You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR Dosen pengampu : Bhidari Pidhatika

ST.MSc.PhD

Disusun oleh : ISMANTO 10.TBKKP.4065

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA 2011


DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR

I. TUJUAN : Menentukan konstanta kesetimbangan suatu solusi terhadap dua pelarut tak bercampur 2. DASAR TEORI : Bila dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan kedalam suatu tempat, maka akan terlihat suatu batas, dimana hal ini menunjukkan dua pelarut tersebut tidak bercampur. Jika solut yang dapat bercampur baik dalam pelarut I maupun pelarut II ditambahkan pada kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian solut yang terdistribusi dalam kedua pelarut tersebut. Prinsip tersebut diatas dapat diaplikasikan pada metode pemisahan senyawa kimia yaitu ekstrasi yang menggunakan prinsip perbedaan kelarutan senyawa diantara dua pelarut tak bercampur. Salah satu jenis ekstrasi ysitu cair-cair yang menggunakan pelarut yang sama fasanya yaitu cair. Solut yang terdistribusi pada kedua pelarut menpunyai harga potensial kimia () sebagai berikut: i = i + RT ln ai dimana ai adalah aktivitas solut dalam pelarut pada suatu kesetimbangan kecepatan solut yang keluar dari pelarut yang satu sama dengan kecepatan solut yang keluar ke pelarut yang lain sehingga potensial kimia pada kedua pelarut sama. i = ii i = i + RT ln ai = ii + RT ln aii ln =

Harga i dan ii konstanta pada temperatur dan tekanan tertentu sehingga K= Koefisen partisi atau koefisien distribusi K adalah x/x. Dimana x dan x adalah fraksi mol solut pada kedua pelarut.

Bila larutan encer maka mol fraksi sebanding dengan molaritas maupun molalitas sehingga K = atau K =

Perumusan tersebut berlaku selama berat molekul solut sama pada kedua pelarut. Bila berat molekul tidak sama akibat terjadinya asosiasi dan desosiasi solut di dalam salah satu pelarut. Sehingga untuk mendapatkan koefisien distribusi konstan diperlukan modifikasi pada kaidah sederhana tersebut. Misal suatu solut C mempunyai molekul normaldalam pelarut I tetapi dalam pelarut II solut C berasosiasi membentuk senyawa komplek Cn nC ( dalam pelarut I air ) Cn ( dalam pelarut II organik )

Harga konstanta kesetimbangan K = Dimana : C = konsentrasi dalam mol Cn = K= mol, dengan n = bilangan bulat, sehingga diperoleh :

3. ALAT DAN BAHAN : Alat-alat yang digunakan adalah : 1. Corong pisah 250 ml 2. Erlenmeyer 250 ml sebanyak 3 buah 3. Buret 50 ml 4. Pipet ukur 10 ml 5. Pipet ukur 25 ml 6. Labu takar 50 ml 7. Pipet tetes 8. Gelas ukur 9. Statif dan klem

Bahan-bahan yang digunakan : 1. Larutan asam asetat 1 M 2. Dietil eter 3. Larutan standar NaOH 0,5 M 4. Larutan indikator PP 5. Aquades 4. PROSEDUR KERJA : Praktikum 1 : 1. Membuat larutan asam asetat 65 ml dengan konsentrasi 1 ; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 M dengan cara perhitungan M1 x V1 = M2 x V2 2. Mengambil 10 ml larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 M dengan pipet volume 3. Memasukan kedalam Erlenmeyer dengan penambahan indikator PP sebanyak 2 tetes 4. Digojag hingga homogen, kemudian titrasikan dengan NaOH 0,5 M hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi ungu 5. Mencatat volume NaOH 0,5 M 6. Mengulang secara triplo

Praktikum 2 1. Mengambil 25 ml asam asetat dimasukan dalam corong pisah dam menambahkan 25 ml eter 2. Di kocok selama 10 menit, kemudian didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan (lapisan bawahnya air, lapisan atas berupa eter) 3. Mengambil larutan yang di bawah (air) sebanyak 10 ml, memasukan dalam Erlenmeyer 4. Menambahkan 2 tetes indikator PP 5. Menitrasikan dengan NaOH 0,5 M 6. Mencatat volume titrasi saat terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi ungu 7. Mengulangi praktikum 1 dan praktikum 2 dengan menggunakan asam asetat dengan konsentrasi 0,8; 0,6: 0,4; 0,2 M

5. HASIL PENGAMANTAN : Tabel I (Asam asetat +indikator PP dititrasi dengan NaOH 0,5M) Rerata Volume Volume Konsentrasi Volume(ml) NaOH(ml) NaOH(ml) 1M 10 11.5 11.1 10.9 9.1 8.4 9.1 6.6 6.8 6.9 4.5 4.5 4.6 2.3 2.3 2.2 11.17 Asam Asetat

No

0,8 M

10

8.87

0,6 M

10

6.77

0,4 M

10

4.5

0,2 M

10

2.27

Tabel II (Asam asetat+eter+indikatorPP dan dititrasi dengan NaOH 0,5M) No 1 Asam Asetat Eter Volume Konsentrasi Volume(ml) Volume(ml) NaOH(ml) 1M 25 25 8,1

0,8 M

25

25

6,5

0,6 M

25

25

4,8

0,4 M

25

25

3,1

0,2 M

25

25

1,7

6. PENGOLAHAN DATA :

Penentuan konsentrasi asam asetat awal

Penentuan konsentrasi asam asetat dalam air setelah kesetimbangan

Penentuan konsentrasi asam asetat dalam air setelah kesetimbangan

Asam Asetat No Konsentra si 1M Volume (ml) 10

Volume NaOH(ml ) 11.5 11.1 10.9 9.1 8.4 9.1 6.6 6.8 6.9 4.5 4.5 4.6 2.3 2.3 2.2

Rerata Volume NaOH( ml) 11.17

C asetat (M) 0.558333

C air(M)

C eter(M)

ln C air

ln C eter

0.405

0.153333

-0.90387

-1.87514

0,8 M

10

8.87

0.443333

0.325

0.118333

-1.12393

-2.13425

0,6 M

10

6.77

0.338333

0.24

0.098333

-1.42712

-2.31939

0,4 M

10

4.5

0.226667

0.155

0.071667

-1.86433

-2.63573

0,2 M

10

2.27

0.113333

0.085

0.028333

-2.4651

-3.56372

Grafik ln Cair vs ln Ceter

Grafik ln C air vs ln C eter


0 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 -0.5 -1 y = 1.229x - 0.7922 R = 0.8463 ln C air -2.31939 -1.87514 -2.13425 -1.5 -2 -2.5 -3 -3.56372 -3.5 -3.63573 ln C eter -4 -4.5 Series1 Linear (Series1) 0

Persamaan regensi adalah Harga koefisien distribusi :

Dengan persamaan linear A=n

Dengan persamaan regensi Nilai n = 1,229 Nilai K

6. PEMBAHASAN : Pada praktikum pertama dengan mengunakan konsentarasi asam asetat masing-masing 1 ; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 M dan pengambilan masing-masing 10 ml dan penambahan indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,5 M, ditemukan volume rata-rata NaOH sebesar masing-masing 11.17 ml; 8.87 ml; 6.77 ml; 4.5 ml; 2.27 ml. dari hasil perhitungan dapt diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka semakin banyak volume NaOH yang di butuhkan untuk titrasikemudian konsentrasi asam setat awal dapat ditentukan dengan rumus masing-masing ; M; sebesar ;

. Semakin banyak volume NaOH maka konsentrasi

asam asetat awal semakin tinggi .

Pada praktikum kedua mencampurkan asam asetat masing-masing konsentarasinya 1 ; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 M dengan dietil eter yang selanjutnya akan terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan atas yang mengandung Eter dan lapisan bawah yang mengandung Air dan Asam Asetat. Dari pengambilan 10 ml larutan yang bawah dan kemudian dititarasi dengan NaOH 0,5 M..berturut turut volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi 8,1 ml; 6,5 ml ;4,8 ml ; 3,1 ml; 3,1 ml;1,7 ml. dari volume NaOH ini dapat ditentukan konsentrasi air , berturut-turut konsentrasi air sebesar ; ; ; ; . Selanjutnya dapat

untuk menentukan konsentrasi asam asetat dalam air dengan rumus

.
sehingga

Untuk dapat menghitung nilai n dan K terlebih dahulu harus menentika nilai ln Cair dan ln Ceter kemudian didapatkan persamaan regensi sebesar adalah nilai n sebesar dan nilai

Alat pemisah yang biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong pemisah. Caranya sangat mudah, yaitu cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula, kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah terbentuk dua lapisan, campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan konsentrasi zat terlarut tersebut. 7. KESIMPULAN: 1. Distribusi solut antara dua pelarut tak bercampur menghasilkan 2 lapisan, yaitu lapisan atas yang mengandung Eter dan lapisan bawah yang mengandung Air dan Asam Asetat. 2. Persamaan regensi yang temukan dari grafik ln Cair vs Ceter sebesar

3. Nilai n sebesar 4. Nilai konstanta kesetimbangan suatu solusi terhadap dua pelarut tak bercampur sebesar

DAFTAR PUSTAKA

http//www.google.com/pemisahan-iod-dengan-metode-ekstraksi.html pada 28 april 2011 pukul 10.00 WIB

diiakses

http//www.google.com/PEMISAHAN%20CAMPURAN%20YANG%20TIDAK %20SALING%20CAMPUR%20%C2%AB%20Annisanfushie%27s%20Weblog. htm diakses pada 28 april 2011 pukul 10.00 WIB

http/www.google.com/ilmu%20kimia-Hukum%20distribusi.htm diakses pada 4 mei 2011 pukul 19.30 WIB

You might also like