You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN PERCOBAAN XI ANALISA SAMPAH

OLEH :

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: MUHAMMAD SADIQUL IMAN : H1E108059 : V (LIMA) : M. FAHMI ARIF

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU DESEMBER, 2010

PERCOBAAN XI ANALISA SAMPAH

I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui komposisi sampah, densitas sampah, kadar air dan kadar volatil sampah. II. TINJAUAN PUSTAKA Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous) (Departemen Kehutanan, 2004). Soewedo (1983) dalam Departemen Kehutanan (2004) menyatakan

bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai

ekonomis.Meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk di wilayah perkotaan

menghasilakan

volume

sampah

yang

semakin

meningkat.

Hal

ini

menimbulkan berbagai masalah karena sampah dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik (Mirmanto, 2005). Akibat adanya sampah yang tidak terkelola dengan baik antara lain tempat berkembang dan sarang dari serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan udara, sebab sampah menghasilkan cairan lindi (leachate) dan bau busuk yang ditimbulkan akibat dari proses dekomposisi yang menghasilkan gas CO2, methan dan sebagainya dan apabila sampah merupakan sampah anorganik yang menyebabkan tanah tidak dapat diolah, pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan banjir dan merupakan sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan (Mirmanto, 2005).

Wied Harry Apriadji (1995) dalam Mirmanto (2005) menggolongkan sampah dalam 4 (empat) kelompok antara lain meliputi : a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia, meliputi tinja (faeces), dan air kencing (urine). b. Sewage, merupakan air limbah yang di buang oleh pabrik maupun rumah tangga, contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan deterjen. c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari-hari di sebut sampah. Contoh : panci bekas, kertas bekas pembungkus bumbu dapur, sendok kayu yang sudah tidak di pakai lagi dan dibuang, sisa sayuran, nasi basi, daun-daun tanaman, dan masih banyak lagi. d. Industrial waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri. 2.1 Komposisi Sampah Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (%)(Azkha, 2006). Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Sampah Organik Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos (Departemen Kehutanan, 2004). Sampah organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Sampah organik adalah sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar

ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Wikipedia, 2010). 2. Sampah Anorganik Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 70%, dan sampah anorganik sebesar 30% (Departemen Kehutanan, 2004). 2.2 Densitas Sampah Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas sampah akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap penimbulan hingga pembuangan akhir. Densitas sampah yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak pengelola samapah kota adalah densitas sampah pada kontainer penyimpanan sementara (karena hal ini akan menentukan berapa banyak kendaraan angkut yang diperlukan untuk mengumpulkan sampah pada suatu area tertentu) dan densitas pada lahan urug (yang menentukan jumlah ruang yang diperlukan sebagai tempat pembuangan akhir sehingga umur lahan urug dapat ditentukan) (Ardan, 2008). 2.3 Kadar Air Sampah Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah dapat ditentukan frekuensi pengumpulan sampah. Frekuensi pengumpulan sampah dipengaruhi oleh komposisi sampah yang dikandungnya (Azkha, 2006). Perhitungan energi sangat diperlukan agar pembakaran dapat berlangsung efektif dan efisien. Besarnya energi yang diperlukan terutama juga tergantung pada besarnya kadar air sampah. Apabila kadar air sampah tinggi, maka energi

yang diperlukan untuk pengeringan dan pembakaran juga tinggi. Selain tergantung pada kadar air sampah, besarnya energi yang diperlukan juga tergantung pada kandungan energi sampah. Efektifitas pengeringan dan pembakaran ditentukan oleh empat hal, yaitu (Soewedo Hadiwiyoto, 1983 dalam Mirmanto, 2005): a. Kecepatan dispersi uap dari sampah. b. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang diperlukan. c. Pengadukan, untuk mempercepat pemindahan panas. d. Ukuran sampah. Bila ukuran sampah kecil (misalnya dirajang atau digiling), berarti permukaannya menjadi lebih luas, akibatnya air yang menguap lebih cepat. 2.4 Kadar Volatil Sampah Penentuan kadar volatil sampah bertujuan untuk memperkirakan seberapa besar efektifitas pengurangan (reduksi) sampah menggunakan metode pembakaran berteknologi tinggi (Incenerator). Kadar abu merupakan sisa proses pembakaran pada suhu tinggi. Dengan penentuan kadar abu ini dapat dilihat keefektifan kinerja proses pembakaran tersebut (Azkha, 2006). Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila dipanaskan pada suhu 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada temperatur 600OC dimana bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap (Ruslinda, 2006). Data pengukuran kadar volatile ini juga diperlukan untuk merencanakan teknologi pembakaran sampah untuk menentukan apakah sampah dapat terbakar dengan sendirinya atau memerlukan bahan bakar bantu seperti minyak dan gas untuk membuatnya terbakar seluruhnya (Ruslinda, 2006).

III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beaker, oven, cawan krus porselin, neraca analitik dan timbangan. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampah organik (sampah daun dan sampah kulit buah) dan sampah anorganik (sampah kertas, sampah plastik makanan dan sampah plastik kresek). IV. PROSEDUR KERJA A. Penentuan Komposisi Sampah 1. Menimbang berat sampah secara keseluruhan. 2. Memilah-milah sampah sesuai komponennya (organik dan anorganik). 3. Menimbang berat sampah yang sudah dipisahkan berdasarkan komponen masing-masing. 4. Menghitung persentase komposisi masing-masing sampah tersebut. B. Penentuan Densitas Sampah 1. Menyiapkan sampel sampah. 2. Menimbang berat kosong gelas beaker volume 600 ml. 3. Mengaduk sampah dan memasukkan sampah ke dalam gelas beaker tanpa pemadatan hingga memenuhi wadah. 4. Memadatkan sampah dalam gelas beaker dan mengukur volumenya (dalam satuan liter). 5. Menimbang berat sampah. 6. Menghitung besarnya densitas sampah. C. Penentuan Kadar Air Sampah 1. Mencampur kembali sampah dari penentuan komposisi. 2. Membagi sampah menjadi 4 bagian dan mengambil masing-masing 1 sekop dari tiap bagiannya. 3. Mencampur bagian yang terpisah dan mengambil kira-kira 500 gr. 4. Menimbang cawan petri kosong yang sudah di oven. 5. Memasukkan sampel sampah dan menimbang berat sampel sampah. 6. Memasukkan cawan tersebut dalam oven selama 15 menit.

7. Mengeluarkan cawan dan membiarkannya agak dingin. 8. Menimbang berat sampel yang sudah di oven beserta cawan petri. 9. Menghitung kadar air sampah. D. Penentuan Kadar Volatil (Tingkat Penguapan) Sampah 1. Menggerus sampel sampah kering hasil penetapan kadar air. 2. Menimbang cawan yang sudah dipanaskan selama 1 jam dalam oven 600OC dan mencatatnya. 3. Menimbang sampel kering dan halus 2 gram dalam cawan uap/krus dan mencatat beratnya (a gr). 4. Memasukkan cawan ke dalam oven 600OC selama 1 jam lebih untuk pencapaian temperatur 600OC. 5. Mematikan oven, membiarkan temperatur oven turun, mengeluarkan cawan, membiarkan dingin dan menimbang cawan kembali (b gr). V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hasil Pengamatan a. Penentuan Komposisi Sampah Tabel 1. Hasil pengamatan penentuan komposisi sampah No. 1. 2. 3. Percobaan Ditimbang berat sampah keseluruhan. Dipilah sampah. Ditimbang sampah Organik Anorganik 4. Dihitung W = 12,79 gram W = 30,92 gram Pengamatan W = 43,71 gram

b. Penentuan Densitas Sampah Tabel 2. Hasil pengamatan penentuan densitas sampah No. 1. Ditimbang Percobaan gelas beaker Pengamatan kosong W = 210, 01 gram

voleme 600 ml.

2.

Ditimbang sampah.

gelas

beaker

berisi W = 252,44 gram

3.

Dipadatkan beaker.

sampah

dalam

gelas V = 450 ml W = 252,93

c. Penentuan Kadar Air Sampah Tabel 3. Hasil pengamatan penentuan kadar air sampah No. 1. Ditimbang Percobaan cawan krus Pengamatan porselin W = 42,12 gram

kosong yang sudah di oven. 2. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 49,64 gram porselin sebelum di oven. 3. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 45,13 gram porselin setelah di oven.

d. Penentuan Kadar Volatil Sampah Tabel 4. Hasil pengamatan penentuan kadar volatil sampah No. 1. 2. Percobaan Digerus sampah kering. Ditimbang cawan krus porselin T = 1 jam Pengamatan

kosong yang sudah di oven selama 1 W = 20, 17 gram jam. 3. Ditimbang sampah kering dan halus W = 22, 17 gram dalam cawan krus porselin (a gram). 4. Dimasukkan cawan dan sampah

kering ke dalam oven selama 1 jam lebih. 5. Ditimbang sampah beserta cawan krus W = 20, 50 gram porselin setelah di oven (b gram).

2. Perhitungan a. Penentuan Komposisi Sampah Diketahui : Berat sampah keseluruhan = 43,71 gr = 0,0437 kg Berat sampah organik Berat sampah anorganik Ditanya Jawab = 12,79 gr = 0,0128 kg = 30,92 gr = 0,0309 kg

: % Sampah Organik & % Sampah Anorganik ? : = = = 29,29 % x 100% x 100%

% Sampah Organik

% Sampah Anorganik = = = 70,71 % b. Penentuan Densitas Sampah Diketahui : Volume sampah Berat gelas beaker x 100%

x 100%

= 450 ml = 0,45 liter = 210, 01 gram

Berat sampah + gelas beaker = 252, 44 gram Berat sampel = 252, 44 gram - 210, 01 gram = 42,43 gram = 0,0424 kg Ditanya Jawab : Densitas Sampah? : = = = 0,0943 kg/lt c. Penentuan Kadar Air Sampah Diketahui : Berat cawan kosong Berat cawan sebelum di oven (a) Berat cawan setelah di oven (b) = 42,12 gr = 49,64 gr = 45,13 gr

Densitas Sampah

Ditanya Jawab % Kadar Air = = =

: % Kadar Air Sampah? : x 100 % x 100% x 100%

= 59,97 % % Kadar Kering = (100% - % Kadar Air) = (100% - 59,97%) = 40,03 % d. Penentuan Kadar Volatil Sampah Diketahui : Berat cawan kosong Berat cawan sebelum di oven (a) Berat cawan setelah di oven (b) Ditanya Jawab : % Kadar Volatil Sampah? : = 20,17 gr = 22,17 gr = 20,50 gr

% Kadar Volatil = = = x 100% x 100% x 100 %

= 83,50 % % Kadar Abu = (100% - % Kadar Volatil) = (100% - 83,50%) = 16,50 %

B. Pembahasan 1. Komposisi Sampah Pengukuran komposisi sampah diperlukan terutama dalam

hubungannya dengan pemilihan alternatif pengolahan sampah yang sesuai, yang didasarkan pada komposisi dan karakteristik fisik, kimia dan biologi sampah. Setiap sampah dari sumber karakteristik yang berbeda pula. Berdasarkan jenisnya, sampah terbagi atas sampah organik, sampah anorganik dan sampah B3. Pengukuran analisa sampah dalam percobaan ini mengkhususkan pada sampah organik saja. Sampah organik merupakan sampah yang dapat di degradasi oleh alam seperti sampah daun dan sampah kulit buah. Komposisi sampah umumnya dinyatakan dalam persen berat atau persen volume. Memulai pengukuran komposisi sampah adalah dengan menimbang berat awal sampah yaitu keseluruhan sampel sampah yang tersedia. Sampah tersebut dipilah berdasarkan komponennya sehingga diperoleh 2 komponen sampah yaitu komponen sampah organik (sampah daun) dan sampah anorganik (sampah kertas). Didapatkan berat sampah organik sebesar 0,0128 kg dan berat sampah anorganik sebesar 0,0309 kg. komposisi sampah diukur dengan persentase berat komponen-komponen tersebut terhadap berat total. Persentase komponen yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah % sampah organik sebesar 29,29 % dan sampah anorganik sebesar 70,71 %. 2. Densitas Sampah Analisa densitas sampah diperlukan terutama untuk merencanakan kapasitas pengangkutan (gerobak atau truk pengangkut sampah) atau penampungan sampah yang akan dibakar dalam incinerator. Wadah yang digunakan dalam pengukuran adalah gelas beaker 600 ml dengan berat 210, 01 gram. Pengukuran berat dan volume wadah dilakukan agar dapat menentukan volume dan berat sampel sampah yang dimasukkan dalam wadah tersebut. Berat gelas beaker yang telah diisi sampel sampah adalah yang berbeda mempunyai

252, 44 gram, sehingga berat sampel sampah adalah 42,43 gram. Dari hasil perhitungan nilai densitas sampah sebesar 0,0943 kg/lt. 3. Kadar Air Sampah Kadar air dalam sampah lebih dikenal dengan istilah humiditas. Keberadaan air dalam sampah sangat menentukan pengolahan sampah terutama bila sampah diolah secara biologi maupun termal. Sampel sampah yang telah dicampurkan dibagi menjadi 4 bagian. Kemudian sampel sampah yang diambil ditimbang beratnya yaitu 7,52 gram. Sebelumnya cawan porselin yang telah dioven ditimbang, dan beratnya sebesar 42,12 gr. Cawan berisi sampel sampah kemudian dimasukkan kedalam oven selama 15 menit agar kadar air dalam sampel dapat menguap. Cawan kemudian dikeluarkan setelah 15 menit dan dibiarkan agak dingin lalu ditimbang beratnya. Berat cawan berisi sampel sampah yang sudah di oven menjadi seberat 45,13 gr, dimana awalnya cawan berisi sampel sampah sebelum di oven seberat 49,64 gr. Pengukuran ini akan digunakan dalam menghitung % kadar air sampah dan % kadar kering sampah. Dimana % kadar air sampah yang didapat dari perhitungan sebesar 59,97 % sehingga % kadar kering sampah sebesar 40,03 %. Tingginya kadar air sampah disebabkan karena sampel sampah yang digunakan merupakan sampel sampah daun yang diketahui sebagai salah satu sampah organik. 4. Kadar Volatil Sampah Materi volatil merupakan materi yang akan menguap bila dipanaskan pada temperatur 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil adalah materi yang mudah didekomposisi oleh bakteri. Sampel sampah yang kering digerus menjadi ukuran yang lebih kecil lagi sehingga mudah dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang berat kosongnya yaitu 20,17 gr. Sampel sampah kemudian dimasukkan ke dalam cawan sehingga berat cawan dan sampah menjadi 22,17 gr. Sehingga berat sampel sampah yang telah digerus seberat 2 gram tepat. Hasil perhitungan dari % kadar volatil adalah 83,50 % dan % kadar abu sebesar 16,50 %.

VI. KESIMPULAN Kesimpulan dari percobaan ini adalah : 1. Percobaan analisa sampah ini menggunakan sampah kertas dan sampah daun. 2. Persentase sampah organik dari hasil perhitungan sebesar 29,29 % dan sampah anorganik sebesar 70,71 %. 3. Nilai densitas sampah dari hasil perhitungan sebesar 0,0943 kg/lt. 4. Persentase kadar air sampah yang didapat dari hasil perhitungan sebesar 59,97 % sehingga % kadar kering sampahnya sebesar 40,03 %. 5. Hasil perhitungan dari % kadar volatil adalah 83,50 % dan % kadar abu sebesar 16,50 %.

DAFTAR PUSTAKA

Ardan, S. 2008. Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik. http://ardansirodjuddin.wordpress.com/2008/08/05/pemanfaatan-sampah/ Diakses tanggal 8 Desember 2010. Azkha, N. 2006. Analisis Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah di Kota Padang. http://www.jurnalkesmas.com/index.php/kesmas/article/view/17/12 Diakses tanggal 8 Desember 2010. Departemen Kehutanan. 2004. Sampah: Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam. http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGA N_KEHUTANAN/info_5_1_0604/isi_4.htm Diakses tanggal 8 Desember 2010. Mirmanto. 2005. Nilai Kalor Sampah Hasil Produksi Masyarakat Kota Mataram. http://www.scribd.com/doc/8645248/Jurnal-Nilai-Kalor-Sampah-KotaMataram Diakses tanggal 8 Desember 2010. Wikipedia. 2010. Sampah Organik. http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah_Organik Diakses tanggal 8 Desember 2010.

PERTANYAAN 1. Jelaskan perbedaan antara sampah organic dan anorganik! 2. Jelaskan istilah berikut! a. Komposisi sampah b. Densitas sampah c. Kadar air sampah d. Kadar volatil sampah 3. Jelaskan bagaimana cara pengolahan sampah yang ramah lingkungan! JAWABAN 1. Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos sedangkan sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. 2. a. Komposisi sampah Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masisng komponen yang terdapat dalam buangan padat dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (%). b. Densitas sampah Densitas dinyatakan dalam berat sampah per volume sampah. Densitas sampah akan berubah pada setiap tahapan pengelolaan sampah baik dari tahap penimbulan hingga pembuangan akhir. c. Kadar air sampah Yaitu persentase kandungan air yang terdapat dalam sampah. Parameter ini dapat ditentukan dengan mengeringkan sampel sampah yang telah diketahui berat basahnya dan kemudian diukur kembali perubahan beratnya. Berat hilang dinyatakan dalam persentase. d. Kadar volatil sampah Merupakan pengukuran materi yang akan menguap bila dipanaskan pada suhu 600OC, dan dikonversi menjadi CO2. Materi volatil pada sampah diukur dengan membakar sampel sampah kering pada temperatur 600OC dimana bagian volatil sampah akan terpijar dan menguap.

3. a. Metode Daur Ulang Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah. Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya. b. Metode Pengomposan Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

You might also like