You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN Judul : Pengukuran besar faktor daya (cos

A. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis alat elektronika termasuk cos meter Mahasiswa dapat menyusun rangkaian listrik pada pengukuran cos Mahasiswa dapat mengukur cos dengan menggunakan cos meter
Mahasiswa dapat memperbaiki faktor daya berdasarkan pengukuran tersebut

B. DASAR TEORI

Faktor Daya (Cos Phi)


Pada pembahasan kali ini, asumsi yang digunakan adalah sistem listrik menggunakan sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni dan beban linier. Beban linier adalah beban yang menghasilkan bentuk arus sama dengan bentuk tegangan. Pada kasus sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni, beban linier mengakibatkan arus yang mengalir pada jaringan juga berbentuk sinusoidal murni. Beban linier dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, beban resistif, dicirikan dengan arus yang sefasa dengan tegangan; beban induktif, dicirikan dengan arus yang tertinggal terhadap tegangan sebesar 90; beban kapasitif, dicirikan dengan arus yang mendahului terhadap tegangan sebesar 90 , dan beban yang merupakan kombinasi dari tiga jenis tersebut, dicirikan dengan arus yang tertinggal/mendahului tegangan sebesar sudut, katakan,

Gambar Tegangan, Arus, Daya, Pada Berbagai Jenis Beban Linier

Sama halnya dengan listrik, bergantung pada kondisi jaringan, daya tampak yang diberikan oleh sumber tidak semuanya bisa dimanfaatkan sebagai daya aktif, dengan kata lain terdapat porsi daya reaktif yang merupakan bagian yang tidak memberikan manfaat langsung. Rasio besarnya daya aktif yang bisa kita manfaatkan terhadap daya tampak yang dihasilkan sumber inilah yang disebut sebagai faktor daya. Ilustrasi segitiga daya pada Gambar 3 memberikan gambaran yang lebih jelas. Daya tampak (S) terdiri dari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q). Antara S dan P dipisahkan oleh sudut , yang merupakan sudut yang sama dengan sudut antara tegangan dan arus yang telah disebutkan di awal. Rasio antara P dengan S tidak lain adalah nilai cosinus dari sudut . Apabila kita berusaha untuk membuat sudut semakin kecil maka S akan semakin mendekat ke P artinya besarnya P akan mendekati besarnya S. Pada kasus ekstrim dimana = 0, cos =1, S = P artinya semua daya tampak yang diberikan sumber dapat kita manfaatkan sebagai daya aktif, sebaliknya = 90 , cos = 0, S = Q artinya semua daya tampak yang diberikan sumber tidak dapat kita manfaatkan dan menjadi daya reaktif di jaringan saja.

Gambar Segitiga Daya


Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita manfaatkan. Faktor daya dibatasi dari 0 hingga 1, semakin tinggi faktor daya (mendekati 1) artinya semakin banyak daya tampak yang diberikan sumber bisa kita manfaatkan, sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0) maka semakin sedikit daya yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya tampak yang sama.

Cosphimeter
Dalam pengertian seharihari disebut pengukur Cosinus phi ( ). Tujuan pengukuran Cos atau pengukur nilai cosinus sudut phasa adalah, memberikan penunjukan secara langsung dari selisih phasa yang timbul antara arus dan tegangan. Cosphimeter sendiri adalah alat yang digunakan untuk mengetahui, besarnya faktor kerja (power factor) yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Dalam pengertian sehari-hari disebut pengukur Cosinus phi (f ). Tujuan pengukuran Cos f atau pengukur nilai cosinus sudut phasa. Cara penyambungan adalah tidak berbeda dengan watt meter sebagaimana gambar dibawah ini

Gambar Cos Phi Meter

Amperemeter Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik yang ada dalam rangkaian tertutup.

Gambar amperemeter Cara penggunaan amperemeter yaitu pasang amperemeter pada rangkaian, Setelah amperemeter terpasang, kita dapat mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui penghantar dengan membaca amperemeter melalui jarum penunjuk. Dalam membaca amperemeter harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum penunjuk tidak selalu menyatakan angka apa adanya.

Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus: A = range yang digunakan

C. ALAT DAN BAHAN 1. Multimeter Analog 2. Multimeter Digital 3. Test pen 4. Kabel Jepit ( Crocodile ) 5. Kabel Colokan ( Banana Plug ) 6. Kabel spady panjang 7. Kabel spady pendek 8. Sumber Tegangan ( Power Supply ) 9. R-Load 10. Amperemeter 2 buah 1 buah 1 buah 4 buah 5 buah 8 buah 6 buah 1 buah 1 buah 1 buah

D. LANGKAH KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan 2. Memastikan alat-alat tersebut berfungsi dengan baik

3. Merangkai rangkaian seperti gambar berikut 4. A 5. Mengukur tegangan, amperemeter, dan cos phi menggunakan voltmeter, amperemeter, dan cos phi meter 6. Membaca hasil pengukuran tegangan, arus dan cos phi 7. Mencatat hasil pengukuran tegangan, arus dan cos phi

E. HASIL PERCOBAAN Step 1 2 3 Tegangan (Volt) 202 202 202 Arus (Amprere) 1,575 3 4,2 cos phi 0,97 0,975 0,98

F. ANALISA Setelah melakukan percobaan maka diperoleh data seperti di atas dengan tahanan pada masing-masing step sebagai berikut , step 1 : 166 , step 2 : 82 , step 3 : 65 . Lalu pada data di atas diketahui bahwa tegangan tiap step sama hal tersebut dikarenakan rangkaian ini terhubung secara hubung bintang, karena pada hubung bintang tegangan setiap line sama . Pada pengukuran arus diketahui bahwa arus dari masing-masing stepsemakin besar hal tersebut dikarenakan beban pad masing-masing stepnya berbeda dan semakin besar stepnya, beban semakin kecil sehingga arus semakin besar. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui persamaan I = V/R, namun setelah dibuktikan ada selisih antara arus terukur dan terhitung, pada step 1 dengan beban 166 arus terhitungnya adalah sebesar 1,3 A . Jadi ada selisih sebesar 0,25 A dengan arus terukur, selisih tersebut disebabkan oleh usia alat yang sudah tua dan semakin panasnya alat ukur tersebut . Usia dari alat ukur akan mempengaruhi kinerja dari alat ukur menjadi tidak akurat apalagi kaitannya dengan elektrivitas . Kesalahan dalam membaca hasil pengukuran hal tersebut juga akan mempengaruhi hasil dari pengukuran . Pada step 2 dengan beban 82 arus terhitungnya adalah sebesar 2,58 A . Jadi ada selisih sebesar 0,42 A dengan arus terukur, selisih tersebut disebabkan oleh usia alat yang sudah tua dan semakin panasnya alat ukur tersebut . Usia dari alat ukur akan mempengaruhi kinerja dari alat ukur menjadi tidak akurat apalagi kaitannya dengan elektrivitas . Kesalahan dalam membaca hasil pengukuran hal tersebut juga akan mempengaruhi hasil dari pengukuran . Pada step 3 dengan beban 65 arus terhitungnya adalah sebesar 3,38 A . Jadi ada selisih sebesar 0,82 A dengan arus terukur, selisih tersebut disebabkan oleh usia alat yang sudah tua dan semakin panasnya alat ukur tersebut . Usia dari alat ukur akan mempengaruhi kinerja dari alat ukur menjadi tidak akurat apalagi kaitannya dengan elektrivitas . Kesalahan dalam membaca hasil pengukuran hal tersebut juga akan mempengaruhi hasil dari pengukuran . Pada pengukuran cos phi diketahui pada tabel di atas bahwa cos phi menghasilkan nilai yang sama, hal tersebut disebabkan karena pada percobaan ini menggunakan beban setimbang. Faktor yang mnyebabkan adanya cos phi adalah daya aktif yang disebabkan adanya tegangan dan arus yang mengalir sehinngga dihasilakan cos phi sebesar 0,97. Cos phi selalu antara 0 - 1 dan pada

percobaan dihasilkan cos phi sebesar 0,97 atau dibawah satu, cos phi tersebut hampir mendekati satu hal tersebut disebabkan karena daya tampak yang diberikan sumber banyak sehingga bisa dihasilkan maksimum Namun setelah

dihitung dengan persamaan cos phi = P/V.I, ada selisih antara cos phi yang terhitung dan yang terukur misal pada step 1 dengan daya 330 W , tegangan 212 V, dan arus 3 A diketahui cos phinya adalah sebesar 0,99 jadi ada selisih cos phi yang terukur yaitu sebesar 0,02. Selisih tersebut disebabkan oleh tahanan dalam alat ukur cos phi yang menyebabkan hasil dari cos phi itu semakin kecil lalu usia dari alat ukur, usia dari alat ukur menyebabkan efisiensi berkurang dan hasil pengukuran pun tidak akurat. Penyebab selanjutnya adalah suhu dari alat yang digunakan misal saja power supply jika poer supply tersebut semakin panas maka tegangan yang dihasilkan pun tidak seperti yang diinginkan jadi cos phi tersebut semakin kecil . Pada step 2 dengan daya 1912,5 W , tegangan 212 V, dan arus 3 A diketahui cos phinya adalah sebesar 0,99 jadi ada selisih cos phi yang terukur yaitu sebesar 0,02. Selisih tersebut disebabkan oleh tahanan dalam alat ukur cos phi yang menyebabkan hasil dari cos phi itu semakin kecil lalu usia dari alat ukur, usia dari alat ukur menyebabkan efisiensi berkurang dan hasil pengukuran pun tidak akurat. Penyebab selanjutnya adalah suhu dari alat yang digunakan misal saja power supply jika poer supply tersebut semakin panas maka tegangan yang dihasilkan pun tidak seperti yang diinginkan jadi cos phi tersebut semakin kecil .

G. KESIMPULAN

LAPORAN TEKNIK DASAR LISTRIK


Pengukuran Besar Resistor, Tegangan, Dan Kuat Arus Pada Rangkaian Seri Menggunakan Multimeter Analog

Pelapor : Anggun Sukarno / KE 1D / 04 Partner : Abdal Ghofar / KE 1D / 01 Agus Hendroyono / KE 1D / 02 Airlangga Guntur Buwono / KE 1D / 03 Arda Agam Tamtomo / KE 1D / 05

TEKNIK KONVERSI ENERGI TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2011/2012

You might also like