You are on page 1of 15

1/5

SNI
Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan ditetapkan oleh BSN. 2. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu: a. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi b. dalam pengembangan SNI; Transparency (transparansi): Tran sparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan c. pengembangan SNI; Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan kepentingannya d. dan diperlakukan secara adil; Effectiveness dapat memfasilitasi and

relevance: Efektif dan relevan agar perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku; Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar global dan memperlancar perdagangan f. internasional; dan Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan

e.

2/5

nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional. (sumber Strategi BSN 2006-2009)

APA

ITU

SNI

SNI adalah Standar Nasional Indonesia, merupakan suatu dokumen yg berisikan ketentuan teknis, pedoman dan karakteristik kegiatan dan produk yang berlaku secara Nasional untuk membentuk keteraturan yang optimum dalam konteks keperluan tertentu.

MENGAPA MENERAPKAN SNI ? o o o Produsen akan mendapatkan kepastian tentang batas-batas ketentuan teknis yang sebaiknya dipenuhi agar produknya dapat diterima oleh pasar ; Pengguna produk dan konsumen akhir mendapatkan kepastian dan jaminan tentang kualitas atau keamanan dari produk yang akan dibelinya ; Kepentingan publik seperti keselamatan publik, keamanan produk, kesehatan masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. SNI menjadi standar Nasional yang efektif untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar, sekaligus melindungi keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan.

Sebenarnya logo SNI bukan hanya di helm saja, banyak produk yang sudah menerapkan atau sudah mempunyai sertifikat SNI. Jadi apabila barang tersebut sudah ada logo SNI, barang tersebut sudah layak uji dan aman buat kita.

Mulai sekarang jangan beli barang asal-asalan, jangan beli yang murah tapi kualitas murahan. Teliti sebelum membeli sebelum kita rugi. APA ITU SNI ?

SNI adalah Standar Nasional Indonesia, merupakan suatu dokumen yg berisikan ketentuan teknis, pedoman dan karakteristik kegiatan dan produk yang berlaku secara Nasional untuk membentuk keteraturan yang optimum dalam konteks keperluan tertentu.

MENGAPA MENERAPKAN SNI ? o o o Produsen akan mendapatkan kepastian tentang batas-batas ketentuan teknis yang sebaiknya dipenuhi agar produknya dapat diterima oleh pasar ; Pengguna produk dan konsumen akhir mendapatkan kepastian dan jaminan tentang kualitas atau keamanan dari produk yang akan dibelinya ; Kepentingan publik seperti keselamatan publik, keamanan produk, kesehatan masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. SNI menjadi standar Nasional yang efektif untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar, sekaligus melindungi keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan.

3/5

Sebenarnya logo SNI bukan hanya di helm saja, banyak produk yang sudah menerapkan atau sudah mempunyai sertifikat SNI. Jadi apabila barang tersebut sudah ada logo SNI, barang tersebut sudah layak uji dan aman buat kita.

Mulai sekarang jangan beli barang asal-asalan, jangan beli yang murah tapi kualitas murahan. Teliti sebelum membeli sebelum kita rugi.

Indonesia sebagai bagian dari dunia tidak terelakan untuk masuk dalam perdagangan dunia. Saat ini Indonesia telah meratifikasi WTO, Asia Free Trade Area (AFTA) dan China-Asia Free Trade Area (CA-FTA). AFTA dan CAFTA mulai berlaku tahun 2010 ini. Kita tidak ingin hanya tanda tangan dan masuk ke perdagangan dunia, tapi turut ambil peran dan eksis di sana. Untuk itulah salah satu alasan Badan Standardisasi Nasional ada. Dalam menghadapi dan mengantisipasi perdagangan dunia, tahun 2010-2020 BSN berjuang supaya Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi standar nasional yang efektif untuk memperkuat daya saing nasional, meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar, sekaligus melindungi keselamatan konsumen, kesehatan masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan dan keamanan. SNI sendiri adalah dokumen yang berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan yang hasilnya dirumuskan secara konsesus, kemudian ditetapkan oleh BSN untuk dipergunakan oleh stakeholder dengan tujuan untuk mencapai keteraturan yang optimal ditinjau dari konteks keperluan tertentu. Ketentuan teknis di atas merupakan konsolidasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman yang terus dikaji. SNI perlu dirumuskan secara konsesus untuk menjamin agar suatu standar merupakan hasil dari kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan. Dan apa yang telah ditetapkan, oleh BSN diberlakukan secara nasional. BSN sadar bahwa untuk berperan aktif dalam perdangangan dunia, produk nasional harus kompetitif. Untuk itu BSN telah mengatur standarisasi suatu produk mulai dari pemilihan bahan baku sampai produk itu dilepas ke pasar dunia. Tahap pertama terjadi saat pemilihan bahan baku. Pada tahap ini produsen sudah terikat pada ISO 9000, yang adalah kumpulan

4/5

standar untuk sistem manajemen mutu (SMM). ISO 9000 dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang standarisasi. Setelah pemilihan bahan baku, proses berikutnya adalah proses produksi. Untuk mencapai standar yang diharapkan, tahap ini mesti memenuhi standar ISO 14000, yakni standar internasional tentang sistem manajemen lingkungan. ISO 14000 merupakan model pengelolaan lingkungan dari mulai product life cycle, proses audit lingkungan, environmental labelling, dan evaluasi lingkungan. Selain itu juga memenuhi ISO 9000. Proses produksi juga dikawal dengan TQM (Total Quality Management) atau manajemen kualitas total, suatu pendekatan manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta masyarakat. Selain TQM juga ada yang dinamakan dengan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), yakni suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive). Tahap berikutnya kita masuk ke hasil produksi atau uji produk. Untuk menjamin kualitas, lembaga penilaian kesesuaian (LPK) berperan besar pada bagian proses produksi dan hasil produksi. LPK di antaranya yaitu: a. Lembaga Sertifikasi Lembaga ini mempunyai kompetensi untuk melakukan penilaian kesesuaian sistem atau produk terhadap persyaratan tertentu, yang mana hasil penilaiannya dinyatakan dengan sertifikat. b. Laboratorium Untuk laboratorium meliputi laboratorium penguji dan/atau laboratorium kalibrasi yang melakukan kegiatan pengujian dan atau kalibrasi, yang mana hasil pengujian dan/atau kalibrasi dinyatakan dengan sertifikat/laporan hasil uji atau sertifikat kalibrasi.

5/5

c. Lembaga inspeksi (SNI 19-17020) Lembaga ini mempunyai kompetensi untuk melakukan pemeriksaan kesesuaian barang dan atau jasa terhadap persyaratan tertentu, yang mana hasil pemerikasaannya dinyatakan dengan sertifikat hasil inspeksi. Produk yang sudah lolos dari LPK bisa dikatakan sebagai produk kompetitif yang memiliki standar dan jaminan mutu. Ada empat kriteria produk yang bisa dianggap bermutu dan berdaya saing tinggi: memenuhi persyaratan pelanggan, memenuhi persyaratan minimum (standar dan jaminan mutu), berstandar SNI dan mempunyai nilai yang tinggi. Produk ini, dengan penuh optimisme, dilepas ke pasar domestik dan internasional. Standar dan Perdagangan Bebas Standar dan kesesuaian yang dibicarkan di atas pada dasarnya merupakan salah satu subyek yang dibahas dalam forum APEC. Bahkan telah ditingkatkan dari pembahasan tim Ad Hoc menjadi panitia tetap APEC. Hal ini tidak lepas dari pertimbangan bahwa standar adalah salah satu pilar penting dalam perdagangan bebas yang telah dicanangkan dalam perundingan Uruguay Round. Prinsip kelengkapan, fleksibilitas, dan independen memperkuat arti penting standar dan kesesuaian dalam perdagangan. Mengapa demikian? Kalau kita kembali pada prinsip perdagangan bebas yang menghendaki transparansi tentang semua program dan peraturan yang berpengaruh langsung terhadap perdagangan internasional, maka harus ada standar yang menjadi tolok ukur transparansi tersebut. Apakah itu berupa standar untuk produk/jasa, kalibrasi, manajemen, dan kualifikasi personel. Singkatnya, harus ada kesepakatan internasional dengan cara apa dan bagaimana melaksanakan transparansi tersebut. Keputusan penandatanganan perjanjian internasional ini bukan semata-mata merupakan tugas pemerintah saja, tetapi memerlukan keterlibatan pihak swasta, konsumen, asosiasi, KADIN, pemerintah daerah, ilmuwan untuk mendukung bagaimana mencari jalan keluar agar semua persyaratan internasional dalam perdagangan ini dapat dipenuhi tanpa menghambat laju perkembangan nasional dalam berbagai bidang.

6/5

Persetujuan terhadap hambatan teknis terhadap perdagangan (Agreement on Technical Barriers to Trade) yang sekarang dikenal dengan TBT-WTO merupakan satu dari enam perjanjian non-tarif hasil putaran Tokyo. Dalam perundingan tersebut, Negara multirateral anggota GATT memilliki kepentingan untuk menjamin agar standar, peraturan teknis, serta prosedur penilaian kesesuaian yang diberlakukan oleh pemerintah suatu Negara tidak akan dipergunakan sebagai hambatan yang tidak perlu dan tidak merupakan hambatan tersembunyi dalam perdagangan internasional. Dalam Putaran Uruguay, Persetujuan tentang Hambatan Teknis terhadap Perdagangan disempurnakan dengan cakupan yang lebih luas dan merupakan salah satu persetujuan yang tercantum dalam lampiran 1A : Agreement on Trade in Goods dari Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO). Persetujuan ini akan secara khusus berada dalam pengelolaan Dewan Perdagangan Barang (Council on Trade in Goals) - WTO. Dengan berfungsinya WTO mulai 1 Januari 1995, maka Indonesia yang telah meratifikasi Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU RI No.7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization berkepentingan untuk melakukan peninjauan terhadap peraturan-peraturan, dan dalam hal tertentu melakukan penyesuaian agar sejalan dengan isi persetujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan kewajiban bagi setiap Negara anggota WTO. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dalam perdagangan bebas telah ditetapkan bahwa dalam perumusan dan penerapan standar maka Negara-negara anggota WTO wajib untuk mematuhi, di antaranya: Standar yang disusun tidak akan menimbulkan hambatan yang tidak perlu dalam perdagangan internasional; Standar internasional dipergunakan sebagai pengembangan dasar; Berkenaan dengan standar, produk yang berasal dari Negara lain diperlakukan dengan tidak kurang menyenangkan daripada produk sejenis dari dalam negeri ataupun dari Negara tertentu lainnya; dan Berperan aktif dalam penyusunan standar internasional dengan tujuan untuk harmonisasi standar. Penandaan SNI

7/5

Dalam perdagangan internasional, Indonesia tidak hanya berperan dalam WTO seperti yang dijelaskan di atas, tapi juga di AFTA dan ACFTA untuk kawasan ASEAN. AFTA atau ASEAN Free Trade Area adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN di mana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5 persen) maupun hambatan non tariff bagi Negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPTAFTA. Sedangkan ACFTA adalah China-ASEAN Free Trade Area (lebih lengkap baca Selayang Pandang AFTA-ACFTA) Gejolak pemberlakukan AFTA dan ACFTA terus bergulir. Dalam salah satu kesempatan, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa AFTA - ACFTA harus dilihat secara proporsional dan komprehensif, jangan setengah-setengah. Menurutnya dengan adanya ACFTA membuat barang-barang ekspor ke Cina meningkat. Antara lain kakao, CPO (Crude Palm Oil) atau minyak mentah, minyak goreng, dan tambang. Selain itu, sebetulnya semua produk Indonesia berpotensi bisa diimpor, termasuk produk-produk manufaktur. Gelas dan garmen dalam negeri yang sudah ada brandnya, kini sudah mulai masuk ke Cina. Lebih dari itu, sambung Mari, keikutsertaan Indonesia dalam ACFTA membuktikan bahwa pemerintah telah melaksanakan komitmen internasionalnya. Di sisi lain, pemerintah menyadari adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi para pengusaha. Oleh karena itu, pemerintah sudah membentuk tim antisipasi akibat perdagangan bebas. Tim antisipasi yang diambil dari lintas departemen itu bertugas menemui dan mengakomodasi masukan dari beberapa sektor industri yang belum siap bersaing karena ACFTA. Mari Pangestu mengatakan, kendala masing-masing sektor industri tentu tidak sama. Ada yang mengeluh karena infrastrukturnya belum maksimal, ada pula yang beralasan ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Nanti permasalahan itu akan diselesaikan satu per satu oleh tim. Ia berjanji bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam melihat keluh kesah dunia industri. Tim antisipasi perdagangan bebas tersebut antara lain bertugas membenahi dan meningkatkan efektifitas pasar dalam negeri, memberikan insentif pajak serta meningkatkan pengawasan barang edar yang tidak mutu. Selain itu, tim juga memperketat Surat Keterangan Asal (SKA) barang yang masuk ke Indonesia.

8/5

Salah satu solusi jitu menghadapi perdagangan bebas ini adalah dengan LabelingSNI pada barang impor. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan bertugas mengawasi barang-barang beredar apakah sudah memenuhi SNI sehingga konsumen dan industri lokal terlindungi. Sedangkan pelabelan SNI itu tugas BSN. BSN tidak sendirian dalam menetapkan SNI. Dalam hal ini BSN merangkul industri terkait, regulator, pakar dan konsumen sendiri sehinggi SNI adalah hasil konsesus. Ini penting untuk memenuhi syarat transparansi. Selain itu, SNI yang dibuat harus harmonis dengan standar internasional, dibuat sesuai kebutuhan pasar sehingga bisa efektif dalam memfasilitasi perdagangan, dan memberikan kesempatan kepada UKM dan daerah untuk berpartipasi dalam perumusan SNI.
No. Kriteria uji 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Air, %, b/b Jumlah gula sebagai sakarosa, %, b/b Protein (N x 6,25), %, b/b Lemak, %, b/b Bahan Tambahan Makanan 7.1 Pemanis Buatan Cemaran Logam : 8.1. Timbal (Pb), mg/kg 8.2. Tembaga (Cu), mg/kg 8.3. Seng (Zn), mg/kg Arsen (As), mg/kg Keadaan : 1. Bau 2. Rasa 3. Warna Satuan Koloni/g APM/g Koloni/g Persyaratan Normal Normal, khas Normal Maks.20 Min. 45 Min.3 Min.7 Sesuai SNI.0222-M dan Peraturan Men Kes. No.722/Men.Kes/Per/IX/88 Tidak ternyata Maks.1,0 Maks. 10,0 Maks. 40,0 Maks. 0,5 Maks. 5,0 x 102

9/5

Cemaran Mikroba : 10.1. Angka lempeng total 10.2. E.coli 10.3. Kapang dan Khamir

<3 Maks. 1,0 x 102

Kode Unit : FQCOPTPRO11.A Judul Unit :

Melakukan Analisis Mutu Makanan Kaleng


Uraian Unit : Unit kompetensi ini mencakup keterampilan dan pengetahuan untuk melakukan analisis atau pengujian mutu berbagai jenis makanan kaleng dengan menggunakan metode Standar, baik standar nasional (SNI) maupun standar perusahaan. Unit kompetensi ini dilakukan dalam rangka pengujian dengan pengawasan rutin. Sub Kompetensi

Kriteria Unjuk Kerja


1.1. Sampel makanan kaleng diregistrasi/dicatat dan disiapkan untuk pengujian. 1.2. Pereaksi, bahan habis pakai dan sampel yang

1. Menyiapkan pengujian

10/5

1.3. 1.4. 1.5.

1.6.

diperlukan disiapkan sesuai dengan persyaratan analisis. Suplai air, listrik atau gas dikonfirmasi tersedia dan siap untuk digunakan. Peralatan dipilih, disiapkan, dan diperiksa untuk menjamin siap digunakan. Kerusakan atau penyimpangan dalam sampel, pereaksi, bahan habis, dan peralatan diidentifikasi atau dikenali, dilaporkan atau tidak digunakan dan diganti dengan yang dapat digunakan. Standar mutu makanan kaleng atau spesifikasi makanan kaleng dikonfirmasi atau ditetapkan akan digunakan.

2. Melakukan pengujian

2.1. Metode pengujian ditaati sesuai metoda standar untuk makanan kaleng atau prosedur/SOP yang ada di tempat kerja. 2.2. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pengujian digunakan sesuai jenis analisis makanan kaleng atau prosedur/SOP yang ada di tempat kerja. 2.3. Hasil pengujian dibaca dan diintrepretasi. 2.4. Hasil pengujian yang diluar perkiraan diidentifikasi dan tindakan koreksi yang perlu dilakukan

3. Melengkapi pengujian dan mencatat hasil

3.1. Limbah atau bekas-bekas pengujian/ analisis dipantau dan dibersihkan sesuai dengan prosedur yang ada di tempat kerja. 3.2. Peralatan dibersihkan sesuai SOP 3.3. Hasil pengujian dicatat dan dilaporkan dalam format yang sesuai. 3.4. Mutu makanan kaleng ditetapkan sesuai hasil pengujian

Persyaratan Unjuk Kerja

11/5

1. Konteks Unit Kompetensi

Dalam unit kompetensi ini bahan/atau produk pangan yang dianalisis atau diuji meliputi makanan kaleng yang umumnya berupa makanan kaleng yang berisi daging, ikan, buah-buahan atau sayuran. Jenis pengujian disesuaikan dengan standar mutu makanan kaleng yang dianalisis (bisa berupa SNI atau standar/spesifikasi perusahaan, yang umumnya meliputi atribut mutu dari makanan kaleng antara lain keadaan kaleng (kondisi fisik kemasan berupa penyok, karat, bocor, cembung, noda pada permukaan dalam kaleng, lipatan, label, berat, komposisi isi dan faktor sejenis yang bisa dilihat secara visual), keadaan isi (bentuk, tekstur, warna, bau dan rasa), kadar air, bobot bersih dan bobot tuntas, sertaserta inspeksi kaleng berupa pemeriksaan sambungan atau lipatan penutupan (double seamer), pemeriksaan kevakuman kaleng, [enentuan head space (ruang hampa), pemeriksaan fisik kaleng bagian dalam, dan pengukuran seam scale. Metode yang digunakan dapat berupa metode kualitatif dan kuantitatif. Tempat kerja yang dimaksud dalam unit kompetensi ini dapat meliputi laboratorium, fasilitas pengawasan mutu atau pabrik, serta dapat juga merupakan simulasi dari tempat-tempat tersebut.
2. Kebijakan/Prosedur yang Tersedia

a. SOP-SOP cara kerja alat atau manual alat, dan spesifikasi peralatan. b. Metode-metode standar pengujian makanan kaleng, baik berupa SNI atau metode
yang dikembangkan perusahaan berdasarkan spesifikasi/standar makanan kaleng perusahaan. c. Prosedur pengambilan contoh makanan kaleng d. Jadwal dan instruksi produksi. e. Material Safety Data Sheet (MSDS) f. Instruksi pabrik atau instruksi verbal dari manajer, supervisor atau operator senior.

3. Peralatan dan Fasilitas yang Diperlukan

a. Peralatan pengujian/analisis disesuakan dengan yang tercantum dalam metode


standar yang digunakan (SNI atau metode/spesifikasi perusahaan) yang digunakan untuk analisis suatu jenis makanan kaleng. Misalnya botol timbang, water bath, oven, pengaduk gelas, alat pengukur tekanan, gelas beker, pipet, otoklaf, tabung reaksi, pembuka kaleng khusus, micrometer, jangka sorong dan timbangan sedang. Sampel berupa makanan kaleng yang berisi daging, ikan, buah-buahan atau sayuran. Sumber listrik, gas dan air. Bahan berupa pereaksi disesuaikan dengan jenis makanan kaleng dan metode standar yang digunakan yang digunakan. Misalnya air destilata, dan alkohol. Peralatan pengaman laboratorium seperti jas laboratorium, kacamata pelindung, sarung tangan, sepatu dan lain-lain. Formulir atau format untuk mencatat data.

b. c. d. e. f.

Acuan Penilaian

12/5

1. Prosedur Penilaian Unit ini dapat dinilai dengan menggunakan prosedur penilaian sebagai berikut :

a. Peragaan keterampilan-keterampilan praktek menganalisis makanan kaleng baik


ditempat kerja maupun dalam bentuk simulasi dimana disediakan perlengkapan minimum yang diperlukan . b. Penilaian kemampuan penunjang, berupa jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan lisan dan tertulis yang standar yang berhubungan dengan analisis makanan kaleng. c. Untuk standar kompetensi ditempat kerja, penilaian lain yang dianggap perlu dapat dilakukan, antara lain laporan pihak ketiga, dan kajian terhadap buku catatan hasil pengujian makanan kaleng di laboratorium, dan laporan peserta.

2. Persyaratan Awal atau Kaitan dengan Unit Kompetensi Lain

Personil yang dinilai dalam unit kompetensi ini harus kompeten dengan Unit Kompetensi Menggunakan Peralatan Dasar Non-gelas (FQCGENLAB02.A), Melakukan Pengujian Fisiko-Kimia Dasar (FQCCORCHE01.A), Melakukan Pengujian Kemasan Kaleng, Melakukan Pengujian Mikrobiologi Dasar (FQCCORMIC03.A) dan Melakukan Analisis Mutu produk Makanan dan Minuman Kalengan (FQCCORPRO05.A).
3. Pengetahuan dan Keterampilan Penunjang

Calon diharapkan mengetahui dan dapat menjelaskan hal-hal berikut : a. Prinsip dasar masing-masing jenis analisis makanan kaleng yang dilakukan yang
tercantum dalam metoda standar (SNI atau standar perusahaan). Tujuan analisis atau pengujian mutu makanan kaleng yang dilakukan. Kerusakan makanan kaleng dan bahaya yang ditimbulkannya terhadap kesehatan. Spesifikasi proses, prosedur dan parameter-parameter operasi. Pengaruh tahapan proses terhadap hasil atau dampaknya. Hal-hal yang menyebabkan penyimpangan atau gangguan terhadap hasil analisis dan tindakan koreksi yang harus dilakukan. g. Jangkauan atau range hasil pengujian yang umum diperoleh. h. Bagaimana membaca dan menafsirkan hasil i. Jasa yang diperlukan jika ada kerusakan alat. j. Prosedur dan cara pemeliharaan dan pembersihan dan sanitasi alat. k. Persyaratan atau format pencatatan data 4. Aspek Kritis Penilaian

b. c. d. e. f.

Proses penilaian harus ditujukan bahwa calon kompeten terhadap aspek-aspek kritis :

a. b. c. d.

Mengakses infromasi ditempat kerja untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan. Memilih dan menggunakan peralatan keselamatan yang sesuai. Mengkonfirmasi peralatan, bahan dan jasa yang diperlukan. Sampel atau pereaksi disiapkan sesuai keperluan.

13/5

e. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan tujuan pengujian/analisis. f. Mengkonformasi kondisi dan status peralatan, anatara lain : mengenali peralatan
yang kotor, peralatan rusak atau diluar lingkup kalibrasi, pengesetan alat, sambungan-sambungan listrik. g. Melakukan pengujian makanan kaleng mengikuti metoda standar yang relevan. h. Membaca dan menginterpretasi hasil i. Mengenali hasil-hasil yang diluar perkiraan atau standar. j. Mengikuti prosedur untuk ulangan analisis atau validasi analisis/metode. k. Mengumpulkan, membersihkan dan membuang limbah yang dihasilkan selama analisis. l. Menggunakan peralatan sesuai SOP sampai dengan mematikannya. m. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai format atau prosedur yang berlaku.

Tingkat Kompetensi Kunci dalam Unit Ini


Informasi ini mengacu kepada tujuh area kompetensi umum yang mendukung kegiatan tempat kerja yang efektif. Kompetensi kompetensi kunci ini mencakup tiga tingkat/level kinerja (unjuk kerja) dalam area berikut :

1. Pengertian Level Kompetensi Kunci Level 1 Karakteristik Level Diartikan bahwa kompetensi dibutuhkan untuk melakukan aktifitas secara efisien dan memuaskan berdasar kemampuan mandiri dan memperoleh hasil kerja berdasar pada kriteria atau parameter yang ditetapkan. Diartikan bahwa kompetensi dibutuhkan untuk mengatur kegiatan yang memerlukan alternatif/pilihan, aplikasi dan integrasi dari sejumlah elemen untuk membuat penilaian (judgements) atas kualitas proses proses dan hasil. Diartikan bahwa kompetensi dibutuhkan untuk mengevaluasi dan merancang kembali proses, menetapkan dan menggunakan prinsipprinsip (rumus) dalam rangka menemukan cara yang terbaik dan tepat untuk pendekatan kegiatan serta menetapkan kriteria untuk penilaian kualitas proses dan hasil.

2. Tingkat Kompetensi Kunci

14/5

KOMPETENSI KUNCI

TINGKAT 1

KOMPETENSI KUNCI Menggunakan ide-ide dan teknik matematika Memecahkan masalah

TINGKAT 2

Mengkomunikasikan ideide dan informasi


Mengumpulkan, mengelola dan menganalisis informasi Merencanakan dan mengorganisasi kegiatan Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok

Menggunakan teknologi

15/5

You might also like