You are on page 1of 31

BAGIAN II:

PROSES PENGOLAHAN SECARA FISIK



21
Dalam bagian II ini, akan dibahas pengolahan secara phisik yaitu pengolahan tanpa
rekayasa penambahan bahan kimia atau bahan lain untuk pemisahan zat padat atau
pengotor yang terkandung didalam air baku. Proses pengolahan secara phisik
umumnya dilakukan secara bertahap berdasarkan pada dimensi materi yang ada
didalam air baku sebagai mana dijelaskan pada bagian I buku ini. Materi dalam
bagian II ini akan disajikan dalam 3 bab secara berurutan sesuai dengan tahapan
pengolahan yang mengacu pada ukuran bahan atau partikel dalam air baku yaitu :
1. BAB 2 : Penyaringan .
2. BAB 3 Pengendapan
3. BAB 4 Filtrasi.
















22
BAB 2
PENYARINGAN

RINGKASAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan prinsip penyaringan
benda-benda kasar yang terapung di air dengan screening (Gambar 2.1).
Ringkasan bab ini adalah sebagai berikut:
1. Penyaringan kasar merupakan unit pertama dari instalasi pengolahan air
minum karena fungsinya menyisihkan benda berukuran besar.
2. Prinsip kerja Penyaringan adalah melewatkan air melalui lubang atau celah
dengan ukuran bukaan lebih kecil dari ukuran benda benda yang hendak
dipisahkan.
3. Energi pemisahan diperoleh dari energi hidrolik dengan aliran air secara
gravitasi.
4. Metode pembersihan benda benda yang tersaring dalam media penyaring
dapat dilakukan secara manual atau mekanis.
Air baku + sampah/
benda kasar
Air baku
Sampah

Gambar 2.1 Skema screening

23
2.1. Umum
Unit operasi terdepan dalam suatu instalasi pengolahan air adalah unit Saringan
(Screen). Suatu Screen adalah suatu alat dengan bukaan (opening) dengan ukuran
yang seragam berfungsi untuk menahan padatan yang terdapat dalam air baku
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Penyaringan kasar (screening)
dimaksudkan untuk menyaring benda-benda kasar terapung atau melayang di air agar
tidak terbawa ke dalam unit pengolahan. Contoh benda benda kasar yaitu daun,
plastik, kayu, kain, botol plastik, bangkai binatang, dan sebagainya.
Screening biasanya menjadi bagian dari suatu bangunan penyadap air (intake, Gambar
2.2), yang terdiri atas batang-batang besi yang disusun berjajar/paralel (selanjutnya
disebut screen). Screening juga sering ditempatkan pada saluran terbuka yang
menghubungkan sungai (sumber air) menuju ke bak pengumpul (lihat Gambar 2.3).

Gambar 2.2 Screen di intake

24

Gambar 2.3 Potongan memanjang saluran dan screen dalam statu saluran.
Dalam pengoperasiannya, air akan mengalir melalui bukaan (space) di antara batang
besi. Bila air membawa benda kasar, maka benda ini akan tertahan oleh besi berjajar
tersebut. Benda kasar yang tetahan dalam batang batang screen akan menurunkan
luas bukaan sehingga menghambat laju aliran air yang berakibat pada terjadinya
penyumbatan dan meningkatkan kehilangan energi aliran atau headloss.
Headloss biasanya dihitung pada kondisi screen bersih dan pada kondisi screen
setengah tersumbat. Rumus untuk menghitung headloss pada screen adalah sebagai
berikut:
( )
2 2
2
2 1
2
1
v v
gC
h h h
sc
d
= = (2.1)
dengan:
h = headloss akibat aliran melewati screen, m
C
d
= Koefisien debit (biasanya 0,84)
g = percepatan gravitasi, m/det
2

v
sc
= kecepatan aliran di screen, m/det
v = kecepatan aliran sebelum screen, m/det

Perhitungan ini penting dilakukan untuk memastikan air bisa mengalir, yang
ditunjukkan dengan nilai headloss yang kecil. Hasil perhitungan juga dapat digunakan
untuk menentukan waktu pembersihan screen, terutama untuk screen yang
dibersihkan secara manual.

25
Pembersihan secara manual merupakan pembersihan yang menggunakan tenaga
manusia dengan cara mengambil (menggaruk) benda yang tersangkut di screen
dibawa ke atas atau disingkirkan dari screen. Pembersihan ini dilakukan secara
berkala dan tidak boleh melebihi kondisi setengah tersumbat karena dikhawatirkan
headlossnya melebihi batas yang ditentukan sehingga air tidak mengalir ke unit
pengolahan berikutnya.
Jenis pembersihan lainnya adalah pembersihan secara mekanik. Pembersihan ini
mengandalkan tenaga mekanis, yaitu alat pengambil (penggaruk) benda yang
tersangkut di screen yang berjalan terus-menerus dengan digerakkan oleh motor.
Gambar 2.4 menunjukkan screen yang pembersihannya dilakukan secara manual dan
mekanis.

Penampung sampah
Penampung sampah
(a)
(b)

Gambar 2.4 Pembersihan screen: (a) cara manual, (b) cara mekanis

26
BAB 3
PENGENDAPAN

RINGKASAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan prinsip pengendapan
(Gambar 3.1) untuk menyisihkan partikel yang terdapat di dalam air baku.
Ringkasan materi bab ini adalah sebagai berikut:
1. Proses pengendapan partikel berlangsung secara gravitasi dalam air yang
mengalir secara horisontal.
2. Ditinjau dari jenis partikel yang diendapkan, pengendapan dibedakan menjadi
prasedimentasi (mengendapakan partikel diskret) dan sedimentasi
(mengendapakan partikel flokulen).
3. Bak pengendap ideal tersusun oleh empat zona, yaitu zona inlet, zona
pengendapan, zona lumpur, dan zona outlet.
Gambar 3. 1 Proses pengendapan partikel diskret dan flokulen

27
MATERI

Pengendapan dimaksudkan untuk memisahkan solid-liquid menggunakan
pengendapan secara gravitasi. Ditinjau dari jenis partikel yang diendapkan,
pengendapan dibedakan menjadi dua macam, yaitu prasedimentasi dan sedimentasi.

3.1. Prasedimentasi
Prasedimentasi (disebut juga plain sedimentation atau sedimentasi I) dimaksudkan
untuk mengendapkan partikel diskret atau partikel kasar atau lumpur. Partikel diskret
adalah partikel yang tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran selama
mengendap di dalam air.
Prasedimentasi hanya diperlukan apabila dalam air baku terdapat partikel diskret atau
partikel kasar atau lumpur dalam jumlah yang besar. Pengendapan dilakukan dalam
bak berukuran besar (biasanya membutuhkan waktu detensi selama 2 hingga 4 jam)
dalam aliran yang laminer, untuk memberikan kesempatan lumpur mengendap tanpa
terganggu oleh aliran. Pengendapan berlangsung secara gravitasi tanpa penambahan
bahan kimia sebelumnya. Kecepatan pengendapan dapat dihitung dengan rumus
Stokes sebagai berikut:
2
g s
1)d (S
18
g
V = (3.1)
atau
2
s s
)d (
18
g
V =
(3.2)
dengan:
V
s
= kecepatan pengendapan, m/det
S
g
= Specific gravity

s
= densitas massa partikel, kg/m
3
= densitas massa liquid, kg/m
3

g = percepatan gravitasi, m/detik
2

28
= viskositas kinematik, m
2
/detik
= viskositas absolut, N.detik/m
2
Bentuk bak pengendap ada dua macam, yaitu:
a. Rectangular (segi empat)
b. Circular (lingkaran)
Bak sedimentasi ideal. Sebuah aliran horizontal dalam bak sedimentasi menunjukkan
karakteristik, yang secara umum digunakan untuk melukiskan cara pengendapan
partikel diskrit :
a. aliran melalui bak terdistribusi merata melintasi sisi melintang bak
b. partikel terdispersi merata dalam air
c. pengendapan partikel yang dominan terjadi adalah type I
Sebuah bak sedimentasi ideal dibagi menjadi 4 zona (lihat Gambar 3.2), yaitu:
a. zona inlet
b. zona pengendapan
c. zona lumpur
d. zona outlet
Zona inlet. Dalam zona ini aliran terdistribusi tidak merata melintasi bagian
melintang bak; aliran meninggalkan zona inlet mengalir secara horisontal dan
langsung menuju bagian outlet.
Zona pengendapan. Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horisontal ke arah
outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel diskret tergantung
pada besarnya kecepatan pengendapan.
Zona lumpur. Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini ia
akan tetap disana
Zona outlet. Dalam zona ini, air yang partikelnya telah terendapkan terkumpul pada
bagian melintang bak dan siap melngalir keluar bak.

29
Zona lumpur
Zona pengendapan
Z
o
n
a

i
n
l
e
t
Z
o
n
a

o
u
t
l
e
t
Vh
Vt
Vh
Vh
Vi
Vi
Permukaan air
Panjang
L
e
b
a
r
Vi<Vt
H

e
f
e
k
t
i
f
K
e
d
a
l
a
m
a
n

a
i
r
,

H
H

e
f
e
k
t
i
f

Gambar 3.2 Pola pengendapan partikel diskret

3.2. Sedimentasi
Sedimentasi dimaksudkan untuk menyisihkan partikel/suspended solid dalam air
dengan cara mengendapkannya secara gravitasi. Jenis partikel yang diendapkan
adalah partikel flokulen, yaitu partikel yang dihasilkan dari proses koagulasi-flokulasi.
Ciri partikel flokulen adalah partikel yang selalu mengalami perubahan ukuran dan
bentuk selama proses pengendapan berlangsung.
Mekanisme sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.
b. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran yang
makin besar, sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
c. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka aliran air
dalam bak harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator bilangan Reynold
(N
Re
) dan bilangan Froud (N
Fr
).
d. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall / perforated baffle
untuk meratakan aliran ke bak pengendap dengan kecepatan yang rendah.
Diusahakan agar inlet bak langsung menerima air dari outlet bak flokulator.

30
e. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu flok
yang telah mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi air di atas
weir yang cukup tipis (1,5 cm).
Bentuk bak sedimentasi:
a. segi empat (rectangular). Pada bak ini, air mengalir horisontal dari inlet
menuju outlet, sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 3.3).




(a) (b)
Gambar 3.3 Bak sedimentasi berbentuk segi empat: (a) denah, (b) potongan
memanjang

b. lingkaran (circular) - center feed. Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju
inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir horisontal dari inlet
menuju outlet di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah
(Gambar 3.4). Secara tipikal bak persegi mempunyai rasio panjang : lebar
antara 2 : 1 3 : 1.





(a) (b)
Gambar 3.4 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran center feed: (a) denah, (b)
potongan melintang

c. lingkaran (circular) - periferal feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling
lingkaran dan secara horisontal mengalir menuju ke outlet di bagian tengah
lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah (Gambar 3.5). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit
yang lebih kecil dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih

31
sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkaran kurang
mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang. Meskipun
demikian, bak lingkaran lebih sering digunakan karena penggunaan peralatan
pengumpul lumpurnya lebih sederhana.






(a) (b)
Gambar 3.5 Bak sedimentasi berbentuk lingkaran periferal feed: (a) denah, (b)
potongan melintang

Bagian-bagian dari bak sedimentasi (Gambar 3.6):
a. Inlet: tempat air masuk ke dalam bak.
b. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan.
c. Ruang lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak.
Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper.
d. Outlet: tempat di mana air akan meninggalkan bak, biasanya berbentuk
pelimpah (weir).


V
h
a b d
V
s
V
R




c



Gambar 3.6 Bagian-bagian bak sedimentasi


32
Zona Inlet atau struktur influen. Zona inlet mendistribusikan aliran air secara
merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru
masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan
lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik.
Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular.
Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi
satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua kolam
dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi. Disain dinding pemisah sangat
penting, karena kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok.
Zona outlet atau struktur efluen. Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur
efluen mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan
karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir/pelimpah
dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak
sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya
juga dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena
memiliki kecenderungan pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari
bak sedimentasi menuju filtrasi.
Selain bagian-bagian utama di atas, sering bak sedimentasi dilengkapi dengan
settler. Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 3.6) dengan tujuan
untuk meningkatkan efisiensi pengendapan.

pelimpah

Settler
Diffuser wall




Gambar 3.7 Settler pada bak sedimentasi


33
BAB 4
FILTER

RINGKASAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan prinsip filtrasi dengan
berbagai jenis filter dan media. Operasi pengaliran air pada berbagai filter dapat
dilihat pada Gambar 4.1. Ringkasan materi bab ini adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme filtrasi yang dominan dalam filter pasir cepat adalah mechanical
straining, yaitu tertangkapnya partikel oleh media filter karena ukuran partikel
lebih besar daripada ukuran pori-pori media, sedangkan mekanisme filtrasi
dalam filter pasir lambat adalah proses biologis.
2. Filtrasi dengan membran ditujukan untuk menyaring bahan berukuran
molekuler dan ionik. Untuk berlangsungnya filtrasi ini, diperlukan driving
force, seperti perbedaan konsentrasi, potensial listrik, perbedaan tekanan, dan
sebagainya.
3. Filter karbon aktif merupakan media untuk proses adsorpsi yang ditujukan
untuk menghilangkan bahan organik dalam air.

Gambar 4. 1 Operasi pengaliran air pada filter

34
MATERI

Proses yang terjadi pada unit filter adalah penyaringan (filtrasi). Filtrasi merupakan
proses alami yang terjadi di dalam tanah, yaitu air tanah melewati media berbutir
dalam tanah dan terjadi proses penyaringan. Dengan meniru proses alam ini,
dikembangkan rekayasa dalam bentuk unit filter. Tujuan filtrasi adalah untuk
menghilangkan partikel yang tersuspensi dan koloidal dengan cara menyaringnya
dengan media filter. Selain itu, filtrasi dapat menghilangkan bakteri secara efektif dan
juga membantu penyisihan warna, rasa, bau, besi dan mangan.
Berdasarkan kecepatan alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
a. Slow sand filter (saringan pasir lambat), merupakan penyaringan partikel yang
tidak didahului oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran
dalam media pasir ini kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan
pasir lambat lebih menyerupai penyaringan air secara alami.
b. Rapid sand filter (saringan pasir cepat), merupakan penyaringan partikel yang
didahului oleh proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran air
dalam media pasir lebih besar karena ukuran media pasir lebih besar. Biasanya
filter ini digunakan untuk menyaring partikel yang tidak terendapkan di bak
sedimentasi.
Berdasarkan arah alirannya, filtrasi dibagi menjadi:
a. down-flow filtration
b. up-flow filtration
c. up flow-down flow filtration
d. horizontal flow filtration
Berdasarkan sistem pengaliran/driving force, filtrasi dibagi menjadi:
a. gravity filtration
b. pressure filtration
Selain pasir sebagai media filter, terdapat juga membran dan karbon aktif sebagai
media filtrasi dengan tujuan yang lebih khusus. Membran biasanya digunakan sebagai
media filter untuk proses penyaringan bahan yang ukurannya jauh lebih kecil

35
dibandingkan ukuran partikel (suspended solid). Karbon aktif digunakan untuk media
adsorpsi dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik.

4.1. Filter Pasir Cepat
Mekanisme filtrasi dalam filter pasir cepat meliputi:
a. Penyaringan secara mekanis (mechanical straining)
b. Sedimentasi
c. Adsorpsi atau gaya elektrokinetik
d. Koagulasi di dalam filter bed
e. Aktivitas biologis
Bagian-bagian dari filter pasir cepat meliputi (Gambar 4.2):
a. Bak filter. Bak ini merupakan tempat proses filtrasi berlangsung. Jumlah dan
ukuran bak tergantung debit pegolahan (minimum dua bak)
b. Media filter. Media filter merupakan bahan berbutir/granular yang
mempunyai pori-pori. Di pori-pori antar butiran inilah air mengalir dan
terjadilah proses penyaringan. Media dapat tersusun oleh satu macam bahan
(single media), dua macam (dual media), atau banyak media (multi media).
Susunan media berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi:
Seragam (uniform)
Gradasi (stratified)
Tercampur (mixed)
c. Sistem underdrain. Underdrain merupakan sistem pengaliran air yang telah
melewati proses filtrasi yang terletak di bawah media filter. Underdrain
terdiri atas:
Orifice, yaitu lubang pada sepanjang pipa lateral sebagai jalan masuknya
air dari media filter ke dalam pipa.
Lateral, yaitu pipa cabang yang terletak di sepanjang pipa manifold.
Manifold, yaitu pipa utama yang menampung air dari lateral dan
mengalirkannya ke bangunan penampung air.

36
Lateral
Gutter
Bak filter
Manifold
Media penyangga
Media filter

Gambar 4.2 Bagian-bagian filter
Pengoperasian filter pasir cepat adalah sebagai berikut:
Selama proses filtrasi berlangsung, partikel yang terbawa air akan tersaring di
media filter. Sementara itu, air terus mengalir melewati media pasir dan
penyangga, masuk lubang/orifice, ke pipa lateral, terkumpul di pipa manifold,
dan akhirnya air keluar menuju bak penampung (lihat Gambar 4.3).
Partikel yang tersaring di media lama kelamaan akan menyumbat pori-pori
media sehingga terjadi clogging (penyumbatan). Clogging ini akan
meningkatkan headloss aliran air di media. Peningkatan headloss dapat dilihat
dari meningkatnya permukaan air di atas media atau menurunnya debit filtrasi.
Untuk menghilangkan clogging, dilakukan pencucian media.
Pencucian dilakukan dengan cara memberikan aliran balik pada media
(backwash) dengan tujuan untuk mengurai media dan mengangkat kotoran
yang menyumbat pori-pori media filter. Aliran air dari manifold, ke lateral,
keluar orifice, naik ke media hingga media terangkat, dan air dibuang
melewati gutter yang terletak di atas media (lihat Gambar 4.4).
Bila media filter telah bersih, filter dapat dioperasikan kembali.


37
Media filter
nfluen
Efluen
Underdrain

Gambar 4.3 Aliran air pada saat operasi filter

Media filter
terekspansi
Air pencuci
Underdrain
Air bekas
pencucian

Gambar 4.4 Aliran air pada saat pencucian filter

4.2. Filter Pasir Lambat
Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi lambat.
Dibandingkan filter cepat, kecepatan filtrasi pada filter lambat sekitar 20 50 kali
lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 hingga 0,4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini
disebabkan ukuran media pasir juga lebih kecil (effective size = 0,15 0,35 mm).
Filter pasir lambat cukup efektif digunakan dalam menghilangkan kandungan bahan
organik dan organisme pathogen dari air baku yang mempunyai kekeruhan relatif
rendah. Filter pasir lambat banyak digunakan untuk pengolahan air dengan kekeruhan
air baku di bawah 50 NTU. Efisiensi filter pasir lambat tergantung pada distribusi
ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter terhadap kedalaman dan kecepatan
filtrasi.
Filter pasir lambat bekerja dengan cara pembentukan lapisan gelatin atau biofilm yang
disebut lapisan hypogeal atau Schmutzdecke di beberapa milimeter bagian atas
lapisan pasir halus. Lapisan ini mengandung bakteri, fungi, protozoa, rotifera, dan

38
larvae serangga air. Schmutzdecke adalah lapisan yang melakukan pemurnian efektif
dalam pengolahan air minum. Selama air melewati Schmutzdecke, partikel akan
terperangkap dan organik terlarut akan teradsorpsi, diserap dan dicerna oleh bakteri,
fungi dan protozoa.
Proses yang terjadi dalam schmutzdecke sangat kompleks dan bervariasi, tetapi yang
utama adalah mechanical straining terhadap kebanyakan bahan tersuspensi dalam
lapisan tipis yang berpori-pori sangat kecil kurang dari satu mikron. Ketebalan lapisan
ini meningkat terhadap waktu hingga mencapai sekitar 25 mm, yang menyebabkan
aliran mengecil.
Pengujian kualitas air dilakukan secara berkala sampai standar dilampaui. Ketika
kecepatan filtrasi turun sampai tingkat tertentu, filter harus dicuci dengan mengambil
lapisan pasir bagian atas setebal sekitar 25 mm.
Keuntungan filter lambat antara lain:
Biaya konstruksi rendah
Rancangan dan pengoperasian lebih sederhana
Tidak diperlukan tambahan bahan kimia
Variasi kualitas air baku tidak terlalu mengganggu
Tidak diperlukan banyak air untuk pencucian, pencucian hanya dilakukan di
bagian atas media, tidak dilakukan backwash
Kerugian filter pasir lambat adalah besarnya kebutuhan lahan, yaitu sebagai akibat
dari lambatnya kecepatan filtrasi.
Secara umum, filter pasir lambat hampir sama dengan filter pasir cepat. Filter lambat
tersusun oleh bak filter, media pasir, dan sistem underdrain (Gambar 4.5). Perbedaan
filter cepat dan filter lambat dapat dilihat pada Tabel 4.1.

39

Gambar 4.5 Skema filter pasir lambat
Tabel 4.1 Kriteria untuk Filter Pasir Cepat dan Filter Pasir Lambat
Kriteria Filter Pasir Cepat Filter Pasir Lambat
Kecepatan filtrasi 4 21 m/jam 0,1 0,4 m/jam
Ukuran bed Kecil, 40 400 m
2
Besar, 2000 m
2
Kedalaman bed 30 45 cm kerikil, 60 70 cm
pasir, tidak berkurang saat
pencucian
30 cm kerikil, 90 110 cm
pasir, berkurang 50 80 cm
saat pencucian
Ukuran pasir Effective size >0,55 mm,
uniformity coefficient <1,5
Effective size 0,25-0,3 mm,
uniformity coefficient 2-3
Distribusi ukuran media Terstratifikasi Tidak terstratifikasi
Sistem underdrain Pipa lateral berlubang yang
mengalirkan air ke pipa utama
Sama dengan filter cepat atau
batu kasar dan beton berlubang
sebagai saluran utama
Kehilangan energi 30 cm saat awal, hingga 275 cm
saat akhir
6 cm saat awal, hingga 120 cm
saat akhir
Filter run (jarak waktu
pencucian)
12 72 jam 20 60 hari
Metoda pembersihan Mengangkat kotoran dan pasir
ke atas dengan backwash
Mengambil lapisan pasir di
permukaan dan mencucinya
Jumlah air untuk
pembersihan
1 6% dari air tersaring 0,2 0,6% dari air tersaring
Pengolahan pendahuluan Koagulasi-flokulasi-
sedimentasi
Biasanya tidak ada bila
kekeruhan kurang dari 50 NTU
Biaya konstruksi Relatif tinggi Relatif rendah
Biaya operasi Relatif tinggi Relatif rendah
Biaya depresiasi Relatif tinggi Relatif rendah
Sumber: Schulz dan Okun (1984)


40
4.3. Filter Membran
Penggunaan membran dalam pengolahan air bertujuan untuk pemisahan substansi dari
larutan. Membran mampu menyaring partikel dalam larutan yang tidak nampak oleh
mata telanjang, bahkan membran mikrofiltrasi dapat menahan yeast (3 hingga 12
mikron) dan mikrofiltrasi yang lebih kecil dapat menahan bakteri terkecil
(Pseudomonas diminuta, 0,2 mikron). Gambar 4.6 menunjukkan perbadingan ukuran
polutan yang dapat dipisahkan dengan berbagai teknik pengolahan. Aplikasi membran
berdasarkan ukuran pori-pori membran dan mekanisme kerja membran atau proses
pemisahannya dapat dikelompokkan menjadi:
Mikrofiltrasi, ukuran pori sekitar 0,05 10 mikron
Ultrafiltrasi, ukuran pori sekitar 0,005 10 mikron
Dialisis, ukuran pori sekitar 0,0005 0,1 mikron
Elektrodialisis, ukuran pori sekitar 0,0005 0,01 mikron
Reverse Osmosis, ukuran pori sekitar 0,0005 0,008 mikron
0,0001 0,001 0,01 0,1 1 10 100 1000
Rentang Ion Makromolekul Mikron Partikel

Reverse Osmosis
Elektrodialisis
Pertukaran Ion
Ultrafiltrasi
Ultrasentrifugasi
Mikrofiltrasi
Sentrifugasi
Sedimentasi
Filtrasi Kain
Dialisis

Gambar 4.6 Rentang teknik pemisahan dengan membran dibandingkan dengan teknik
lain (Reynolds, 1996)


41
Tabel 4.2 memberikan gambaran perbandingan berbagai teknik membrane.
Teknik
Membran
Air Umpan Ukuran Pori Gaya Dorong Tujuan Penyisihan
Mikrofiltrasi Dari filter 0,1-2 mikron
(umumnya
0,45 mikron)
Tekanan > 10 psi
(> 0,7 kg/cm
2
)
Bakteri menyerupai
partikel tak larut,
bahan koloid
Ultrafiltrasi Dari filter 0,002-0,1
mikron
(umumnya
0,01 mikron)
Tekanan > 20 psi
(> 1,4 kg/cm
2
)
Senyawa berukuran
molekuler, termasuk
mikroorganisme
Elektrodialisis TDS 500
8000 mg/l
< 1 nm Arus DC 0,27-0,36
kW/lb garam
Ion garam
Reverse
Osmosis
TDS 100
36000 mg/l
< 1 nm Tekanan > 200 psi
(> 14 kg/cm
2
)
Ion garam dan bahan
koloid
Sumber: Kawamura, S. (1991)

4.3.1. Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi adalah proses membran cross-flow tekanan rendah untuk
memisahkan partikel koloid dan tersuspensi berukuran 0,05-1 mikron.
Mikrofiltrasi mampu menyisihkan kekeruhan, presipitat besi dan mangan,
organik terkoagulasi, dan pathogen seperti Giardia dan kista Cryptospiridium.
Membran mikrofiltrasi terbuat dari berbagai bahan, terutama selulosa asetat.
Ukuran pori-pori membran lebih dari 0,1 mikron dan yang sering digunakan
adalah 0,45 mikron.
Penggunaan filtrasi terus-menerus akan menyebabkan tersumbat (dalam
teknologi membran sering disebut fouling) yang menyebabkan debit (flux)
turun drastis. Bila foluling terjadi, maka membran harus diganti.
4.3.2. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah proses pemisahan selektif yang menggunakan membrane
dengan ukuran pori kurang dari 0,1 mikron yang dioperasikan pada tekanan 30
sampai 90 psi (2 6 kg/cm
2
). Ultrafiltrasi mampu menyisihkan virus, bakteri,
partikel koloid berukuran lebih dari 0,01 mikron, dan senyawa organik berat
molekul tinggi. Ultrafiltrasi dapat mengkonsentrasikan suspended solid dan
solute hingga berat molekul lebih dari 1000. Permeat mengandung solute

42
organik berat molekul rendah. Aplikasi ultrafiltrasi banyak pada pemisahan
protein.
Permasalahan utama aplikasi membran adalah fouling. Dalam kondisi
demikian, menbran harus diganti. Beberapa jenis membran ultrfiltrasi tertentu
dapat di-backwash.
Membran ultrfiltrasi biasanya tersusun oleh dua lapis; lapisan sangat tipis (1-5
mikron) dan lapisan lebih tebal (25-50 mikron) di atasnya yang mempunyai
pori-pori halus.
4.3.3. Dialisis
Dialisis merupakan pemisahan solute dari ion atau zat berukuran molekul yang
berbeda pada larutan menggunakan membran permeabel selektif. Driving
force untuk dialisis adalah perbedaan konsentrasi solute yang melewati
membran. Dalam sel dialisis secara batch, larutan yang didialisis dipisahkan
dari pelarutnya dengan membran semipermeabel. Ion atau molekul yang lebih
kecil dapat menembus membran, sementara itu ion dan molekul yang lebih
besar tidak menembus karena ukuran relatif pori membran lebih kecil.
4.3.4. Elektrodialisis
Elektrodialisis merupakan proses pemisahan elektrokimia yang memindahkan
ion melewati membran semipermeabel. Proses elektrodialisis pada dasarnya
sama dengan proses dialisis. Faktor yang membedakan adalah pada driving
force. Driving force pada elektrodialisis adalah adanya gaya elektromotif
sehingga akan menghasilkan tingkat transfer ion yang meningkat.
Sebuah stack elektrodialisis mempunyai tiga sel (lihat Gambar 4.7). Stack
membran tersusun oleh:
- umpan air baku
- elektroda (katoda dan anoda)
- membran (anion-permeable dan cation-permeable)
- outlet air produk
- outlet konsentrat


43








(a)






(a)







(b)
Gambar 4.7 Prinsip elektrodialisis. (a) tampak atas, (b) penampang

Aliran air dalam stack elektrodialisis berlangsung seperti pada penjelasan
berikut. Jika aliran langsung mengenai elektroda, maka semua ion bermuatan
positif (kation) cenderung bergerak menuju katoda. Sebaliknya, semua ion
bermuatan negatif (anion) cenderung bergerak menuju anoda. Kation dapat
menembus membran cation-permeable, dan akan tertahan oleh membran
Air Laut
A A A C C C
Air Tawar
(Produk)
Air Garam
Katoda
(-)
Anoda
(+)
+
+
+
+
+
+ +
-
-
-
-
-
- -
+ + +
+
+ +
-
-
-
-
- -
-
+

44
anion-permeable. Sebaliknya anion dapat menembus membran anion-
permeable, dan akan tertahan oleh membran cation-permeable. Kompartemen
dibuat berselang-seling antara yang berkonsentrasi ion yang lebih besar atau
lebih kecil daripada konsentrasi ion di umpan. Sebagai hasilnya, aliran dari
stack mengandung air produk, yang mempunyai konsentrasi elektrolit rendah,
dan larutan garam, yang mempunyai konsentrasi elektrolit tinggi. Sel dalam
stack disambungkan dengan aliran paralel. Gas sering terbentuk pada
elektroda, seperti hidrogen pada katoda dan oksigen serta klor pada anoda.
Sebuah membran elektrodialisis bersifat berpori, tipis, matriks terbuat dari
resin penukar ion sintetis. Matriks membran cation-permeable mempunyai
muatan negatif karena ionisasi dari site penukar kation. Kation yang dapat
ditukar dengan ruang pori sebanding dengan muatan negatif matriks. Jika arus
mengalir, kation masuk ke pori dan menembus membran sehingga gaya
perpindahan elektrik kation lebih besar daripada gaya tarik antara kation dan
membran cation-permeable. Jika matriks bermuatan negatif, dia akan
menolak anion. Membran anion-permeable dibuat dengan cara yang sama, di
mana anion dapat menembus, tetapi kation akan tertahan.
4.3.5. Reverse Osmosis
Reverse osmosis meliputi pemisahan pelarut (solvent), seperti air, dari larutan
garam dengan menggunakan membran semi permeabel dan tekanan
hidrostatik. Perhatikan gambar sketsa sel dialisis (Gambar 4.8a.). Aliran
pelarut menembus membran semi permeabel menuju larutan garam di
sebelahnya hingga terjadi konsentrasi yang setimbang. Fenomena ini disebut
osmosis (Gambar 4.8b). Tekanan hidrostatik yang terjadi selama kondisi
setimbang disebut tekanan osmotik. Jika dari arah yang sebaliknya diberikan
gaya yang lebih besar daripada tekanan osmotik, maka akan terjadi pengaliran
pelarut menembus membran semi permeabel menuju arah yang berlawanan
dengan osmosis. Proses demikian disebut reverse osmosis (Gambar 4.8c).



45





(a) (b) (c)
Gambar 4.8 Osmosis dan reverse osmosis (Reynolds, 1996)
Reverse osmosis serupa dengan ultrafiltrasi atau mikrofiltrasi karena ketiga
teknik itu memanfaatkan membran semi permeabel dan tekanan hidrostatik
untuk mendorong pelarut menembus membran. Pada ultrafiltrasi atau
mikrofiltrasi, pemisahan disebabkan oleh aksi penyaringan, tidak oleh osmosis
balik.
Tekanan osmotik larutan elektrolit dapat ditentukan dengan:
RT
V
n
= (4.1)
di mana:
= tekanan osmotik, atm
= koefisien osmotik
= jumlah ion yang terbentuk dari satu molekul elektrolit
n = jumlah mol elektrolit
V = volume pelarut, liter
R = konstanta gas
T = temperatur absolut,
O
K
Koefisien osmotik tergantung pada sifat zat dan konsentrasinya. Tekanan
osmotik untuk air laut yang mempunyai padatan terlarut 35.000 mg/l adalah
2740 kPa pada 25
o
C.
Pelarut Lar. Garam
Tek.
Osmotik
Membran
Tekanan

46
Diagram skematik unit reverse osmosis secara kontinyu dapat dilihat pada
Gambar 4.9. Larutan garam umpan ditekan sehingga perbedaan tekanan di
antara dua kompartemen lebih besar daripada perbedaan tekanan osmotik.
Meskipun perpindahan pelarut akan dimulai jika perbedaan tekanan melebihi
perbedaan tekanan osmotik, kecepatan perpindahan massa pelarut akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya perbedaan tekanan. Secara praktis,
tekanan yang digunakan untuk aliran umpan adalah 1720 sampai 5520 kPa.
Tekanan disain tergantung pada perbedaan tekanan osmotik antara larutan
umpan dan produk, karakteristik membran, dan temperatur.





Gambar 4.9 Sketsa reverse osmosis kontinyu
Parameter disain yang utama adalah produksi per satuan luas membran dan
kualitas air produk. Produksi diukur dengan flux air melewati membran
(misal: l/hari-m
2
). Besarnya flux membran tergantung pada karakteristik
membran (ketebalan dan porositas) dan kondisi sistem (temperatur, perbedaan
tekanan, konsentrasi garam, kecepatan aliran).
Membran reverse osmosis digunakan untuk memisahkan zat terlarut yang
memiliki berat molekul yang rendah seperti garam anorganik atau molekul
organik kecil seperti glukosa dan sukrosa dari larutannya. Membran yang lebih
rapat dengan tahanan hidrodinamik yang lebih besar diperlukan pada proses
ini. Hal ini menyebabkan tekanan operasi pada reverse osmosis akan sangat
besar untuk menghasilkan fluks yang sama dengan proses mikrofiltrasi dan
ultrafiltrasi. Tekanan osmotik juga sangat berpengaruh pada proses ini.
Lar. Garam
bertekanan
Air Produk
Buangan Garam
Membran

47
Tekanan yang diberikan pada proses reverse osmosis berkisar antara 20
sampai 100 bar, jauh lebih tinggi dibandingkan tekanan operasi pada proses
mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi. Material membran sangat berpengaruh pada
efisiensi pemisahan. Material yang digunakan pada proses ini diusahakan
memiliki afinitas yang besar terhadap pelarut (air) dan afinitas yang rendah
terhadap zat terlarut. Pemilihan material menjadi sangat penting karena secara
langsung akan menentukan sifat intrinsik membran.
Membran reverse osmosis banyak digunakan pada proses desalinasi air laut
dan air payau. Material yang digunakan umumnya bersifat hidrofilik,
mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air dan kelarutan yang sangat
rendah terhadap zat terlarut. Material yang digunakan antara lain dari
golongan ester selulosa seperti selulosa diasetat dan selulosa triasetat tetapi
material ini tidak tahan terhadap zat kimia, bakteri, dan suhu yang ekstrim.
Material lainnya adalah poliamida. Poliamida memiliki selektivitas yang tinggi
terhadap gara tetapi material ini kurang begitu tahan terhadap klorin.
Aplikasi reverse osmosis terutama adalah untuk pemurnian air, khususnya
desalinasi air laut dan air payau menjadi air minum. Jumlah kandungan garam
dalam air payau berkisar antara 1000-5000 ppm dan dalam air laut sekitar
35000 ppm. Aplikasi lain adalah untuk membuat air ultra murni yang
digunakan pada industri semi konduktor.

4.4. Filter Karbon Aktif
Dalam pengolahan air, karbon aktif digunakan sebagai adsorben untuk menyisihkan
rasa, bau, atau warna yang disebabkan oleh kandungan bahan organik dalam air,
produk samping disinfeksi, pestisida, dan bahan organik sintetis lainnya.
Pertimbangan utama dalam memilih karbon aktif sebagai adsorben adalah:
a. Bentuk karbon aktif (bubuk atau butiran)
b. Kapasitas adsorptif
c. Laju adsorpsi

48
Pengoperasian proses adsorpsi berbeda antara karbon aktif berbentuk bubuk dan
butiran. Karbon aktif bubuk biasanya dibubuhkan pada air yang diolah dan diaduk
secara merata agar terjadi kontak, setelah itu diendapkan. Pada karbon aktif butiran,
karbon aktif dijadikan sebagai media filter dalam sebuah kolom adsorpsi (lihat
Gambar 4.10) yang dipasang setelah filter pasir konvensional atau disebut post
filtration.
Spent Carbon
Drain Tank
Regenerated Carbon
nventory Tank
nfluent
Effluent
Carbon
bed
Wash water
Transport water
Carbon slurry line
Waste Transport water

Gambar 4.10 Sistem adsorpsi fixed-bed

Persamaan yang umum digunakan dalam perhitungan adsorpsi adalah:
a. Langmuir:
bC
bC q
m
x
m
+
=
1
(4.2)
di mana x/m adalah besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben
(mg/gr), q
m
adalah maksimum adsorbat yang dapat teradsorpsi, b adalah
konstanta Langmuir (l/mg) dan C adalah konsentrasi adsorbat di air pada
saat kesetimbangan. Persamanaan ini dapat dimodifikasi menjadi
persamaan linier sebagai berikut:

49
m m m
x
q C b q
1 1 1 1
+ =
(4.2a)
b. Persamaan Freundlich:
n
KC
m
x
1
=
(4.3)
di mana x/m adalah besarnya adsorbat yang teradsorpsi oleh adsorben
(mg/gr), K adalah konstanta Freundlich (mg/g) yang proporsional dengan
ratio distribusi konsentrasi adsorbat di solid-air, 1/n menyatakan ketidak
linieran (tanpa satuan) dan C adalah konsentrasi adsorbat di air pada saat
kesetimbangan. Persamanaan ini dapat dimodifikasi menjadi persamaan
linier sebagai berikut:
C ln
n
K ln
m
x
ln
1
+ =
(4.3a)
Kedua rumus di atas sering digunakan untuk memperkirakan banyaknya kebutuhan
karbon aktif untuk menyisihkan bahan organik hingga kadar tertentu yang diinginkan
(konsentrasi breakthrough). Banyaknya kebutuhan karbon aktif tersebut dapat
digunakan untuk mengadsorpsi bahan organik dalam waktu tertentu, disebut service
time. Setelah melewati waktu tersebut, konsentrasi efluen akan cenderung meningkat
hingga mencapai kondisi efluen hampir sama dengan influen (exhaust). Hal ini karena
karbon aktif telah mengalami kejenuhan (saturasi).
Untuk mengatasi kondisi demikian, maka perlu dilakukan regenerasi, yaitu pencucian
karbon aktif dengan air bersih dan bahan tertentu atau dilakukan regenerasi dengan
pemanasan karbon aktif dalam furnace.

50
Daftar Bacaan
Droste, Ronald L., Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment,
John Wiley & Sons, Inc., New York, 1997
Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater
Engineering, Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and
Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York, 1981
Kawamura, Susumu, Integrated Design of Water Treatment Facilities, John
Wiley & Sons, Inc., New York, 1991
Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G., Water Work Engineering: Planning,
Design & Operation, Prentice Hall PTR, Texas, 2000
Reynolds, Tom D. dan Richards, Paul A., Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering, PWS Publishing Company, Boston, 1996
Schulz, C.R. dan Okun, Daniel A., Surface Water Treatment for Communities
in Developing Countries, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1984
http://www.oasisdesign.net/water/treatment/slowsandfilter.htm, 7 Mei 2006

You might also like