You are on page 1of 32

SKENARIO 3 TIDAK BISA BUANG AIR KECIL Laki-laki 56 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhan tidak

bisa buang air kecil sejak 1 hari yang lalu,meskipun rasa ingin kencing ada.Sebelumnya riwayat LUTS(Lower Urinary Tract syndrome) seperti hesistensi,nokturia,urgensi,frekuensi,terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya IPSS (International Prostate Symptom Score) > 30 dan skor kualitas hidup (QoL) > 5.Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio suprapubik bulging dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar.Oleh dokter yang memeriksanya dianjurkan untuk dipasang kateter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 1

Langkah 1
I. KATA-KATA SULIT

BNO-IVP

: Foto polos abdomen dan zat kontras pielografi yang diberikan secara intravena. : Keadaan dimana dibutuhkannya tenaga mengejan untuk berkemih karena urine tidak langsung keluar. : Frekuensi urin yang meningkat pada malam hari.

Hesistency

Nocturia

Terminal dribbling

: Keluarnya sisa urine selama beberapa detik pada akhir berkemih. : Dorongan mendesak yang mendadak untuk berkemih. : Salah satu cara untuk menentukan diagnosis BPH : Skor untuk mengetahui kualitas hidup

Urgency IPSS QOL

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 2

II.

BRAINSTORMING 1. Mengapa pasien sulit berkemih ? Karena ada pembesaran prostat yang menyebabkan urethra terjepit sehingga sulit untuk menyalurkan urin 2. Mengapa pasien mengalami urgensi ? Karena Vesica Urinaria sudah penuh lalu ada rangsangan ke otak untuk berkemih namun urethra terjepit sehingga urin yang keluar sedikit 3. Mengapa dianjurkan untuk pemasangan kateter ? Untuk mengeluarkan urin yang terdapat pada Vesica Urinaria 4. Secara anatomi bagian prostat manakh yang sering membesar Prostat lobus medial dan prostat lobus lateral

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 3

III.

HIPOTESIS

Prostat berfungsi sebagai penghasil hormon. Hiperplasia prostat/BPH dapat dipengaruhi oleh faktor usia, hormon, dan pola hidup. Semakin tua usia seorang pria, semakin besar risiko terkena BPH. BPH dapat menyebabkan gangguan pada proses berkemih, misalnya tidak tuntasnya berkemih, dan lain-lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan PSA yang bertujuan untuk mencari antigen penyebab kanker prostat. Pada pemeriksaan fisik, colok dubur, dapat dirasakan lobus posterior prostat membesar dan pada sarung tangan tidak ditemukan darah. Prognosis hiperplasia prostat ini bergantung pada stadium yang diderita oleh seorang pasien.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 4

IV.

SASARAN BELAJAR

Memahami dan menjelaskan anatomi prostat 1.1 Menjelaskan anatomi makroskopik prostat 1.2 Menjelaskan anatomi mikroskopik prostat Memahami dan mejelaskan fisiologi prostat Memahami dan menjelaskan Benigna Prostate Hyperplasia 3.1 Definisi 3.2 Epidemiologi 3.3 Etiologi 3.4 Patogenesis dan patofisiologi 3.5 Manifestasi klinik 3.6 Diagnosis 3.7 Komplikasi 3.8 Prognosis Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang Benigna Prostate Hyperplasia Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Benigna Prostate Hyperplasia 5.1 Menjelaskan terapi farmakologis 5.2 Menjelaskan terapi nonfarmakologis (operatif) 5.3 Menjelaskan pencegahan

2 3

4 5

6 Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pemeriksaan dan penatalaksaan Kelainan pada saluran kemih laki-laki

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 5

Langkah 2 gathering information and individual study

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 6

Langkah 3
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI MAKRO DAN MIKRO PROSTAT 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi makro prostat
Prostat merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi urethra pars prostatica. Prostata mempunyai panjang + 3 cm dengan berat + 20 gram dan terletak di antara collum vesicae di atas dan diaphragma urogenitale di bawah. Prostat dikelilingi oleh capsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak superior dan berhadapan dengan collum vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas fascies posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.

Gambar 1-1. Vesica urinaria, prostat, dan urethra; potongan sagital.

Kelenjar prostat yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica. Prostat secara tidak sempurna terbagi menjadi lima lobus: Lobus anterior terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius/medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar.
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 7

Lobus posterior terletak dibelakang urethra dan di bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan lainnya oleh alur vertikal dangkal yang terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterales mengandung banyak kelenjar.

Batas-batas prostat Batas superior : basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain. Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis, dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan permukaan posterior os pubis dan ligamentum puboprostatica. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis. Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju corpus perinealis. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagisan atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars prostatica pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 8

Vaskularisasi Prostata Cabang arteria vesicalis inferior dan arteria rectalis media. Venae membentuk plexus venosus prostaticus, yang terletak di antara capsula prostatica dan selubung fibrosa. Plexus venosus prostaticus menampung darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales, selanjutnya bermuara ke vena iliaca interna.

Persarafan prostat Berasal dari pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama simpatis, tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama seperti dinding pembuluh darah.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 9

1.2 Menjelaskan anatomi mikro prostat


Prostat melingkari pangkal urethra yang keluar dari vesica urinaria. Kelenjar ini merupakan kumpulan dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar kompleks yang kecil-kecil, bermuara ke dalam urethra pars prostatica, melalui 15-30 saluran keluar kecil. Kelenjar-kelenjar kecil terletak di mukosa dan dikelilingi oleh kelenjar-kelenjar submukosa. Kelenjar utama terletak di bagian tepi dan merupakan klenjar terbesar. Keseluruhan kelenjar dibungkus oleh simpai fibroelastik yang mengandung banyak serat otot polos di sebelah dalam dan kaya akan plexus venosus. Bagian-bagian kelenjar terbenam di dalam stroma padat yang di bagian tepi berlanjut pada simpai. Stromanya juga fibroelastik dan mengandung sejumlah berkas serat otot polos. Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk dan ukurannya. Alveoli dan tubuli

Gambar 1-4. Mikroskopik prostat; jaringan penyambung stroma (St), pembuluh darah (BV), otot polos (SM), epitel silindris (CC), sel basal (BC), konkremen prostat (Pc)

bercabang berkali-kali, keduanya memiliki lumen yang lebar. Lamina basal kurang jelas dan epitelnya sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya selapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris hingga kubis rendah, tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma mengandung banyak butir sekret, lisosom, dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidak teratur dan mirip tubuli sekretorius yang kecil. Sekret prostat merupakan cairan seperti susu, bersifat agak alkali, kaya dengan enzim proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen. Sekret juga mengandung sejumlah besar fosfatase asam. Pada kanker prostat, terdapat peningkatan kadar enzim fosfatase asam di dalam darah. Pada sajian, sekret terlihat sebagai massa granular yang asidofilik. Seringkali mengandung bahan-bahan bulat atau bulat telur yang disebut konkremen prostat (korpora amilasea) yang merupakan kondensasi sekret yang mungkin mengalami perkapuran.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 10

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 11

2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN FISIOLOGI PROSTAT Fisiologi Prostat Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan enzim yang bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid. Sekret prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos. kelenjar prostat juga menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol. Cairan prostat merupakan 70% volume cairan ejakulat dan berfungsi memberikan makanan sperma dan menjaga agar spermat tidak cepat mati di dalam tubuh wanita, dimana sekret vagina sangat asam (PH: 3,5-4). Dengan demikian sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan menuju tuba uterina dan melakukan pembuahan

Peran androgen dan faktor pertumbuhan fibroblast dalam pembangunan prostat. review ini berfokus pada peran androgen dan faktor pertumbuhan fibroblas (FGFs) dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan prostat. Telah diketahui bahwa androgen dan interaksi epitel mesenkim-diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan prostat, tetapi sedikit yang diketahui dari molekul mediator yang mengatur organogenesis prostat. Parakrin sinyal dari mesenkim ke epitel adalah elemen kunci pembangunan prostat dan tindakan androgen dalam sel mesenchymal sangat penting bagi perkembangan prostat. Temuan ini telah menyebabkan hipotesis bahwa androgen mengatur ekspresi faktor pertumbuhan parakrin-akting. Meskipun beberapa keluarga faktor pertumbuhan berperan dalam mengatur pertumbuhan prostat, keluarga FGF berisi anggota yang telah dipelajari paling komprehensif dalam hal pertumbuhan prostat dan morfogenesis bercabang. Peran FGFs dalam pembangunan prostat dijelaskan secara rinci, karena dua anggota fungsi keluarga FGF sebagai faktor parakrin-bertindak mesenchymal di prostat. Telah menunjukkan bahwa FGF7 dan FGF10 memainkan peran penting dalam pengembangan prostat namun mereka tampaknya tidak diatur langsung oleh androgen. model saat ini mengusulkan bahwa ekspresi faktor pertumbuhan (termasuk FGF7 dan 10) diatur langsung oleh androgen. Namun, ada kemungkinan bahwa peraturan androgen adalah tidak langsung dan model yang menguraikan peraturan androgen tidak langsung faktor pertumbuhan diusulkan.
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 12

Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat) Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat. Namun peningkatan kadar PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan prostat. Jika nilai tes PSA anda tinggi, maka dokter akan menyarankan melakukan biopsi prostat untuk mengetahui apakah Anda benar menderita kanker prostat. Biopsi prostat dilakukan untuk mendapatkan sampel jaringan prostat yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi ada tidaknya sel kanker. Pemeriksaan ultrasonik (transrectal ultrasound) merupakan cara lain untuk mendeteksi kanker prostat. PSA adalah suatu enzim yang disintesis hampir secara eksklusif oleh prostat. PSA diukur sebagai suatu antigen oleh immunoassay. Beberapa modifikasi diajukan untuk memperbaiki kemampuan diagnostiknva: - Telah dianjurkan rentng acuan yang sudah disesuaikan dengan usia, dengan batas atas meningkat setiap penambahan usia satu dekade. Konsentrasi dalam serum bervariasi sesuai volume prostat, yang meningkat seiring dengan usia, sehingga apabila digunakan hanya satu rentang acuan (<4,0 ng/ mL) akan banyak dijumpai hasil positif-palsu. Sayangnya, pada praktiknya, pemakaian hanyak rentang acuan tampaknya menurunkan sensitivitas untuk mendeteksi beberapa kasus kanker prostat - Kecepatan PSA berasal dari pengukuran setiap tahun; peningkatan tahunan sebesar 1,0 ng/mL atau lebih mungkin mengisyaratkan kanker prostat Densitas PSA (atau indeks PSA) dihitung dengan membagi konsentrasi PSA serum dengan volume prostat (diperoleh dari penentuan ukuran secara ultrasonografis). Secara logika, koreksi volume harus mempertimbangkan peningkatan pengeluaran PSA dari kelenjar yang mengalami hipertrofi jinak, sehingga ekskresi berlebihan dari karsinoma akan lebih jelas tampak. Sayangnya, pada praktiknya densitas PSA tidak terlalu sensitif dalam mendeteksi kanker. Kuantifikasi PSA babas dan terikat mungkin bermanfaat. PSA terdapat dalam serum dalam tiga bentuk: bebas, terikat ke alfa-antikimotripsin (AACT), dan terikat ke alfamakroglobulin (AMG). PSA babas dan PSA yang terikat ke ACCT (PSA terikat) bereaksi dengan antibodi yang digunakan dalam immunoassay, walaupun dengan derajat yang berbeda. PSA yang terikat ke AMG tidak bereaksi dengan antibodi. Laki-laki tanpa kanker prostat cenderung memiliki lebih banyak PSA bebas daripada laki-laki dengan kanker prostat. Karena itu, akhir-akhir ini hanyak usaha yang dilakukan untuk mengukur PSA bebas dan terikat untuk semakin meningkatkan kekuatan diagnostik. Dalam sebuah penelitian klinis besar baru-baru ini, pengukuran persentase PSA bebas memang berguna dalam membedakan penyakit prostat jinak

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 13

dan ganas, terutama apabila PSA total hanya meningkat sedang dalam rentang yang tidak jelas (misal 4 10 ng/mL) 3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA 3.1. Memahami dan menjelaskan definisi dan kriteria BPH BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria dan penyebab kedua yang paling sering untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60tahun (smeltzer, 2001 : 1625) BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Doenges, 1999 : 671) BPH atau disebut tumor prostate jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel prostate yang tidak ganas. pembesaran prostate jinak akibat sel sel prostate memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialami laki laki berusia di atas 50 tahun. BPH adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (capita selecta, edisi 3)

Kriteria Pembesaran Prostat Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah : 1. Rektal grading Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum : derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum 2. Berdasarkan jumlah residual urine derajat 1 : <> derajat 2 : 50-100 ml derajat 3 : >100 ml derajat 4 : retensi urin total 3. Intra vesikal grading derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter 4. Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 14

derajat 1 : kissing 1 cm derajat 2 : kissing 2 cm derajat 3 : kissing 3 cm derajat 4 : kissing >3 cm6

3.2. Memahami dan menjelaskan epidemiologi BPH Merupakan tumor jinak paling sering pada laki-laki, dan insidensinya berhubungan dengan bertambahnya usia. Faktor risiko BPH masih belum jelas.Beberapa penelitian menunjukkan adanya predisposisi genetik, dan beberapa kasus dipengaruhi oleh ras. Prevalensi BPH secara histologi pada otopsi didapatkan peningkatan dari sekitar 20% pada pria usia 41-50 tahun, menjadi 50% pada pria usia51-60 tahun, dan >90% pada pria usia lebih dari 80 tahun. 3.3. Memahami dan menjelaskan etiologi BPH Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).7 Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1. Teori Hormonal Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 15

2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan) Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming growth factor 2, danepidermal growth factor. 3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati 4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan. 5. Teori Dehidrotestosteron (DHT) Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductasemenjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 16

3.4. Memahami dan menjelaskan pathogenesis dan patofisiologi BPH

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 17

3.5. Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis BPH a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritasi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel

3-1. Gejala Obstruksi dan Iritasi

Obstruksi Hesitansi Pancaran miksi lemah Intermitensi Miksi tidak puas Menetes setelah miksi

Iritasi Frekuensi Nokturia Urgensi Disuria

Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan LUTS, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah Skor Internasional Gejala Prostat atau IPSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem skoring IPSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0-5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai 17. Dari skor IPSS itu, dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam tiga derajat, yaitu (1) ringan: skor 0-7, (2) sedang: skor 8-19, dan (3) berat: skor 20-35. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot vesica urinaria mengalami kepayahan (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut. Timbulnya dekompensasi vesica urinaria didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain: Volume vesica urinaria yang tiba-tiba terisi penuh, yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi), dan minum air dalam jumlah yang berlebihan Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain golongan antikolinergik atau -adrenergik.

b. Keluhan pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi, antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam (yang merupakan tanda adanya infeksi atau urosepsis).

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 18

c. Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

Gambar 3-2. Skor internasional gejala prostat

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 19

3.6. Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding BPH a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif b. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan : 1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) 2. Adakah asimetris 3. Adakah nodul pada prostate 4. Apakah batas atas dapat diraba 5. Sulcus medianus prostate 6. Adakah krepitasi Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadangkadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 20

Diagnosis Banding 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. Kelemahan detrusor kandung kemih kelainan medula spinalis neuropatia diabetes mellitus pasca bedah radikal di pelvis farmakologik Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh : kelainan neurologik neuropati perifer diabetes mellitus alkoholisme farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)

Obstruksi fungsional : 1. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter 2. ketidakstabilan detrusor Kekakuan leher kandung kemih : 1. Fibrosis Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh : hiperplasia prostat jinak atau ganas kelainan yang menyumbatkan uretra uretralitiasis uretritis akut atau kronik Prostatitis akut atau kronis

1. 2. 3. 4.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 21

3.7. Memahami dan menjelaskan komplikasi BPH KOMPLIKASI HIPERPLASIA PROSTAT Retensi urine akut. Retensi urine yang terjadi dapat menimbulkan rasa sakit dan ketidakmampuan untuk berkemih. Pemasangan kateter diperlukan untuk mengosongkan vesica urinaria. Beberapa pasien dengan BPH menjalani operasi untuk mengatasi retensi urine akut ini. Infeksi saluran kemih. Batu kandung kemih. Keadaan ini terjadi jika vesica urinaria (dalam waktu yang cukup lama) tidak kosong sepenuhnya. Kerusakan ginjal. Hal ini paling sering disebabkan karena infeksi dan retensi Urin akut BPH juga dapat menyebabkan hidronefrosis (pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine).

Gambar 4-1. Penyulit dan komplikasi hiperplasia prosta

3.8. Memahami dan menjelaskan prognosis BPH Dubia ad bonam

Lebih dari 90% pasien mengalami perbaikan sebagian atau perbaikan dari gejala yang dialaminya. Sekitar 10 20% akan mengalami kekambuhan penyumbatan dalam 5 tahun. Penelitian pun menunjukan bahwa pria dengan BPH yang tidak mendapatkan terapi, 3155% mengalami perburukan gejala dan hanya 1-5% yang berkembang menjadi komplikasi

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 22

4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA Pemeriksaan Patologi Anatomi 1. Mikroskopis : Jaringan prostat terdiri dari stroma dan asini kelenjar prostat. Asini dilapisi epitel kubis proliferative, sebagian asini dengan lumen melebar kistik, dalam lumen terdapat corpora amylaceae. Stroma jaringan ikat fibromuskuler berserbukan sel limfosit. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. Darah : Ureum dan Kreatinin - Elektrolit - Blood urea nitrogen - Prostate Specific Antigen (PSA) - Gula darah Urin : Kultur urin + sensitifitas test - Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik - Sedimen Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Faal ginjal diperiksa untuk mengetahui kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas. Sedangkan gula darah dimaksudkan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada vesica urinaria. Pemeriksaan pencitraan Foto polos abdomen (BNO) BNO berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan vesica urinaria yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Selain itu juga bisa menunjukkan adanya hidronefrosis, divertikel kandung kemih atau adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat. Pielografi Intravena (IVP) Pemeriksaan IVP dapat menerangkan kemungkinan adanya: - kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis - memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat (pendesakan vesica urinaria oleh kelenjar prostat) atau ureter di sebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish
Page 23

1.

2.

1.

2.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

- penyulit yang terjadi pada vesica urinaria yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi vesica urinaria - foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin 3. Sistogram retrograd Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula memberi gambaran indentasi. 4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS) Untuk mengetahui besar atau volume kelenjar prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna, sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan volume vesica urinaria dan jumlah residual urine, serta mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam vesica urinaria seperti batu, tumor, dan divertikel. 5. Pemeriksaan Sistografi Dilakukan apabila pada anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan urine ditemukan mikrohematuria. Sistografi dapat memberikan gambaran kemungkinan tumor di dalam vesica urinaria atau sumber perdarahan dari atas bila darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen di dalam vesica. Selain itu juga memberi keterangan mengenai basar prostat dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat ke dalam uretra. 6. MRI atau CT jarang dilakukan Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan. Pemeriksaan Lain 1. Uroflowmetri Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh: - daya kontraksi otot detrusor - tekanan intravesica - resistensi uretra Angka normal laju pancaran urin ialah 10-12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan. 2. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies) Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan Abrams-Griffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur. 3. Pemeriksaan Volume Residu Urin Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 24

atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi. 5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PENATALAKSANAAN PROSTAT HYPERPLASIA BENIGNA

5.1 TERAPI FARMAKOLOGIS Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultasi saja. Namun, di antara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah. Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah: memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan kualitas hidup, mengurangi obstruksi infravesica, mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, mengurangi volume residu urine setelah miksi, dan mencegah progresifitas penyakit. Hal ini dapat dicapai dengan medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif. Medikamentosa Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesica dengan obat-obatan penghambat -adrenergik (-adrenergik blocker), dan mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5-reduktase. Selain kedua cara di atas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka yang mekanisme kerjanya masih belum jelas. Penghambat reseptor -adrenergik Caine adalah yang pertama kali melaporkan penggunaan obat penghambat adrenergik sebagai salah satu terapi BPH. Pada saat itu dipakai fenoksibenzamin, yaitu -blocker yang tidak selektif dan ternyata mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Namun, obat ini tidak disenangi oleh pasien karena dapat menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan, di antaranya adalah hipotensi postural dan kelainan kardiovaskuler lainnya. Pada penggunaan terapi untuk BPH, pemberian 1-bloker menyebabkan relaksasi otot-otot trigon dan sfingter di leher kandung kemih serta otot polos kelenjar prostat yang membesar, sehingga memperbaiki aliran urine serta gejalagejala lain yang menyertai obstruksi prostat tersebut.
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 25

Dalam golongan ini termasuk derivat kuinazolin dan beberapa obat lain, misalnya indoramin dan urapidil. Dalam kelompok ini (1-blocker selektif) termasuk prazosin sebagai prototipe, terazosin, doksazosin, alfulozin, dan tamsulozin. Semuanya merupakan antagonis kompetitif pada reseptor 1 yang sangat selektif dan sangat poten. Prazosin, terazosin, doksazosin, dan alfulozin mempunyai potensi yang sama pada reseptor 1A, 1B, dan 1D. Tamsulozin lebih selektif untuk reseptor 1A (dan 1D) dibanding terhadap 1B, sehingga lebih kuat memblok reseptor 1A di prostat. Karena itu tamsulozin efektif untuk pengobatan BPH dengan hanya sedikit efek terhadap darah. Farmakodinamik. Efeknya yang utama adalah hasil hambatan reseptor 1 pada otot polos arteriol dan vena, yang minmbulkan vasodilatasi dan venodilatasi sehingga menurunkan resistensi perifer dan aliran baik vena. Penurunan resistensi perifer menyebabkan penurunan tekanan darah, tetapi biasanya tidak menimbulkan refleks takikardi. Hal ini disebabkan: o 1-bloker tidak memblok 2 prasinaps sehingga tidak meningkatkan pelepasan NE dari ujung saraf (yang akan merangsang jantung melalui reseptor 1 yang tidak diblok), o penurunan aliran balik vena menyebabkan berkurangnya peningkatan curah jantung dan denyut jantung (berbeda dengan vasodilator murni, misalnya hidralazin, yang tidak menyebabkan venodilatasi), o bekerja sentral untuk mengurangi pelepasan NE dari ujung saraf di perifer, dan o menekan fungsi baroreseptor pada pasien hipertensi. Karena efek vasodilatasinya, maka aliran darah di organ-organ vital (otak, jantung, ginjal) dapat dipertahankan, demikian juga dengan aliran darah perifer di ekstremitas. Kelompok obat ini cenderung mempunyai efek yang baik terhadap lipid serum pada manusia, menurunkan kolesterol LDL dan trigliserid serta meningkatkan kadar kolesterol HDL. Farmakokinetik. Semua derivat kuinazolin diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral, terikat kuat pada protein plasma (terutama 1-glikoprotein), mengalami metabolisme yang ekstensif di hati, dan hanya sedikit yang diekskresi utuh melalui ginjal. Perbedaan utama terletak pada waktu paruh eliminasinya. Prazosin mempunyai waktu paruh 2-3 jam sehingga harus diberikan 2-3 kali sehari. Terazosin mempunyai waktu paruh 12 jam, sehingga harus diberikan 1-2 kali sehari. Sedangkan dosazosin dengan waktu paruh 20-22 jam dapat diberikan sekali sehari. Tamsulozin mempunyai waktu paruh 5-10 jam, alfulozin 3-5 jam. Efek samping. Efek samping utama yang potensial dapat terjadi pada pemberian 1bloker adalah fenomen dosis pertama, yakni hipotensi postural yang hebat dan sinkop yang terjadi 30-90 menit setelah pemberian dosis pertama. Hal ini disebabkan oleh penurunan tekanan darah yang cepat pada posisi berdiri akibat mula kerja yang cepat tanpa disertai refleks takikardia sebagai kompensasi, bahkan diperkuat dengan oleh kerja sentral mengurangi aktivitas simpatis; di samping dosis awal yang terlalu
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 26

besar. Fenomen ini juga terjadi pada peningkatan dosis yang terlalu cepat atau pada penambahan antihipertensi kedua pada pasien yang telah mendapat 1-bloker dosis besar. Toleransi terhadap fenomen ini terjadi dengan cepat, mekanismenya tidak diketahui. Risiko terjadinya fenomen ini dapat dikurangi dengan memberikan dosis awal yang rendah (1 mg prazosin) sebelum tidur, meningkatkan dosis dengan perlahan, dan menambahkan antihipertensi kedua dengan hati-hati. Pada pemberian 1-bloker, tekanan darah harus diukur pada waktu berdiri maupun berbaring untuk melihat adanya efek postural ini. Fenomen dosis pertama ini kecil kemungkinan terjadinya pada pemberian doksazosin, karena selain dilakukan titrasi dosis yang hati-hati, obat ini mempunyai mula kerja yang lambat (yang menyertai masa kerjanya yang panjang) sehingga penurunan tekanan darah terjadi secara perlahan (gradual). Efek samping yang paling sering berupa pusing (hipotensi postural), sakit kepala, ngantuk, palpitasi, edema perifer, dan mual. Penghambat 5-reduktase Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5-reduktase di dalam sel-sel prostat. Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun. Telah dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasteride) 5 mg/hari yang diberikan sekali setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%; hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi. Fitofarmaka Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologis tentang kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai anti-estrogen, anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek antiinflamasi, menurunkan outflow resistance, dan memperkecil volume prostat. Di antara fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica, dan masih banyak lainnya. 5.2 TERAPI NONFARMAKOLOGIS (OPERATIF) 5.2.1 Watchfull waiting Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS <7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai hal-hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya: jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi konsumsi makanan atau minuman yang dapat mengiritasi vesica urinaria (kopi atau cokelat), batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, dan
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 27

jangan menahan kencing terlalu lama. Secara periodik, pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya apakah keluhannya menjadi lebih baik (sebaiknya menggunakan skor yang baku), di samping itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah buruk daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan untuk memilih terapi yang lain. 5.2.2 Pembedahan terbuka Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin, yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubic infravesica, Freyer melalui pendekatan suprapubic transvesica, atau transperineal. Prostatektomi terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif, dan paling efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan suprapubic transvesical (Feyer) atau retropubic infravesical (Millin). Prostatektomi terbuka dianjurkan untuk prostat yang sangat besar (>100 gram). Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka ialah inkontinesia urine (3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrogad (60-80%), dan kontraktur leher vesica urinaria (3-5%). Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100%, dan angka mortalitas sebanyak 2%. 5.2.3 TURP (Reseksi prostat transurethra) Reseksi kelenjar prostat dilakukan transurethra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup murah yaitu H2O steril (aquades). Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik, sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma TURP. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam koma dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TURP ini adalah sebesar 0,99%. Untuk mengurangi risiko timbulnya sindroma TURP, operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam. Di samping itu, beberapa operator memasang sistostomi suprapubic terlebih dahulu sebelum reseksi yang diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke sirkulasi sistemik. Penggunaan cairan non ionik lain selain H2O yaitu glisin, yang dapat mengurangi risiko hiponatremia pada TURP, tetapi karena harganya cukup mahal, beberapa klinik urologi di Indonesia memilih pemakaian aquades sebagai cairan irigasi.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 28

Kontrol berkala Setiap pasien hiperplasia prostat yang telah mendapatkan pengobatan perlu dikontrol secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakitnya. Jadwal kontrol tergantung pada tindakan apa yang sudah dijalaninya. Pasien yang hanya mendapatkan pengawan (watchfull waiting) dianjurkan kontrol setelah 6 bulan, kemudian setiap tahun untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan klinis. Penilaian dilakukan dengan pemeriksaan skor IPSS, uroflometri, dan residu urine pasca miksi. Pasien yang mendapatkan terapi penghambat 5-reduktase harus dikontrol pada minggu ke-12 dan bulan ke-6 untuk menilai respon terhadap terapi. Kemudian setiap tahun untuk menilai perubahan gejala miksi. Pasien yang menjalani pengobatan penghambat -adrenergik harus dinilai respons terhadap pengobatan setelah 6 minggu dengan melakukan pemeriksaan IPSS, uroflometri, dan residu urine pasca miksi. Kalau terjadi perbaikan gejala tanpa menunjukkan penyulit yang berarti, pengobatan dapat diteruskan. Selanjutnya kontrol dilakukan setelah 6 bulan dan kemudian setiap tahun. Pasien setelah menerima pengobatan secara medikamentosa dan tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, perlu dipikirkan tindakan pembedahan atau terapi intervensi yang lain. Setelah pembedahan, pasien harus menjalani kontrol paling lambatt 6 minggu pasca operasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyulit. Kontrol selanjutnya setelah 3 bulan untuk mengetahui hasil akhir operasi. Pasien yang mendapatkan terapi invasif minimal harus menjalani kontrool secara teratur dalam jangka waktu lama, yaitu setelah 6 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan setiap tahun. Pada pasien yang mendapatkan terapi invasif minimal, selain dilakukan penilaian terhadap skor miksi, dilakukan juga pemeriksaan kultur urine. 5.3 PENCEGAHAN Untuk menghindari gangguan prostat, pria yang berusia 40 tahun ke atas perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Menjalankan pola hidup yang sehat. Cara yang paling sederhana adalah mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung antioksidan yang penting bagi prostat, seperti tomat, alpukat, dan kacang-kacangan. Cukupi kebutuhan lemak essensial. Asam lemak omega-3 dan mineral seng (Zn) dapat mengurangi gejala gangguan prostat. Makanan yang kaya akan katekin,
SKENARIO 3 KELOMPOK B 17 Page 29

terutama epigalokatekin galat (epigallocatechinsgallate), selenium, sulforafan, dan vitamin C mendorong kemampuan sistem kekebalan tubuh dan menghilangkan racun pencetus kanker (karsinogenik). Tidak hanya itu, zat-zat tersebut juga meningkatkan pembentukan enzim penumpas sel tumor dan kanker, termasuk kanker prostat. Sering mengkonsumsi kubis-kubisan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan pria yang sering mengkonsumsi kubis-kubisan kurang berisiko mendapatkan gangguan prostat. Periksalah kesehata prostat secara rutin ke dokter. Ini untuk mengantisipasi munculnya gangguan pada prostat. Jika ditemukan adanya masalah, maka masalah tersebut dapat ditangani dan diterapi dengan cepat. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS <7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai hal-hal yang mungkin dapat memperburuk keluhannya, misalnya: jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi konsumsi makanan atau minuman yang dapat mengiritasi vesica urinaria (kopi atau cokelat), batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, kurangi makanan pedas dan asin, dan jangan menahan kencing terlalu lama.

6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PANDANGAN ISLAM TENTANG PEMERIKSAAN DAN PENATALAKSANAAN KELAINAN PADA SALURAN KEMIH LAKI-LAKI Sebagaimana hukum asalnya, bila ada dokter lelaki yang ahli, maka dialah yang wajib menjalankan pemeriksaan atas seorang pasien lelaki. Bila tidak ada dokter wanita non muslim yang dipilih. Jika masih belum ditemukan, maka dokter wanita muslim yang melakukannya. Bila keberadaan dokter muslim tidak tersedia, bisa saja dokter nonmuslim yang menangani. Akan tetapi harus diperhatikan, dokter wanita yang melakukan pemeriksaan hanya boleh melihat tubuh pasien wanita itu sesuai dengan kebutuhannya saja, yaitu saat menganalisa penyakit dan mengobatinya, serta harus menjaga pandangan. Dan juga, saat dokter wanita menangani pasien lelaki, maka pasien lelaki itu harus disertai mahram, atau istrinya, atau lelaki yang dapat dipercaya supaya tidak terjadi khalwat. Dalam semua kondisi di atas, tidak boleh ada orang lain yang menyertai dokter wanita kecuali yang memang diperlukan perannya. Selanjutnya, para dokter wanita itu harus menjaga kerahasiaan si pasien lelaki.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 30

Bertolak dari keterangan di atas, bagaimanapun keadaannya, sangat diperlukan kejujuran kaum wanita dan keluarganya tentang masalah ini. Hendaklah terlebih dulu beriktikad untuk mencari dokter laik-laki. Tidak membuat bermacam alasan dikarenakan malas untuk berusaha. Semua harus dilandasi dengan takwa dan rasa takut kepada Allah, kemudian berusaha untuk mewujudkan tujuan-tujuan mulia di atas. Allah Taala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-Anam ayat 119: 119 (padahal) sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu. Kecuali apa yang terpaksa. Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti rambu-rambu yang wajib untuk ditaati. Tidak berlaku secara mutlak. Keberadaan mahram adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa harus bertemu dan berobat kepada dokter yg berlainan jenis, ia harus didampingi mahram atau suami/istrinya saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa. Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat, meskipun sudah ada perawat laki-laki umpamanya maka keberadaan suami atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan.

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 31

DAFTAR PUSTAKA
AllRefer Health. 2003. Enlarged Prostate. http://health.allrefer.com/health/benign-prostatichyperplasia-bph-prognosis.html Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC Gartner, Leslie P. & James L. Hiatt. 2007. Color Atlas of Histology, Fourth Edition. Baltimore, Maryland: Lippincott Williams & Wilkins FKUI. Buku Ajar Uroginekologi. Jakarta: FKUI FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi, Edisi V. Jakarta: EGC Mayo Clinic Staff. 2012. Prostate Gland Enlargement. http://mayoclinic.com/health/prostategland-enlargement/DS00027 MedicineNet.com. 2012. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=7586 Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC

SKENARIO 3 KELOMPOK B 17

Page 32

You might also like