You are on page 1of 12

Laporan Fisiologi Hewan

Pengaruh Ukuran Tubuh Terhadap Laju Konsumsi O2 Pada Marmut dan Jangkrik
Nama : Setyo Budi Prakoso NIM : 412010013

Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2012

A. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh ukuran tubuh terhadap laju konsumsi oksigen pada makhluk hidup.

B. Dasar Teori
Laju metabolisme merupakan total dari semua energi baik yang dipakai atau diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Antara laju metabolisme dengan respirasi berkaitan erat karena proses respirasi merupakan proses pengolahan energi dari makanan dengan bantuan oksigen (Tobin, 2005). laju Adanya hubungan dapat tersebut, maka untuk memperkirakan metabolisme diukur dengan mengukur

banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini disebabkan karena oksidasi bahan makanan membutuhkan oksigen untuk dihasilkan energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen adalah temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas. Laju konsumsi metode oksigen sendiri dapat ditentukan dengan dan menggunakan mikrorespirometer, metode Winkler,

respirometr Scholander. Semua metode digunakan sesuai jenis hewan yang akan digunakan dalam praktikum untuk diukur laju konsumsi oksigennya. Praktikum kali ini dilakukan untuk membandingkan laju konsumsi oksigen pada hewan yang berukuran kecil dengan hewan yang berukuran besar. Pada hewan yang berukuran kecil, perbandingan luas permukaan dengan volume tubuhnya cukup besar sehingga dapat terjadi proses difusi untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Pada hewan yang berukuran besar, perbandingan luas permukaan dengan volume tubuh terlalu kecil, sehingga diperlukan suatu permukaan tubuh yang khusus untuk pertukaran O2 dengan CO2 (Wiwi, 2006).

C. Metode
1. Preparasi alat respirometer Pertama kali, alat respirometer dibersihkan terlebih dahulu

dengaman membilas bagian dalam respirometer dengan air. Kemudian alat respirometer dirangkai. Buka keran respirometer. Larutan eosin kemudian diinjeksikan ke dalam salah satu lubang. Ujung yang lain ditutup dengan tissue. Bila larutan eosin tidak mau turun sebaiknya disedot. Pada

langkah terakhir, keran respirometer ditutup ( larutan eosin samapi penuh kedua sisi respirometer).

2. Pengukuran kecepatan respirasi Pertama kali, sampel ditimbang terlebih dulu beratnya. Setelah itu, kristal KOH dibungkus dengan tissue dan dimasukkan ke dalam respirometer. Lalu kassa penyangga dimasukkan ke dalam respirometer griffin agar jangkrik tidak jatuh ke bawah. Masukkan hewan uji pada tabung spesimen. Kemudian tabung dan pipa udara disambung dan ditambahkan vaselin pada setiap perlekatan respirometer. Amati ketinggian eosin pada menit ke 0, 3, 5, 7 ,10, dan 15. Tentukan kecepatan respirasi (ml/gr/menit)

D. Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan, data-data yang telah didapat dapat disajikan dalam grafik seperti berikut

Gambar 1. Grafik antara waktu dengan kecepatan respirasi pada marmut

Gambar 2. Grafik antara waktu dengan konsumsi O2 pada marmut

Gambar 3. Grafik antara watu dengan kecepatan respirasi pada jangkrik

Gambar 4. Grafik antara waktu dengan konsumsi O2 pada jangkrik

Gambar 5. Grafik antara ukuran tubuh (marmut dan jangkrik ) dan laju konsumsi O2

E. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini digunakan respirometer untuk pengukuran laju konsumsi O2 baik dari marmut maupun dari jangkrik. Untuk pengukuran tersebut digunakan alat yang bernama respirometer. Prinsip kerja dari alat respirometer adalah alat ini digunakan untuk mengukur rata-rata pernafasa organisme dengan mengetahui rata-rata pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Bila organisme bernafas dan diletakkan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan kemudian diikat, maka akan terjadi penyusutan. Kecepatan dari penyusutan tersebut dapat diamati di bagian pipa kapiler berskala. Di dalam respirometer tersebut diisi dengan kristal KOH dengan tujuan untuk dapat mengikat CO2 yang dilepas oleh sampel sehingga pergerakan larutan eosin yan digunakan sebagai indikator banyaknya konsumsi O2 memang benar-benar disebabkan oleh konsumsi oksigen saja. Persamaan reaksi antara KOH dan CO2 adalah KOH + CO2 K2CO3 + H2O (Chang, 1996)

Selain penggunaan KOH, penggunaan larutan eosin juga tidak kalah pentingnya karena larutan ini berguna sebagai penanda seberapa besar konsumsi O2 baik dari marmut maupun dari jangkrik. Pada praktikum kali ini digunakan sampel marmut dan jangkrik dengan tujuan untuk diketahui apakah ada hubungan antara ukuran tubuh dengan konsumsi oksigen. Pada praktikum kali ini berat marmut yang digunakan adalah 700 gram dan berat jangkrik yang digunakan adalah 1,63 gram. Dari data praktikum yang telah didapat ( bisa dilihat pada grafik hasil), ternyata bila dibandingkan antara jumlah konsumsi O2 antara marmut dengan jangkrik , jangkrik memiliki jumlah konsumsi O2 yang besar dibandingkan konsumsi O2 pada marmut. Hal ini dapat dilihat pada grafik pada bagian hasil, bahwa konsumsi O2 pada jangkrik mencapai 0,000350 ml O2/gr/menit dibandingkan pada marmut yang hanya mencapai 0,000000700 ml O2/gr/menit. Untuk perbandingan kecepatan respirasi , kecepatan respirasi pada pada jangkrik yang paling tingg mencapai 0,000350 ml O 2/gr/menit

sedangkan kecepatan respirasi pad marmut yang paling tinggi mencapai 0,000000700 ml O2/gr/menit. Kemudian untuk rata- rata laju konnsumsi O2 dari kedua hewan ini adalah 1,98 x 10-5 untuk jangkrik dan 1,9 x 10-8 untuk marmut. Dari beberapa hasil tersebut dapat dilihat bahwa jangkrik memiliki konsumsi O2, kecepatan respirasi, dan rata-rata laju konsumsi O2 yang lebih tinggi dibandingkan marmut. Hal ini menunjukkan bahwa pada hewan yang berukuran kecil, perbandingan luas permukaan dengan volume tubuhnya cukup besar sehingga dapat terjadi proses difusi untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Pada hewan yang berukuran besar, perbandingan luas permukaan dengan volume tubuh terlalu kecil, sehingga diperlukan suatu permukaan tubuh yang khusus untuk pertukaran O2 dengan CO2.

F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan konsumsi O2, kecepatan respirasi, dan ratarata laju konsumsi O2 dari jangkrik lebih besar dibandingkan milik marmut. Hal ini disebabkan karena perbandingan luas permukaan tubuh hewan yang berukuran lebih kecil lebih besar dibandingkan hewan yang berukuran besar.

Daftar Pustaka
Chang, R. 1996. Essential Chemistry. Mc Graw Hill Company, Inc, USA. Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole, Canada. Wiwi .Isnaeni .2006 .Fisiologi Hewan : Yogyakarta: Kanisius

Lampiran
menit skala marm ut 0 0,7 0,8 0,8 0,9 0,5 jangkri k 0 0,8 0,9 1 1,1 1,2 Selisih skala marm ut 0 0,7 0,1 0 0,1 -0,4 0,5 0,1 jangkrik 0 0,8 0,1 0,1 0,1 0,1 1,2 0,24 Konsumsi O2 (ml O2/gr/menit) marmut jangkrik 0 6,6 x 107

0 3 5 7 10 15 Jumla h Ratarata

4,6 x 107

0 3,27 x 10-4 2,2 x 104

3,2 x 10-7 2,5 x 107

9,5 x 107

1,75 x 10-4 1,34 x 10-4 9,8 x 105

Kec. Respirasi (ml O2/gr/menit) marmu jangkrik t 0 0 6,6 x 3,27 x 10-7 10-4 1,4 x 6,13 x 10-7 10-5 0 6,13 x 10-5 9,5 x 4,08 x 10-8 10-5 -2,3 x 2,45 x 10-1 10-5

Jangkrik (1,63 gr) Konsumsi O2 (ml O2/gr/menit) Menit ke 0

=0 Menit ke 3

= 3,27x 10-4 Menit ke 5

= 2,2 x 10-4 Menit ke 7

= 1,75 x 10-4

Menit ke 10

= 1,34 x 10-4 Menit ke 15

= 9,8 x 10-5

Kecepatan respirasi (ml O2/gr/menit) Menit ke 0

=0 Menit ke 3

= 3,27 x 10-4 Menit ke 5

= 6,13 x 10-5 Menit ke 7

= 6,13 x 10-5 Menit ke 10

= 4,08 x 10-5 Menit ke 15

= 2,45 x 10-5 Marmut (700 gr) Konsumsi O2 Menit ke 0

=0 Menit ke 3

= 6,6 x 10-7 Menit ke 5

= 4,6 x 10-7 Menit ke 7

= 3,2 x 10-7

Menit ke 10

= 2,5 x 10-7 Menit ke 15

= 9,5 x 10-8 Kecepatan respirasi ( ml O2/gr/menit) Menit ke 0

=0 Menit ke 3

= 6,6 x 10-7 Menit ke 5

= 1,4 x 10-7 Menit ke 7

=0 Menit ke 10

= 9,5 x 10-8 Menit ke 15

= -2,3 x 10-1

Rata-rata laju konsumsi O2 pada jangkrik

= 1,96 x 10-5 ml O2/gr/menit Rata-rata laju konsumsi O2 pada marmut

= 1,9 x 10-8 ml O2/gr/menit

You might also like