You are on page 1of 15

Ika S Susanti 1102002128 FK Yarsi

1. High quality CPR :

Penderita dibaringkan ditempat yg datar dank eras Tentukan lokasi kompresi dada dgn cara meletakkan telapak tangan yg saling berkaitan dibagian bawah sternum, 2 jari diatas processus xypoideus Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi ( minimal 100 x / menit ) Untuk dewasa , berikan kompresi dada dengan kedalaman 2 inch ( 5 cm ) Bayi dan anak , kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter dinding anterior posterior dada atau pada bayi 4 cm ( 1,5 inchi ) dan pada anak anak sekitar 5 cm ( 2 inchi ) Penolong awam lakukan kiompresi 100x / menit tanpa interupsi. Penolong terlatih tanpa alat bantu napas lanjutkan lakukan kompresi dan ventilassi dengan perbandingan 30 : 2 ( setiap kompresi 30 kali , berikan 2 napas bantuan ) Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara sempurna setelah setiap kompresi. Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap kompresi. Hindari bantuan nafas yang berlebihan. Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan denyut arteri karotis setelah 5 siklus kompresi.

2. Obat Antiaritmia

obat Adenosin

indikasi Obat utama pada takikardia dengan QRS sempit, PSVT (paroxymal Supraventrikular Tachycardia). Efektif untuk menghentikan proses masuk kembali yang terjadi pada nodus AV dan Nodus SA. Obat ini tidak mempunyai efek untuk menghentikan fibrilasi atrial, flutter atrial atau takikardia ventrikel

kontraindikasi Flushing, periode asistol atau brakikardia, ventrikular ektopi Kurang efektif pada pasien yang mengonsumsi teofilin, jangan berikan pada pasien yang mendapat dipiridamole Jika diberikan pada takikardia dengan QRS lebar (VT) karena dapat menyebabkan perburukan termasuk hipotensi Periode transien sinus brakikardia dan ventrikel ektopik bisa terjadi setelah terminasi SVT Kontraindikasi Blok AV derajat 2 atau 3 Takikardia yang disebabkan karena obat

Dosis / cara pemberian Letakkan pasien pada posisi trendelenberg sebelum pemberian obat Bolus 6 mg IV cepat dalam waktu 1-3 detik diikuti bolus saline normal 20 ml, kemudian lengan diangkat Ulangi pemberian 12 ml IV dalam 1-2 menit jika diperlukan, dapat diulangi lagi Adenosin 12 mg IV dapat diberikan dengan jarak 1-2 menit setelah pemberian dosis kedua

Amiodaron

Digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial dan takiaritmia ventrikular. Selain itu untuk mengontrol kecepatan nadi pada aritmia atrial dan pada pasien dengan funsi ventrikel kiri yang menurun jika pemberian digoksin sudah tidak efektif. Pemberian

Vasodilatasi dan hipotensi Memiliki efek inotropik negative Memiliki efek memperpanjang interval QT

Pada henti jantung 300 mg IV cepat (dalam panduan AHA th 2000, dianjurkan untuk diencerkan dengan 20-30 ml dekstrose 5%). Pertimbankan pemberian berikutnya sebanyak 150 mg IV dalam 3-5 menit. Dosis kumulatif maksimum 2,2 gram IV/24 jam. Pada kompleks QRS lebar yang stabil, maksimum pemberian 2,2 gramIV/24 jam. Cara pemberian dengan bolus 150 mcg IV dalam 5-10 menit dapat diulang 150 mg IV setiap 10 menit jika

direkomendasikan pada keadaan berikut: Pengobatan VF yang refrakter atau VT tanpa nadi Pengobatan VT yang polimorfik dan takikardi dengan QRS lebar yang tidak jelas sumbernya Sebagai obat pndukung pada kardioversi elektrik kasus SVT dan PVST Takikardi atrial multifokal dengan fungsi ventrikel kiri yang baik Mengontrol kecepatan nadi fibrilasi atrial Sulfas Atropin Obat utama pada sinus brakikardia (kelas 1). Mungkin memiliki efek pada AV blok pada level nodal (kelas 2A) atau pada asistol ventrikular. Tidak efektif pada tingkat blok infranodal (mobitz tipe 2) (kelas 2 B) Obat pilihan kedua setelah epinefrin atau vasopressin untuk asistol , brakikardi, dan Pulseless electrical activity (kelas 2 B) Obat pliha alternatif setelah adenosine untuk menghentikan PSVT (paroxysmal supraventrikular Hati hati pemberian pada hipoksia dan iskemia karena iskemia dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard Hindari pada bradikardia hipotermi Tidak efektif untuk infra nodal AV blok ,dan AV blok tipe 3 dengan QRS kompleks yang lebar

diperlukan. Dilanjutkan dosis 360 mg IV selama 6 jam (1mg/menit). Dosis pemeliharaan 540 mg IV dalam 18 jam (0,5 mg/menit). Jangan diberikan secara bersamaan dengan procainamide

Pada asistol atau Pulseless electrical activity 1mg IV cepat, diulangi setiap 3-5 menit. Jika asistol menetap dapat diulangi dampai mencapai dosis maksimum 0,03-0,04 mg/kgBB Pada brakikardia diberikan 0,5-1 mg IV setiap 3-5 menit sesuai kebutuhan tidak melebihi 0,04 mg/kg BB. Penggunaan dengan interval jangka pendek (3 menit) dan dosis yang lebih tinggi (0,04mg/kg BB) deberikan pada kondisi klinis yang berat. Pemberian melalui trakea dengan dosis 2-3 X dosis IV diencerkan dalam 10 ml saline normal. 2,,5 5 mg IV bolus selama lebih dari 2 menit. Dosis berikutnya 5-10 mg IV jika diperlukan dengan interval waktu 15-30 menit dari pemberian dosis pertama. Dosis

Verapamin

Jangan digunakan pada takikardia dengan QRS kompleks yang lebar yang tidak diketahui

tachycardia) dengan QRS sempit dan tekanan darah yang adekuat dan fungsi ventrikel kiri yang baik Mengontrol respons ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial, flutter atrial atau multifokal atrial takikardia.

Diltiazem

Untuk mengontrol kecepatan nadi pada fibrilasi atrial dan flutter atrial. Dapat menghentikan reentrant arrhytmia pada tingkat AV nodal. Digunakan setelah pemberian adenosin untuk mengibati PSVT pada pasien dengan QRS kompleks yang sempit dan tekanan darah yang adekuat

Lidokain

Diberikan pada henti jantung dengan irama VF/VT tanpa nadi. Bisa juga diberikan pada VT stabil, dengan kompleks

sumbernya Jangan diberikan pada WPW dan fibrilasi atrial, sick sinus syndrome, atau AV blok dearjat 2 dan 3 Dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan penurunan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan hipotensi Jangan gunakan penghambat kanal kalsium pada QRS kompleks lebar dengan sumber yang tidak jelas atau obat-obatan yang memicu takikardia Cegah pemberian penghambat kanal kalsium pada pasien dengan sindrom wolfparkinson-white dengan fibrilasi atrial atau flutter atrial, sick sinus syndrome atau pasien dengan blok AV Perhatian bahwa tekanan darah dapat menurun akibat vasodilatasi perifer Jika pemberian berlebihan dapat menimbulkan tanda- tanda toksisitas Dosis dikurangi pada pasien

meksimum 20mg IV Alternatif : 5 mg bolus tiap 15 menit dengan total dosis 30 mg. Pada usia lanjut obat diberikan selama lebih dari 3 menit

Untuk mengontrol denyut nadi, berikan 15-20 (0,25 mg/kg) IV selama lebih dari 2 menit. Dapat diulangi 15 menit kemudian dengan dosis 20-25 mg(0,35 mg/kg) selama lebih dari 2 menit. Dosis pemeliharaan 5-15 mg/jam, dititrasi sesuai dengan denyut nadi. Dapat deiencerkan dengan dekstrose 5% atau normal saline.

Dosis awal 1-15 mg/kg BB IV bolus Untuk VF refrakter :0,5 0,75 mg/kg IV diulangi 5-10 menit kemudian, dengan dosis maksimum 3 ml?kg BB Dosis tunggal 1,5 mg/kg BB IV pada henti jantung

QRS lebar dengan tipe yang tidak jelas. Dapat diberikan melalui selang endotrakeal.

dengan fungsi hati yang menurun, maupun fungsi ventrikel kiri yang menurun Pemberian pencegahan pada IMA tidak dianjurkan

Magnesium Sulfat

Dianjurkan pada henti jantung hanya jika terjadi Torsaides de Pointes atau hipomagnesemia VF refrakter (setelah pemberian lidokain) Torsaides de Pointes dengan nadi Mengobati ventrikel aritmia yang disebabkan intoksikasi digitalis Pemberian profilaksis pd IMA tdk dianjurkan

Seringkali terjadi penurunan TD pada waktu diberikan secara tepat Hati hati pemberian pada orang yang terkena gagal jantung

Pemberian melalui trakea 2-4 mg/kg BB Pada aritmia VT stabil , QRS kompleks lebar dengan tipe yang tidak jelas, ektopi yang signifikan, dosisnya adalah 0,5 0,075 mg/kg BB IV sampai 1-1,5 mg/kg BB IV diulangi setiap 5 10 menit dengan total dosis 3 mg/kg. Dosis pemeliharaan 1-4 mg/menit IV (30-50 ug/kg BB per menit) diencerkan dalam D5W D10W atau normal saline Pada henti jantung (jika terjadi hipomagnesemia) atau Torsaides de pointes Torsaides de pointes (tanpa henti jantung) : bolus 1-2 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,5-1g perhari IV IMA jika ada indikasi : bolus 12 g dicampur dalam 50-100 cc D5W selama lebih dari 5-60 menit IV. Lanjutkan dengan 0,51g perhari IV

3. Pengelolaan Jalan Napas (Airway Management)

Technorati Tags: gawat,darurat,jalan napas,airway Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

Pemeriksaan Jalan Napas : L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan. Tindakan Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu) Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah) Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi) Gambar dan penjelasan lihat dibawah. Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) : Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal. Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction. Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi. 2. Membersihkan jalan nafas Sapuan jari (finger sweep) Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang. Cara melakukannya : Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi) Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep 3. Mengatasi sumbatan nafas parsial Dapat digunakan teknik manual thrust Abdominal thrust Chest thrust Back blow Gambar dan penjelasan lihat di bawah! Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan : Gelisah oleh karena hipoksia Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug) Gerak dada dan perut paradoksal Sianosis Kelelahan dan meninggal Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS! Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas Beri oksigen bila ada 6 liter/menit Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat. Head Tilt Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal. Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas. Jaw thrust Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen). Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas. Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar) Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas. Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas. Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri Back Blow (untuk bayi) Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Gambar 10. Back blow pada bayi Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil) Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.

4. Pemberian obat-obat resusitasi melalui pipa endotrakeal Pemberian dilakukan bila tidak mendapatkan akses intravena atau intraoseus. Obat obatan yg diberikan adalah : nalokson, atropine, vasopressin, epineprin, dan lidocain ( NAVEL ) Dosis yg diberikan jk melalui pipa endotrakeal besarnya 2 2,5 kali dosis intavena, dan diencerkan dlm 10 ml Nacl 0.9 % atau aquabidest. Setelah obat dimasukan ke dalam pipa endotrakeal dilakukan ventilasi 2 kali agar obat terdepolarisasi kefdalam jalan napas.

5. Reversible causes gejala dan penanganannya : Hipoksia :

gejala : lemas, pusing, lunglai, kepala serasa berputar, perut terasa tidak nyaman.

Penangananya : dengan pemberian oksigen dan jika kekurangan oksigen disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah bisa dipasang stent pembuluh darah. Hipovolemi Gejala : lemas letargi dan perubahan mental, peniurunan tekanan darah,akral dingin dan lembab. Penanganannya : tranfusi darah jika diperlukan, hentikan perdarahan,pemberian cairan kristaloid RL dan normal saline bolus 1 20 L lanjutkan dengan drip. Hydrogen ion ( asidosis ) Gejala : vertigo, nyeri dada, sakit kepala, mual muntah, nyeri abdomen, ganggyuan penglihatan, palpitasi Penanganan : memberikan obat yg mengandung zat bersifat basa ( alkali ) secara berkala, zat basa ini mengandung natrium bikarbonat ( bicnat ) Hipokalemi Gejala : hipotensi, henti jantung, takikardi atau bradikardi, gagal nafas, periubahan status mental, penurunan kekuatan otot, Penanganana : pemberian kalium 40 60 meq dpt menaikan 1 1.5 meq/L. KCL disarankan melaui vena yg besar dengan kecepatan 10 20 meq/ jam. Bila melaui perifer maksimal 60 meq dilarutkan dlm NaCL isotonic 1000cc.

Hiperkalemi Gejala : paralisis, kesulitan bernafas, hilangmnya reflek tendon, Penanganan : pemberian insulin 10 unit dlm glukosa 40%, 50 ml bolus iv diikuti dgn infuse dekstrosa 5% utk menncegah hipoglikemi.pemberian natrium bicarbonate, pemberian Beta 2 angoniis baik secara inhalasi / ttsan iv, kalsium intravena 10 ml calcium glukonas iv dlm waktu 2 3 menit dgn monitor EKG.

Hipotermia Gejala : suhu < 30 C Penanganana : melepas pakain basah pmeberian penghangat secara pasif untk hipertermi ringan, hipotermia sedamg 30 c 34 c dengan penghangat eksternal.

Hipotermi < 30 C dgn penghangat aktif dalam lavage ronga dada dgn air hangat, penghangat darah extracorporeal dengan partial bypass Tension pneumotorak Gejala : hipoksia, hipotensi, suara nafas pada paru yg terkna hilang, deviasi trakea, distensi vena jugularis.takikardi Penanganan : thoracotomy untiuk melakukan pleurectomy atau pleurodesis. Tamponade jantung Gejala : hipotensi Penanganan : pericardiosintesis dgn mengunakan atau tanpa echocardiography. Thrombosis paru Gejala : nyeri dada pleuritik, sesak nafas, cemas, batuk kering, berkeringat Penanganan : oksigen, heparin atau warfarin, streptokinase Toksin Gejala :kejang, depresi pernafasan dan ssp, pelebaran komplek QRS Penanganan : activated charcoal dosis tungal Trombosis koroner Gejala : susah bernafas, mual muntah, pingsan, bradikardi, keringat berlebihan, lemas,nyeri dada Penanganannya : mengiunakan monitor jantung, terapi oksigen, cairan iv, aspirin, heparin, morfin, nitrate

DAFTAR PUSTAKA
1. BCLS. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar. Edisi 2011 2. ACLS. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut. Edisi 2011 3. http://dokter-medis.blogspot.com/2009/06/pengelolaan-jalan-napas-airway.html

You might also like