Professional Documents
Culture Documents
Fenomena Adsorpsi
Farmasi Fisika II
Fenomena Adsorpsi
Disusun oleh : Kelompok III Nur Alimin Muhammad Zufli Aswati Fitriani Desi Andriani Fitria Ike Nurfitriyanti Leni Junarni Murni Adisty Lucita Nurul Hafizah Thahriani C 0901037 0901031 0901002 09010 0901015 09010 09010 0901032 0901045 09010
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami serukan kehadirat Illahi Robbi karena bimbingan, taufik dan hidayah-Nyalah kami mampu meyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang ditentukan. Bahasan makalah kami untuk mata kuliah Farmasi Fisika II ini adalah Fenomena Adsorpsi . Kami sangat mengharapkan, dengan dibuatnya makalah ini mampu meningkatkan wawasan dan kerja sama di kalangan mahasiswa dalam pencapain pembelajaran yang optimal. Terutama dalam mata kuliah Farmasi Fisika II. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam pengupayaan penyusunan makalah ini. Tentu saja, makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karenanya, kami sangat menantikan saran, gagasan dan kritik yang membangun demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul Makalah dan Anggota Kelompok ---------------------------------------- i Kata Pengantar ----------------------------------------------------------------------- ii Daftar isi -------------------------------------------------------------------------------- iii Bab I Pembahasan-------------------------------------------------------------------- 1 1. Adsorpsi --------------------------------------------------------------------------- 1
A. Proses Adsorpsi ------------------------------------------------------------------ 1 B. Mekanisme Adsorpsi ----------------------------------------------------------- 1 C. Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi ---------------------------- 2 Fenomena Adsorpsi ------------------------------------------------------------------ 5 Adsorpsi pada antarmuka cairan ------------------------------------------------ 5 Adsorpsi pada antarmuka padatan ---------------------------------------------- 7 1. Isoterm Adsorpsi ---------------------------------------------------------------- 10
1.1 Isoterm Adsorpsi Langmuir -------------------------------------------------- 11 1.2 Isoterm Adsorpsi BET --------------------------------------------------------- 12 1.3 Isoterm Adsorpsi Freundlich------------------------------------------------- 13 Bab II Kesimpulan ------------------------------------------------------------------- 15 Bab III Daftar Pustaka -------------------------------------------------------------- 16
Bab I Pembahasan
1. Adsorpsi
A. Proses Adsorpsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang merupakan ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-balik. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
B. Mekanisme Adsorpsi
Proses adsorpsi dapat digambarkan sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan zat adsorben akibat kimia dan fisika (Reynolds,1982). Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat atom/molekul yang diserap, konsentrasi, temperatur dan lain-lain. Pada proses adsorpsi terbagi menjadi 4 tahap yaitu : 1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorpsi menuju lapisan film yang mengelilingi adsorben. 2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process). 3. Difusi zat terlarut yang teradsopsi melalui kapiler/pori dalam adsorben (pore diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan adsorben.(proses adsorpsi sebenarnya), (Reynolds, 1982). Operasi dari proses adsorpsi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1. Proses adsorpsi dilakukan dalam suatu bak dengan sistem pengadukan, dimana penyerap yang biasanya berbentuk serbuk dibubuhkan, dicampur dan diaduk dengan air dalam suatu bangunan sehingga terjadi penolakan anatara partikel penyerap dengan fluida. 2. Proses adsorpsi yang dijalankan dalam suatu bejana dengan sistem filtrasi, dimana bejana yang berisi media penjerap di alirikan air dengan model pengaliran gravitasi. Jenis media penyerap sering digunakan dalam bentuk bongkahan atau butiran/granular dan proses adsorpsi biasanya terjadi selama air berada di dalam media penyerap (Reynold, 1982).
1. Agitation (Pengadukan)
Tingkat adsorbsi dikontrol baik oleh difusi film maupun difusi por tergantung i, pada tingkat pengadukan pada sistem.
3. Kelarutan Adsorbat
Senyawa terlarut memiliki gaya tarik-menarik yang kuat terhadap pelarutnya sehingga lebih sulit diadsorbsi dibandingkan senyawa tidak larut.
5. pH
Asam organik lebih mudah teradsorbsi pada pH rendah, sedangkan adsorbsi basa organik efektif pada pH tinggi.
6. Temperatur
Tingkat adsorbsi naik diikuti dengan kenaikan temperatur dan turun diikuti dengan penurunan temperatur (Benefield, 1982).
2. Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat menjerap kontaminan makin banyak. Secara umum kecepatan adsorpsi ditujukan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori-pori partikel adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses penjerapan antara -100 / +200 mesh.
. Waktu jerap
Waktu jerap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul zat terlarut yang terjerap berlangsung dengan baik.
5. Konsentrasi
Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan dijerap sedikit, sedang pada konsentrasi tinggi jumlah bahan yang dijerap semakin banyak. Hal ini disebabkan karena kemungkinan frekuensi tumbukan antara partikel semakin besar. Beberapa adsorben pada proses adsorpsi sangat mempengaruhi sorbsi. Beberapa adsorben yang sering digunakan pada proses adsorpsi misalnya benzonit, tuff, pumice, zeolit, dan silika gel. Pemilihan adsorben juga mempengaruhi kapasitas adsorpsi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi yaitu: 1. Luas pemukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang dapat diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1mm, sedangkan ukuran dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi. Waktu kontak yang lebih lama memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organik akan turun apabila waktu kontaknya cukup dan waktu kontak berkisar 10-15 menit (Reynolds, 1982).
Fenomena Adsorpsi
ADSORPSI PADA ANTARMUKA CAIRAN Energi bebas permukaan didefinisikan sebagai kerja yang harus dilakukan untuk memperbesar permukaan dengan satu satuan luas. Sebagai akibat pengembangan seperti itu, lebih banyak molekul-molekul harus dibawa dari bulk ke antarmuka. Semakin besar kerja yang harus diberikan untuk mencapai ini, semakin besar energi bebas permukaan. Molekul-molekul dan ion-ion tertentu apabila terdispersi dalam cairan akan bergerak sesuai dengan keinginannya sendiri ke antarmuka. Konsentrasinya pada antarmuka jadi melebihi konsentrasinya dalam bulk cairan tersebut. Jelaslah, energi bebas permukaan dan tegangan permukaan dari sistem tersebut secara otomatis dikurangi. Gejala seperti itu dimana molekul-molekul membagi diri ke arah antarmuka dikatakan adsorpsi, atau secara lebih tepat, adsorpsi positif. Bahan-bahan lain (misalnya, elektrolitelektrolit anorganik) yang lebih suka membagi diri ke arah bulk menghasilkan adsorpsi negatif dan kenaikan energi bebas permukaan dan tegangan permukaan. Adsorpsi, seperti ini akan terlihat nanti, dapat juga terjadi pada antarmuka padatan. Adsorpsi jangan dikacaukan dengan adsorpsi. Adsorpsi semata-mata hanya suatu efek permukaan, sedangkan dalam adsorpsi, zat cair dan gas yang diadsorpsi menembus kedalam ruang ruang kapiler dari zat pengadsorpsi. Peresapan air oleh busa (sponge) adalah adsorpsi; memekatkan molekul-moleku alkaloid pada permukaan tanah lait (clay) adalah adsorpsi.
Zat akti
permukaan. Mol
dinamakan zat akti permukaan atau surfaktan. Pernyataan lain adalah amfifil yang
mengingatkan bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun nonpolar, amfifil secara dominan (kuat bisa hidofilik, lipofilik, atau berada tepat diantara kedua ekstrem. Sebagai contoh, alkohol alkohol rantai lurus, amina-amina dan asam-asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik dominan menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon dalam rantai alkil naik. Jadi, etil alkohol bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Sebagai bandingan, kelarutan dalam air dari amil alkohol adalah sangat kecil, sedangkan setil alkohol bisa dikatakan sangat lipofilik an tidak larut dalam air. Amfifilik merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang menyebabkan zat ini diadsorpsi pada antarmuka, apakah ini cair/gas atau cair/cair. Jadi dalam suatu disperse dalam air dari amilalkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan molekul molekul air. Tetapi, bagian nonpolar ditolak karena gaya adhesi e yang dapat terjadi dengan air adalah kecil dibandingkan dengan gaya kohesif antar molekul molekul air yang berdekatan. Akibatnya, amfifil tersebut diadsorpsi pada antarmuka. Keadaan untuk suatu asam lemak pada antarmuka udara/air dan minyak/air diperlihatkan pada gambar 16-9 (a,b). pada antarmuka udara/air, rantai lipofilik mengarah ke atas ke udara; pada antarmuka minyak/air, mereka bergabung dengan fase minyak. Agar amfifil terpusat pada
antarmuka, ia harus diimbangi dengan jumlah yang tepat dari gugus -gugus yang larut dalam air dan minyak. Bila molekul tersebut terlalu hidrofilik, ia tetap berada dalam bagian dalam fase air dan tidak memberikan efek pada antarmuka. Demikian pula, bila ia terlalu lipofilik, ia larut secara sempurna dalam fase minyak dan sedikit yang muncul pada antarmuka. ADSORPSI PADA ANTARMUKA PADATAN Adsorpsi bahan pada antarmuka padatan bisa terjadi dari fase cair atau fase gas yang berdekatan. Penelitian adsorpsi gas melibatkan penerapan yang begitu
beranekaragam seperti penghilangan bau yang tidak diinginkan dari ruangan dan makanan, kerja dari topeng gas dan pengukuran dimensi partikel dalam suatu serbuk. Prinsip adsorpsi padat/cair dipakai dalam larutan penghilang warna, kromatografi adsorpsi, deterjen dan pembasah. Dalam banyak cara, adsorpsi bahan-bahan dari suatu gas atau cairan ke atas suatu permukaan padat adalah sama dengan yang dibicarakan pada permukaan cair. Jadi, adsorpsi jenis ini bisa dipandang sebagai suatu usaha untuk mengurangi energi bebas permukaan dari zat padat tersebut. Tetapi, tegangan permukaan dari zat padat te rsebut. Tetapi, tegangan permukaan dari zat padat selalu lebih sukar didapat daripada tegangan permukaan zat cair. Disamping itu, antarmuka padatan tidak bergerak dibandingkan dengan antarmuka yang turbulen. Waktu hidup rata-rata dari suatu molekul padat antarmuka air/gas adalah kira-kira 1 mikrodetik, sedangkan suatu atom pada permukaan suatu zat padat metalik tidak menguap mungkin mempunyai umur rata -rata 1037 detik. Seringkali, permukaan dari suatu zat padat tidak homogen, yang berbeda sekali dengan antarmuka cairan.
Antarmuka padat/gas. Derajat adsorpsi dari suatu gas oleh suatu zat padat
bergantung pada sifat kimia dari adsorben (bahan -bahan yang dipakai untuk mengadsorpsi gas) dan adsorbat (zat yang diadsopsi), luas permukaan adsorben, temperature dan tekanan parsial dari gas yang diadsorpsi. Jenis-jenis adsorpsi umumnya dikenal sebagai adsorpsi fisika atau adsorpsi van der Waals an adsorpsi kimia atau komisorpsi. Adsorpsi fisika yang berhubungan dengan gaya van der Waals, adalah reversible dan penghilang adsorbat dari adsorben dikenal dengan desorpsi. Suatu zat yang diadsorpsi secara fisika bisa didesorpsi dari zat padat dengan menaikkan temperature dan mengurangi tekanan. Kemisorpsi adalah adsorpsi dimana adsorbat menempel dengan
adsorben dengan ikatan kimia yang bersifat irreversible. Adsorpsi ini tidak begitu penting
bagi kita disini dan tidak akan dibicarakan lanjut. Hubungan antar banyaknya gas yang diadsorpsi secara fisika pada suatu zat padat dan tekanan atau konsentrasi kesetimbangan pada temperature konstan menghasilkan suatu isotherm adsorbs bila diplot seperti ditunjukkan dalam gambar 16-17. Istilah isotherm meyatakan plot pada temperature konstan. Banyaknya molekul gram, atau militer x dari gas yang diadsorpsi pada m gram adsorben pada STP (temperature dan tekanan standar) diplot pada sumbu tegak terhadap tekanan kesetimbangan gas dalam mmHg pada sumbu
horizontal
seperti
terlihat
dalam
gambar
16-17a.
Suatu metode untuk memperoleh data adsorpsi adalah dengan menggunakan suatu alat yang serupa dengan yang ditunjukkan dalam gambar 16 -18, yang pada pokoknya terdiri dari dari suatu neraca yang diletakkan dalam suatu sistem vakum. Zat padatnya, yang sebelumnya telah dihilangkan gasnya, ditaruh pada piring, dan sejumlah tertentu gas dibiarkan masuk. Kenaikan berat pada saat tekanan gas setimbang dicatat. Ini bisa dicapai dengan mengamati bertambah panjangnya suatu pegas kuartz yang dikalibrasi yang dipakai untuk menahan piring yang berisi sampel.
Adsorpsi padat/ air. Obat-obat seperti zat warna, alkaloid, asam lemak, dan
bahkan asam dan basa anorganik mungkin diadsorpsi dari larutan ke zat padat seperti arang (karbon) dan alumina.adsorpsi dari molekul zat terlarut dari larutan diperlakukan dalam suatu cara yang analog dengan adsorpsi molekul pada antarmuka padat/gas. Adsorpsi memainkan peran dalam proses kromatografi tertentu. Kromatografi adalah suatu prosedur yang memungkinkan pemisahan campuran zat terla bergantung rut pada derajad berbagai zat terlarut diadsorpsi dibagi atau ditukar antara larutan asal (fase bergerak) dan suatu fase padat atau fase cair kedua, yang dikenal sebagai fase diam. Dalam kromatografi adsorpsi, campuran zat terlarut dibiarkan mel lui suatu kolom a absorben (contoh; alumina, magnesium oksida, arang) yang bekerja sebagai fase diam. Berbagai spesies zat terlarut yang ada dalam larutan akan keluar dari dasar kolom dalam urutan yang terbalik dari afinitas adsorpsi terhadap adsorben yang digunakan. Jadi, zat
terlarut yang mempunyai sedikit afinitas atau tidak sama sekali terhadap fase padat akan melewati kolom dan akan ada dalam efluen awal. Zat terlarut yang diadsorpsi secara kuat akan ditahan oleh kolom dan dikeluarkan dalam efluen akhir Dengan mengumpulkan . fraksi-fraksi dari larutan yang keluar dari dasar kolom , memungkinkan untuk memisahkan komponen-komponen dari larutan asal. Derajad pemisahan bergantung pada sifat-sifat polar dan sterik dari molekul zat terlarut relatif terhadap adsorben. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan/ pengayaan (enrichment) suatu komponen di daerah antar fasa. Pada peristiwa adsorpsi, komponen akan berada di daerah antar muka, tetapi tidak masuk ke dalam fasa ruah. Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben
Adsorpsi Fisik
Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan van der Waals kimia Mempunyai entalpi reaksi 4 sampai 40 Mempunyai entalpi reaksi 40 sampai kJ/mol 800 kJ/mol Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di bawah Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi titik didih adsorbat Jumlah adsorpsi pada merupakan fungsi adsorbat permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan merupakan karakteristik adsorben dan adsorbat Melibatkan energi aktifasi tertentu Bersifat sangat spesifik
1. Isoterm Adsorpsi
Percobaan adsorpsi yang paling umum adalah menentukan hubungan jumlah gas teradsorpsi (pada adsorben) dan tekanan gas. Pengukuran ini dilakukan pada suhu tetap, dan hasil pengukuran digambarkan dalam grafik dan disebut isoterm adsorpsi.
adsorben
Pada kesetimbangan, laju adsorpsi dan desorpsi gas adalah sama. Bila menyatakan fraksi yang ditempati oleh adsorbat dan P menyatakan tekanan gas yang teradsorpsi, maka
(5.47)
dengan k1 dan k2 masing masing merupakan tetapan laju adsorpsi dan desorpsi. Jika didefinisikan a = k1 / k2, maka
U!
P ............................................ (a P)
(5.48)
Pada adsorpsi monolayer, jumlah gas yang teradsorpsi pada tekanan P (y) dan jumlah gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan monolayer dihubungkan dengan persamaan melalui
U!
y ym
...................................................
(5.49)
y!
ym P ............................................... aP
(5.50)
Teori isoterm adsorpsi Langmuir berlaku untuk adsorpsi kimia, dimana reaksi yang terjadi adalah spesifik dan umumnya membentuk lapisan monolayer.
adsorben
Pada pendekatan ini, perbandingan kekuatan ikatan pada permukaan adsorben dan pada lapisan adsorbat monolayer didefinisikan sebagai konstanta c. Lapisan adsorbat akan terbentuk sampai tekanan uapnya mendekati tekanan uap dari gas yang teradsorpsi. Pada tahap ini, permukaan dapat dikatakan basah (wet). Bila V menyatakan volume gas
teradsorpsi, Vm menyatakan volume gas yang diperlukan untuk membentuk lapisan monolayer, dan x adalah P/P*, maka isoterm adsorpsi BET dapat dinyatakan sebagai
(5.51)
Kesetimbangan antara fasa gas dan senyawa yang teradsorpsi dapat dibandingkan dengan kesetimbangan antara fasa gas dan cairan dari suatu senyawa. Dengan menggunakan analogi persamaan Clausius Clapeyron, maka
(H ads d ln P ! dT RT 2
.............................................
(5.52)
dimana Hads adalah entalpi adsorpsi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tekanan kesetimbangan dari gas teradsorpsi bergantung pada permukaan dan entalpi adsorpsi.
log y ! log k
1 log c ........................................ n
(5.54)
dimana k dan n adalah konstanta empiris. Jika persamaan (5.53) diaplikasikan untuk gas, maka y adalah jumlah gas yang teradsorpsi dan c digantikan dengan tekanan gas. Plot log y terhadap log c atau log P menghasilkan kurva linier. Dengan menggunakan kurva tersebut, maka nilai k dan n dapat ditentukan.
Bab II Kesimpulan
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat padat yang menyerap (adsorben). Faktor-faktor yang memepengaruhi proses adsorbs, agitation (pengadukan), karakteristik adsorban (karbon aktif), kelarutan adsorbat, ukuran molekul adsorbat, pH dan temperatur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi yaitu luas pemukaan adsorben, ukuran partikel, waktu kontak, dan distribusi ukuran pori.
Alfred Martin, James Swarbrick, & Arthur Cammarata.2008.Farmasi Fisika DasarDasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik Ed. Ketiga jilid 2.Jakarta:UI Press Prawira, Muhammaadin Hary.2008.Tugas Akhir; Penurunan Kadar Minyak pada Limbah Bengkel dengan Menggunakan Reaktor Pemisah Minyak dan Karbon Aktif serta Zeolit sebagai Media Adsorben. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia:Yogyakarta Bahan Ajar Kimia Fisika (Google Search)