You are on page 1of 5

A.

AGREGAT

Pengertian Agregat

Agregat merupakan salah satu bahan material beton. Dalam pengambilan agregat pihak kontraktor memberikan bukti mengenai mutu dan tetap terjaminnya mutu tersebut kepada konsultan. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu : A. 1. Agregat Halus Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut PBI 1971, antara lain :

1. Pasir terdiri dari butir- butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya tidak mudah lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan 2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian- bagian yang bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton. 3. Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang dibuktikan dengan percobaan warna dariAbrams-Harder. Agregat yang tidak memenuhi syarat percobaan ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan beton dengan agregat yangs sama tapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama.

Batasan susunan butiran agregat halus dapat dilihat dari table berikut: Ukuran saringan (mm) 10,00 100 100 100 100 Daerah 1 Prosentase lolos saringan Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4

4,80 2,40 1,20 0,60 0,30 0,15

90-100 60-95 30-70 15-34 5-20 0-10

90-100 75-100 55-90 35-59 8-30 0-10

90-100 85-100 75-100 60-79 12-40 0-10

95-100 95-100 90-100 80-100 15-50 0-15

Keterangan: Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4 : : : : pasir kasar pasir agak kasar pasir agak halus pasir halus

AGREGAT KASAR Ayakan 30,0 mm % Lewat ayakan (berat kering) 100 Ayakan 10,0 mm

AGREGAT HALUS %Lewat ayakan (berat kering) 100

25,0 mm

90-100

5,0 mm

90-100

15,0 mm

25-60

2,5 mm

80-100

5,0 mm

0-10

1,2 mm

50-90

2,5 mm

0-5

0,6 mm

25-60

0,3 mm

10-30

0,15 mm
2

2-10

A. 2. Agregat kasar

Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm. Kerikil, dalam penggunaannya harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:

1. Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan. 2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya. 3. Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat zat yang reaktif terhadap alkali. 4. Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang dipakai.

B. KLASIFIKASI AGREGAT

Orang awam atau non-teknik sipil mungkin tidak mengetahui apa itu agregat. Agregat atau lebih tepatnya disebut batuan oleh orang awam, merupakan material yang paling sering digunakan dalam proyek konstruksi. Baik untuk jalan maupun untuk pembangunan gedung. Dan tentu saja, para perencana konstruksi punya alasan tersendiri asal mula penggunaan agregat pada proyek konstruksi.

Agregat merupakan batuan yang terbentuk dari formasi kulit bumi yang padat dan solid. Berdasarkan asal pembentukannya agregat diklasisifikasikan kedalam batuan beku,

batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yaitu agregat alam dan agregat buatan.

Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus ( bersudut) dan permukaannya kasar. Contoh agregat alam yang sering

dipergunakanadalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat yang mempunyai diameter lebih dari inchi (6,35 mm), sedangkan pasir berukurn kurang dari inchi, tetapi lolos saring N. 200 atau lebih besar dari 0,075 mm. Permintaan akan agregat alam yang berbentu kubus atau bersudut, mempunyai permukaan kasar, dan bergradasi baik yang semakin banya tidak mungkin seluruhnya dapat dipenuhi oleh degradasi alami. Oleh karena itu, agregat alam juga dapat dibentuk dengan cara pengolahan. Penggunaan alat pemecah batu (crusher stone) yang terkontrol dapat membentuk agregat sesuai bentuk yang dibutuhkan. Terutama untuk pembangunan jalan. Agregat alam yang berasal dari tempat terbuka disebut pitrun, sedangkan yang berasal dari tempat tertutup disebut bankrun.

Selain agregat alam, juga terdapat agregat buatan. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler (material yang berukuran lebih kecil dari 0,075 mm).

Berdasarkan besar partikel-partikelnya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus dan abu/filler. Menurut ASTM agregat kasar berukuran > 4,75 mm, dan agregat halus berukuran < 4,75 mm. Sedangkan menurut AASHTO agregat kasar berukuran > 2 mm dan agregat halus berukuran antara 0,075 mm hingga < 2 mm.

C. PEMERIKSAAN KADAR AIR PADA AGREGAT

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk korelsi tekanan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.

You might also like