You are on page 1of 3

Oleh: Muhammad Recho Putra Akbar Sebelum mengemukakan pendapat saya tentang kapitalisme, baiknya kita menelaah sedikit

tentang sejarah kapitalisme dan pengertiannya. Kapitalisme berasal dari kata capital yang berarti modal pokok dalam perniagaan, sedang orang yang melakukan atau kelompok yang melaksanakannya disebut kapitalis, sedangkan kapitalisme sendiri adalah system dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal-modal pribadi atau modal-modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah system yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga 19, yaitu pada masa perbankan komersil Eropa dimana sekelompok individu maupaun kelompok dapat bertindak sebagai badan tertentu yang dapat memulai maupaun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal. Seperti yang kita ketahui bahwasanya kapitalisme merupakan suatu paham yang mana meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Yang pasti dengan berbagai cara, baik harta itu diperoleh dengan cara yang baik (halal) maupun tidak baik (Riba, Tadlis, Riswah, Gharar, dsb). Menurut G.G Wellr: kapitalisme adalah suatu yang tidak dapat didefinisikan tapi pada umumnya kita menyebut sebagai sistem kapaitalis, suatu yang kompleks kebiasaan tradosional, energy perolahan yang tidak terkendalikan dan kesempatan jahat serta pemborosan hidup

Teori kapitalis bercirikaan individu yang menjadi pemilik modal (apa yang dihasilkan), dan orang lain tidak punya hak, ia berhak memonopoli semua alat produk yang dapat dicapainya dengan usaha sendiri, dan tidak mengeluarkan hartanya, kecuali dengan jalan memberi keuntungan padanya, teori ini bertitik pada sifat egois yang mana hanya mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Kaptalisme adalah system ekonomi yang berasaskan kepentingan pribadi, dimana nilai produksi dalam konsumsi semata-mata untuk mendapatkan profit. System kapitalisme sama sekali tidak mengindahkan kesejahteraan social, kepentingan bersama, kepemilikan bersama ataupun semacamnya. Asas

kapitalisme adalah kepuasan sepihak, setiap keuntungan adalah milik pribadi. Contoh paling mudah dari system kapitalisme ini bisa digambarkan dari aktualitas Amerika Serikat yang meyakini bahwa mereka adalh penganut system ekonomi campuran (kapitalisme dan Sosialisme), pada dasrnya mereka tetap tidak bisa lepas dari unsur kapaitalis dalam prakteknya. Hal ini diungkapkan oleh seorang ekonom Joseph A. Schumpeter sebagai sistem destruksi kreatif. Dimana menurutnya, setiap perusahaan dalam pasar kecil maupun pasar kompetitif, akan selalu dapat berjalan ke arah yang lebih baik setelah restrukturisasi, yaitu dengan selalu mengadakan pergantian pekerja dan pergantian modal, karena mereka akan selalu digantikan dengan yang lebih baik. Tiap individu juga diyakini mampu menghasilkan modal sendiri, tanpa perlu mencemaskan campur tangan pemerintah. Sekilas cara pandang ini terlihat normal, dimana komponen-komponen pasar tersusun rapi dalam mekanisme yang jelas. Namun hasilnya akan muncul ketimpangan dan menimbulkan suatu masyarakat yang tidak egalitarian, dimana

beberapa individu akan menjadi lebih kaya dari individu lain, dan yang miskin akan semakin miskin. Begitu juga dengan semakin meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas serta aksi anarki dimana-mana. Apabila di tinjau dari segi ekonomi, bukan dari sudut moral, bahwa salah satu akibat dari kapitalisme ini ialah rusaknya keseimbangan dalam pembagian kekayaan diantara individu-individu dan tertumpuknya alat-alat produksi ditangan satu kelompok yang bisa di bilang paling mewah hidupnnya dan palinng unggul. Dan ini praktis menjadikan masyarakat menjadi dua kelas hartawan dan miskin, kelas hartwan menguasai sumber-sumber kekayaan dan bertindak sekehendak hatinya, serta tidak mempergunakannya kecuali untuk kepentingan pribadinya, sehingga kepentingan masyarakat dikorbankan demi untuk menambah kekayaan. Maka orang miskin tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memeperoleh sumber-sumber kekayaan kecuali pada jalan yang mendatangkan keuntungan besar baginya. Bagi kapitalistik tak ada perbedaan yang principal antara jual beli dan Riba keduanya tidak saja bercampur aduk dalam system itu tetapi berjalin dalam transaksi perdagangan, masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, perdagangannya tidak mungkin mendapat kemajuan kecuali dengan riba, jika tidak karena riba niscaya runtuhlah system kapitalis. Jadi sebagai pejuang peradaban dan kemajuan Ekonomi Islam, hendaknya memepelajari dan menerapkan sistem perekonomian yang memebawa keadilan dan kemaslahatan bagi semua golongan masyarakat, dan bukan hanya golongan

masyarakat tertentu, dan dengan mengislamkan system ekonomi kapitalis ini insya Allah masyarakat akan sejahtera dan terpenuhi semua kebutuhannya. Amien.

You might also like