Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
berkelanjutan.
1
sementara semakin ke barat, timur, dan utara semakin sedikit sawah.
Di wilayah luar Jawa ditandai dengan hutan tropis yang sangat luas
padi dan tanaman pangan lainnya untuk rakyat desa, tetapi didorong
tani subsiten ini terus berlanjut pada periode tanam paksa hingga
agraria yang menjadi alat produksi paling penting bagi usaha tani
Berdasarkan hal terurai di atas dan dalam rangka kuliah kerja nyata
Pangan Lokal”
berikut:
3
4. Bagaimana dukungan pemabangunan bidang pangan local di
Sukabumi ?
Sukabumi ?
Sukabumi ?
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Revolusi Hijau yang dilakukan tanpa melakukan reforma agraria oleh
Artinya, kebijakan itu bukan ditujukan untuk memperkuat sistem pangan lokal
Masalah pangan dan pertanian disebabkan oleh berbagai aspek yang saling
pangan seperti tanah, air, input pertanian, modal, dan teknologi. Di negara-
berbagai bencana alam dan sosial seperti kekeringan, banjir, perang, atau
krisis ekonomi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memahami masalah pangan
Manusia dalam hal ini memiliki akses terhadap berbagai aset produktif yang
lainnya.
dapat mengatasi dan memperbaiki diri dari tekanan dan bencana, menjaga
6
Salzburg Seminar 398, © 2002, W.K. KELLOGG FOUNDATION
penghidupan lain pada tingkat lokal dan global dalam jangka pendek
Ada lima sumber kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu atau unit sosial
studi ini didasarkan pada konsep entitlement atau hak terhadap pangan.
adalah hak asasi. Dalam konsep entitlement ada beberapa cara manusia
sosial.
Sistem pangan individu, keluarga atau masyarakat yang lebih luas bukanlah
sesuatu yang statis tetapi dinamis. Dinamika ini antara lain dipengaruhi oleh
adalah shock yaitu perubahan mendadak dan tidak terduga (karena alam,
perkembangan politik).
8
Setiap individu dan unit sosial yang lebih besar mengembangkan system
tinggi.
Situasi dan kondisi individu, keluarga, masyarakat maupun unit sosial yang
lebih tinggi terkait dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar. Sistem
Persoalan kelaparan yang dihadapi rakyat Indonesia saat ini juga tidak dapat
Dunia (WTO) yang semakin berkuasa dalam mengatur tidak hanya sistem
perdagangan.
Kondisi ekonomi dan politik dalam negeri yang ada menyebabkan posisi
tawar Indonesia lemah terhadap pihak luar. Kuatnya tekanan dari luar dan
lain dalam pencabutan subsidi untuk petani, privatisasi badan usaha logistik
mengelola sistem pangan mereka secara mandiri. Selain itu, berbagai praktik
korupsi dan kekerasan pada tingkat nasional hingga lokal serta tidak adanya
berkelanjutan.
tercermin dalam World Food Sumit tahun 1974 dan 1996. Para pemimpin
dunia yang Diambil dari kertas posisi Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan
10
bersama untuk “mencapai ketahanan pangan bagi setiap orang dan
pangan yang memenuhi kebutuhan setiap orang setiap saat untuk hidup
pangan dunia lima tahun setelah Konferensi Pangan Dunia tahun 1996
10-13 Juni 2002. Lebih lajut dijelaskan bahwa pada tahun 2002, sebanyak
lapar atau hal-hal yang berkenaan dengan kelaparan. Tiga perempat jumlah
kematian itu adalah anakanak berumur dibawah lima tahun. Data-data FAO
kian mengejutkan karena satu dari tiap lima penduduk dunia menderita
Penyebab besarnya jumlah orang lapar di dunia dan juga penduduk miskin
ini dengan tegas disebutkan Diouf karena pasar global untuk komoditas
pertanian masih saja belum adil. Dari tahun 1999 sampai 2000, menurut
Diouf bantuan berkonsesi dari negara maju dan pinjaman dari lembaga
makan hanya berkurang enam juta orang per tahun dari target 22 juta orang
11
seperti yang dideklarasikan tahun 1996. Dengan kecepatan pengurangan
yang berjalan lambat itu, maka target 400 juta orang miskin dan lapar bisa
situasi ekologis, sosial, dan budaya rakyat Indonesia. Konsep ini menjadi
payung untuk menyusun aksi dan strategi berbasis gerakan rakyat yang
12
sumberdaya produktif. Dalam konsep kedaulatan pangan, hak rakyat tidak
terbatas pada akses untuk memperoleh pangan tetapi juga hak untuk
Agar kedaulatan rakyat atas pangan dapat terwujud, maka harus dilakukan
reformasi kebijakan global yang menjamin hak asasi atas pangan kepada
yang sesuai dengan karakter ekonomi, sosial, budaya dan ekologi masing-
masing.
tingkat pusat dan daerah harus membuka peluang bagi komunitas lokal,
pangannya sendiri yang sesuai dengan karakter ekonomi, sosial dan budaya
kedaulatan pangan dapat terjadi jika ada organisasi yang kuat dari berbagai
kembali system pangan lokal yang telah berkembang jauh sebelumnya dan
Sistem pertanian ladang dan sawah tersebut menjadi andalan rakyat untuk
14
teknik bercocok tanam, pengembangan infrastruktur, penyimpanan, distribusi
makanan pokok seperti sagu, jagung, ketela pohon, dan ubi jalar. Berbagai
jenis tanaman itu tumbuh dan tersedia sepanjang tahun di berbagai keadaan
diantara tanaman pangan itu berkhasiat obat. Sistem pangan local inilah
Sebagai contoh kita dapat melihat apa yang dilakukan masyarakat desa di
dan 7% dari jumlah tenaga kerja. Menurut Mc. Comb, seperti dikutip oleh
Ramsay dan Wiersum (1974), hasil pendapatan dari tanah usahatani yang
rata-rata 1,68 ha itu, 28% berasal dari pekarangan, 26% dari ladang, dan
46% dari sawah. Stoler (1975) juga melaporkan bahwa desa-desa sebelah
sempit.
pohon yang tingginya sekitar 25 meter. Selain itu, di dua kecamatan tersebut
terdapat 62 jenis gulma. Selanjutnya, diketahui pula bahwa dari ke-62 jenis
tersebut, 18 jenis digunakan untuk ramuan jamu obat, satu jenis untuk atap
dan makanan ternak, empat jenis sebagai sayuran, dan hampir semua jenis
Berbagai potensi yang terkandung dalam sistem pangan lokal inilah yang
momen yang tepat seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang bergulir
Wacana ini juga mencakup Otonomi Desa Murni, dimana pemerintahan desa
Undang (UU) Nomor 22 tahun 1999 menjelaskan bahwa desa tidak hanya
komunitas yang mandiri. Pemerintah pusat dan daerah tidak lagi akan
mengakui bahwa otonomi adalah hak yang lahir dan tumbuh berkembang
16
dari dalam masyarakat desa sendiri. Melalui otonomi desa, pemerintah pusat
atasnya.
masyarakat hukum adat atau desa yang otonom adalah berhak mengatur
pasar, dsb), keuangan (sumber dana, sistem pasar, dsb). Sumberdaya desa
berbagai aset desa, aset sosial merupakan aset paling penting bagi
17
penggalangan dana swadaya, otonomi desa dapat dikembangkan. Prinsip
sendiri melalui semangat keswadayaan yang telah lama dimiliki oleh desa,
dalam satu kesatuan wilayah desa. Peran berbagai organisasi desa seperti
masyarakat.
dan berkelanjutan. Hal yang penting juga adalah dukungan terhadap hak
lingkungan, dan mata pencaharian mereka. Hal itu juga menyangkut praktek
desanya sendiri atau tingkat yang lebih tinggi. Dalam skenario pangan
kampung atau desa ini, mereka dapat menentukan jenis dan jumlah pangan
bagi konsumen dan harga yang adil bagi petani, karena merupakan satu
19
kemandirian, produksi berbasis komunitas, inovasi rakyat, keberlanjutan
Prinsip Kedaulatan pangan desa berarti menjunjung tinggi hak setiap warga
20
6. Pengakuan dan penghormatan terhadap budaya yang khas dalam
sendiri apa yang akan dimakan dalam jumlah yang cukup, bergizi, dan
aman.
BAB III
PEMBAHASAN
Tabel 1
kotor ke daerah
pusat
(juta) (%)
21
(%)
1 Bertani 500 160 60 40
2 Wiraswasta 100 130 70 30
3 PNS,ABRI,lain- 50 110 60 40
lain
Sukabumi
Grafik 1
80
70
60
50
pjkpusat
40
pjkdaerah
30
20
10
0
Bertani Wiraswasta PNSdan
lainya
22
Berdasarkan hasil analisis maka untuk menjawab masalah yang
penduduk miskin
dini
yaitu:
23
6. Program pengawasan pertanian ;
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
1. Pengorganisasian rakyat
seperti tanah, air dan hutan sebagai aset desa serta meningkatkan akses
rawan pangan.
24
berkembang secara berkelanjutan dengan aneka tanaman pangan lokal
dari luar.
5. Pengembangan infrastruktur
pangan desa seperti irigasi, jalan, bangunan lumbung, pasar desa, dan
sebagainya.
terpenuhinya pangan seluruh warga desa dalam jumlah yang cukup dan
pangan seperti keluarga miskin, manula, yatim piatu, orang cacat dan
lainnya agar dapat memperoleh pangan dalam cukup, bergizi, dan aman
25
sepanjang waktu.
kebijakan kuota dan pajak untuk melindungi dan mendukung usaha tani
masyarakat. Hal ini untuk menjamin bahwa masukan telah diperoleh dari
Latin sejak dimulai tahun 1990 dengan lima CIAL. Tahun 2001, telah
pengelolaan hama terpadu, pengelolaan tanah tanah dan air, dan produksi
4.2 SARAN-SRAN
praktisi
27
DAFTAR PUSTAKA
11. Malvin E. Ring. Dentistry and Illustrated History. Princeton. The C.V.
Mosby Company. 1985: 1-18.
22. Newbrun E. Cariology. 2nd . Baltimore. Williams & Wilkins. 1983. hal. 1-3,
17-19, 86-88.
33. Greene J.C. General Principles of Epidemiology and Methods for
Measuring of Periodontal Disease dalam Genco R.J. Goldman H.M. Cohen
D.W. Contemporary Periodontics. Baltimore. The C.V. Mosby Company.
1990: 101-2
44. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001:
Studi Morbiditas dan Disabilitas. Dalam SURKESNAS. Jakarta. 2002: 16.
55. Hunter J.M. Arbona SI. The Tooh as a Marker of Developing World
Quality of Life: A Field Study in Guatemala. Soc. Sci. Med. 1995; 41(9):1217-
40.
66. World Health Organization. Oral Health Unit. Oral Disease: Prevention is
Better than Cure. World Health Day. Switzerland. Dalam Kumpulan Makalah
Seminar Sehari dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional. Jakarta. 1997.
77. Samuel S. Bender IB.The Dental Pulp Biologic Considerations in Dental
Procedures. 3rd ed. Philadelphia. J.B. Lippincott. 1984: 173-177.
88. Carranza F.A. Newman M.G. Takei H.H. Clinical Periodontology. 9th ed.
Philadelphia. J.B. W.B. Saunders Company. 2002.
99. Axelsson P. Sweden K. Diagnosis and Risk Prediction of Dental Caries.
Vol.2 Chicago. Quintessence Publishing Co. Inc. 2000: 1,2,17.
1010. Nield J.S. Wilmann D.E. Foundation of Periodontics for Dental
Hygienist. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkin. 2003: 54-60.
111. Bowling A. Measuring Helath A Review of Life Assesment: evelopment
and General Psychometric Properties. Soc. Sci. Med. 1998; 46(12):1569-85.
212. Helen C.G. Kathryn A. Atchison and Michell D. Conceptualizing Oral
Health and Oral Health Related Quality of Life. Soc. Sci. Med. 1997;
44(5):601-608.
313. Ebrahim S. Clinical and Public Health Perspectives and Application of
Health Related Quality of Life Measurement. Soc. Sci. Med.
1995;41(10):1383-94.
414. Bowling A. What Things are Important in People’s Life? A Survey of the
Public Judgement to Informs Scales of Health Related Quality of Life. Soc.
Sci. Med. 1995; 10: 1447-1462.
515. Sampoerna D. Membina Kesehatan Bangsa Paradigma Pembangunan
Kesehatan Menjawab Tantangan PJP II. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. FKM UI. 1994: 5-6,38 .
616. Locker D. Health Outcomes of Oral Disorders. Int. J. Epidemiol. 1995;
24 Suppl 1: S85-9.
28
717. Slade G.D. Strauss R.P. Atchison K.A. Kressin N.R. Locker D. Reisine
S.T. Conference Summary: Assesing of Oral Health Outcomes-Measuring
Health Status and Quality of Life. Community Dent Health. 1988; 15(1): 3-7.
818. Locker D. Slade G. Oral Health and The Quality of Life Among Older
Adults: The Oral Impact Profile. J. Can Dent Assoc. 1993;59(10):830-3, 837-
8,84.
919. Slade G.D. Spencer A.J. Development and Evaluation of The Oral
Health Impact Profile. Community Dental Health. 1994; 11:3-11.
1020. Gilbert G.H. Duncan R.P. Dolan T.A. Vogel W.B. Oral Disadvantage
Among Dentate Adults. Community Dent Oral Epidemiol. 1997; 25:301-13.
1121. Nurmala Situmorang. Dampak Karies Gigi dan Penyakit Periodontal
Terhadap Kualitas Hidup. Majalah Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga. Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional IV, 2005. ISSN
0852-9027. Hal. 359-364.
122. Nurmala Situmorang. Perilaku Pencarian Pengobatan dan
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pengunjung Poliklinik Gigi Puskesmas di Dua
Kecamatan Kota Medan. Dentika Dental Journal Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara. Vol. 10. No. 1. Juli 2005.
223. Nurmala Situmorang. Persepsi Ibu-Ibu Rumah Tangga Mengenai
Penyakit Karies Gigi dan Hubungannya Dengan Perilaku Pencarian
Pengobatan Profesional. Majalah Kumpulan Makalah Ilmiah KPPIKG X/1994
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. ISBN: 978- 8182-04.9.
324. Nurmala Situmorang. Periodontal Conditions and Oral Health Behavior
in 15-65-YR-Old In Medan Municipality. The International Journal of Oral
Health (abs). Vol.1.December 2004: 1-58 .
425. Esther Rotiur Hutagalung. Laporan Penelitian Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poliklinik Gigi Puskesmas
Teladan. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
2005.
526. Soekidjo Notoatmodjo. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.2003:24-28.
29
LAMPIRAN – LAMPIRAN
30