You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Durian merupakan tanaman buah liar berupa pohon yang berasal dari hutan Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Buah durian ini sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad tujuh Masehi. Sebutan durian diduga berasal dari istilah melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran an sehingga menjadi durian. Kata ini dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. (Andri Wijaya,2007). Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang lebat dan tanah subur sehingga cocok untuk ditanami berbagai jenis tumbuhan, salah satunya adalah durian. Di beberapa daerah di Indonesia, buah ini dikenal dengan nama tersendiri. Nama terbanyak di temukan di Kalimantan, hal ini dikarenakan penamaan durian di Kalimantan mengacu pada berbagai varietas dan spesies yang berbeda. Di Jawa, durian dikenal dengan nama duren (bahasa jawa, bahasa Betawi) dan kadu (bahasa Sunda). Di Sumatera di kenal sebagai durian dan duren (bahasa gayo). Di Sulawesi orang Manado menyebut buah ini dengan sebutan duriang, sementara orang Toraja menyebutnya duliang. Sedangkan di Pulau Seram bagian timur, buah durian disebut dengan rulen. (http://id.wikipedia.org/wiki/Durian). Hal ini tidak mengherankan karena jenis buah durian memang terkenal dan tersebar di Indonesia. Saat ini durian semakin banyak dilirik orang untuk dikebunkan. Buah ini memang layak untuk dikebunkan secara komersial, mengingat permintaan dan harganya yang tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Bahkan durian unggul jenis monthong yang harganya berkisar antara Rp.15.000 - Rp.40.000 per kilogram masih mengandalkan pasokan dari Thailand dan Malaysia ( Bernardinus T. Wahyu Wiryanta,2008). Daya serap pasar terhadap durian sampai dengan dua puluh tahun mendatang diperkirakan cukup baik. Dari perhitungan kasar, potensi pasar durian di Indonesia masih mampu menyerap pengembangan sampai 100.000 hektar dengan tingkat produksi 10 ton per hektar atau satu milyar kilogram per musim. Perhitungan tersebut diambil dengan perkiraan daya serap penduduk Indonesia terhadap durian bisa mencapai 5 kg (1,5 butir) perkapita per tahun. ( Bernardinus T. Wahyu Wiryanta,2008)

Khusus untuk Provinsi Sulawesi Utara produksi buah durian ini tersebar di beberapa kabupaten/kota. Pada tahun 2010, produksi buah durian terbanyak terdapat di Kabupaten Minahasa Utara dengan total produksi sebanyak 2201 ton. (Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara, 2010). Jumlah ini diperkirakan terus bertambah mengingat permintaan pasar sampai dua puluh tahun kedepan masih menjanjikan. Selain menghasilkan buah yang bisa dinikmati isi daging buahnya, durian juga menghasilkan limbah yang berupa biji dan kulit durian. Kedua limbah ini tergolong dalam limbah organik. Dapat dibayangkan jika produksi buah durian mencapai 7 ton per hektarnya atau 3097 ton khusus untuk produksi se-Sulawesi Utara, akan ada berapa banyak sampah organik yang dihasilkan dari durian? Tentunya jumlah sampah oraganik ini cukup banyak mengingat jumlah durian yang diproduksi mencapai ribuan ton. Melatar belakangi permasalahan diatas, hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan lingkungan hidup berupa sampah organik yang tidak tertangani dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan sampah organik di Indonesia mencapai 60-70 persen dari total volume sampah yang dihasilkan, sehingga apabila diabaikan maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya penyakit dan menurunkan nilai estetika serta masalah-masalah lainnya.. Salah satu limbah dari buah durian yang perlu kita perhatikan adalah kulit durian. Selama ini, masyarakat Indonesia cenderung hanya memanfaatkan durian dengan mengambil daging buah dan bijinya untuk dibuat berbagai macam panganan, misalnya dodol/lempok, campuran kolak, selai, bahan campuran untuk kue dan tempoyak (http://www.yahoindo.com

/archive/index.php/t-5377.html). Sementara, kulitnya akan menjadi sampah yang kurang bermanfaat. Berdasarkan penelitian, kulit durian mengandung bahan yang tersusun dari selulosa yang tinggi (50% - 60 %) dan lignin (5%) serta pati yang rendah (5%) (Ade Fadli,2010) . Bahan-bahan ini merupakan bahan yang mudah terbakar. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa kulit durian dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif. Jika dalam pemanfaatan kulit durian sebagai bahan bakar dilakukan dengan optimal, tentunya kulit durian ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Disini penulis mencoba mencari alternatif lain dalam mengolah limbah kulit durian ini menjadi suatu produk bahan bakar yang bernilai jual dan ekonomis serta dapat bersaing dengan produk-produk lainnya, yaitu mengolah limbah kulit durian tersebut menjadi briket berbahan dasar dari kulit durian.

1.2 Identifikasi Masalah 1. Selain menghasilkan buah yang bisa dinikmati isi daging buahnya, durian juga menghasilkan limbah yang berupa biji dan kulit durian. 2. Mengatasi limbah hasli produksi kulit durian Menjadi bahan Bakar Alternatif seperti Briket. 3. Kurangnya pengetahuan masayarakat Sulawesi Utara mengenai pengolahan Limbah dari kulit Durian.

1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa permasalahan

yang akan dibahas lebih lanjut terkait dengan pembuatan briket berbahan dasar kulit durian, antara lain : 1. Bagaimana cara pengolahan limbah kulit durian menjadi briket yang siap pakai dan bernilai jual? 2. Bagaimana potensi dan prospek dari usaha produksi briket durian di Sulawesi Utara?

1.3. Tujuan Penulisan Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberikan suatu alternatif pengolahan limbah kulit durian menjadi briket yang bernilai jual tetapi ekonomis. Selain itu penulisan karya ilmiah ini juga bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana cara mengolah limbah kulit durian menjadi briket yang siap pakai. 2. Menganalisa potensi dan prospek dari usaha produksi briket durian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Durian Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah". Klasifikasi ilmiah durian adalah sebagai berikut: Kingdom Ordo Famili Genus Nama binomial : Plantae : malvales : malvaceae : Durio : Durio.zibethinus

B. Limbah definisi limbah dari B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan yang berbaAhaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity dan corrosivity) serta konsentrasi serta jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan atau membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan asalnya, limbah dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu : Limbah Anorganik Limbah ini terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat diperbaharui. Adapula limbah anorganik yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti botol plastik, botol kaca, tas plastik, kaleng dan aluminium. (Arianto sam,2008) Limbah Organik Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti dari kegiatan pertanian dan kegiatan rumah tangga (sama halnya dengan kulit Durian). Limbah ini bisa diuraikan melalui proses yang alami. Yang tergolong B3. Misalnya : sisa obat, baterai bekas, dan air aki. Sementara, limbah air cucian dan limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar biologis seperti bakteri, jamur, virus dan sebagainya.

C. Kulit Buah Durian Kulit durian adalah pembungkus dari daging buah durian. Kulit ini mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa serta lignin yang mudah terbakar. Pembakaran terjadi karena penguraian kulit durian akibat perlakuan panas. Peristiwa ini dapat terjadi pada pemanasan langsung atau tidak langsung dalam timbunan tanpa atau dengan udara terbebas. Untuk 400 gram kulit durian yang sudah kering bisa melakukan pembakaran hingga 20 menit dengan suhu rata-rata 87c.

D. Briket Briket dapat dibuat dari bahan-bahan yang mengandung lignin dan selulosa seperti kayu, bambu, sabut kelapa, dan kulit durian. Bahan-bahan tersebut sering ditemukan sebagai limbah organik baik diperkotaan maupun di pedesaan. Bahkan, kulit durian dapat mudah ditemukan saat musim buah durian tiba. Briket berbahan dasar kulit durian memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan briket arang kayu seperti halnya dinyatakan oleh (Said,1996) antara lain dapat ditingkatkan kerapatannya, bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan, tidak kotor, mudah diangkut, dan praktis sebagai bahan bakar. Briket kulit durian tidak kotor dalam artian bahwa pada saat pembakaran, abu yang dihasilkan sedikit. Briket arang juga praktis untuk digunakan karena mudah dibawa, tidak berat dan panas yang dihasilkan tinggi.

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu penelitian dan tempat penelitian Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai 26 April sampai 4 Mei 2011. Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Jl. Mahakeret Barat, No.V, Manado, Sulawesi Utara.

B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku literatur, surat kabar dan sumber lain yang terkait dengan masalah yang diambil serta Penelitian secara langsung. Ada empat ciri utama dari penelitian kepustakaan yaitu: Pertama, peneliti berhadapan langsung dengan teks/naskah atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Artinya peneliti tidak melakukan percobaan langsung, kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan Ketiga, data pustaka umumnya adalah sumber sekunder, dalam arti peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan Keempat, kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu karena peneliti berhadapan dengan data yang bersifat statik (tetap). (Mestika Zed, 2008)

C. Prosedur Penelitian Proses pembuatan briket kulit durian dimulai dengan: Pemotongan kulit durian menjadi potongan-potongan kecil

Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses pembakaran. Potongan-potongan kecil kulit durian tersebut kemudian di jemur dengan menggunakan alas seng sehingga potongan-potongan

tersebut benar-benar kering. Penggunaan alas seng bertujuan agar pemanasan kulit durian tidak hanya pada bagian kulit durian yang terkena sinar matahari saja, tetapi juga pada bagian bawahnya. Seng merupakan logam yang dapat menyerap panas dengan baik, sehingga ketika di jemur, seng akan menyerap panas dan panas tersebut membuat seluruh permukaan seng ikut panas, akibatnya kulit durian yang diletakkan diatasnya juga mendapat panas dari bawah. Tahap pembakaran Pembakaran kulit durian dilakukan di dalam drum dimana ranting atau jerami yang kering terlebih dahulu dimasukan kemudian disusul dengan kulit durian yang telah dijemur. Setelah itu, tumpukan kulit durian ditutup kembali dengan ranting atau jerami. Tumpukan jerami dan durian tersebut kemudian dibakar. Penggunaan ranting atau jerami bertujuan untuk mempermudah proses pembakaran. Ranting dan jerami lebih mudah terbakar dibandingkan dengan kulit durian, sehingga api yang dihasilkan dari proses pembakaran ranting atau jerami dapat membantu proses pembakaran kulit durian. Dibagian penutup diberi sedikit lubang diujungnya agar api tidak padam dan asap hasil pembakaran dapat keluar. Ketika sudah tidak ada asap yang keluar dari lubang tutup tersebut, penutup dapat dibuka dan hasil pembakaran diaduk-aduk untuk memastikan bahwa kulit durian telah menjadi arang. Lamanya proses pembakaran tergantung pada jumlah dan kandungan air dari kulit durian. Semakin banyak kulit durian yang dibakar maka semakin lama waktu pembakarannya. Demikian pula dengan kandungan air. Proses pembakaran telah selesai jika tidak ada lagi asap yang keluar dari lubang tutup pembakaran seperti yang dijelaskan diatas. Setelah proses pembakaran selesai, hasil pembakaran tadi diangkat dan disaring agar benarbenar diperoleh bagian yang telah menjadi arang. Arang tersebut kemudian ditumbuk agar menjadi halus dan diayak untuk mendapatkan bubuk arang yang merata besarnya. Mengadon perekat kanji dengan arang hasil pembakaran Perekat kanji dibuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli di toko-toko makanan dan di pasar. Perekat ini biasa untuk mengelem perangko dan kertas. Cara membuatnya sangat mudah, yaitu cukup dengan mencampurkan tepung tapioka dengan air dengan perbandingan 1 : 3, yaitu untuk 400 gram tepung tapioka dicampur dengan 1200 ml air. Setelah itu campuran tepung tapioka dan air tadi dipanaskan. Selama pemanasan, tepung diaduk terus-menerus agar tidak menggumpal.

Jika sudah siap, lem didinginkan terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam wadah yang berisi arang yang sudah ditumbuk. Perbandingan yang tepat antara perekat dan bubuk arang adalah 600cc cairan lem dicampur dengan satu kilogram arang yang telah ditumbuk. Saat digunakan perbandingan antara lem dengan bubuk arang harus tepat supaya briket yang dicetak hasilnya baik. Lem yang terlalu encer atau terlalu pekat akan memperlambat proses pencetakan. Hal ini disebabkan tingkat kekerasan maupun ketahanan briket terhadap benturan menjadi berkurang dan mudah retak. (Osman dan Marsono,2008). Jumlah air yang dimasukkan sebanyak 10% dari berat arang kulit durian yang akan diadon (Slamat Agung Haryadi,2010). Hal ini bertujuan agar kandungan air dalam briket kulit arang hanya sedikit. Pencetakan Ada berbagai macam alat pencetak yang dapat dipilih, mulai dari yang paling ringan hingga super berat, tergantung tujuan penggunaannya. Setiap cetakan menghendaki kekerasan atau kekuatan pengempaan sampai nilai tertentu sesuai dengan pemesannya. padat dan keras briket, semakin awet daya bakarnya (Oswan dan Marsono,2008). Selain menggunakan alat cetak, briket kulit durian juga dapat dibentuk sendiri dengan menggunakan tangan. Akan tetapi kualitas briket yang dihasilkan akan lebih rendah dibandingkan kualitas briket yang dibuat dengan cetakan, karena tekanan yang dialami oleh briket yang dibuat dengan tangan lebih kecil, sehingga kerapatan briketnya juga kecil. Penjemuran kembali Penjemuran dilakukan selama 12 jam hingga benar-benar kering. Tujuan penjemuran tahap dua adalah agar briket yang telah dicetak benar-benar kering sehingga saat digunakan briket kulit durian dapat menghasilkan panas yang tinggi.

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian Sebuah briket bisa menyala hingga 30 menit dengan suhu rata-rata 60 derajat Celsius. Dalam jumlah massal, satu kilogram briket bisa digunakan untuk memasak lebih dari empat jam. Waktu yang sama apabila memasak menggunakan kompor minyak tanah. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai ekoeffisiensi dari briket Kulit durian ini cukup besar sehingga mengurangi biaya pengeluaran untuk pemakaian bahan bakar memasak (Boy Macklin,2008). Pembuatan briket kulit durian ini memberikan banyak keunggulan dibandingkan dengan pembuatan briket dengan bahan baku batubara atau kayu. Keunggulannya antara lain adalah: Nilai kalorinya relatif tinggi, tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung menyala (tak perlu minyak tanah untuk memancing seperti pada briket batubara). (Berita 86, 2010). Pemakaiannya relatif lama, sekitar 2 jam 20 menit. Bentuk dan ukurannya juga disesuaikan dengan kebutuhan (Berita 86, 2010). Arangnya dapat ditingkatkan kerapatannya, bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak kotor, mudah transportasinya, dan praktis untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga (Beni Arif Pratama, 2009). Briket ini menimbulkan bau harum ketika digunakan, sehingga cocok digunakan untuk industri makanan, baik berskala rumah tangga maupun besar (Beni Arif Pratama, 2009). Agar briket kulit durian terjamin kualitas dan kuantitasnya, pembuatan briket kulit durian harus dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain itu, proses pengemasan briket kulit durian harus memperhatikan kondisi briket agar tidak rusak, misalnya dikemas dalam kotak dalam keadaan tersusun rapat sehingga tidak ada celah yang memungkinkan pergerakan briket di dalam kotak. Pengemasan briket dengan kotak juga akan lebih menarik konsumen sebab terlihat lebih praktis, rapi dan mudah dibawa.

Untuk pemasaran briket kulit durian, penulis memberikan beberapa solusi agar pemasaran briket kulit durian dapat dilakukan secara optimal. Pertama

Harga jual briket kulit durian yang dipasarkan disamakan dengan harga briket arang lainnya, dengan tujuan agar tidak terjadi persaingan harga. Kedua Dengan mempromosikan keberadaan briket kulit durian kepada konsumen melalui media seperti melalui internet. Promosi melalui media diharapkan dapat membantu penyebaran promosi ke wilayah yang lebih luas sekaligus memperkenalkan produk kepada masyarakat dengan harapan promosi ini memberi pengetahuan baru kepada para pembaca bahwa kulit durian dapat diolah menjadi produk yang bernilai jual. Ketiga melakukan pemasaran langsung kepada pedagang yang menggunakan briket dengan tujuan untuk memperkenalkan briket kulit durian dan keunggulannya. Pemasaran langsung memiliki beberapa keunggulan, yaitu : aktivitas berbelanja konsumen cukup dilakukan di rumah atau ditempat kerja sehingga lebih menghemat waktu, nyaman, dan bebas dari pertengkaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dapat disimpukan bawhwa kulit durian dapat diolah menjadi bahan bakar briket. Pengolahan ini melalui beberapa prosedur, yaitu pemotongan kulit durian, pembakaran, penyaringan, pencampuran dengan lem kanji, pencetakan dan yang terakhir penjemuran kembali.Keunggulan briket durian antara lain adalah tidak bersifat polutan, pemakaian nya relatif lama, kerapatan arangnya dapat ditingkatkan serta menimbulkan bau harum ketika digunakan sehingga cocok digunakan untuk industri makanan. Peluang usaha dari briket kulit durian DI Sulawesi Utara cukup besar karena mengingat harga bahan bakar seperti minyak tanah relatif mahal. Proses pemasaran briket kulit durian melalui tiga tahapan, yaitu pengemasan briket yang siap jual dilakukan lebih menarik, pemasaran lewat media dan pemasaran secara langsung kepada konsumen. 5.2. Saran Proses pencetakan briket kulit durian akan menghasilkan mutu yang lebih baik jika dicetak menggunakan alat cetakan, hal ini dikarenakan kerapatan briket akan lebih tinggi sehingga tidak mudah rusak dan daya bakarnya juga semakin awet. Untuk masyarakat umum, kiranya pada saat musim durian tiba, mari kita berdayakan produksi briket kulit durian dengan optimal. Untuk setiap insan pendidikan, pengolahan limbah kulit du

You might also like