You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Hubungan Sedarah atau dalam bahasa Inggris disebut incest adalah hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri. Pengertian istilah ini lebih bersifat sosio antropologis daripada biologis (bandingkan dengan kerabatdalam untuk pengertian biologis) meskipun sebagian penjelasannya bersifat biologis. Hubungan Sedarah diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secara biologis lemah, baik fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan). Fenomena ini juga umum dikenal dalam dunia hewan dan tumbuhan karena meningkatnya koefisien erabat-dalam pada anak-anaknya. Akumulasi gen-gen pembawa 'sifat lemah' dari kedua orang tua pada satu individu (anak) terekspresikan karena genotipenya berada dalam kondisi homozigot. Secara sosial, hubungan sumbang dapat disebabkan, antara lain, oleh ruangan dalam rumah yang tidak memungkinkan orangtua, anak, atau sesama saudara pisah kamar. Hubungan sumbang antara orang tua dan anak dapat pula terjadi karena kondisi psikososial yang kurang sehat pada individu yang terlibat. Beberapa budaya juga mentoleransi hubungan sumbang untuk kepentingan-kepentingan tertentu, seperti politik atau kemurnian ras. Akibat hal-hal tadi, hubungan sumbang tidak dikehendaki pada hampir semua masyarakat dunia. Semua agama besar dunia melarang hubungan sumbang. Di dalam aturan agama Islam (fiqih), misalnya, dikenal konsep muhrim yang mengatur hubungan sosial di antara individu-individu yang masih sekerabat. Bagi seseorang tidak diperkenankan menjalin hubungan percintaan atau perkawinan dengan orang tua, kakek atau nenek, saudara

kandung, saudara tiri (bukan saudara angkat), saudara dari orang tua, kemenakan, serta cucu.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut: 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8 1.2.9 Apa yang dimaksud Incest? Bagaimana sejarah Incest? Apa saja jenis-jenis Incest? Apa saja penyebab Incest? Apa alasan anggota keluarga melakukan Incest? Apa saja akibat Incest? Upaya apa untuk mengatasi Incest? Apa tindakan terhadap korban Incest? Sebutkan beberapa contoh kasus Incest yang pernah terjadi?

1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini: 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 1.3.6 1.3.7 1.3.8 Untuk mengetahui pengertian dari Incest Untuk mengetahui sejarah dari Incest Untuk mengetahui jenis-jenis Incest Untuk mengetahui penyebab dari Incest Untuk mengetahui alasan anggota keluarga melakukan Incest Untuk mengetahui akibat dari Incest Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi Incest Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap korban Incest 1.3.9 Untuk mengetahui beberapa contoh kasus incest yang pernah terjadi.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi tenaga kesehatan khususnya kebidanan, dapat meningkatkan pengetahuan tentang incest. Sehingga dapat memberikan konseling ketika ada masalah. 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan, dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan Stikes Maharani Program Pendidikan Kebidanan. 1.4.3 Bagi penulis, menambah pengetahuan bagi penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh agar semestinya menghasilkan pengetahuan lebih dalam lagi mengenai incest.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Hubungan sedarah (Inggris: Incest) adalah hubungan badan atau hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, misal ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri. Incest adalah hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah, baik antara kakak-adik kandung/tiri, ayah dengan anak kandung/tiri, paman dengan keponakan atau ibu dengan anak kandung/tiri. (Ruth S Kempe & C. Henry Kempe) Incest adalah hubungan seksual sampai taraf koitus antar anggota keluarga, misalnya antara kakak lelaki dan adik perempuan atau antara ayah dan anak perempuan, yang dilarang oleh adat kebudaan. (Supraptiknya, 1995) Incest adalah hubungan seks antara dua orang didalam atau diluar perkawinan dengan keluarga dekat sehingga secara legal tidak diizinkan melakukan pernikahan. (Sunaryo, 2004) Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;

incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006) Incest adalah hubungan seksual antara orang-orang yang memiliki hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest yang sering adalah

antara kakak dan adik, serta ayah kandung dengan anaknya. Incest antara ibu dengan anak laki-lakinya sangat jarang terjadi. Dalam kasus incest antara ayah dengan anak, jarang terjadi karena adanya unsur suka sama suka; dan umumnya anak lebih merupakan korban pemerkosaan. Dengan demikian, ada unsure kekerasan seksual yang dilakukan ayah terhadap putri kandungnya. Secara psikologis,kekerasan seksual (pemerkosaan) yang dilakukan oleh sang ayah akan sangat menghancurkan mental korban (anak). Kejadian incest jarang dilaporkan kepada yang berwajib karena akan memalukan keluarga atau khawatir akan mendapat hukuman. (Nilam Widyarini, 2009)

2.2 Sejarah Incest Peristiwa incest telah terjadi sejak dulu kala. Dalam sejarah dicatat rajaraja Mesir kuno dan putra-putrinya kerap kali melakukan tingkah laku incest dengan motif tertentu, sangat mungkin bertujuan untuk meningkatkan dan kualitas generasi penerusnya. Pascainvasi Alexander the Great (Iskandar Zulkarain) para bangsawan Mesir banyak yang melakukan perkawinan dengan saudara kandung dengan maksud untuk mendapatkan keturunan berdarah murni dan melanggengkan kekuasaan. Contoh yang terdokumentasi adalah perkawinan Ptolemeus II dengan saudara perempuannya, Elsione. Beberapa ahli berpendapat, tindakan seperti ini juga biasa dilakukan kalangan orang biasa. Toleransi semacam ini didasarkan pada Mitologi Mesir Kuno tentang perkawinan Dewa Osiris dengan saudaranya, Dewi Isis. Sedangkan dalam mitologi Yunani kuno ada kisah Dewa Zeus yang kawin dengan Hera, yang merupakan kakak kandungnya sendiri.: Di Indonesia sendiri sampai saat ini perilaku incest masih ada pada kelompok masyarakat tertentu, seperti suku Polahi di Kabupaten Polahi, Sulawesi, dimana praktek hubungan incest banyak terjadi. Perkawinan sesama saudara adalah hal yang wajar dan biasa di kalangan suku Polahi

2.3 Jenis Incest Incest terbagi menjadi 2 (dua) jenis menurut sifatnya, yaitu:

1. Incest yang bersifat sukarela (tanpa paksaan). Hubungan seksual yang dilakukan terjadi karena unsur suka sama suka. 2. Incest yang bersifat paksaan. Hubungan seksual dilakukan karena unsur keterpaksaan, misalkan pada anak perempuan diancam akan dibunuh oleh ayahnya karena tidak mau melayani nafsu seksual. Incest seperti ini pada masyarakat lebih dikenal dengan perkosaan incest. Jenis-jenisnya berdasarkan penyebabnya adalah: 1. Incest yang terjadi secara tidak sengaja, misalnya kakak-asik lelakiperempuan remaja yang tidur sekamar, bisa tergoda melakukan eksplorasi dan eksperimentasi seksual sampai terjadi incest. 2. Incest akibat psikopatologi berat. Jenis ini bisa terjadi antara ayah yang alkoholik atau psikopatik dengan anak perempuannya. Penyebabnya adalah kendornya control diri akibat alcohol atau psikopati pada sang ayah 3. Incest akibat peudofillia, misalnya seorang lelaki yang harus menggauli anak-anak perempuan dibawah umur, termasuk anaknya sendiri. 4. Incest akibat contoh buruk dari ayah. Seorang lelaki menjadi senang melakukan incest karena meniru ayahnya melakukan perbuatan yang sama dengan kakak atau adik perempuannya. 5. Incest akibat patologi keluarga dan hubungan perkawinan yang tidak harmonis. Seorang suami-ayah yang tertekan akibat sikap memusuhi serba mendominasi dari istrinya bisa terperosok melakukan incest dengan anak perempuannya. (Supraptiknya, 1995)

2.4 Penyebab Incest Ada beberapa penyebab atau pemicu timbulnya incest. Akar dan penyebab tersebut tidak lain adalah karena pengaruh aspek struktural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan pada diri individu. Khususnya apabila ia seorang laki-laki (notabene cenderung dianggap dan menganggap diri lebih

berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan mental-psikologis. Dalam ketidakberdayaan tersebut, tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal/spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitif, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas. Faktor-faktor struktural tersebut antara lain adalah: 1. Konflik budaya Seperti kita ketahui, perubahan sosial terjadi begitu cepatnya seiring. dengan perkembangan teknologi. Alat-alat komunikasi seperti radio, televisi, VCD, HP, koran, dan majalah telah masuk ke seluruh pelosok wilayah Indonesia. Seiring dengan itu masuk pula budayabudaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan normanorma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita kriminal seks melalui tayangan televisi maupun tulisan di koran dan majalah. Juga informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan televisi, VCD, dan berita di koran atau majalah yang sering menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bisa mengontrol nafsu birahinya. 2. Kemiskinan Meskipun incest dapat terjadi dalam segala lapisan ekonomi, secara khusus kondisi kemiskinan merupakan suatu rantai situasi yang sangat potensial menimbulkan incest. Sejak krisis 1998, tingkat kemiskinan di Indonesia semakin tinggi. Banyak keluarga miskin hanya memiliki satu petak rumah. Kita tidak dapat membedakan mana kamar tidur, kamar tamu, atau kamar makan. Rumah yang ada merupakan satu atau dua kamar dengan multi fungsi. Tak pelak lagi, kegiatan seksual terpaksa dilakukan di tempat yang dapat ditonton anggota keluarga lain. Tempat tidur anak dan orangtuanya sering tidak ada batasnya lagi. Ayah yang tak mampu menahan nafsu birahinya mudah terangsang melihat anak perempuannya tidur. Situasi semacam ini memungkinkan untuk terjadinya incest kala ada kesempatan.

3. Pengangguran. Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang berakibat banyak orang yang menganggur. Dalam situasi suit mencari pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah (apalagi bila menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari hiburan di luar rumah pun butuh biaya. Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam kondisi bertumbuh menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi ayahnya. (Nilam Widyarini, 2009)

Selain

faktor-faktor

diatas,

Lustig

(Sawitri

Supardi:

2005)

mengemukakan factor-faktor lain yaitu: 1. Keadaan terjepit, dimana anak perempuan manjadi figur perempuan utama yang mengurus keluarga dan rumah tangga sebagai pengganti ibu. 2. Kesulitan seksual pada orang tua, ayah tidak mampu mengatasi dorongan seksualnya. 3. Ketidakmampuan ayah untuk mencari pasangan seksual di luar rumah karena kehutuhan untuk mempertahankan facade kestabilan sifat patriachat-nya. 4. Ketakutan akan perpecahan keluarga yang memungkinkan beberapa anggota keluarga untuk lebih memilih desintegrasi struktur daripada pecah sama sekali. 5. Sanksi yang terselubung terhadap ibu yang tidak berpartisipasi dalam tuntutan peranan seksual sebagai istri. 6. Pengawasan dan didikan orangtua yang kurang karena kesibukan orang bekerja mencari nafkah dapat melonggarkan pengawasan oleh orangtua bisa terjadi incest. 7. Anak remaja yang normal pada saat mereka remaja dorongan seksualnya begitu tinggi karena pengaruh tayangan yang membangkitkan naluri birahi juga ikut berperan dalam hal ini.

Dilihat dari datangnya incest sendiri, faktor penyebabnya dapat dibedakan menjadi factor internal dan eksternal. 1. Faktor internal, yang terdiri dari : a. Biologis Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidak mampuan pelaku mengendalikan hawa nafsu seksnya. Faktor biologis ini merupakan faktor yang susah untuk di sembuhkan. Menurut pengakuan pelaku incest yang di publikasikan di media massa, hubungan incest mereka lakukan dengan alasan kesepian di tinggal istri, kurang puas dengan layanan istri, kebiasaan anak perempuan tidur dengan bapaknya selain itu juga kejadian ini dapat terjadi karena adanya dugaan pelaku mengidap kelainan seks dan masalah gangguan kejiwaan. b. Psikologis Pelaku memiliki kepribadian menyimpang, seperti minder, tidak percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri dan sebagainya. Selain faktor biologis incest juga berpengaruh pada psikologis si pelaku, dalam hal ini mungkin saja si pelaku tidak percaya diri, susah bergaul dengan lingkungannya, faktor faktor tersebut juga sangat mempengaruhi terjadinya incest. Kurang pergaulan yang mana pada keluarga tertentu di larang bergaul dengan dunia luar. Kadang kadang ada juga penyebab dimana satu keluarga di larang menikah di luar kalangannya agar semua harta yang dimiliki tidak keluar dari keluarga besarnya. Ada juga kemungkinan di harapkan supaya turunan mereka lebih asli sebagai bangsawan. 2. Faktor eksternal, yang terdiri dari : a. Ekonomi keluarga Selain faktor inernal yang telah di paparkan di atas faktor eksternal juga sangat mempengaruhi seperti halnya ekonomi keluarga yang minim yang pas pasan. masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah atau mempunyai keterbatasan pendapatan untuk bermain diluar lingkungan mereka

sehingga mempengaruhi cara pandang dan mempersempit ruang lingkup pergaulan. Dalam masyarakat yang kurang mampu hal ini banyak sekali terjadi. Kemiskinan yang absolut menyebabkan seluruh anggota keluarga suami istri dan anak-anak tidur dalam satu tempat tidur. Apabila satu waktu seorang ayah bersentuhan dengan anak perempuannya yang masih gadis maka ada kemungkinan salah satu dari keduanya bisa terangsang yang akhirnya terjadi hubungan seksual, paling tidak kontak seksual. Situasi semacam ini memungkinkan utuk terjadinya incest kala ada kesempatan. b. Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak memikirkan dampak kedepannya seperti apa, mereka hanya berfikir hanya untuk kepuasan semata. c. Tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang kurang. Di samping faktor-faktor yang telah di jelaskan di atas, menurut pendapat saya ada faktor yang lebih mempengaruhi yaitu tingkat pemahaman agama dan penerapan aqidah serta norma agama yang kurang. Apabila seseorang memiliki tingkat pemahaman agama yang minim. d. Konflik budaya Perubahan social terjadi begitu cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Alat alat komunikasi seperti radio, televise, VCD, HP, Koran dan majalah telah masuk keseluruh pelosok wilayah Negara kita (indonesia). Seiring dengan itu masuk pula budaya baru yang sebetulnya tidak cocok dengan budaya dan norma norma setempat. Orang dengan mudah mendapat berita criminal seks melalui tayangan televise maupun tulisan di Koran dan majalah. Juga informasi dan pengalaman pornografi dan berbagai jenis media. Akibatnya, tayangan telvisi, VCD, dan berita di Koran atau majalah yang sering

10

menampilkan kegiatan seksual incest serta tindak kekerasannya, dapat menjadi model bagi mereka yang tidak bias mengontrol hawa nafsu birahinya. e. Pengangguran. Kondisi krisis juga mengakibatkan banyak terjadinya PHK yang berakibat banyak orang yang mengganggur. Dalam situasi sulit mencari pekerjaan, sementara keluarga butuh makan, tidak jarang suami istri banting tulang bekerja seadanya. Dengan kondisi istri jarang di rumah (apalagi kalau isri menjadi TKW), membuat sang suami kesepian. Mencari hiburan di luarpun butuh biaya sedangkan uang tidak ada. Tidak menutup kemungkinan anak yang sedang dalam perkembangan (remaja atau gadis) menjadi sasaran pelampiasan nafsu birahi sang ayah. Selain factor factor diatas, terdapat juga : 1. Factor usia Pikiran anak anak terbatas dan memiliki ketakutan. Biasanya faktor ini sering terjadi antara ayah dan anak perempuannya yang masih kecil dalam artian di bawah umur. Dalam kasus ini sering kali sang anak belum mengerti akan seks akan tetapi yang lebih cenderungnya yaitu ketakutan sang anak pada ayah apabila tidak mengikuti kemauan sang ayah. Kadang kadang tidak ada tanda tanda pemaksaan yang muncul. Tetapi ketika melibatkan orang tua dan anak, perasaan takut ketahuan dan takut di hukum merupakan bagian dari hubungan tersebut. Diakui bahwa otoritas dan ketakutan superior orang dewasa biasanya mendorong anak menyetujui dan mau melakukannya. Ini juga mungkin merupakan dorongan bagi sebagian anak atau remaja untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang dewasa atau saudara sekandungnya. 2. Jenis kelamin Perempuan dan laki laki kedudukannya tidak setara, laki laki lebih berkuasa. Masalah kedudukanpun ikut serta dalam terjadinya incest karena di kalangan masyarakat yang awam banyak mengganggap kedudukan laki-

11

laki lebih besar di bandingkan perempuan sehingga para kaum laki-laki memperlakukan perempuan tidak di dasari dengan norma norma atau hukum yang ada baik di lihat dari aspek agama maupun sosial. Pengaruh aspek structural, yakni situasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Kompleksitas situasi menyebabkan ketidakberdayaan para individu. Khususnya apabila ia seorang laki laki (notabene cendrung dianggap dan menganggap diri lebih berkuasa) akan sangat terguncang, dan menimbulkan ketidakseimbangan mental psikologis. Dalam

ketidakberdayaan tersebut , tanpa adanya iman sebagai kekuatan internal / spiritual, seseorang akan dikuasai oleh dorongan primitive, yakni dorongan seksual ataupun agresivitas 3. Bermain lama lama dalam satu kamar sehingga lama lama kelamaan nafsu biologis mereka akan terangsang. Hal seperti ini harus di hindari oleh laki laki dan perempuan yang mempunyai hubungan darah, baik itu perempuan dan laki-laki dewasa ataupun di bawah umur karena di khawatirkan akan terjadi hal hal yang tidak di ingikan seperti terjadinya incest ini. 4. Kurangnya pengetahuan tentang seks. Masalah yang satu inipun harus benar benar di perhatikan karena pengetahuan tentang seks ini masyarakat khususnya remaja ataupun para orang tua harus benar benar memepelajari pengetahuan ini agar terhindar dari hal hal yang berbau seks yang negatif seperti kasus yang sedang saya bahas yaitu mengenai incest (perkawinan sedarah) selain inces masih banyak kasus kasus lainnya seperti PMS, pernikahan dini dan lain sebagainya.

2.5 Alasan Anggota Keluarga Melakukan Incest 1. Ayah sebagai pelaku. Kemungkinan pelaku mengalami masa kecil yang kurang

menyenangkan, latar belakang keluarga yang kurang harmonis, bahkan mungkin saja pelaku merupakan korban penganiayaan seksual di masa kecilnya. Pelaku cenderung memiliki kepribadian yang tidak matang,

12

pasif, dan cenderung tergantung pada orang lain. Ia kurang dapat mengendalikan diri/hasratnya, kurang dapat berfikir secara realistis, cenderung pasif-agresif dalam mengekpresikan emosinya, kurang

memiliki rasa percaya diri. Selain itu, kemungkinan pelaku adalah pengguna alkohol atau obat-obatan terlarang lainnya. 2. Ibu sebagai pelaku. Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak laki-lakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur pria lain dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan melindungi anak. 3. Saudara kandung sebagai pelaku. Kakak korban yang melakukan penganiayaan seksual biasanya menirukan perilaku orang tuanya atau memiliki keinginan

mendominasi/menghukum adiknya. Selain itu, penganiayaan seksual mungkin pula dilakukan oleh orang tua angkat/tiri, atau orang lain yang tinggal serumah dengan korban, misalnya saudara angkat.

2.6 Akibat Incest Ada beberapa dampak dari perilaku incest ini. Diantaranya adalah: 1. Dampak Psikologis Incest dapat menimbulkan tekanan psikologis. a. Masalah konstruksi social tentang keluarga, misalnya masyarakat mengenal ayah dan anak sebagai satu kesatuan keluarga. Tetapi jika terjadi kasus Incest, maka status ayahnya tersebut menjadi ganda, ayah sekaligus kakek. b. Kasus pemerkosaan Incest, misalnya pemerkosaan ayah terhadap anak perempuannya, anak laki laki kepada ibunya. Dalam hal ini

13

mungkin terjadi didasarkan kelainan anak yang terlalu mencintai ibunya, dalam ilmu psikologis disebut dengan istilah Oedipus Compleks. c. Dari berbagai peristiwa hubungan incest yang banyak di laporkan di media akhir akhir ini menunjukan betapa menderitanya perempuan korban incest. Ketergantungan dan ketakutan akan ancaman membuat perempuan tidak bisa menolak di perkosa oleh ayah, kakek, paman, saudara atau anaknya sendiri. Sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari kekerasan berlapis lapis itu karena mereka sangat tergantung hidupnya pada pelaku dan masih berfikir tidak mau membuka aib laki laki yang pada dasarnya di sayanginya yang seharusnya menyayanginya dan menjadi pelindung bagi keluarganya terutama (istri dan anak perempuannya) dengan terjadinya incest akibatnya mereka mengalami trauma seumur hidup dan gangguan jiwa., sehingga kejiwaannya akan terganggu hal ini merupakan dampak psikologis dari peristiwa incest d. Gangguan psikologis. Gangguan psikologis akibat dan kekerasan seksual atau trauma post sexual abuse, antara lain : tidak mampu mempercayai orang lain, takut atau khawatir dalam berhubungan seksual, depresi, ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri yang lain, harga diri yang rendah, merasa berdosa, marah, menyendiri dan tidak mau bergaul dengan orang lain, dan makan tidak teratur. 2. Dampak Terhadap Fisik Dari segi medis tidak setiap pernikahan Incest akan melahirkan keturunan yang memiliki kelainan atau gangguan kesehatan.Incest memiliki alasan besar yang patut dipertimbangkan dari kesehatan medis. Peristiwa incest apalagi pemerkosaan incest dapat menyebabkan rusaknya alat reproduksi anak dan resiko tertular penyakit menular seksual. Korban dan pelaku menjadi stress yang akan merusak kesehatan kejiwaan mereka. Dampak lainnya dari hubungan incest adalah kemungkinan menghasilkan keturunan yang lebih banyak membawa gen

14

homozigot. Beberapa penyakit yang di turunkan melalui gen homozigot resesif yang dapat menyebabkan kematian pada bayi yaitu fatal anemia, gangguan penglihatan pada anak umur 4 7 tahun yang bisa berakibat buta, albino, polydactyl dan sebagainya. Pada perkawinan sepupu yang mengandung gen albino maka kemungkinan keturunan albino lebih besar 13,4 kali di bandingkan perkawinan biasa. Kelemahan genetic lebih berpeluang muncul dan riwayat genetic yang buruk akan bertambah dominan serta banyak muncul ketika lahir dari orang tua yang memiliki kedekatan keturunan. Selain itu banyak penyakit genetic yang peluang munculnya lebih besar pada anak yang dilahirkan dari kasus incest Banyak penyakit genetika yang berpeluang muncul lebih besar, contoh :
a. Skizoprenia : kromosom yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Penyakit ini merupakan suatu gangguan psikologis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi social, fungsi kerja, dan perawatan diri. Penyakit ini mempunyai beberapa tipe yaitu: Skizofrenia tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada skizofrenia tipe II ditemukan gejala gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia, penyakit ini terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja awal atau dua puluhan. Pada pria sering mengalami penyakit ini lebih awal di bandingkan dengan wanita.
b. Leukodystrophine atau kelainan pada bagian syaraf yang disebut

milin, yang merupakan lemak yang meliputi insulates serat saraf yang menyebabkan proses pembentukan enzim terganggu. Tanda tanda gejala penyakit ini biasanya di mulai pada awal bayi, namun tentu saja kondisi bias sangat bervariasi. Bayi yang mempunyai

15

penyakit ini biasanya normal untuk beberapa bulan pertama lahir akan tetapi pada bulan bulan berikutnya akan terlihat kelainannya
c. Idiot : keterlambatan mental serta perkembangan otak yang lemah.

Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Karena cirri cirri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongoloid maka sering juga di kenal dengan mongolisme.
d. Kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat ibu

mengandung dan adanya rasa penolakan secara emosional dari ibu. Gangguan emosional yang dialami si ibu akibat kehamilan yang tidak di harapakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janian pra dan pasca kelahiran dan pada akhirrnya bayi yang ada dalam rahim ibupun akan mengalami kelainan kelainan genetic yang nantinya akan berdampak buruk pada bayi tersebut.
e. Hemophilia : penyakit sel darah merah yang pecah

yang

mengakibatkan anak harus menerus mendapatkan transfuse darah. Penyakit ini merupakan gangguan perdarahan yang bersifat herediter akibat kekurangan factor pembekuan VIII dan IX. 3. Dampak dari Segi Kemanusiaan Nurani kemanusiaan universal (secara umum) yang beradab sampai hari ini, detik ini mengutuk incest sebagai kriminalitas terhadap nilai nilai kemanusiaan. Meskipun dilakukan secara suka sama suka (sukarela) dan tidak ada yang merasa menjadi korban, incest telah mengorbankan persaan moral public. Dengan terjadinya incest ini moral moral kemanusiaan akan hilang dan masa depan bangsa kita (indonesia) akan terpuruk apabila generasi masa depannya saja mempunyai moral moral yang tidak manusiawi dan tidak melihat pada kaca mata agama.

16

4. Dampak dari Segi Sosial Peristiwa hubungan incest yang terjadi pada suatu keluarga akan menyebabkan hancurnya nama keluarga tersebut di mata masyarakat. Keluarga tersebut dapat di kucilkan oleh masyarakat dan menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat. Masalah yang lebih penting di cermati dalam kasus anak hasil incest, dimana anak menghamili anak perempuannya, maka bila janin yang di kandung oleh anak perempuan tersebut maka status ayah itu menjadi ganda yaitu ayah sekaligus kakek. Hal inilah yang nanatinya akan berdampak social dari hubungan incest.

2.7 Upaya Mencegah Incest Untuk menghindari terjadinya incest yang baik disertai atapun tidak disertai kekerasan seksual, perlu dilakukan tindakan sebagai berikut: 1. Memperkuat keimanan dengan menjalankan ajaran agama secara benar. Bukan hanya mengutamakan ritual, tetapi terutama menghayati nilainilai yang diajarkan sehingga menjadi bagian integral dari diri sendiri. Hal ini dapat dicapai dengan penghayatan akan Tuhan sebagai pribadi, sehingga relasi dengan Tuhan bersifat mempribadi, bukan sekadar utopia yang absurd. 2. Memperkuat rasa empati, sehingga lebih sensitif terhadap penderitaan orang lain, sekaligus tidak sampai hati membuat orang lain sebagai korban. 3. Mengisi waktu luang dengan kegiatan kreatif-positif. 4. Menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang dapat membangkitkan syahwat. 5. Memberikan pengawasan dan bimbingan terhadap anggota keluarga, sehingga dapat terkontrol. 6. Memberikan pendidikan seks sejak dini, sesuai dengan usia anak.

2.8 Tindakan Terhadap Korban Incest Tindakan yang perlu dilakukan terhadap korban incest dengan kekerasan seksual adalah:

17

1. Mengamankan untuk sementara ke tempat yang tenang. 2. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling untuk korban kekerasan seksual. 3. Menyerahkan pelayanan medis ke dokter atau rumah sakit yang dapat dipercaya dapat menjaga privasi korban. 4. Melapor kepada yang berwajib dan memberikan bantuan hukum. 5. Memberikan advokasi kepada keluarga yang sedang panik dan bingung.

2.9 Contoh Kasus Incest 1. BANTUL - Jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak yang terjadi dalam ranah domestik dan dilakukan oleh anggota keluarga (incest) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belakangan kian mengkhawatirkan. Di Bantul misalnya, hingga bulan sepuluh tahun ini, dari pantauan Harian Jogja terdapat dua kasus incest. Kasus itu masih ditambah satu lagi dilakukan oleh guru. Wonokromo dengan Pada April lalu, seorang siswi MAN lembaga yang concern pada

didampingi

perlindungan perempuan dan anak, Rifka Anissa melaporkan tindakan pencabulan yang dilakukan oleh guru olah raganya ke Polres Bantul. Kasus ini sekarang masih dalam proses di pengadilan. Belum ada amar putusan dari majelis hakim. Padahal tindakan tidak senonoh itu terjadi Oktober tahun lalu. Siswa tersebut baru berani mengadu setelah mendapatkan pelatihan tentang pengetahuan seksualitas dari Rifka Anissa di sekolahnya. Kasus berikutnya terjadi Mei lalu, menimpa seorang gadis di bawah umur yang berulangkali dicabuli ayah tirinya hingga hamil. Saat ini anak yang ada dalam kandungannya telah lahir dan diasuh oleh seorang polisi. Kasus lainnya terjadi pada Agustus 2011. Sarijo, 55, warga Dusun Nogosari II Wukirsari, Imogiri ditangkap polisi sektor Imogiri karena memperkosa anaknya sendiri. Kini dia menjadi tahanan Mapolsek Imogiri dan menunggu mulainya persidangan. 18 Bulan sebelum

18

penangkapan, adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya dari istri keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa melaporkan tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya malam itu juga, Sarijo ditangkap. Sementara itu kasus incest di Kabupaten Gunungkidul belakangan justru kerap terjadi di Kecamatan Semin. Padahal menurut Badan Pemberdayaan, Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Gunungkidul tiga kecamatan yang rawan dan menjadi perhatian adalah Saptosari, Semanu dan Tepus. Kasus terakhir terjadi di Kecamatan Semin pada pertengahan Oktober lalu. Seorang gadis remaja warga Kecamatan Semin melapor ke Mapolres Gunungkidul. Ia mengaku mengalami tindakan pencabulan yang dilakukan Bejo Triswanto, yang tak lain merupakan ayah tiri korban. Informasi yang dihimpun Harian Jogja, menyebutkan korban telah berkali-kali mendapatkan pelecahan seksual sejak korban duduk di bangku kelas satu kelas VI sekolah dasar (SD) dan terakhir kali dilakukan pada pertengahan bulan Agustus tahun lalu. Lantaran tidak kuasa menahan derita pada awal September lalu, gadis yang kini duduk di bangku kelas dua SMP itu kemudian sempat melarikan diri. Saat ini pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka, sayang pelaku berhasil melarikan diri dan masih dalam pengejaran polisi. Takut lapor Menurut data yang didapatkan dari Unit Pelayanan, Anak dan Perempuan (UPPA) Polres Gunungkidul, jumlah kekerasan seksual pada anak sejak bulan Januari hingga bulan Oktober ini terdapat 29 kasus, 17 di antaranya telah masuk kategori P21. Jumlah tersebut diprediksi bisa lebih banyak lantaran masih banyak warga yang enggan melapor kepada petugas kepolisian lantaran ada perasaan malu dan takut. Makin maraknya kekerasan seksual anak membuat kami melakukan pemantuan ekstra di tiga kecamatan Gunungkidul. Yakni di kecamatan Tepus, Saptosari dan Semanu, kami menggandeng juga

19

Didiskpora [Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga] dalam melakukan penyuluhan di kecamatan rentan tindak kekerasan seksual itu, ujar Siti Isnaini Dekoningrum, Kabid Pemberdayaan, Perempuan dan Anak kepada Harian Jogja, pekan lalu. Selain itu kata dia selain menggandeng pihak Didiskora, pihaknya juga merangkul beberapa TKW asal Gunungkidul untuk pernah mempunyai pengalaman mengalami tindak seksual sehingga diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada para siswa tentang bahaya kekerasan seksual dalam rumah tangga. Beberapa sekolah pernah kami datangi untuk kami berikan penyuluhan sehingga kami harapkan mereka bisa menjadi lebih peka tentang bahaya kekerasan dalam rumah tangga, ujarnya. Untuk memerangi tindak kekerasan dalam rumah tangga, menurutnya diperlukan adanya kerjasama antara kepolisan sektor, kejaksaan. Pasalnya upaya tersebut harus dilakukan supaya dapat memberikan efek jera kepada para pelaku yang kebanyakan kasus di Gunungkidul pelaku tindak kekerasan tersebut adalah ayah tiri korban. Selama ini banyak anak atau ibu yang enggan melapor jika mereka mengalami kekerasan seksual, karena takut jika ayah tiri mereka dipenjara mereka akan terlantar karena tidak ada yang mencarikan nafkah. Seharusnya tidak demikian, mereka harus dilaporkan supaya memberikan efek jera. Kami juga siap membantu untuk menyekolahkan anak yang hamil karena tindak perkosaan meski harus bersekolah di luar Gunungkidul, terangnya. Ibu bela ayah Kasus incest yang kerap terjadi di DIY kebanyakan dilakukan oleh ayah kandung atau ayah tiri. Fenomena ini menurut Rina Widarsih, Koordinator Divisi Pendampingan Rifka Annisa karena ibu lebih memilih memerankan dirinya sebagai seorang istri yaitu dengan lebih memberikan pembelaan terhadap ayah (pelaku). Kebanyakan dalam kasus hubungan sedarah, ibu malah lebih membela pelaku yaitu ayah, anak biasanya disuruh menyembunyikan

20

keadaan tersebut, disuruh diam, pura-pura tidak tau, mengecilkan kasus yang terjadi, atau bahkan melarang untuk pelaku tersebut dihukum, walaupun ada juga keluarga yang mendukung terutama jika itu keluarga besar, terangnya. Hal itu, imbuh dia disebabkan karenakan istri ingin lebih fit dalam kedudukannya. Dalam hal ini, terdapat ketergantungan seorang istri terhadap suaminya. Ketergantungan tersebut dapat berupa

ketergantungan emosional seperti statusnya sebagai istri, kebutuhan seorang istri seperti nafkah dan lain-lain. Dalam kasus incest, seorang ibu kadang bisa melakukan hal-hal yang berlebihan untuk membela suaminya, dan seolah tanpa memikirkan anaknya sebagai korban. Hal inilah yang semakin menimbulkan dampak buruk kepada korban. Pernah ada kasus dimana korban melaporkan pelaku (ayah) kepada polisi, ayah tersebut dihukum, tetapi ibunya malah menyuruh anak tersebut membebaskan, dan bahkan sampai membawa clurit untuk meminta pembebasan suaminya, hal ini ironis sekali, imbuh Rina. Perlakuan ibu yang lebih membela pelaku menyebabkan kasus incest sering terjadi berkelanjutan atau dalam kurun waktu yang lama. Itu juga mendorong pengulangan kasus yang serupa oleh pelaku yang sama kepada orang yang sama atau kepada orang yang berbeda. Selain itu, juga akan menimbulkan rasa tidak aman terhadap anak. Menurut Indiah Wahyu Andari, Relawan Konselor Psikologi Rifka Annisa, prinsip terbaik dalam penanganan korban adalah support system (lingkungan yang mendukung) dengan tujuan utama memberikan rasa aman, mengurangi dampak traumatis, dan menghindari kejadian serupa. Sehingga, korban biasanya dipisahkan dengan rumah atau ayah dan ibu setidaknya untuk sementara waktu. Adapun dalam kasus incest sendiri secara umum penyebabnya memang tidak dapat disimpulkan, karena kasus tersebut terjadi akibat hal-hal yang saling berkaitan. Faktor lain yang mendorong terjadinya

21

incest adalah keadaan keluarga yang kurang baik dan didukung oleh hubungan dengan lingkungan sosial yang buruk pula. Dari beberapa kasus kita menemukan bahwa kebanyakan kasus incest terjadi karena hubungan suami istri yang tidak harmonis, ada kekerasan dalam rumah tangga, dan juga hubungan keluarga tersebut dengan lingkungan kurang sehat, sehingga masyarakat lebih cuek apabila terjadi kasus dalam keluarga itu, papar Indiah. Untuk itu, dalam mengantisipasi terjadinya kasus incest, Rina mengatakan kuncinya yaitu pada relasi. Diawali dengan memilih pendamping hidup yang benar-benar, sehingga nantinya melahirkan keturunan yang dapat sedikit demi sedikit memperbaiki keadaan yang ada. Kami lebih membina pada generasi muda atau cikal bakal generasi, karena kalau membina yang udah ada mungkin malah sulit, kata dia. Selain itu, juga dengan menyetarakan relasi ayah dan anak. Walaupun memang tidak bisa benar-benar disetarakan tetapi secara peran ayah harus melindungi. Bukan malah menggunakan keunggulan fisik maupun pengaruh untuk melakukan kekerasan seksual. Ia juga menghimbau kepada anak untuk berani mengungkapkan, berani menolak, dan berani melapor apabila ada hal-hal yang tidak biasa atau sentuhan-sentuhan yang tidak wajar. Hal itu agar kasus incest tidak terjadi berlarut-larut. Imbauan segera lapor itu juga diutarakan oleh Ida Rochiwati, Psikiater di RSUD Wonosari. Orangtua harus terbuka misalnya jika ada orang dewasa yang menyentuh bagian sensitifnya harus segera melapor, ujarnya. Sementara Kepala Sekolah MAN Wonokromo Mawardi melihat fenomena tingginya kasus pelecehan seks lantaran semakin

berkembangnya teknologi sehingga arus informasi diterima oleh warga secara fulgar tanpa disertai pendidikan karakter yang sama besarnya. Di sekolahnya tiap tahun rencananya akan selalu bekerjasama dengan Rifka Anisa untuk memberikan pendidikan tentang seks.

22

September kemarin untuk pertama kalinya kami selenggarakan. Idenya karena saya rasa pertemuan tatap muka di mata pelajaran agama masih kurang sehingga perlu ada pembekalan di luar itu, kata Mawardi pekan lalu.(Harian Jogja/Kurniyanto, Andreas Tri Pamungkas & Eva Syahrani ) HARJO CETAK 2. Nikmat Sesaat Berbuah Petaka: Mengungkap Maraknya Fenomena Incest Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 WIB, pada hari Kamis (25/10/2012). Anggota kepolisian dari Mapolresta Jakarta Timur menggelandang seorang pria kurus warga Kampung Gempol, Cakung, Jakarta Timur. Belakangan pria yang bernama Zaini itu ditangkap oleh polisi berdasarkan laporan telah menyetubuhi tiga anak kandungnya sendiri. (Kompas.com, Kamis, 25/10/2012). Terungkapnya aksi bejat dan amoral sang ayah itu bermula saat WN (15), anak bungsunya, berontak saat ingin disetubuhi oleh Zaini, Kamis dini hari. Tak bisa menerima perlakuan amoral ayah kandungnya, WN kemudian memilih kabur dan melaporkan bapak kandungnya sendiri itu ke Polsekta Cakung. Berawal dari laporan WN inilah terungkap aksi bejat Zaini selama 8 tahun dengan menyetubuhi -tidak hanya satu- tiga darah dagingnya sendiri. Tabu Bak Pisau Bermata Dua Apa yang dilakukan oleh Zaini tentu saja menyentak banyak kalangan. Aksi amoral itu juga seakan membuka mata kita terhadap fenomena incest yang belakangan banyak merebak di kalangan masyarakat. Mirisnya, kita sangat kesulitan untuk mendapatkan data tentang korban kekerasan seksual incest ini. Anggapan bahwa incest adalah aib keluarga membuat banyak pihak korban incest yang enggan melaporkan kejadian yang dialaminya kepada pihak kepolisian. Sebagai catatan pembanding, penulis hanya menemukan data dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan (Sulsel), yang

23

menyebutkan bahwa selama 2011 tercatat ada 4 kali kasus incest terhadap anak di bawah umur. Sementara untuk tahun 2012 sendiri, hingga September 2012, dilaporkan telah ada 2 kasus incest yang terungkap. (Cakrawalaberita.com, Kamis, 27/09/2012). Menurut Sekretaris LPA Sulsel, M Ghufron, fenomena incest itu bak fenomena gunung es. Dalam artian, yang ditemukan sedikit tapi yang terkubur jauh lebih besar. Jadi, menurut Ghufron, jika yang muncul satu kasus, maka berarti masih ada 100 kasus yang belum diketahui. Adanya anggapan masyarakat bahwa peristiwa incest ada sebuah aib yang tabu dan memalukan dituding sebagai alasan utama tidak terungkapnya kasus incest. Korban lebih memilih diam dan tidak menceritakan kekerasan seksual yang menimpanya dengan pertimbangan sesuatu yang bernama tabu. Bak pisau bermata dua, tabu seharusnya bisa mengerem tindakan amoral, tapi bisa menjadi dalih keengganan korban untuk melaporkan peristiwa incest yang dialaminya. Dari Ilmu Hitam Hingga Video Miyabi. Ada banyak faktor yang diduga sebagai penyebab timbul incest dalam satu keluarga. Secara garis besar faktor-faktor itu dibagi menjadi internal dan eksternal. Untuk internal, misalnya, faktor biologis dan psikologis pelaku ditunjuk sebagai sebabnya. Dorongan seksual yang terlalu besar dan ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan hawa nafsunya adalah contoh dari faktor biologis. Sedangkan psikologis adalah pelaku incset yang biasanya memiliki kecenderungan pribadi yang menyimpang, seperti minder, tidak percaya diri, kurang pergaulan, menarik diri, dan lain sebagainya. Adapun fakrot eksternal (luar) sangat beragam dan kompleks. Faktor eksternal ini melingkupi seluruh kajian psikologi dan sosial budaya. Dimulai dari faktor kemiskinan, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang minim, tingkat pemahaman agama yang kurang, konflik budaya, faktor usia, jenis kelamin atau budaya patriarki, hingga didikan orang tua terhadap anaknya.

24

Sementara untuk kasus Zaini sendiri diduga pria tersebut melakukan perbuatan amoral/incest tersebut karena sedang mendalami ilmu hitam. Hal ini diungkap oleh istrinya sendiri, Katinah, seperti dikutip dari vivanews.com, Kamis, 25/10/2012. Menariknya, meski Katinah mengetahui perbuatan sang suami, namun ia mengaku tak bisa berbuat apa-apa, meski Zaini telah berulangkali diperingatkan. Jika benar Zaini melakukan incest disebabkan oleh ilmu hitam, maka faktor penyebab incest ditambah satu lagi, yakni faktor eksternal ilmu hitam. Beda Indonesia, Beda Thailand. Selain faktor-faktor penyebab hubungan sedarah di atas, maraknya kasus incest patut diduga disebabkan juga oleh rendahnya hukum yang diterapkan bagi pelaku incest. Untuk kasus Zaini, misalnya, ia dijerat dengan Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan hukuman maksimal penjara selama 15 tahun. (Tempo.com, Jumat, 26/10/2012). Hukuman maksimal 15 tahun penjara di Indonesia ini sangat berbeda dengan hukuman maksimal pada kasus serupa yang diterapkan di negara Thailand dan Filipina. Untuk Thailand, misalnya, pelaku incest dapat dikenai hukuman mati. Sementara untuk Filipina, pelaku incest disuntik mati. (Cakrawalaberita.com, 27/09/2012). Selain hukuman yang dipandang terlalu ringan bila dibandingkan dengan Thailand, hilangnya sanksi sosial di masyarakat juga diduga sebagai maraknya pelaku incest. Jika dahulu mungkin ditemukan sanksi sosial seperti diarak atau diusir bagi pelaku incest, maka saat ini tak lagi ditemukan sanksi-sanksi sosial yang ternyata cukup efektif bagi para pelaku kejahatan seksual. Akhirnya, sudah seyogyanya kasus incest ini mendapat perhatian dari pemerintah dan pihak-pihak yang terkait. Apa yang dilakukan oleh Zaini terhadap tiga anak kandungnya merupakan salah satu fenomena incest yang menyeruak di permukaan, sementara di dalamnya diduga masih banyak kasus-kasus incest yang belum tercium. Sebagai bangsa

25

yang beragama dan mengaku menjunjung tinggi bilai-nilai ketimuran dan moral, sungguh kasus incest akan mencoreng segala pengakuan tersebut. Ditulis sebagai tanggapan atas tersibaknya kasus incest di daerah Cakung, Jakarta Timur pada tanggal 25/10/2012. 3. Jambi Geger, Seorang Ibu Dihamili Anaknya Peristiwa amoral ini terjadi di Jambi. Seorang ibu hamil akibat berhubungan dengan anak kandungnya sendiri. Perempuan 35 tahun itu kini mengandung delapan bulan. Peristiwa ini menghebohkan warga Karang Solok, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muarojambi, Jambi. Perempuan bernama St itu juga anak laki-lakinya, Fy (16), diamankan di kantor polisi. Ini dilakukan untuk menghindari tindakan anarkis dari warga sekitar, kata Kapolsek Kumpeh Ulu Jambi Iptu H Batubara, Rabu (23/7). Kejadian yang membuat malu warga desa itu terungkap setelah ada laporan dari kepala desa. Ia mencurigai St yang hamil tua, sementara perempuan itu sudah menjanda selama 15 tahun. Setelah diselidiki warga, ternyata kehamilan St tersebut akibat berhubungan intim dengan Fy, anak kandungnya sendiri. Hasil

pemeriksaan sementara dan dari pengakuan kedua pelaku terungkap, keduanya melakukan perbuatan bejat itu atas dasar suka sama suka. Masing-masing mengaku tidak dipaksa. Mereka mengaku melakukan hubungan suami istri sebanyak empat kali. Semuanya berawal ketika Fy sering melihat film porno melalui ponsel. Film-film itu juga diperlihatkan kepada ibunya. Untuk sementara, penyidikan kepolisian mengarah kepada St. Ia dikenai Pasal 262 KUHP tentang mencabuli anak sendiri. Namun, Fy pun diperiksa secara intensif meski masih di bawah umur atau belum dewasa. Kejadian langka itu memerlukan penyidikan yang cukup hati-hati guna menegakkan keadilan, mengingat keduanya satu keluarga dan anak beranak, kata Kapolsek H Batubara. Sumber : Kompas.com

26

4. Kasus lainnya terjadi pada Agustus 2011. Sarijo, 55, warga Dusun Nogosari II Wukirsari, Imogiri ditangkap polisi sektor Imogiri karena memperkosa anaknya sendiri. Kini dia menjadi tahanan Mapolsek Imogiri dan menunggu mulainya persidangan. 18 Bulan sebelum penangkapan, adalah bulan pertama Sarijo menggauli putri pertamanya dari istri keduanya. Awal Agustus lalu korban beserta perangkat desa melaporkan tindakan ayahnya tersebut pada polisi. Hingga akhirnya malam itu juga, Sarijo ditangkap. 5. Banyuwangi (jurnalbesuki.com) - Tragis dan mengenaskan. Seorang gadis (sebut saja Melati) yang masih berumur 18 tahun di Desa Srono Banyuwangi ternyata kehilangan kegadisannya sejak 5 tahun lalu. Lebih naif lagi, karena yang tega merengut kehormatannya adalah M. Saturi (41), ayah kandungnya sendiri. Kegetiran hidup Melati ternyata tidak berhenti. Sejak kegadisannya terengut, maka sejak itu pula hari-harinya dipenuhi kesedihan yang tidak pernah diucapkan. Lima tahun melati menjalani kehidupan dengan menjadi budak seks sang ayah yang sudah gelap mata. Tetapi, perbuatan nista yang sudah berlangsung sejak tahun 2006 lalu itu akhirnya terbongkar juga. Melatipun akhirnya tak tahan terhadap perbuatan sang ayah. Maka rahasia yang selama 5 tahun itupun dibongkarnya. Saudara, Kerabat, dan para tetanggapun kaget atas pengakuan lulusan SMP itu. Wargapun melaporkan perbuatan Saturi ke Polsek Srono. Sayang, Saturi kabur saat menjalani sidang di hadapan tokoh masyarakat setempat di rumah orangtuanya. Ia menyelinap saat semua orang sibuk menenangkan keluarga korban yang sedang emosi. Kini, pria

pengangguran itu menjadi buronan polisi. Ketika sidang berlangsung, Saturi ijin ke belakang sebentar. Katanya mau pipis, gak taunya malah kabur,ujar Handoyo, ketua RT setempat yang memimpin Sidang. Informasi dari Handoyo yang diakui sebagai pengakuan Melati, ia kali pertama dinodai Saturi pada tahun 2006 silam. Saat itu ia masih duduk di kelas 1 SMP. Menurut korban, ia diancam dan dipaksa untuk melayani birahi liar pelaku.

27

Diduga perbuatan cabul itu dilakukan berkali-kali antara kurun waktu 2006-2011. Semuanya dilakukan di rumah mereka. Di sana, korban hanya tinggal bersama pelaku dan adiknya yang masih berusia 9 tahun. Ibunya kerja di Batam, sebelumnya di Bali. Di rumah hanya ada pelaku, korban dan adiknya yang masih kelas tiga SD, ujar Khoirudin, tokoh masyarakat lainnya. Kasus perkosaan inses (sedarah,red) ini terungkap, Sabtu (17/9/2011) petang. Cempluk menceritakan peristiwa yang menimpanya pada bibinya, Ana. Tak berselang lama, pelaku diamankan warga untuk disidang. Sebelum kabur, pelaku mengakui semua tuduhan padanya. Saat saya tanya Saturi mengaku, tapi katanya hanya mencium-cium paha anaknya, ungkap Handoyo geram.(hs/jb1).

28

BAB III TINJAUAN KASUS

Sukabumi, Aku Dipaksa Melayani Hasrat Orang Tuaku Sendiri Ferry bercinta dengan ibunya Sugiarti Dombret. Mereka juga mengaku secara terbuka mengadakan hubungan seks sejak Feri berusia 20 tahun. Feri menegaskan dia dipaksa melakukan hubungan seks oleh ibunya. pernah melakukan penolakan tetapi semasa melakukan penolakan saya ditarik-tarik oleh ibu saya ujar ferry. Sugiarti berkata, dia sanggup berzina denga anaknya karena terlalu rindukan cinta pertama, suaminya telah meninggal dunia. Sugiarti menegaskan dalam acara suatu talk show bahwa dia sudah tidak malu menceritakan hubungannya dengan anaknya karena menurutnya lebih baik melakukan hubungan dengan anaknya sendiri daripada berzina dengan orang lain. (Acara Talk Show, Dshow)

29

BAB IV ANALISA Dari kasus yang telah ada yaitu Aku dipaksa melayani hasrat orang tuaku sendiri. Menurut teori kasus ini merupakan salah satu kasus incest (perkawinan sedara) karena pengertian incest sendiri adalah hubungan seksual antara orangorang yang memiliki hubungan darah atau hubungan saudara. Kejadian incest meliputi hubungan antara kakak dan adik, ayah kandung dengan anaknya, serta ibu dengan anak laki-lakinya. Menurut teori yang ada bila ibu sebagai pelaku. Ibu yang melakukan penganiayaan seksual cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah dan mengalami gangguan emosional. Ibu yang melakukan incest terhadap anak lakilakinya cenderung didorong oleh keinginan adanya figur pria lain dalam kehidupannya, karena kehadiran suami secara fisik maupun emosinal dirasakan kurang sehingga ia berharap anak laki-lakinya dapat memenuhi keinginan yang tidak didapatkan dari suaminya. Kasus ini jarang didapati, terutama karena secara naluriah wanita cenderung memiliki sifat mengasuh dan melindungi anak. Walaupun dalam kasusnya ibu Sugiarti tidak menginginkan kehadiran figur pria lain tetapi dia sangat merindukan sosok seorang suami yang telah meninggalkannya. Dan figur suami tersebut ada dalam diri anak laki-laki pertamanya sehingga ada keinginan ibu Sugiarti untuk melakukan hubungan intim dengn anknya sendiri (incest).. Dilihat dari factor penyebabnya, kejadian tersebut dikarenakan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Selain faktor ekonomi keluarga tingkat pendidikan dan pergaulan yang rendahpun mempengaruhi, karena faktor inilah kemampuan berfikir seseorang tidak berkembang, mereka tidak berfikir logis, tidak memikirkan dampak kedepannya seperti apa. Menurut teori dengan kasus yang ada maka tindakan yang perlu dilakukan terhadap pelaku dan korban incest : Mengamankan untuk sementara waktu ke tempat yang tenang, dengan cara memisahkan mereka. Meminta bantuan kepada individu atau organisasi yang memberikan pelayanan konseling untuk pelaku dan korban incest.

30

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Incest. Incest (Incestum, in/non=tidak; castus=suci, bersih;

incest=penodaan darah karena melakukan persetubuhan yang sifatnya tidak suci) ialah hubungan seks di antara pria dan wanita didalam atau diluar ikatan perkawinan, dimana mereka terkait dalam hubungan kekerabatan atau keturunan yang dekat sekali. Sebenarnya secara legal dan biologis mereka tidak diizinkan meakukan pernikahan dan persetubuhan. Incest banyak terjadi dikalangan rakyat dari tingkat social ekonomis yang sangat rendah dan pada orang keturunan darah campuran. Juga banyak dijumpai pada kalangan kaum bangsawan serta hartawan untuk menjamin kelangsungan dari darah kebangsawaannya dan untuk menjamin supaya harta kekayaan tetap terpusat dalam lingkungan keturunan. (Yustinus Semiun, 2006) Pelanggaran norma seks yang dilakukan manusia semakinhari semakin meningkat jumlah dan kualitasnya. Dan hal tersebut terjadi disebabkan oleh berbagai macam factor dan yang pastinya dalam hal ini perempuanlah yang selalu menjadi korban atau dalam posisi yang lemah. Akibatnya dapat berdampak pada aspek psikologis, social budaya, dan kesehatan korban. Incest sedniri adalah suatu perbuatan yang melanggar oral. Pencegahan kasus incest dalam masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan peningkatan peran serta kemandirian perempuan dalam masyarakat.

5.2 Saran 1. Sebagai seorang kepala keluarga hendaknya seorang ayah mampu mengarahkan keluarganya kejalan yang baik. 2. Seorang ibu hendaknya dapat mendidik dan memantau perkembangan anaknya dengan baik meskipun ibu tersebut seorang wanita karir. 3. Untuk mempertahankan keutuhan keluarga hendaknya dibutuhkan keterbukaan dan kasih saying antar anggota keluarga.

31

DAFTAR PUSTAKA
Asiku, Achmad Desmon.2005.Cybersex Finally exposed. Unversitas Michigan: Mahenjo Daro Pub. Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC Solihin.2005.Andai Kamu Tahu. Jakarta : Gema Insani. Supraptiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius Widyarini, Nilam,Dra.MM.M,Si.2009.Relasi Orangtua dan Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo. Widyastuti,Yani,S.SiT,dkk.2009.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya http://www.scribd.com/doc/53726867/Insect-Bu-Ummu http://nauny290590.wordpress.com/2010/03/31/incest-pernikahan-sedarah/ http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=406:ince st-di-aceh&catid=3:bingkai&Itemid=4 http://www.solopos.com/2011/harian-jogja/kota-jogja/kasus-incest-di-diymengkhawatirkan-150244 http://regional.kompasiana.com/2011/09/20/kasus-incest-2011-anak-sendiridijadikan-budak-seks-ayah-kandung-selama-5-tahun/ http://intand14kiiroi.blogspot.com/2012/07/incest.html

32

You might also like