai, misalnya daun kubis ungu yang memberikan warna merah dan hijau, daun bayam merah yang memberikan warna merah dan kuning. Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah, dan sederhana. Namun dalam bentuk larutan ia tidak tahan lama, mudah rusak, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi hal itu kita dapat membuatnya dalam bentuk indikator kertas, yaitu dengan melarutkan bahan indikator alami dalam alkohol setelah sebelumnya dikeringkan, kemudian kertas saring yang telah dibentuk seperti kertas pH Universal (ukuran x 5 cm) kita celupkan satu-persatu dan dibiarkan kering di udara. Kertas indikator alami ini akan bertahan lama bila disimpan di plastik yang tertutup. 9

Berikut ini adalah beberapa contoh indikator alami yang dapat diperoleh dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : 1. Daun Kubis Ungu (Brassica oleracea L.) Daun kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat kita. Namun daun kubis ungu merupakan jenis yang tidak banyak dikonsumsi, selain jenisnya yang langka juga tidak semua orang menyukainya karena rasanya sedikit berbeda dengan daun kubis biasa yang berwarna putih kehijauan. Daun kubis ungu bila dilarutkan dalam air panas akan mengeluarkan zat kimia yang berwarna biru atau biru keunguan bila terlalu pekat. Zat kimia inilah yang bila bercampur dengan asam akan berubah warna menjadi merah dan bila bercampur dengan basa berubah menjadi hijau. Oleh karena ada perbedaan warna dalam suasana asam dan basa, maka daun kubis ungu dapat digunakan sebagai indikator alami.

Gambar 4. Indikator Daun Kubis Ungu 2. Daun Rhoeo Discolor Rhoeo discolor merupakan tanaman herba yang kuat dengan batang tegak, tinggi 0,3 0,6 m, bunga muncul dari ketiak daun, bertangkai, bercabang / tidak. Daun pelindung berbentuk segitiga lebar, ujung runcing, daun yang meng-hadap ke bawah berwarna ungu tua, dengan posisi antar daun saling mene-lungkup. Bila daun rhoeo discolor diiris-iris dan dikeringkan lalu dilarutkan dalam alkohol, maka akan diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam suasana asam warnanya berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana basa berubah menjadi hijau. Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor juga dapat digunakan sebagai indikator alami. 10

Gambar 5. Indikator Daun Rhoeo Discolor 3. Kayu Secang (Caesalpinia sappan) Pohon ini berbatang kecil, tumbuh di dataran rendah, dan banyak ditanam sebagai pagar hidup, batang dan cabangnya dipenuhi dengan duri. Kayu secang disebut juga kayu sapang, kebanyakan digunakan sebagai bahan pengecat. Hasil potongan kayu secang banyak dijual di toko-toko obat tradisional. Di pasar tradisional kayu secang juga banyak dijumpai dengan warna merah, terkadang dijual dalam bentuk serutan. Saat ini kayu secang banyak diolah sebagai minuman yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit (Hembing, dkk., 1993 : 120). Bila kayu secang diiris tipis-tipis dan dikeringkan (sebaiknya di oven agar cepat keringnya), lalu dilarutkan dalam alkohol, maka akan diperoleh larutan berwarna merah orange. Dalam suasana asam akan berubah warna menjadi kuning, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Dengan demikian larutan kayu scang ini juga dapat digunakan sebagai indikator alami.

Gambar 6. Indikator Kayu Secang D. KERANGKA BERPIKIR Sesuai dengan karakteristik ilmu kimia yang terdiri dari kimia sebagai produk dan sebagai proses, maka dalam pembelajaran kimia sangat dianjurkan 11

untuk diikuti dengan kegiatan praktikum agar selain memahami konsep tersebut secara teoretis juga memahaminya secara empiris. Dengan praktikum diharapkan siswa dapat memahami ilmu kimia secara lebih mendalam dan lebih lama melekat dalam pikirannya. Selama ini praktikum kimia yang dilakukan di SMA tidak menyertai seluruh konsep kimia yang diajarkan di kelas. Hal ini karena keterbatasan alat dan bahan kimia yang dimiliki oleh setiap SMA, sehingga yang dipraktikkan hanya mengikuti apa saja bahan dan alat yang tersedia. Padahal setiap konsep kimia SMA sebenarnya dapat diikuti dengan suatu mata praktikum yang sesuai. Salah satu materi pokok (konsep) kimia di SMA menurut Kurikulum Kimia 2004 adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Untuk melaksanakan praktikum titrasi asam-basa diperlukan suatu indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Pada umumnya indikator yang digunakan adalah indikator pp, tetapi seringkali ketiadaan indikator pp, praktikum titrasi asam-basa ini akhirnya tidak dilakukan. Berdasarkan hal itulah, maka perlu dicari indikator asam-basa lain yang sekiranya dapat diperoleh atau dibuat dengan mudah, baik oleh guru maupun siswa itu sendiri. Indikator yang dimaksud adalah indikator alami, yaitu indikator yang dibuat dari bahan tanaman yang biasanya berasal dari tanaman yang berwarna. Untuk keperluan titrasi asam-basa, diperlukan indikator alami yang memiliki perubahan warna yang tajam ketika berada dalam suasana asam ke basa atau sebaliknya. Beberapa diantara indikator alami adalah daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang yang memiliki warna spesifik pada suasana asam dan basa, sehingga diharapkan mampu menentukan titik akhir titrasi. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi untuk menentukan kadar asam cuka yang telah diketahui kadarnya dengan pembanding indikator pp. Bila penelitian ini berhasil menunjukkan ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami tersebut, maka dapat digunakan sebagai alternatif pelaksanaan praktikum titrasi asam-basa di SMA.

12

BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain tiga sampel dan dua variabel, yaitu jenis indikator alami yang digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-variabel) dan kadar asam cuka. Sebagai variabel kontrol adalah indikator pp. B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Variabel pertama dalam penelitian ini adalah variabel bebas berupa jenis indikator yang digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi (terdiri dari tiga subvariabel), variabel terikat berupa kadar asam cuka hasil titrasi, dan variabel kontrol berupa indikator pp. Adapun definisi operasional variabel-variabel tersebut adalah : 1. Indikator daun kubis ungu yaitu indikator alami yang dibuat dari daun kubis ungu dimana dalam suasana asam berwarna merah dan dalam suasana basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau. 2. indikator daun rhoeo discolor yaitu indikator alami yang dibuat dari daun rhoeo discolor dimana dalam suasana asam berwarna merah muda (pink) dan dalam suasana basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau. 3. Indikator kayu secang yaitu indikator alami yang dibuat dari kayu secang dimana dalam suasana asam berwarna kuning dan dalam suasana basa berwarna merah, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah. 4. Indikator fenolptalin (pp) yaitu indikator yang berupa larutan dimana dalam suasana asam tidak berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah,

13

sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah muda. 5. Kadar asam cuka adalah banyaknya volum asam cuka yang ekivalen dengan volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi yang masing-masing menggunakan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu secang, dan indikator pp, yang dinyatakan dalam % v/v, yaitu banyaknya volum asam cuka dalam 100 ml larutan. C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah indikator alami yang dibuat dari bahan alam, sedangkan sampel yang digunakan adalah tiga indikator alami, yaitu indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang yang dibuat segar ketika akan digunakan. D. INSTRUMEN PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan seperangkat bahan dan alat sebagai berikut : 1. Bahan yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kristal asam oksalat dihidrat (H2C2O4. 2H2O) b. c. 70% d. e. Daun kubis ungu Daun rhoeo discolor i. Akuades Kristal NaOH p.a buatan E. Merck Asam cuka pekat p.a E. Merck f. Kayu secang g. Indikator pp h. Alkohol

2. Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Labu Erlenmeyer b. Pipet volum c. Buret d. Statif dan klem e. Pipet tetes tampak 14 g. Labu ukur h. Timbangan analitik i. Gelas arloji j. Kuvet k. Spektrofotometer sinar

f. Tabung reaksi

E. PROSEDUR PENELITIAN 1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Standar Primer Asam Oksalat (H2C2O4) a. Menimbang 1,26 gram H2C2O4. 2H2O, melarutkan dalam 10 ml akuades. Kemudian memasukkan dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan akuades dengan pipet tetes sampai tanda batas. b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda batas. c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan 1 tetes indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga warna pink hilang. d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat yang diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna. 2. Pembuatan Larutan Asam Asetat 5% (0,87427 M) Mengambil 5 mL asam asetat pekat ( 1,05 kg/L, kadar 100% atau 17,4854 M) dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda batas. 3. Pembuatan Indikator Daun Kubis Ungu (Janice van Cleave, 1991 : 192). a. Mengisi botol gelas bertutup dengan 10 gram daun kubis ungu yang sudah dipotong kecil-kecil. b. Memanaskan akuades hingga mendidih, lalu mengangkat dan menuang 100 mL akuades panas ke dalam botol gelas yang berisi potongan-potongan daun kubis ungu tadi. c. Menutup botol gelas & membiarkan sampai dingin (mencapai suhu kamar). d. Menyaring dengan kertas saring ke wadah bertutup lainnya. Indikator kubis ungu siap digunakan.

15

e. Menguji warna indikator daun kubis ungu tersebut dengan cara meneteskan pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

4. Pembuatan Indikator Daun Rhoeo discolor a. Membersihkan daun rhoeo discolor dari kotoran. Mengiris kecil-kecil dengan pisau sebanyak yang diperlukan. b.Mengeringkan dalam oven, setelah kering dimasukkan dalam botol gelas dan menuangkan alkohol 70% ke dalamnya. Tutup botol rapat-rapat. c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap digunakan sebagai indikator. d.Menguji warna indikator daun rhoeo discolor dengan cara meneteskan pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi. 5. Pembuatan Indikator Kayu Secang a. Mengiris kecil-kecil kayu secang dengan pisau sebanyak yang diperlukan. b.Memasukkan ke dalam botol gelas dan menuangkan alkohol absolut ke dalamnya. Tutup botol rapat-rapat. c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap digunakan sebagai indikator. d.Menguji warna indikator kayu secang tersebut dengan cara meneteskan pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi. 6. Titrasi Asam Asetat dengan Titran NaOH a. Mengambil 5 ml larutan asetat 5% (0,87427 M) dengan pipet transfer. b.Memasukkan dalam labu ukur 25 ml lalu menambahkan akuades hingga tanda batas.

16

c. Mengambil 5 ml larutan asam cuka yang sudah diencerkan dengan pipet volum dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 1 tetes indikator pp. d.Mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai tepat terbentuk warna pink. e. Melakukan percobaan sebanyak 10 kali dan mencatat volum NaOH yang diperlukan hingga terbentuk warna pink. f. Mengulangi percobaan a - e, tetapi indikator pp diganti berturut-turut dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu secang. F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Data penelitian yang diperoleh berupa volum asam oksalat yang digunakan untuk standarisasi larutan NaOH dan volum NaOH yang digunakan untuk titrasi sampel asam cuka. Adapun data yang diperoleh sebagai data dasar dalam peneli-tian ini disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut ini : Tabel 2. Volum H2C2O4 yang Diperlukan dalam Standarisasi NaOH Percobaan 1 2 3 4 5 Rata-rata Volum NaOH (mL) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 Volum H2C2O4 (mL) 2,40 2,50 2,40 2,40 2,40 2,42

Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH berdasarkan standarisasi sebesar 0,0968 M (lihat Lampiran ....) ???? Saya tdk ngerti asal ngitungnya ! Tabel 3. Volum NaOH yang Diperlukan pada Titrasi Asam Cuka dengan Indikator pp, Daun Kubis Ungu, Daun Rhoeo Discolor , dan Kayu Secang No. 1. 2, 3, Indikato r pp 1,70 1,70 1,70 Volum NaOH 0,1 M (mL) Indikator Daun Indikator Daun Kubis Ungu Rhoeo Discolor 1,65 1,70 1,65 1,70 1,65 1,70 17 Indikator Kayu Secang 1,60 1,60 1,60

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, Rata-rata

1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70

1,65 1,65 1,65 1,65 1,65 1,65 1,65 1,65

1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70 1,70

1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60 1,60

Rerata volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi, baik yang menggunakan indikator pp maupun ketiga indikator alami tersebut digunakan untuk menghitung kadar asam cuka. E. TEKNIK ANALISIS DATA 1. Perhitungan Kadar Asam Cuka Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu melihat ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi (titik ekivalensi) dengan membandingkan kadar asam cuka yang ditentukan dengan indikator pp. Untuk keperluan analisis ini, maka mula-mula dihitung kadar asam cuka dalam g/100 ml untuk tiap sampel dengan rumus : % v/v = Keterangan : Vs = volum asam cuka yang diambil dari sampel a = volum NaOH yang diperlukan hingga titik akhir titrasi. 25/5 = faktor pengenceran 2. Penentuan Kecermatan (Presisi) Jika suatu pengukuran diulang-ulang, sedangkan variasi hasilnya kecil, maka dapat dikatakan bahwa kecermatan pengukuran tersebut tinggi. Kecermatan dinyatakan dalam besar kecilnya simpangan baku. Hal ini dapat diperoleh dengan cara melakukan analisa satu contoh secara berulang-ulang, kemudian dihitung x dan S. Kecermatan biasanya dinyatakan dalam simpangan baku atau simpangan pukul-rata, yaitu dihitung dengan rumus (Soekeni S & Soedigdo, 1977 : 16 17) : 1 100 25 x x x M NaOH x a 1000 Vs 5

18

Simpangan Baku (S) =

( x x) N 1

Simpangan pukul rata (d ) = lx x l N Keterangan : x = nilai masing-masing pengamatan / pengukuran x = nilai pukul rata setiap pengamatan / pengukuran N = banyaknya pengamatan / pengukuran Kecermatan dinyatakan dalam batas 95% dengan rumus : x t. S, dimana harga t dapat dilihat pada tabel t dengan menggunakan derajat kebebasan (DB). 3. Penentuan Ketepatan (Akurasi) Ketepatan suatu pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang diberikan oleh hasil pengukuran itu dari harga yang sesungguhnya. Untuk mengetahui ketepatan / keakuratan hasil pengukuran, dihitung nilai galat mutlak dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara nilai kadar asam cuka dengan indikator pp dan nilai kadar asam cuka dengan tiap-tiap indikator alami. Adapun rumusnya sebagai berikut (Day, Underwood,1989 : 12) : Galat relatif = galat mutlak X 100 % asam cuka dgn pp

4. Uji Beda Dua Rerata Hasil Pengukuran Untuk menguji hasil pengukuran yang diperoleh dengan metode analitik yang baru dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil itu dengan hasil yang diperoleh dari metode kedua (metode baku yang menjadi acuan). Bila kita memiliki dua rataan x1 dan x2 dengan simpangan baku yang sama secara bermakna, maka suatu taksiran gabung untuk simpangan baku dapat dihitung dari masing-masing simpangan baku s1 dan s2 dengan menggunakan rumus (Miller, JC & miller, JN,1991: 49 - 50) : s=

{( n

2 1) s12 + ( n2 1) s 2 (n1 + n2 2)

19

Berdasarkan perhitungan s gabung, maka dapat dihitung t sebagai berikut : t= ( x1 x 2 ) s 1 / n1 + 1 / n2


Bila harga t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, berarti tidak ada perbedaan pengukuran dengan kedua metode. Hal ini berarti metode analitik yang baru dapat digunakan, karena mampu memberikan hasil yang sama dengan metode baku yang menjadi acuan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Setelah ketiga jenis indikator alami selesai dibuat, yaitu indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang, maka dilakukan uji warna dengan cara meneteskan ketiga jenis indikator pada larutan buffer universal yang telah dibuat sebelumnya dalam berbagai pH. Adapun pH larutan buffer yang digunakan untuk uji warna ini berturut-turut sebesar 2,2; 3,2; 4,0; 5,0; 6,0; 6,4; 7,0; 7,8; 9,0; 10,2; dan 12,4. Hasil ujicoba warna ketiga indikator alami tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :

2,2

3,4

4,0

5,0

6,0

6,4 7,0

7,8

9,0 10,2

12,4

Indikator

Gambar 7. Warna Indikator Daun Kubis Ungu dalam Berbagai pH

2,2

3,4

4,0

5,0

6,0

6,4

7,0

7,8

9,0

10,2 12,4

Gambar 8. Warna Indikator Daun Rhoeo Discolor dalam Berbagai pH 20

2,2

3,4

4,0

5,0

6,0

7,0

7,8

9,0 10,2

12,4

Indikator

Gambar 9. Warna Indikator Kayu Secang dalam Berbagai pH Setelah dilakukan ujicoba warna ketiga indikator pada berbagai pH, maka selanjutnya dapat ditentukan warna yang akan dihasilkan pada titik akhir titrasi (titik ekivalensi). Untuk lebih jelasnya berikut ini gambar warna yang terbentuk pada suasana asam, netral, dan basa dari ketiga indikator alami tersebut.

Pada indikator daun kubis ungu, dalam suasana asam berwarna pink, semakin mendekati netral warna pink berubah menjadi biru, dan dalam suasana basa berwarna hijau. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna biru muda.

Pada indikator daun rhoeo discolor, dalam suasana asam berwarna pink, semakin mendekati netral warna pink berubah menjadi hijau, dan dalam suasana basa berwarna hijau kekuningan. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna hijau.

21

Pada indikator kayu secang, dalam suasana asam berwarna kuning, semakin mendekati netral warna kuning berubah menjadi kuning orange, dan dalam suasana basa mengarah ke warna merah. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna kuning orange. Untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan warna pada berbagai pH tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 2. Setelah diketahui warna ketiga indikator alami pada titik akhir titrasi, maka selanjutnya dilakukan titrasi terhadap asam cuka (asam asetat) dengan pentitran NaOH. Setiap indikator alami digunakan untuk titrasi sebanyak 10 kali dan sebagai kontrol dilakukan titrasi dengan inidikator pp. Adapun rerata volum NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi 5 mL asam cuka (asam asetat) sbb : Tabel 4. Rerata Volum NaOH dalam Titrasi dengan Berbagai Indikator Indikator VNaOH Rerata B. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan, kecermatan, dan dapat tidaknya ketiga indikator alami dalam penentuan kadar asam cuka dengan indikator pp sebagai kontrol. Berdasarkan tujuan tersebut, maka setelah diketahui rerata volum NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi asam cuka dengan volum yang sudah tertentu, selanjutnya dilakukan perhitungan kadar asam cuka yang dinyatakan dalam % v/v, dan hasilnya sebagai berikut : Tabel 5. Kadar Asam Cuka Berdasarkan Titrasi dengan Berbagai Indikator Indikator pp 22 Kadar Asam Cuka (% v/v) pp 1,70 Daun Kubis Ungu 1,65 Daun Rhoeo Discolor 1,70 Kayu Secang 1,60

Daun Kubis Ungu Daun Rhoeo Discolor Kayu Secang Pada penelitian ini kadar asam cuka sebenarnya sudah ditentukan secara kuantitatif, yaitu sebesar 5% v/v. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa tepatnya penentuan kadar asam cuka tersebut, baik menggunakan indikator pp sebagai kontrol, maupun ketiga indikator alami. Adapun asal perhitungan kadar asam cuka tersebut adalah sebagai berikut : Dari mbak Tutik ada perhitungan ini, saya tidak ngerti maksudnya. Jadi bagian ini mbak Tutik yang bahas dan menguraikan ya. (Apa sebaiknya diletakkan di Lampiran 3 sebelum perhitungan galat mutlak dan galat relatif ??) Molaritas 1 mL asam asetat mula-mula= 0,87427 M Molaritas 5 mL asam asetat encer = (0,87427 M)/25 = 0,034971M Jumlah mol 5 mL asam asetat encer = 5 mL x 0,034971 M = 0,174854 mmol Volum NaOH 0,0968 M yang dibutuhkan untuk mentitrasi 0,174854 mmol asam asetat adalah 0,174854 mmol/0,0968 M = 1,806343 mL (Saya tahunya, kalau titrasi asam basa, volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalensi, digunakan utk menentukan konsentrasi yg dititer, dlm hal ini asam cukanya. Tp pd penelitian ini kan volum & konsentrasi asam cuka sdh ditetapkan, saya bingung, sy dijelaskan ya mbak, error nih) Untuk menentukan kecermatan, maka dari data hasil titrasi dengan mengunakan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi selanjutnya dicari besarnya simpangan baku maupun simpangan pukul rata. Berdasarkan perhitungan, ternyata harga simpangan baku dan simpangan pukul rata data volum NaOH untuk keempat indikator adalah 0 (nol). Hal ini menyatakan bahwa pengukuran mempunyai kecermatan yang tinggi dan hasil pengukuran tidak bervariasi. Penentuan ketepatan / keakuratan hasil pengukuran dilakukan dengan menghitung nilai galat mutlak dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara harga kadar asam cuka dengan indikator pp dan harga kadar asam cuka dengan

23

indikator kubis ungu. Adapun hasil pengukuran galat mutlak dan relatif ketiga indikator alami dan indikator pp sebagai kontrol adalah : Tabel ... Hasil Perhitungan Galat Mutlak dan Galat Relatif Indikator pp Daun Kubis Ungu Daun Rhoeo discolor Kayu Secang Rata-rata VNaOH (mL) 1,70 1,65 1,70 1,60 VNaOH teoritis (mL) 1,806343 1,806343 1,806343 1,806343 Galat Mutlak 0,106343 0,156343 0,106343 0,206343 Galat Relatif (%) 5.887199 8.655222 5.887199 11.42325

(Perhitungan selengkapnya lihat Lampiran 4)

Oleh karena harga simpangan baku dari dari ketiga indikator alami dan juga indikator pp sebagai kontrol sama dengan o (nol), maka untuk perhitungan uji beda tidak dapat dilakukan. Hal ini berarti data hasil pengukuran tidak bervariasi, sehingga dengan melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran dengan ketiga indikator alami tidak berbeda secara signifikans dengan hasil pengukuran menggunakan indikator pp. Berdasarkan penentuan kecermatan, ketepatan, dan tidak adanya beda antara hasil pengukuran dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan indikator pp menunjukkan bahwa ketiga indikator alami tersebut dapat digunakan sebagai pengganti indikator pp, khususnya pada penentuan kadar asam cuka secara titrasi asam-basa. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi guruguru kimia SMA khususnya, dan guru-guru kimia pada berbagai tingkat pendidikan tentang dapatnya indikator alami digunakan sebagai pengganti indikator pp, bukan hanya sekedar penentu sifat asam, basa, dan netral suatu larutan, tetapi lebih dari itu dapat digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat membuka wawasan guru-guru kimia tentang pemanfaatan berbagai bahan alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber belajar. Dengan kata lain, sumber belajar kimia tidak selalu harus yang ada di laboratorium, di kelas, tetapi dapat diambil dari alam sekitar. Hasil penelitian ini sangat memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam hal penentuan senyawa apa yang sebenarnya terkandung dalam ketiga indikator 24

alami tersebut, sehingga ia dapat memberikan warna yang berbeda dalam suasana asam, basa, dan netral.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator alami, masing-masing indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu secang : 1. tepat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka. 2. cermat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka. 3. tidak ada perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.

B. SARAN Melihat ketepatan, kecermatan, dan tidak adanya perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp, maka disarankan bagi guru-guru kimia yang sarana laboratoriumnya tidak lengkap, khususnya ketersediaan indikator tidak mampu terpenuhi untuk mencoba menggunakan indikator alami sebagai penggantinya. Selain itu diharapkan guru-guru kimia SMA (khususnya) muncul kreativitasnya dengan mencoba berbagai tanaman di sekitar yang paling mudah dijumpai yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator alami dengan melakukan ujicoba ketepatan dan kecermatannya terlebih dahulu seperti langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini. 25

DAFTAR PUSTAKA Conny Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : Gramedia. Day, Underwood. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia H. M. Hembing Wijayakusuma, dkk. (1993). Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia. Jakarta : Pustaka Kartini. J. Bassett. (1978). Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great Britain : Longman Group. Janice van Cleave. (1991). Gembira Bermain dengan Ilmu Kimia. Jakarta : Temprint. Miller, JC & Miller, JN.(1991). Statistika untuk Kimia Analitik. Bandung : ITB Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A. (1998). Contemporary Chemical Analysis. USA : Prentice-Hall Inc.

26

27

Lampiran 1. PERHITUNGAN MOLARITAS ASAM OKSALAT DAN NAOH Massa molekul relatif asam oksalat (Mr H2C2O4) Massa asam oksalat yang ditimbang Volum larutan Molaritas asam oksalat (M H2C2O4) = 126 g/mol = 1,26 g = 100 mL = 0,1 L = 1,26 g / 126 g / mol 0,1 L

= 0,1 M Berdasarkan hasil titrasi diperoleh rerata volum H2C2O4 sebesar 2,42 mL. berarti 5 mL NaOH setara dengan 2,42 mL H2C2O4 0,1 M atau 0,242 mmol H2C2O4 (aq) + 2 NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

sehingga menurut persamaan reaksi di atas, 0,242 mmol H2C2O4 bereaksi dengan 0,484 mmol NaOH. Jadi, MNaOH sebesar 0,484 mmol / 5 mL = 0,0968 M atau dibulatkan menjadi 0,1 M.

28

Lampiran 2. PERUBAHAN WARNA KETIGA INDIKATOR ALAMI PADA BERBAGAI pH Indikator Daun Kubis Ungu pH 2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 Warna pink tua pink pink pink muda pink bening pH 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Warna pink kebiruan biru ungu biru ungu biru biru biru kehijauan

Indikator Daun Rhoeo Discolor pH 2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 Warna pink pink pink pink bening pink sangat bening pH 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Warna pink kehijauan hijau muda hijau muda hijau muda hijau kekuningan hijau kekuningan

Indikator Kayu Secang pH 2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 Warna kuning bening kuning bening kuning tua kuning tua kuning tua pH 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Warna kuning orange orange kemerahan merah muda merah merah

29

Lampiran 3. PERHITUNGAN VOLUM NAOH SECARA TEORETIS

30

Lampiran 4. PERHITUNGAN GALAT MUTLAK DAN GALAT RELATIF Indikator pp Daun Kubis Ungu Daun Rhoeo discolor Kayu Secang Rata-rata VNaOH (mL) 1,70 1,65 1,70 1,60 VNaOH teoritis (mL) 1,806343 1,806343 1,806343 1,806343

Galat mutlak pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar : 1,806343 - 1,70 = 0,106343 Galat relatif pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar (0,106343 / 1,806343 ) x 100% = 5.887199 % Perhitungan galat mutlak dan galat relatif pengukuran volum titran dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang dilakukan dengan cara yang sama dengan perhitungan pada indikator pp (Day, Underwood, 1989 : 19).

31

You might also like