You are on page 1of 65

MANFAAT MASSAGING NAPE (PEMIJATAN TENGKUK)

TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU NIFAS


DI RSUD CILACAP


KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Akhir
Program Diploma III

Oleh:
NURCHAYATI
NPM: D200901001


AKADEMI KEBIDANAN GRAHA MANDIRI CILACAP
JULI 2012





ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manfaat Massaging Nape
(Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD
Cilacap telah disusun oleh penulis sesuai dengan penulisan Karya Tulis
Ilmiah dan telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan panitia Sidang
Karya Tulis Ilmiah bagi Mahasiswa Akademi Kebidanan Graha Mandiri
Cilacap.
Cilacap, 4 Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II




Wiwit Desi Intarti, M. Keb Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes
NPP. 19821208 2010 005 02 NPP. 19530512 2010 002 02






iii

PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Manfaat Massaging Nape
(Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD
Cilacap telah dipertahankan dihadapan panitia Sidang Karya Tulis Ilmiah
di Akbid Graha Mandiri Cilacap, pada hari Jumat tanggal 6 Juli 2012.

Cilacap, 6 Juli 2012
Penguji I Penguji II



Naomi Pramila H, M. Keb Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes
NPP. 19790209 2010 003 02 NPP. 19530512 2010 002 02

Mengetahui,
Direktur Akbid Graha Mandiri Cilacap



Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes
NPP. 19530512 2010 002 02

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap benar-benar hasil
karya sendiri, bukan merupakan jiplakan dari karya tulis orang lain.

Cilacap, 4 Juli 2012
Penulis


Nurchayati
NPM. D200901001







v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Alloh SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudu Manfaat Massaging Nape (Pemijatan
Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat terselesaikan. Maka dari itu, pada
kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hartono S. ST. Ft. M. Pd selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan
Graha Mandiri Cilacap
2. Uti Lestari, S.SiT. MH. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Graha Mandiri Cilacap dan selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah
3. Wiwit Desi Intarti, M. Keb selaku pembimbing dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini
4. Dosen Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian
5. Segenap Staf dan karyawan Akademi Kebidanan Graha Mandiri
Cilacap
6. Ibu dan ayah tercinta yang tidak pernah henti memberikan doa,
dukungan dan semangat
vi

7. Teman-teman seperjuangan yang telah menjadi tempat berbagi ilmu


dan pengalaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis sangat
mengaharapkan partisipasi dari berbagai pihak khususnya pembaca dalam
bentuk kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
menyempurnakan penelitian selanjutnya. Akhirnya harapan penulis
semoga penelitian ini sesuai dengan tugas yang diberikan.
Atas perhatian dari pembaca, penulis ucapkan terima kasih.

Cilacap, 4 Juli 2012
Penulis



Nurchayati
D200901001






vii

SARI

Nurchayati, 2012. Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI
Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap. Program D III Akademi Kebidanan Graha Mandiri
Cilacap. Pembimbing Wiwit Desi Intarti, M. Keb dan Uti Lestari, S. Si. T. MH. Kes.
Kata Kunci : Produksi ASI, Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)
Latar Belakang Masalah : Salah satu faktor pendukung dalam kesuksesan Millenium Development
Goals (MDGs) adalah pemberian ASI. ASI mengandung berbagai nutrisi yang sangat
bermanfaat bagi kekebalan tubuh bayi. Anak balita merupakan usia paling rentan terkena
gangguan kesehatan. Banyak ibu menyusui yang kesulitan dalam memperbanyak produksi
air susunya bahkan mereka mengalami dilema karena air susunya tidak keluar Karena
itulah sebuah alternatife diupayakan untuk meningkatkan jumlah produksi ASI yakni
dengan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk).
Rumusan masalah : Bagaimana Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap
Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap?
Tujuan penelitian : Ingin mengetahui Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap
Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap.
Kerangka teori : (1) ASI ; (2) Massaging Nape (pemijatan tengkuk); (3) Hubungan massaging
nape (pemijatan tengkuk) dengan pengeluaran ASI; (4) Kerangka berpikir; (5) Hipotesis
Metode penelitian : penelitian ini menggunakan desain cross sectional
Teknik analisa data: menggunakan korelasi product moment dalam program SPSS untuk
mengetahui manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) yang dilihat dari perbedaan
jumlah produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk)
pada ibu nifas di RSUD Cilacap.
Pembahasan hasil penelitian : Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis didapatkan r hitung =
0,6726. Jika N = 30 dan (5 %) maka harga r tabel = 0,361. Ternyata r hitung > r tabel
(0,6726 > 0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan positif
dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap
pengeluaran ASI.
Simpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI ibu nifas.
Saran : (1) Masyarakat khususnya ibu nifas; Melakukan massaging nape (pemijatan tengkuk)
mulai dari awal menyusui supaya tidak terjadi bendungan ASI dan mendapatkan ASI yang
berkualitas. (2) Pendidikan; Menggunakan massaging nape (pemijatan tengkuk) dalam
asuhan masa nifas sebagai alternatif materi pendidikan. (3) Profesi Bidan; Melakukan
massaging nape (pemijatan tengkuk) pada ibu nifas sedini mungkin pada proses laktasi,
agar ASI keluar lancar, tidak terjadi bendungan dan ibu merasa senang saat menyusui.



viii

ABSTRACT

Nurchayati, 2012. Benefits of Massaging Nape Expenditures Against Ruling on Breastfeeding
Mathernal Childbirth in Hospital Cilacap. D III Academy of Midwifery Graha Mandiri
Cilacap. Adviser Wiwit Desi Intarti, M. Keb and Uti Lestari, S.Si. T. MH. Kes.
Key words: Milk Production, massaging nape
Problem Background: One of the factors supporting the success of the Millennium Development
Goals (MDGs) is breastfeeding. Breast milk contains many nutrients that are beneficial to
the babys immune. Toddlers are most susceptible to health problems. Many nursing
mothers who struggle to increase milk production in fact they have a dilemma because the
milk does not come out is why a number of alternatives attempet to raise milk production is
by massaging nape.
Formulation of the problem : How to Benefit Massaging Nape Expenditures Against Ruling on
Breastfeeding Mathernal Childbirth in Hospital Cilacap?
The purpose of the study : Knowing the benefit of massaging nape expenditures against tuling on
breastfeeding mathernal childbirth in hospital cilacap.
Theoretical framework: (1) Breastfeeding; (2) massaging nape; (3) correlated of
massaging nape with milk expenditures; (4) operational definition; (5) hypothesis
Methods of research: this study uses cross sectional design
Data analysis techniques: using product moment correlations in SPSS program to find out the
benefits of massaging nape is seen from the difference in the amount of milk production
before and after massaging nape on the maternal childbirth in hospital cilacap.
Result of research: based on analysis of data obtained from testing the hypothesis count r =
0.6762. if N = 30 and (5%) then the price of table r = 0.361. it turned out that r count> r
table (0,6762> 0,361), so that Ho refused and Ha is received. This means between
massaging nape on milk expenditures.
Concluding the study: based on the result of research and discussion, it can be concluded that
there are benefit of massaging nape on milk expenditures of mother childbirth
Suggestion: (1) people, especially women postpartum; doing massaging nape starting from the
beginning of breastfeeding so that no dam and get milk quality. (2) education; using
massaging nape in care during childbirth as an alternative educational materials. (3)
professional midwives; Doing massaging nape in the mother as early as possible in the
process of puerperal lactation, in order to smooth out the mothers milk, is not the case of
dam and lactating mothers have a great time.



ix

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL. i
HALAMAN PERSETUJUAN. ii
HALAMAN PENGESAHAN. iii
HALAMAN PERNYATAAN.... iv
KATA PENGANTAR.... v
SARI. vii
ABSTRACT. viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL. xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR BAGAN.. xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah 1
B. Identifikasi masalah. 3
x

C. Rumusan masalah 3
D. Tujuan penelitian. 4
E. Manfaat penelitian... 4
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kerangka teori. 6
B. Kerangka berpikir..... 26
C. Kerangka konsep penelitian..... 27
D. Hipotesis 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Tempat dan waktu penelitian 28
B. Metode penelitian. 28
C. Teknik analisa data... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data penelitian. 31
B. Analisa data. 36
C. Uji hipotesis. 37
D. Pembahasan hasil penelitian 38
E. Keterbatasan penelitian 40
BAB V PENUTUP
A. Simpulan. 41
B. Saran 41
xi

KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN















xii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas 34
Tabel 4.2 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur Ibu.. 34
Tabel 4.3 Data Penelitian Produksi ASI.. 35
Tabel 4.4 Produksi ASI 36










xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Payudara. 8
Gambar 2.2 Refleks Prolaktin.. 14
Gambar 2.3 Bentuk-bentuk Putting Susu 18
Gambar 2.4 Otot Semispinalis. 20










xiv

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Interaksi Hormonal Selama Kehamilan 12
Bagan 2.2 Kerangka Berpikir... 26
Bagan 2.3 Kerangka Konsep Penelitian 27











xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Cheklis Massaging Nape (pemijatan tengkuk)
Lampiran 4 Data Produksi ASI
Lampiran 5 Produksi ASI
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai Kep. Menkes RI No.900/MENKES/VII/2002 pasal 24 yang
berbunyi bidan dalam menjalankan praktiknya harus menjalankan program
pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Di Indonesia
meskipun Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKaBa)
telah mengalami penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian untuk
mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras terus-menerus dari berbagai bidang kesehatan
khususnya dalam pelayanan obstetrik.
United Nations International Childrens Emergency Fund (UNICEF)
berdasarkan berbagai penelitian, sebanyak 10 juta kematian anak balita di
dunia. Sedangkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
Angka Kematian Balita di Indonesia adalah 46 per 10.000 kelahiran hidup
setiap tahunnya. Program kesehatan Jawa Tengah 2010 mendapatkan hasil
yang memuaskan. Dari hasil survei, Angka Kematian Bayi di Jawa Tengah
2009 adalah 9,7 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Balita
2009 adalah 10,12 per 1.000 kelahiran hidup (Bappeda Jateng, 2010).
2

Keberhasilan program kesehatan Jawa Tengah tidak terlepas dari


pencapaian program kesehatan Cilacap. Berdasarkan data laporan, Cilacap
mendapatkan pencapaian yang cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat
dari indikator Angka Kematian Bayi di Cilacap mencapai 9,3 per 1.000
kelahiran hidup dari target 10 dan Angka Kematian Balita 10,02 per 1.000
kelahiran hidup dari target 11,03 (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2010).
Penyebab dari kematian pada periode ini adalah diare, sepsis (infeksi
sistemik), kelainan bawaan dan infeksi saluran pernafasan (Riset Kesehatan
Dasar Dep. Kes, 2007). Sedangkan diare merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia, menurut laporan Dep.
Kes RI di Indonesia setiap anak mengalami episode diare 1,6 2 kali dalam
satu tahun (Dwipoerwantoro, 2003).
Salah satu faktor pendukung dalam kesuksesan Millenium
Development Goals (MDGs) adalah pemberian ASI. ASI sebagai suatu zat
yang diyakini dalam setiap penelitian mengandung berbagai nutrisi yang
sangat bermanfaat bagi kekebalan tubuh si kecil. Anak balita merupakan usia
yang beresiko paling rentan terkena gangguan kesehatan yang bisa
menyebabkan angka kesakitan dan kematian balita meningkat. Dari hasil
penelitian Roesli (2000) dan Purwanti (2004) menunjukkan bahwa bayi yang
tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan 14,2 kali lebih sering
terkena diare dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.
3

Pilihan untuk memberikan ASI eksklusif perlu disepakati bersama,


terutama dengan suami. Dukungan keluarga, terlebih suami memberikan
motivasi yang akan menumbuhkan emosi positif bagi istri. Roesli (2011)
mengungkapkan produksi ASI ditentukan oleh pikiran istri. Di sinilah ayah
memainkan perannya sebagai ayah ASI atau breastfeeding father. Dukungan
mental sangat penting bagi ibu yang sedang menyusui, karena seorang ibu
menyusui harus dalam keadaan nyaman sehingga tidak terjadi hambatan
dalam proses pengeluaran ASI.
Namun dalam kenyataannya banyak ibu menyusui yang kesulitan
dalam memperbanyak produksi air susunya selain itu tidak ada peran keluarga
terutama suami yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada proses
emas menyusui, sehingga tidak jarang dari mereka mengalami dilema karena
air susunya tidak keluar padahal mereka sadar bayinya sangat membutuhkan
air susu yang mereka produksi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap
Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap



4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan di RSUD
Cilacap, maka penulis mengidentifikasi masalah antara lain, ketidaktahuan ibu
tentang manfaat ASI bagi bayinya, kurangnya peran suami atau keluarga
dalam pemberian ASI pada masa nifas, ketidaktahuan ibu tentang cara untuk
memperbanyak ASI.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana Manfaat
Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu
Nifas di RSUD Cilacap?

D. Tujuan
Ingin mengetahui Manfaat Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)
Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Nifas di RSUD Cilacap.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya tentang
manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI
pada ibu nifas.
5

2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat penelitian ini ditujukan kepada :
a. Pendidikan
Penelitian ini bermanfaat untuk menunjang ilmu pengetahuan yang
terbaru. Terutama bagi mahasiswa kebidanan, semakin menambah
tingkat pengetahuan pada ilmu - ilmu yang terbaru sehingga ilmu ini
dapat dipelajari dan dikembangkan dalam masyarakat.
b. Masyarakat
Penelitian ini menjawab setiap kecemasan yang terjadi pada masa
menyusui, dimulai dari permasalahan ASI yang tidak keluar, volume
ASI yang keluar sedikit hingga keikutsertaan anggota keluarga
terutama suami dalam upaya memperbanyak produksi ASI.

c. Profesi bidan
Penelitian ini membantu bidan dalam melakukan asuhan dan
pelayanannya, dan semakin meningkatkan tingkat pengetahuan ilmu
kebidanan yang terbaru dalam asuhan masa nifas dan asuhan bayi
baru lahir.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teori
1. Air Susu Ibu (ASI)
a. Anatomi payudara
Payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi
antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan
dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Masing-masing payudara
berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari
jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (cauda axillaris spence)
(Verralls, 2003).
Secara vertikal payudara di antara kosta II dan VI, secara
horizontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan
subkutan superficial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis
mayor, sebagian kecil seratus anterior dan obliqus eksterna
(Soetjiningsih, 2009).
Verralls (2003) menjelaskan payudara (Gambar 2.1) tersusun atas
jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan
ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18
7

lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-
lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional
yang berisi dan tersusun atas bagian seperti berikut (Verralls, 2003) :
1) Alveoli yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap
alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut
acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting
untuk pembentukan air susu. Disekeliling setiap alveolus terdapat
sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang atau sel
laba-laba. Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin akan
berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer
2) Tubulus laktifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan
alveoli
3) Duktus laktifer adalah saluran sentral yang merupakan muara
beberapa tubulus laktifer
4) Ampulla adalah bagian dari duktus laktifer yang melebar, yang
merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah
areola kemudian meluas sampai muara papilla mammae (Verralls,
2003).
Kemudian di dalam badan payudara terdapat bangunan yang
disebut alveolus, yang merupakan tempat air susu diproduksi. Dari
alveolus ini ASI dialirkan ke dalam saluran kecil (duktulus) dan
beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus). Di bawah areola, saluran yang besar ini mengalami pelebaran

ya
m
ya
at
re
di
G
b. Fi
di
su
m
pl
pe
ang disebut
memusat ke d
Di dala
ang bila ber
tau puting da
efleks menyu
iperlukan da








Gambar 2.1 :
isiologi peng
Dalam f
isekresi oleh
usu ibu, tetap
meningkat sel
lasenta. Den
ersalinan, m
sinus laktife
dalam puting
am dinding
rkontraksi da
an areola ter
usui. Bila p
lam proses m
Anatomi Pa
geluaran AS
fisiologi lak
h glandula p
pi walaupun
lama keham
ngan lepasny
maka kadar
ferus. Akhirn
g dan bermua
alveolus ma
apat memom
rdapat saraf
puting dihis
menyusui (S
ayudara Saat
SI
ktasi, prolakt
pituitaria an
n kadar horm
milan, kerja h
ya atau kelu
estrogen d
nya semua s
ara ke luar.
aupun salura
mpa air susu
f peraba yang
ap terjadilah
iswosudarm
t Laktasi (Ve
tin merupak
nterior, penti
mon ini di da
hormon ini d
uarnya plase
dan progeste
saluran yang
an terdapat
u keluar. Pa
g sangat pen
h refleks ya
mo dan Emili
eralls, 2003)
an suatu hor
ing untuk pr
alam sirkulas
dihambat ol
enta pada ak
eron berang
8
g besar ini
otot polos
ada papilla
nting untuk
ang sangat
a, 2010).
)
rmon yang
roduksi air
si maternal
eh hormon
khir proses
gsur-angsur
9

turun sampai tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.


Terjadi suplai darah yang beredar lewat payudara dan dapat diekstraksi
bahan penting untuk pembentukan air susu.
Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari dasar sel-sel
sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya menuju ke
tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi
dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu
perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya
benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam
hari dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada
malam hari (Veralls, 2003).
Manuaba (1998) segera setelah terjadi kehamilan maka korpus
luteum berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesteron,
untuk mempersiapkan payudara saat menyusui. Estrogen akan
mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk proliferasi,
deposit lemak, air dan elektrolit, kemudian jaringan ikat makin banyak
dan mioepitel disekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan
progesteron semakin meningkatkan kematangan kelenjar mamae
bersama dengan hormon lainnya.
Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu :


10

1) Pembentukan kelenjar payudara


Menurut Soetjiningsih (2009) ada beberapa tahapan dalam
pembentukan kelenjar payudara, yaitu sebagai berikut :
(a) Sebelum pubertas
Duktus primer dan sekunder sudah terbentuk pada masa
fetus. Mendekati pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari
sistem duktus terutama di bawah pengaruh hormon estrogen
sedangkan pertumbuhan alveoli oleh hormon progesteron.
Hormon yang juga ikut berperan dalam pertumbuhan kelenjar
payudara adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar
adenohipofise (hipofise anterior).
(b) Masa pubertas
Pada masa ini terjadi pertumbuhan percabangan-
percabangan sistem duktus, proliferasi dan kanalisasi dari unit-
unit lobuloalveolar yang terletak pada ujung-ujung distal
duktulus. Jaringan penyangga stroma mengalami organisasi dan
membentuk septum interlobular (Soetjiningsih, 2009).
(c) Masa siklus menstruasi
Perubahan kelenjar payudara pada wanita dewasa sangat
dipengaruhi dengan perubahan-perubahan hormonal yang
mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormon ini meningkat
maka akan terjadi edema lobules, penebalan dari basal membran
11

epitel dan keluarnya bahan dalam alveoli. Secara klinis akan


dirasakan payudara berat dan penuh.
Setelah menstruasi di mana kadar estrogen dan progesteron
berkurang yang berperan hanya prolaktin saja, terjadi degenerasi
dari sel-sel kelenjar air susu beserta jaringan yang mengalami
proliferasi, edema berkurang sehingga besarnya payudara
berkurang namun tidak kembali seperti besar sebelumnya. Hal
ini yang menyebabkan payudara bertambah besar tiap siklus
ovulasi mulai dari permulaan tahun menstruasi hingga umur 30
tahun (Soetjiningsih, 2009).
(d) Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas
dari duktulus yang baru, percabangan-percabangan dan lobules,
yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus
luteum. Interaksi hormonal selama kehamilan ini dapat dilihat
pada Bagan 2.1 (Soetjiningsih, 2009).
(e) Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan kolostrum.
Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh
estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin meningkat
hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum ditekan.

12

(f) Pada trimester kedua kehamilan


Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum (Soetjiningsih, 1998).













Bagan 2.1 Interaksi Hormonal Selama Kehamilan (Lawrence RA, 1980)
Manuaba (1998) menjelaskan bersamaan dengan
membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk
memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, putting
susu semakin menonjol, pembuluh darah makin tampak dan
areola mamae makin menghitam.

Hormon-hormon yang
membantu metabolism
Insulin, kortisol, tiroid,
paratiroid,
Payudara
Pertumbuhan
Duktulus lobules, alveoli
Mempersiapkan sel
aepitel alveoli
Aktifitas sekresi dari
prolaktin dihambat oleh
seks steroid
Hipotalamus
Menghambat
sekresi growth
hormon, FSH, LH
Menekan faktor
penghambat
prolaktin (PIF)
Adenohipofise
Prolaktin
Plasenta
Korpus luteum
o Estrogen
o Progesterone
o Estrogen
o Progesterone
o Laktogen plasenta
o Estrogen
o Progesterone
o Laktogen plasenta
PIF
prolaktin
13

2) Pembentukan air susu


Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu
yaitu refleks prolaktin dan refleks let down (Lawrence RA, 1995).
(a) Refleks prolaktin
Menjelang akhir kehamilan prolaktin memegang peranan
membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena
aktifitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang
kadarnya memang tinggi. Setelah lepasnya plasenta dan kurang
berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesteron
sangat berkurang, ditambah isapan bayi yang merangsang putting
susu dan kalang payudara. Rangsangan dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon.
Hipotalamus menekan pengeluaran yang memacu sekresi
prolaktin (Soetjiningsih, 2009)
Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu. Pada ibu yang menyusui kadar
prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti :
(1) Stress atau pengaruh psikis
(2) Anastesi
(3) Operasi





(4) Ran
(5) Hub
(6) Oba
klor
Gambar
Sed
prolakt
(1) Giz
(2) Oba
(b) Reflex l
B
adenoh
yang d
kemudi
diangku
uterus
yang sa
ngsangan pu
bungan kela
at-obatan
rpromazin, f
r 2.2 : Reflek
dangkan kea
tin adalah :
zi ibu jelek
at-obatan sep
let down (mi
Bersamaan
hipofise, ran
dilanjutkan
ian dikeluark
ut menuju
sehingga te
ampai pada a
utting susu
amin
tranqulizer
fenotiazid (S
ks Prolaktin
adaan-keadaa
perti ergot, I
ilk ejection r
dengan
ngsangan ya
ke neuro h
kan oksitosin
uterus yan
erjadi involu
alveoli akan
hipotalamu
Soetjiningsih
(Jellife DB,
an yang men
I-dopa (Soetj
reflex)
pembentuka
ang berasal
hipofise (hip
n. Melalui al
ng dapat m
usi dari org
mempengar
us seperti
h, 2009)
1978)
nghambat p
tjiningsih, 20
an prolak
dari isapan
pofise poste
liran darah, h
menimbulkan
gan tersebut.
ruhi sel mioe
14
reserpin,
engeluaran
009)
ktin oleh
n bayi ada
rior) yang
hormon ini
n kontraksi
. Oksitosin
epitelium.
15

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi (Soetjiningsih, 2009).
Faktor-faktor yang meningkatkan reflex let down adalah :
(1) Melihat bayi
(2) Mendengarkan suara bayi
(3) Mencium bayi
(4) Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor-faktor yang menghambat reflex let down adalah :
(1) Keadaan bingung atau pikiran kacau
(2) Takut
(3) Cemas (Soetjiningsih, 2009)
Bila ada stress dari ibu yang menyusui maka akan terjadi
blockade dari reflex let down. Ini disebabkan oleh karena adanya
pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan
vasokontriksi dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitosin
kurang mencapai target organ mioepitelium.
Akibat dari tidak sempurnanya reflex let down maka akan
terjadi penumpukan air susu di dalam alveoli. Karena reflex let
down tidak sempurna bayi yang haus menjadi tidak puas.
Ketidakpuasan ini akan menjadi tambahan stress bagi ibu. Bayi
yang tidak puas ini akan menambah isapan untuk mendapatkan
16

jumlah air susu yang lebih sehingga bisa menyebabkan lecet


pada putting susu. Putting susu yang lecet atau luka ini akan
dirasa sakit oleh ibunya sehingga bisa menambah stress yang
dirasakan (Soetjiningsih, 2009).
3) Pemeliharaan pengeluaran air susu
Menurut Soetjiningsih (2009) hubungan antara hipotalamus dan
hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah.
Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan
pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses
menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari
alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang
menyebabkan terlambatnya proses menyusui.
Pengeluaran oksitosin ternyata di samping dipengaruhi oleh
isapan bayi juga dipengaruhi oleh suatu reseptor yang terletak pada
sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara
reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk
memeras keluar air susu dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan
oksitosin mutlak perlu selama proses menyusui.
c. Mekanisme Menyusui
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleks intrinsik yang diperlukan
untuk keberhasilan menyusui seperti :

17

1) Refleks mencari (rooting reflex)


Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling
mulut bayi merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks
mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju
putting susu yang menempel dan diikuti dengan membuka mulut
kemudian putting susu ditarik masuk ke dalam mulut (Soetjiningsih,
2009).
2) Refleks menghisap (sucking reflex)
Teknik menyusui yang baik apabila kalang payudara sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak
mungkin dilakukan oleh ibu dengan kalang payudara yang besar.
Jika tidak mampu mencakup semua, tanda lain yang menandakan
bayi menghisap dengan benar yaitu bila rahang bayi sudah menekan
sinus laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara. Hal yang
salah ditunjukan apabila rahang bayi menekan putting susu saja,
karena bayi hanya akan menghisap sedikit bagian putting dan dapat
menyebabkan putting susu ibu lecet (Soetjiningsih, 2009).
3) Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari putting susu bayi akan melakukan
gerakan menghisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot
pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan
dengan mekanisme menelan masuk ke lambung (Soetjiningsih,
2009).

G
t
Gambar
2. Mass
a. Pe
ya
ge
tit
ya
ya
m
ge
Ada em
Gambar 2.3
terbenam






2.3 : Bentuk
saging Nape
engertian M
Menurut
ang bertujua
enjotan-genj
tik sentrarefl
Sedangka
ang terstrukt
ang lain se
melakukan m
erakan meng
mpat macam
yaitu bentu
k-bentuk put
e (Pemijatan
Massage
Tairas (2000
an untuk mem
otan atau pi
leks.
an menurut
tur dari teka
eperti lengan
manipulasi di
gurut, mengg
m bentuk put
uk normal/um
ting susu (Si

n Tengkuk)
0), massage
mperlancar k
ijatan-pijatan
Mumford (
anan atau se
n bawah d
i atas kulit, t
gosok, memu
ting seperti
mum, pende
iswosudarmo
)
adalah suat
kambali alira
n kembali a
2001), mass
entuhan. Tan
dan siku da
terutama pa
ukul dan me
yang dijelas
ek/ datar, pa
o dan Emilia
tu metode re
an darah, yak
aliran darah
sage adalah
ngan dan ba
apat diguna
ada bagian o
nekan.
18
skan dalam
anjang dan
a 2010)
efleksiologi
kni dengan
pada titik-
rangkaian
agian tubuh
akan untuk
otot dengan
19

Menurut Katsusuke (1996), massage atau pijat didasarkan pada ide


bahwa jantung adalah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara
pengobatannya mengikuti sistem peredaran darah, terutama nadi-nadi
arteri dan bergerak masuk ke dalam dari ujung tubuh menuju jantung.
b. Anatomi Tengkuk
Sloane (2003) secara anatomis di dalam tengkuk terdapat otot
semispinalis bagian kepala, leher dan dada (Gambar 2.4). Bagian ini
merupakan gabungan otot yang terletak di sepanjang punggung dari
regia toraks sampai kepala. Tempat insersi otot ini berada pada tulang
oksipital (kapitus) dan prosesus spinosa C1 C7 (serviks) dan T1 T4
(toraks). Peran otot ini menimbulkan kontraksi simultan di kedua sisi
akan memanjang ke bagian kepala dan kolumna vertebra, sedangkan
kotraksi di salah satu sisi akan merotasi kepala ke arah bawah.






Gambar 2.4 Otot Semispinalis (Sloane, 2003)
Dina (2004) menuturkan, Leher bagian belakang dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah tengkuk atau kuduk. Leher terdiri
atas ruas-ruas tulang belakang yang berakhir didasar tengkorak.
20

Sepanjang ruas-ruas tulang belakang diikat dengan ikatan sendi atau


ligamen seperti deretan karet yang kuat membuat tulang belakang
menjadi stabil. Di daerah leher juga terdapat otot-otot untuk
mendukung atau menyokong beban leher untuk gerakan leher.
Tengkuk merupakan bagian tubuh yang paling rumit dan unik
karena terdiri dari beberapa sendi yang kompleks dilalui oleh saraf dan
pembuluh darah, otot-otot, tendo dan ligamennya yang memungkinkan
tengkuk bergerak secara kompleks. Di samping itu tengkuk juga daerah
yang paling banyak mendapatkan ketegangan atau stress (Suharto,
2011).
Pemijatan tengkuk sangat erat kaitannya dengan keberadaan
hipofisis dan hipotalamus. Letak tengkuk yang dekat dengan kepala dan
dada dengan aksi dari otot semispinalis yang menimbulkan kontraksi
simultan akan mempercepat suplai darah yang mengangkut oksitosin
dan prolaktin. Supai darah ke neurohipofisis terjadi melalui dua arteri
hipofisis inferior yang merupakan cabang arteri karotis internal,
kemudian memasuki neurohipofisis dan membentuk jaring-jaring
kapiler.
Aliran vena mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.
Suplai darah ke hipofisis tidak langsung yakni melalui arteri hipofisis
superior (cabang arteri karotis interna) kemudian memasuki bagian
tengah tonjolan hipotalamus dan batang infundibulum sehingga
mementuk jaring-jaring kapiler pertama. Melalui sistem ini hormon
21

yang diproduksi di hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis


tanpa memasuki sirkulasi darah besar. Neurohipotalamus mensekresi
dua neurohormon yaitu oksitosin dan hormon antidiuretik (ADH) yang
dibawa langsung di sepanjang akson dan disimpan dalan neurohipofisis.
Hipofisis tidak memiliki hubungan saraf langsung dengan hipotalamus.
Hormon hipofisis anterior juga dilepas berdasarkan sinyal dari
hipotalamus, tetapi melalui hubungan vascular (Sloane, 2003).
Peran hipofisi mengeluarkan endorfin (endegenous opiates) yang
berasal dari tubuh dan efeknya menyerupai heroin dan morfin. Zat ini
berkaitan dengan penghilang nyeri alamiah (analgesik). Peran
selanjutnya mengeluarkan prolaktin yang akan memicu dan
mempertahankan sekresi air susu dari kelenjar mammae. Sedangkan
peran hipotalamus mengeluarkan oksitosin yang berguna untuk
menstimulus sel-sel otot polos uterus dan menyebabkan keluarnya air
susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui dengan menstimulasi
sel-sel mioepitel (kontraktil) di sekitar alveoli kelenjar mammae.
Oksitosin akan keluar apabila ada hisapan payudara, suara bayi atau
stimulasi putting atau areola pada ibu yang menyusui yang akan
menstimulasi saraf pada hipotalamus (Sloane, 2003).Sekresi air susu
akan terhambat apabila ibu merasakan nyeri saat menyusui atau stres
emosional. Inilah peranan pijat tengkuk yang mengurangi nyeri ibu
menyusui dan membantu meredam stres emosional, dengan pijatan
tengkuk merangsang keluarnya endorfin yang menenangkan sehingga
22

reflek oksitosin dan prolaktin menjadi lancar. Selain itu prosedur


pemijatan tengkuk juga melibatkan suami sehingga akan meningkatkan
jalinan kasih sayang anak, ibu dan ayah (Roesli, 2011).
Nyeri tengkuk yang terjadi pada ibu nifas ini memang
menyebabkan ketidaknyamanan yang bisa berpengaruh dalam proses
menyusui. Pemijatan tengkuk memberikan kontribusi dalam
penyeimbangan hormon. Sedangkan hubungan yang utuh antara
hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin
dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran
permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui.
Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu
dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang
menyebabkan terlambatnya proses meyusui. Berkurangnya rangsangan
menyusui oleh bayi berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang,
sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu
mulai sejak minggu pertama kelahiran (Dyna, 2004).
3. Keterkaitan Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk) dengan
Pengeluaran ASI
Masa nifas merupakan masa peralihan seorang ibu memerankan
perannya. Banyak hal yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran masa
nifas. Di mulai dari gizi ibu, pola istirahat hingga dukungan keluarga yang
23

membuat ibu merasa nyaman menikmati perannya. Begitu juga dengan


pemberian ASI yang tidak hanya sekedar proses berdua antara ibu dengan
bayi, akan tetapi dengan keberadaan seorang ayah akan sangat membantu
proses jalinan kasih sayang ibu dengan anak.
Pengeluaran ASI sangat erat kaitannya dengan tenik menyusui dan
frekuensi menyusui bayi. Karena ASI akan keluar apabila ada rangsangan
hisapan bayi yang akan diteruskan ke hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin. Hisapan bayi juga akan merangsang hipotalamus untuk
mengeluarkan oksitosin yang akan membantu pengeluaran ASI dan
mempercepat involusio uteri (Sloane, 2003).
Peranan massaging nape (pemijatan tengkuk) mampu memperlancar
pengeluaran ASI yang mungkin pada awal pengeluarannya sedikit
sehingga mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Proses awal
pemijatan pada otot semispinalis memperlancar aliran darah menuju
hipofisis melalui arteri hipofisis inferior dan superior. Setelah rangsangan
diterima hipofisis akan mengeluarkan hormon endorfin yang akan
membuat ibu nyaman saat menyusui. Pada perasaan yang nyaman inilah
proses pengeluarkan prolaktin oleh hipofisis akan berlangsung (dibantu
dengan hisapan bayi).
Sifat otot semispinalis mampu menimbulkan kontraksi simultan.
Dengan kontraksi simultan inilah sinyal dari hipofisis akan dengan cepat
diterima hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin yang berguna pada
24

proses involusio uteri dan membatu menekan duktus untuk mengeluarkan


ASI (Sloane, 2003).
Pemijatan ini dilakukan saat ibu menyusui dalam posisi duduk. Dari
belakang ibu sang ayah memijat bagian tengkuk sisi kanan dan sisi kiri
bagian yang menonjol dengan melakukan gerakan memutar kecil dan
lembut. Gunakan kedua bagian ibu jari, gerakan memutar ke arah kanan
dan ke arah kiri kemudian lanjutkan ke arah bawah sampai dengan bahu.
Ulangi hingga 10 kali sekitar 15 20 menit.
Oksitosin adalah hormon yang diproduksi di hipotalamus dan
diangkut lewat aliran aksoplasmed ke hipofisis posterior yang jika
mendapatkan stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah.
Peranan fisiologi lain yang dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan
pengeluaran ASI dari kelenjar mammae. Impuls neural dari pemijatan
tengkuk yang terbentuk dari rangsang papilla mammae merupakan
stimulus primer bagi pelepasan oksitosin (Roesli, 2011).
4. Penelitian Dahulu yang Relevan
Rastia Denny Widayanti meneliti manfaat Breast Care Ibu Nifas di
RB Mboga Sukoharjo pada tahun 2008. Breast care (perawatan payudara)
merupaka salah satu cara untuk memperbanyak produksi ASI. Breast care
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya
saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI, untuk itu perlu
diberikan pendidikan kesehatan tentang berast care kepada ibu nifas,
sehingga dapat menambah pengetahuan pada ibu nifas.
25

Dari jumlah sampel 18 orang kelompok eksperimen dan 18 orang


kelompok kontrol hasil penelitian ini berhasil membuktikan bahwa
terdapat manfaat breast care pada ibu nifas di RB mboga Sukoharjo.




















26

B. Kerangka Berpikir















Bagan 2.2 : Kerangka Berpikir
Nifas
Gizi ibu nifas Dukungan suami atau
keluarga
Pola istirahat
Massaging nape
(pemijatan tengkuk)
Pijatan pada otot
semispinalis
Duktus mendorong ASI
Produksi ASI
Hisapan bayi
Prolaktin Oksitosin
Hipofisis
alveoli
Duktulus
27

C. Kerangka Konsep Penelitian


1. Variabel Dependen
Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam
penelitian ini adalah produksi ASI.
2. Variabel Independen
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
massaging nape (pemijatan tengkuk).
3. Desain penelitian




Bagan 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berpikir maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat manfaat massaging nape
(pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di RSUD
Cilacap.

Massaging Nape
(pemijatan tengkuk)
Produksi ASI sebelum Produksi ASI sesudah

28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mawar (Nifas) RSUD
Cilacap, Jalan Gatot Subroto No. 28 Cilacap.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2011
sampai dengan bulan Desember 2011.

B. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik dengan
desain cross sectional. Dalam penelitian cross sectional, peneliti
melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
Kata satu saat bukan berarti semua obyek diamati tepat pada saat yang
sama, tetapi artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali saja dan
pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut. Jadi pada studi cross sectional peneliti tidak melakukan
tindak lanjut terhadap pengukuran yang dilakukan (Sastroasmoro dan
Sofyan, 2006 : 28).
29

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat massaging


nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas di
RSUD Cilacap.
2. Identifikasi Variabel
a. Variabel Dependen
Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam
penelitian ini adalah produksi ASI.
b. Variabel Independen
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah
massaging nape (pemijatan tengkuk).
c. Definisi Operasional
Pengeluaran air susu ibu merupakan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan oleh duktus laktiferous pada ibu nifas yang ditampung
dalam wadah atau gelas kemudian diukur menggunakan spuit 3 cc
sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk)
di RSUD Cilacap pada bulan Nopember sampai dengan Desember
2011.
Massaging nape (pemijatan tengkuk) merupakan teknik
perangsangan relaksing melalui pemijatan otot semispinalis sehingga
muncul endorfin yang selanjutnya mampu mempercepat pengeluaran
oksitosin dan prolaktin yang berfungsi membantu pengeluaran ASI.
Dalam prosesnya massaging nape (pemijatan tengkuk)
30

membutuhkan waktu sekitar 10 - 15 menit dengan 10 kali pijatan


atau sampai ASI dirasakan sudah keluar banyak.
C. Teknik Pengambilan Sampel
1. Kriteria pengambilan sampel
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 80). Jumlah populasi adalah
semua ibu yang menyusui di RSUD Cilacap yaitu sebanyak 40 ibu
nifas.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, waktu dan tenaga, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (Sugiyono, 2009: 81). Jumlah sampel yang diambil
adalah 30 ibu nifas.



31

c. Kriteria inklusi dan eksklusi


Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka penentuan
sampel ditetapkan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Kriteria ini berupa kriteria inklusi dan eksklusi (Saryono, 2008:63).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Ibu yang bersalin di RSUD Cilacap
b) Ibu menyusui dengan suami atau anggota keluarga yang
bersedia menjadi responden
c) Ibu yang bayinya sehat dan bisa menyusu
d) Ibu menyusui yang tidak terkena penyakit infeksi dan
penyakit menular
e) Ibu menyusui yang memiliki suami atau anggota keluarga
yang mendukung
2) Kriteria eksklusi
a) Ibu yang tidak bersalin di RSUD Cilacap
b) Ibu menyusui yang tidak bersedia menjadi responden
2. Instrument penelitian
a. Variabel Penelitian
1) Variabel Dependen
Variabel terikat atau tidak bebas (dependent variable) dalam
penelitian ini adalah produksi ASI.

32

2) Variabel Independen
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini
adalah massaging nape (pemijatan tengkuk).
b. Prosedur pengukuran
Prosedur massage nape (pemijatan tengkuk) adalah sebagai berikut :
1) Menyambut pasien
2) Mempersilakan pasien untuk duduk
3) Mempersiapkan alat
4) Mencuci tangan
5) Menjaga privasi pasien
6) Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
7) Mendekatkan alat
8) Mempersilakan ibu untuk melepas pakaian
9) Membersihkan bagian payudara ibu dengan handuk yang
dibasahi dengan air hangat kemudian mengeringkan dengan
handuk kering
10) Meminta ibu untuk memegang wadah (gelas atau botol) apabila
ASI ditampung
11) Memijat bagian tengkuk (bagian yang menonjol pada tengkuk),
memijat dari sisi kanan dan sisi kiri pada bagian yang menonjol
tersebut dengan gerakan memutar kecil dan lembut. Gunakan
kedua ibu jari dengan arah gerakan, ibu jari kanan ke arah kanan
33

dan ibu jari kiri ke arah kiri, kemudian lanjutkan ke arah bawah
sampai dengan bahu.
12) Melakukan pemijatan selama 10 kali 15 - 20 menit atau sampai
pengeluaran ASI meningkat
13) Mengukur ASI yang tertampung dalam wadah (gelas atau botol)
menggunakan spuit 3 cc
14) Mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dijelaskan
15) Membereskan alat
16) Mencuci tangan
17) Mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan

3. Teknik analisa data
Teknik analisa data pada uji hipotesis yang digunakan
untuk menganalisa rumusan masalah dan hipotesis dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi product
moment dalam program SPSS untuk mengetahui manfaat
massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI
pada ibu nifas di RSUD Cilacap (Sugiyono, 2010). Rumus yang
digunakan adalah :

r
x
=
x
(x
2

2
)

34

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas di RSUD Cilacap
pada bulan Nopember sampai dengan Desember 2011. Distribusi
karakteristik dari responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik responden
Tabel 4.1 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Paritas
Paritas Jumlah Prosentase (%)
Primipara 11 36, 6
Multipara 19 63. 3
Jumlah 30 100
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011
Dari Tabel 4.1 menunjukan bahwa sampel terdiri dari 30 ibu nifas
dengan kelompok primipara sejumlah 11 ibu (63, 3%) dan kelompok
multipara 19 ibu (36, 6 %).
Tabel 4.2 Distribusi Data Berdasarkan Kelompok Umur Ibu
Umur Ibu (Tahun) Jumlah Prosentase (%)
<20 - 0
20 35 24 80
>35 6 20
Jumlah 30 100
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer Di RSUD Cilacap Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sampel terdiri dari tiga
kelompok umur. Kelompok umur <20 tahun tidak ada (0%), 20-25
tahun sejumlah 24 ibu (80%) dan >35 tahun sejumlah 6 ibu (20%).
35

2. Data Penelitian
Deskripsi hasil distribusi data di RSUD Cilacap diperoleh data
produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan massaging nape
(pemijatan tengkuk) pada ibu nifas selama 15 20 menit atau selama
waktu menyusui adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data Penelitian Produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan
Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)
No Nama Umur (tahun) PA
Pengeluaran ASI (cc)
Sebelum Sesudah
1 Ny. Nr 22 1 0 2 5
2 Ny. Sm 21 1 0 1 5
3 Ny. Pi 25 1 0 3 6
4 Ny. Sy 26 1 0 2 5
5 Ny. Mn 29 1 0 3 7
6 Ny. Hr 28 1 0 1 3
7 Ny. Pt 23 1 0 4 5
8 Ny. Su 22 1 0 2 7
9 Ny. Sh 22 1 0 1 5
10 Ny. Sa 27 1 0 4 7
11 Ny. Sp 27 1 0 2 6
12 Ny. Pr 34 2 0 3 8
13 Ny. Ns 27 2 0 3 6
14 Ny. Sr 27 2 0 3 4
15 Ny.Ms 35 2 0 5 6
16 Ny. Ri 28 2 0 2 6
17 Ny. In 21 2 0 1 4
18 Ny. As 32 2 0 1 7
19 Ny. Sw 24 2 2 2 4
20 Ny. If 28 3 0 3 6
21 Ny. Kr 39 3 0 2 8
22 Ny. Ma 34 3 0 4 6
23 Ny. Wu 30 3 0 2 7
24 Ny. Ss 29 3 1 3 6
25 Ny. Ti 38 3 1 1 6
26 Ny. Pp 38 3 1 3 7
27 Ny. Sq 40 3 1 2 4
28 Ny. Tl 34 4 0 3 7
29 Ny. Wt 36 4 1 1 4
30 Ny. Wq 43 5 0 2 5
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011


36

B. Analisa Data
Analisa data digunakan untuk menganalisa rumusan masalah dan
hipotesis, dilakukan penghitungan dengan menggunakan korelasi product
moment untuk mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum dan sesudah
dilakukan massaging nape (pemijatan tengkuk).
Tabel 4.4 Produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan Massaging Nape
(Pemijatan Tengkuk)
No X (x -x)
X
(y -y)
y
x
2
y
2
.
1 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
2 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95
3 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
4 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
5 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
6 1 3 -1,36 -2,7 1,84 7,29 3,67
7 4 5 1,64 -0,7 2,68 0,49 1,14
8 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46
9 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95
10 4 7 1,64 1,3 2,68 1,69 2,13
11 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10
12 3 8 0,64 2,3 0,40 5,29 1,47
13 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
14 3 4 0,64 -1,7 0,40 2,89 1,08
15 5 6 2,64 0,3 6,96 0,09 0,79
16 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10
17 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31
18 1 7 -1,36 1,3 1,84 1,69 1,76
19 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61
20 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
21 2 8 -0,36 2,3 0,12 5,29 0,82
22 4 6 1,64 0,3 2,68 0,09 0,49
23 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46
24 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
25 1 6 -1,36 0,3 1,84 0,09 0,40
26 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
27 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61
28 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
29 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31
30 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
71 171 0,2 1 32,68 47,9 26,61
x 2,36 5,7
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011
37

r
x
=
xy
(x
2
y
2
)

=
26,61
S2,68 x 47,9

=
26,61
1S6S,S72

= u,6726
C. Uji Hipotesis
Pembuktian hipotesis dengan korelasi product moment.
Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis didapatkan r hitung = 0,6726.
Jika N = 30 dan (5 %) maka harga r tabel = 0,361. Ternyata r hitung > r
tabel (0,6726 > 0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka
terdapat hubungan positif dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging
nape (pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI.
Artinya massaging nape (pemijatan tengkuk) memiliki manfaat
apabila dilakukan secara berkelanjutan sehingga produksi ASI semakin
meningkat yang bisa mencegah terjadinya bendungan ASI dan semakin
meningkatkan jalinan kasih sayang, ibu, anak dan suami.




Daerah
Penolakan Ho
Daerah
Penerimaan Ho
Daerah
Penolakan Ho
-0,361
r = 0,6726
0
0,361
38

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan analisis data dari uji hipotesis tersebut didapatkan
hasil bahwa terdapat manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk)
terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas apabila dilakukan secara
bekelanjutan.
Massaging nape (pemijatan tengkuk) memberikan rasa relaksasi
pada ibu nifas saat menyusui. Impuls neural dari pemijatan tengkuk yang
terbentuk dari rangsang papilla mammae merupakan stimulus primer bagi
pelepasan oksitosin. Seperti yang kita ketahui oksitosin sangat berperan
dalam proses menyusui yaitu meningkatkan pengeluaran ASI dari kelenjar
mammae (Roesli, 2011).
Massaging nape (pemijatan tengkuk) memberikan kontribusi yang
besar bagi ibu nifas yang sedang menyusui. Rasa nyaman yang ibu rasakan
akan membantu dalam pengeluaran ASI sehingga ibu tidak akan
merasakan nyeri baik dari hisapan bayi pada payudara maupun kontraksi
uterus karena pada massagig nape (pemijatan tengkuk) mampu
mengeluarkan endorfin merupakan senyawa yang menenangkan. Dalam
keadaan tenang seperti inilah ibu nifas yang sedang menyusui mampu
mempertahankan produksi ASI yang mencukupi bagi bayinya.
Hal ini seperti teori Sloane (2003), Peranan hipofisis adalah
mengeluarkan endorfin (endegenous opiates) yang berasal dari dalam
tubuh dan efeknya menyerupai heroin dan morfin. Zat ini berkaitan dengan
penghilang nyeri alamiah (analgesik). Peranan selanjutnya mengeluarkan
39

prolaktin yang akan memicu dan mempertahankan sekresi air susu dari
kelenjar mammae. Sedangkan peranan hipotalamus akan mengeluarkan
oksitosin yang berguna untuk menstimulus sel-sel otot polos uterus dan
menyebabkan keluarnya air susu dari kelenjar mammae pada ibu menyusui
dengan menstimulasi sel-sel mioepitel (kontraktil) di sekitar alveoli
kelenjar mammae.
Oksitosin akan keluar apabila ada hisapan payudara, suara bayi
atau stimulasi putting atau areola pada ibu yang menyusui yang akan
menstimulasi saraf pada hipotalamus. Sekresi air susu akan terhambat
apabila ibu merasakan nyeri saat menyusui atau stres emosional. Inilah
peranan pijat tengkuk yang mengurangi nyeri ibu menyusui dan membantu
meredam stres emosional, dengan pijatan tengkuk merangsang keluarnya
endorfin yang menenangkan sehingga reflek oksitosin dan prolaktin
menjadi lancar.
Massaging nape (pemijatan tengkuk) juga mengikutsertakan peran
ayah maupun anggota keluarga lain seperti mertua misalnya. Karena pada
dasarnya proses menyusui merupakan interaksi emosional bersama,
sehingga rasa percaya diri, afektif dan interaksi sosial lebih terjadi dengan
baik. Hal ini dikarenakan massaging nape (pemijatan tengkuk)
membutuhkan bantuan orang lain, tetapi hal inilah yang membuat ibu
menyusui merasa nyaman, yakin dan percaya diri bahwa kehadiran
bayinya memang diharapkan semua pihak.
40

Seperti pendapat Roesli (2011) pemberian ASI tidak hanya sekedar


proses berdua antara ibu dengan bayi, akan tetapi keberadaan seorang ayah
akan sangat membantu. Peran ayah dalam membantu ibu menyusui dengan
melakukan pijat tengkuk atau punggung untuk merangsang hormon
sehingga bisa memproduksi ASI lebih banyak. Pemijatan ini dilakukan
saat ibu menyusui dalam posisi duduk. Dari belakang ibu sang ayah
memijat bagian tengkuk sisi kanan dan sisi kiri bagian yang menonjol
dengan melakukan gerakan memutar kecil dan lembut

E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan pada penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada
salah satu payudara atau tidak diteliti pengeluaran ASI dari kedua
payudara
2. Pada penelitian ini tidak menghubungkan massaging nape
(pemijatan tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas
dengan faktor paritas
41

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan
bahwa terdapat manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap
pengeluaran ASI pada ibu nifas di RSUD Cilacap pada bulan Nopember
sampai dengan Desember 2011. Dengan r hitung > r tabel (0,6726 >
0,361), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan
positif dan nilai koefisiensi korelasi antara massaging nape (pemijatan
tengkuk) terhadap pengeluaran ASI.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyampaikan
saran kepada :
1. Masyarakat
Sebagai seorang ayah disarankan ikut memberikan dukungan kepada
ibu menyusui, karena keberhasilan menyusui tidak hanya pada keadaan
fisik ibu, tetapi psikisnya. Dengan massaging nape (pemijatan tengkuk)
seorang ayah akan lebih bisa menciptakan perannya dalam menunjang
keberhasilan menyusui.

42

2. Pendidikan
Menggunakan massaging nape (pemijatan tengkuk) dalam asuhan masa
nifas sebagai alternatif materi pendidikan.
3. Profesi Bidan
a. Melakukan KIE terlebih dahulu sebelum melakukan massaging
nape (pemijatan tengkuk) pada suami atau anggota keluarga
b. Melakukan KIE bahwa massaging nape (pemijatan tengkuk)
membutuhkan peran orang lain, misalnya anggota keluarga atau
suami.
c. Mengajari anggota keluarga terutama suami untuk melakukan
massaging nape (pemijatan tengkuk) agar bisa melakukan mandiri
saat di rumah
4. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya
untuk meneliti lebih lanjut keterkaitan massaging nape (pemijatan
tengkuk) terhadap pengeluaran ASI pada ibu nifas dengan faktor
paritas.

KEPUSTAKAAN

Andini, 2011. Pengertian Pijat atau Massage. Diakses melalui
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-
health/2239760-pengertian-pijat-atau-massage/#ixzz1zOMEd2Ib
Bambang, 2011. Remedial Massage: Panduan Pijat bagi Fisioterapi, Praktisi dan
Instruktur. Yogyakarta : Nuha Medika
Chazizah. 2008. Pijatan Lembut Ayah di Tengkuk Ibu Bisa Lancarkan ASI.
Diakses melalui
http://news.detik.com/read/2008/08/03/112624/982010/10/pijatan-lembut-
ayah-di-tengkuk-ibu-bisa-lancarkan-asi
Dirjen Bina Gizi dan KIA. Cilacap 2012. 170 Ribu Lebih Bayi Meninggal di
Tahun 2010. Diakses melalui
http://www.cilacapkab.go.id/v2/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=liha
t&id=2792
Elaine. 2009. Pijat Postpartum. Diakses melalui
http://www.massagetherapycanada.com/content/view/1296/38/
Hanafi, 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Muhyasir. 2011. Survey AKI dan AKB di Indonesia. Diakses melalui
http://muhyasir.wordpress.com/2011/11/18/angka-kematian-ibu-bayi-dan-
balita-indonesia-2011/
Nurvita, 2011. Dukung ASI, Ayah Juga Pelu Cuti Melahirkan. Diakses melalui
http://kondios.multiply.com/journal/item/50/Dukung_ASI_Ayah_Juga_Perl
u_Cuti_Melahirkan
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sloane. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 2009. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA
Suharto, 2011. Mc Kenzie Pada Nyeri Tengkuk. Diakses melalui.
http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/07/mc-kenzie-
pada-nyeri-tengkukmc-kenzie.html
Verralls Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta :
EGC















Lampiran 1
PERMOHONAN CALON RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Nurchayati (D200901001)
Judul Penelitian : Manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap
pengeluaran ASI pada ibu nifas
Adalah Mahasiswa D III Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap yang
sedang melakukan penelitian di RSUD Cilacap pada bulan Nopember sampai
dengan Desember 2011.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.
Semua informasi yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
sebagai kepentingan penelitian.
Atas kerja sama dan kesediaan bapak/ibu sebagai responden, saya
mengucapkan terima kasih.
Hormat saya

Nurchayati
NPM. D200901001
Lampiran 2
PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Program Studi D III Kebidanan Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap
dengan judul Manfaat massaging nape (pemijatan tengkuk) terhadap
pengeluaran ASI pada ibu nifas. Tanda tangan di bawah ini menunjukan
bahwa saya telah diberikan informasi tentang penelitian ini dan saya memahami
bahwa penelitian ini dan saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan
berakibat negatif terhadap diri saya, oelh karena itu saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya tanda tangani untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Cilacap, Nopember 2011
Responden

.

Lampiran 3
CHEKLIS MASSAGING NAPE (PEMIJATAN TENGKUK) PADA IBU
NIFAS
Nama Ibu / Suami : Umur Ibu / Suami :
Alamat : GPA :
No Prosedur Massaging Nape (Pemijatan Tengkuk)
1 Menyambut pasien
2 Memperkenalkan diri dan komunikasikan tindakan
3 Mempersilahkan pasien untuk duduk
4 Mempersiapkan alat
5 Mencuci tangan
6 Menjaga privasi pasien
7 Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
8 Mendekatkan alat
9 Mempersilahkan ibu untuk melepas pakaian bagian atas
10 Membersihkan dan mengkompres payudara dengan handuk yang sudah dibasahi dengan
air hangat, kemudian membersihkan dengan handuk kering
11 Meminta ibu untuk memegang wadah (gelas atau botol) apabila ASI akan ditampung
12 Memijat bagian tengkuk (bagian yang menonjol pada bagian tengkuk) memijat sisi
kanan dan sisi kiri pada bagian yang menonjol tersebut dengan gerakan memutar kecil
dan lembut. Gunakan kedua ibu jari dengan arah gerakan ibu jari kanan ke arah kanan
dan ibu jari kiri ke arah kiri kemudian ke arah bawah sampai dengan bahu
13 Melakukan pemijatan selama 10 15 menit atau sampai pengeluaran ASI dirasa sudah
meningkat
14 Mengukur ASI yang tertampung dalam wadah dengan spuit 3 cc
15 Membantu ibu memakai pakaina
16 Mengevaluasi tindakan yang sudah dijelaskan
17 Membereskan alat
18 Mencuci tangan
19 Mendokumentasikan tindakan
Cilacap, .
Responden

.
Lampiran 4
Data Penelitian Produksi ASI Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massaging
Nape (Pemijatan Tengkuk)
No Nama Umur (tahun) PA
Pengeluaran ASI (cc)
Sebelum Sesudah
1 Ny. Nr 22 1 0 2 5
2 Ny. Sm 21 1 0 1 5
3 Ny. Pi 25 1 0 3 6
4 Ny. Sy 26 1 0 2 5
5 Ny. Mn 29 1 0 3 7
6 Ny. Hr 28 1 0 1 3
7 Ny. Pt 23 1 0 4 5
8 Ny. Su 22 1 0 2 7
9 Ny. Sh 22 1 0 1 5
10 Ny. Sa 27 1 0 4 7
11 Ny. Sp 27 1 0 2 6
12 Ny. Pr 34 2 0 3 8
13 Ny. Ns 27 2 0 3 6
14 Ny. Sr 27 2 0 3 4
15 Ny.Ms 35 2 0 5 6
16 Ny. Ri 28 2 0 2 6
17 Ny. In 21 2 0 1 4
18 Ny. As 32 2 0 1 7
19 Ny. Sw 24 2 2 2 4
20 Ny. If 28 3 0 3 6
21 Ny. Kr 39 3 0 2 8
22 Ny. Ma 34 3 0 4 6
23 Ny. Wu 30 3 0 2 7
24 Ny. Ss 29 3 1 3 6
25 Ny. Ti 38 3 1 1 6
26 Ny. Pp 38 3 1 3 7
27 Ny. Sq 40 3 1 2 4
28 Ny. Tl 34 4 0 3 7
29 Ny. Wt 36 4 1 1 4
30 Ny. Wq 43 5 0 2 5
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011
Lampiran 5
Produksi ASI Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Massaging Nape (Pemijatan
Tengkuk)
No X
X

Y

.
1 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
2 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95
3 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
4 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
5 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
6 1 3 -1,36 -2,7 1,84 7,29 3,67
7 4 5 1,64 -0,7 2,68 0,49 1,14
8 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46
9 1 5 -1,36 -0,7 1,84 0,49 0,95
10 4 7 1,64 1,3 2,68 1,69 2,13
11 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10
12 3 8 0,64 2,3 0,40 5,29 1,47
13 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
14 3 4 0,64 -1,7 0,40 2,89 1,08
15 5 6 2,64 0,3 6,96 0,09 0,79
16 2 6 -0,36 0,3 0,12 0,09 0,10
17 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31
18 1 7 -1,36 1,3 1,84 1,69 1,76
19 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61
20 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
21 2 8 -0,36 2,3 0,12 5,29 0,82
22 4 6 1,64 0,3 2,68 0,09 0,49
23 2 7 -0,36 1,3 0,12 1,69 0,46
24 3 6 0,64 0,3 0,40 0,09 0,19
25 1 6 -1,36 0,3 1,84 0,09 0,40
26 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
27 2 4 -0,36 -1,7 0,12 2,89 0,61
28 3 7 0,64 1,3 0,40 1,69 0,83
29 1 4 -1,36 -1,7 1,84 2,89 2,31
30 2 5 -0,36 -0,7 0,12 0,49 0,25
71 171 0,2 1 32,68 47,9 26,61
2,36 5,7
Sumber : Olahan Sendiri Berdasarkan Data Primer di RSUD Cilacap Tahun 2011

You might also like