You are on page 1of 6

b.

Praktikum 2 1) Alat dan bahan 2) Cara Kerja 3) Hasil a) Viskositas saliva PH = 8 (basa), viskositas serus, warna bening b) Buffer saliva (1) Viskositas serus dan warnanya keruh serta terlihat adanya serabut-serabut (2) terdapat sedikit prepitasi/endapan putih pada dasar tabung c) Reaksi reduksi gula pada saliva 2 ml saliva+1 ml Hcl+dipanaskan = menghasilkan warna bening pada larutan, kemudian ditambahkan 1 ml NaoH+lart. Benedict= warna biru muda, lalu dipanaskan, terjadi perubahan warna menjadi biru tua d) Aktivitas enzim -amylase saliva (1) Tanpa pemanasan (a) saliva+larutan kanji = warna bening (b) larutan saliva+larutan kanji ditambahkan larutan yodium = coklat kekuningan (hasil negatif) (c) larutan saliva+larutan kanji dicampur dengan larutan benedict+dipanaskan = warna berubah menjadi hijau kemerahan (hasil positif) (2) Dengan pemanansan (a) saliva yang telah dipanaskan+larutan kanji = warna bening (b) larutan saliva panas+larutan kanji+larutan yodium = warna biru (hasil positif) (c) larutan saliva panas+larutan kanji+larutan benedict+dipanaskan = warna tidak mengalami perubahan warna, warna tetap biru (hasil negatif) e) Garam Ca pada saliva 5 ml saliva+5 tetes asam cuka+5 tetes K-oksalat = larutan terlihat lebih keruh dan ada presipitasi endapan putih (sedikit) 4) Pembahasan hasil a) Viskositas saliva Konsumsi obat akan berpengaruh pada laju aliran saliva.Pada percobaan pertama ini didapatkan hasil pH 8, yang normalnya antara 5,-7. Hal ini disebabkan karena bercampurnya dari saliva yang bersifat serous dan saliva yang bersifat mucus bercampur, dan semakin banyak percampurannya akan mempengaruhi pH saliva. Lalu sifat saliva yang di sekresikan pada percobaan ini cenderung bersifat serous, hal ini dikarenakan stimulasi yang berupa mekanik, akan merangsang glandula parotis untuk mensekresikan saliva. Probandus mengkonsumsi obat pada hari sebelumnya, namun tidak berpengaruh pada perubahan pH dan Viskositas

b) Buffer saliva Pada percobaan kedua ini hasil yang didapat adalah terbentuknya presipitat pada tabung reaksi yang disebabkan oleh asam cuka yang membentuk garam, yang mengakibatkan terbentuknya endapan putih pada dasar tabung reaksi. Akan tetapi pada percobaan ini hanya sedikit presipitat yang terbentuk, dikarenakan kurangnya waktu dalam proses pengendapan. Terbentuknya endapan terjadi karena asam cuka yang berikatan dengan bikarbonat c) Reaksi reduksi gula pada saliva Hasil Saliva yang dicampur dengan HCl dan dipanaskan, lalu ditambah NaOH dan larutan Benedict dan dipanaskan, akan menjadi warna biru tua. Perubahan warna tertjadi pada menit ke-8, dimana terjadi perubahan menjadi warna biru tua (SEHARUSNYA APA LUPA HEHEHE). Perubahan warna yang tidak mencolok ini bisa diakibatkan karena kadar glukosa yang rendah pada saliva, dan kurangnya waktu saat pemanasan, atau larutan yang diberikan terlalu sedikit. d) Aktivitas enzim -amylase saliva (1) Tanpa pemanasan Pada uji amilase ini digunakan larutan kanji/amilum sebagai polisakarida. Saat di campur dengan saliva yang mengandung enzim amylase, amilum akan terhidrolisis dan membentuk disakarida. Namun untuk membentuk disakarida melalui beberapa tahapan yang dapat dilihat pada diagram berikut : Enzim -amylase Larutan kanji --------------- Amilodekstrin (biru tua) -- Eritodekstrin (amilum) + larutan yodium (merah) -- akrodekstrin (tidak berwarna) -- maltosa (tidah berwarna) diagram tersebut merupakan tahapan hidrolisis amilum. Amilum akan dihidrolisis oleh enzim -amylase menjadi sakarida sederhana dan dekstrin. tergantung dari tingkat hidrolisis amilum, maka dekstrin memiliki ukuran molekul yang berbeda-beda. Makin lama dekstrin terbentuk, maka makin kecil molekulnya dan terbentuklah sakarida sederhana (monosakarida dan disakarida). Amilum yang telah dicampur dengan enzim -amylase ketika dicampur larutan yodium seharusnya negatif jika amilum benar-benar telah terpecah menjadi sakarida sederhana. Tanda-tandanya yaitu warna campuran amilum dan enzim -amylase setelah ditetesi larutan yodium akan berwarna coklat mengikuti warna larutan yodium. Namun, pada beberapa percobaan mungkin amilum balum terpecah sempurna, masih berupa molekul-molekul besar. Jadi ketika diberi tetesan larutan yodium, campuran amilum dan enzim -amylase akan berwarna biru tua atau merah. Biru tua menandakan amilum

yang terpecah masih berupa amilodekstrin sedangkan jika berwarna merah amilum masih berupa eritodekstrin. Pada percobaan yang telah dilakukan, amilum dicampur dengan enzim -amylase dan ditunggu selama 3 menit agar terjadi proses pemecahan polisakarida menjadi disakarida. Setelah di tetesi dengan larutan yodium, warna campuran amilum dan enzim -amylase mengikuti warna larutan yodium yaitu coklat. Hal ini menandakan amilum telah terpecah sempurna menjadi molekul-molekul dekstrin yang lebih kecil (akridekstrin) dan maltosa yang tidak memberi warna pada larutan yodium, sehingga tidak terjadi perubahan warna. Ketika maltosa ini di campur dengan larutan benedict dan dipanaskan, maka akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau kemerahan. Hal ini terjadi karena larutan benedict yang digunakan untuk uji gula pereduksi (disakarida), ketika di campur dengan disakarida akan menunjukkan hasil positif dengan tanda terjadi perubahan warna pada larutan. (2) Dengan pemanasan Pada pengujian ini saliva dipanaskan terlebih dahulu, sehingga enzim -amylase menjadi rusak. Lalu saliva yang telah mendidih dicampur dengan larutan amilum. Amilum yang berupa polisakarida tidak terhidrolisis menjadi disakarida karena rusaknya enzim -amylase sebagai penghidrolisis. Ketika campuran saliva dan amilum diberi tetesan larutan yodium, warna akan berubah menjadi biru, hal ini menandakan bahwa enzim -amylase yang telah rusak tidak dapat menghidrolisis polisakarida yang ada pada kanji/amilum, sehingga ketika diberi larutan yodium, polisakarida pada kanji akan bereaksi. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang memebentuk senyawa. Molekul amilosa adalah molekul-molekul kecil yang berupa unit glukosa yang terdapat dalam kandungan polisakarida. Larutan saliva dan amilum kemudian dicampur dengan larutan benedict kemudian dipanasi. Tidak terlihat perubahan warna. Warna masih tetap berwarna biru sama seperti warna benedict. Hal ini membuktikan bahwa polisakarida yang tidak terpecah sempurna memperlihatkan hasil yang negatif ketika direaksikan dengan larutan benedict. Larutan benedict digunakan untuk uji disakarida, jadi jika dicampur dengan larutan polisakarida maka hasil yang dihasilkan negatif. e) Garam Ca pada saliva pada hasil uji kalsium diperoleh larutan keruh dari campuran saliva, asam cuka dan K-oksalat. Selain itu dijumpai juga endapan putih didasar tabung. Endapan putih tersebut adalah kalsium oksalat. Dengan pengikatan Ca oleh K-oksalat, Ion Ca+ dapat menggeser ion K+ yang terdapat pada kalsium oksalat sehingga terbentuk endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kandungan Ca+ pada saliva. Nb. Amilum = kanji

(Martoharsono, Mulyono, 1978). Martoharsono, Soeharsono, Mulyono. 1978. Petunjuk Praktikum Biokimia. Team Pengelola Kuliah dan Praktika Biokimia UGM Yogya

http://www.gudangmateri.com/2010/03/biokimia-gigi-dan-saliva.html http://www.scribd.com/doc/78711381/Penentuan-Aktivitas-Enzim-Amilase-Saliva-Dan-Vit-c Larutan Benedict yg mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yg mempunyai gugus aldehida atau keton bebas dgn membentuk kuprooksida yg berwarna (hijau, kuning, atau merah) b. Uji Benedict Merupakan uji kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas larutan tembaga sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Jika benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung.

Reaksinya : Cu2+ + H2O + Na+


---

H-COONa + Cu2O + 2H+

reagen Benedict biru mengandung tembaga (II) ion (Cu 2 + ) yang berkurang menjadi tembaga (I) (Cu + ). Ini adalah diendapkansebagai merah tembaga (I) oksida yang tidak larut dalam air. Cara kerja Benedict Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga(salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Selama proses ini CU2+ tereduksi menjadi CU+. Ketika Cu mengalami reduksi, glukosa memberikan salah satu elektronnya dan dioksidasi. Karena glukosa mampu mereduksi Cu pada benedict, maka glukosa disebut sebagai gula pereduksi.

Ketika pemecahan belum sempurna, amilum akan terhidrolisis menjadi dektsrin dan oligosakarida.

Uji Pati-Iodium :uji Iodin untuk membedakan amilum dan glikogen juga untuk pembentukan kompleks Pati-IodiumTujuan : membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakaridaDasarnya :molekul Pati mempunyai struktur tiga dimensi berupa spiral,dalam struktur ini molekul Pati dapat mengikat molekul Iodiumsecara fisik dengan cara menempatkan Iodium tersebutkedalam spiral sehingga kompleks tersebut berwarna biru. Bilalarutan dipanaskan, struktur spiral akan hilang sehingga Patitidak dapat lagi mengikat Iodium, akibatnya warna biru jugahilang. Monosakarida dan disakarida tidak menimbulkan warnabiru dengan Iodium

diterangkan bahwa reaksipositif pati-iodium ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biruyang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum denganiodin. Ikatan antara pati dan iodium ini belum diketahui dengan jelas, ada teori yangmenyebutkan bahwa terbentuk kompleks adsorpsi pati-iodium, ada pula teori lain yangmenyebutkan bahwa pati iodium membentuk suatu senyawa.

http://www.scribd.com/doc/81118310/p1-Uji-Identifikasi-Karbohidrat
Derajat asam dan kapasitas bufersaliva sangat bergantung pada kandungan bikarbonat dan juga kandunganfosfat anorganik dalam saliva. Yang mempengaruhi ph saliva

1. Yang mempengaruhi viskositas saliva

Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva Sekresi saliva pada keadaan tanpa rangsang dapat disebabkan oleh faktor berikut: 1. Derajat Hidrasi Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol(Rensburg, 1995). Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktoryang paling penting karena apabila cairan tubuh berkurang 8% makakecepatan aliran saliva berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknyakecepatan aliran saliva yang meningkat akan mengakibatkanhiperhidrasi (Edgar and OMullane, 1996). Fungsi 2.Posisi Tubuh Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatanaliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk danberbaring. Pada posisi berdiri, kecepatan aliran saliva mencapai 100%,pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25% (Roth dan Calmes, 1981). 3.Paparan Cahaya

Dalam keadaan gelap, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30 40% (Edgar and OMullane, 1996). 4. IramaSiang dan Malam Kecepatan saliva memperlihatkan irama siang dan malam yang dapatmencapai puncaknya pada siang hari dan menurun saat tidur (Edgar andOM ullane, 1996). 5.Irama Sirkanual Pada musim panas, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan yangdisebabkan oleh dehidrasi tubuh. Pada musim dingin, kecepatan salivapada kelenjar parotis mengalami peningkatan (Edgar and OMullane, 1996). 6.ObatAtropin dan obat kolinergik lainnya menurunkan sekresi saliva (Ganong,1996). 7.Usia Kecepatan aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan,sedangkan pada anak dan dewasa kecepatan aliran saliva meningkat (Roth dan Calmes, 1981). 8.Efek psikis Efek psikis seperti mendengar bunyi makanan disisapkan, berbicaratentang makanan dan melihat makanan dapat meningkatkan aliransaliva. Sebaliknya berfikir makanan yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva (Rensburg, 1995).

You might also like