You are on page 1of 23

SKENARIO C KESEHATAN LINGKUNGAN I.

KLARIFIKASI ISTILAH Komunitas Asbes Setengah beton Sumur dangkal Rawa-rawa Asap Sungai Kualitas Udara Debu Kebisingan Demam Sakit Perut Higiene Limbah Septik tank Sampah Selokan Penyuluhan Generik Kecelakaan Lalu Lintas BTKL Biro Lingkungan II. Serat-serat mineral yang terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimia yang berbeda dan jika terisap mengendap di paru. semi-permanen atau setengah kayu setengah semen. Sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang ke dalamnnnya < 5-15 meter Lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimia dan biologis Udara yang penuh dengan gas hasil pembakaran Salah satu keilmuan yang berfokus pada mutu udara Salah satu keilmuan yang berfokus pada mutu udara Partikel padat kecil dengan diameter <500 mikron Zona B (tempat pendidikan) tingkat kebisingan= 44-55 db Peningkatan suhutubuh di atas normal (>37,2C) Nyeri Abdomen Bebas dari agen infeksi (bersifat individu) Buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik indusrti maupun domestik (rumah tangga) Tempat penampungan sementara dari toilet Sesuatu yang tidak digunakan, yang tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia Tempat pengaliran air

Badan yang mengawasi kesehatan lingkungan

IDENTIFIKASI MASALAH SMP terletak dipinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir di Desa Tanjung Sejaro. Komunitas terdiri dari 500 murid, 25 orang guru dan 10 orang pegawai lokal. 1. Bangunan sekolah terdiri dari : a. Setengah beton b. Atap dari papan dengan atap dari asbes c. Relative agak tua, kurang terawatt dan bocor.

2. Sumber air yang di gunakan untuk kantin, toilet dan musholla adalah sumur dangkal (surface well) dengan air yang tergenang berasal dari rawa-rawa.
3. Kualitas udara penuh dengan asap akibat kebakaran hutan dan asap buangan

kendaraan bermotor dan debu. 4. Intesitas kebisingan dari bunyi klakson dan sirine kendaraan mengganggu proses belajar mengajar. 5. Makanan dikantin sekolah dimasak oleh ibu penjaga sekolah yang sering demam dan sakit perut yang berulang. 6. Ditemukan toilet yang tidak memiliki septic tank serta limbah cair yang dialirkan keselokan yang berakhir di rawa-rawa yang merupakan sumber air sekolah. 7. Sampah padat dan sampah rumah tangga dikumpulkan bersama dalam wadah penampungan dan tidak ditutup sehingga mengundang bau dan lalat. 8. Jalanan macet dan lalu lintas semerawut saat datang dan pulang sekolah sehingga sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan siswa dan keluarga. 9. Dokter puskesmas yang memberikan penyuluhan di sekolah bersifat generik yang belum disesuaikan dengan kebutuhan riil sekolah. III. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana letak dan standar bangunan sekolah? 2. Bagaimana dampak dari bangunan sekolah tersebut secara spesifik?

3. Bagaimana standar sumber air yang baik? 4. Bagaimana kriteria kualitas air yang baik serta interpretasi hasil pengujian kualitas air? 5. Bagaimana standard dan spesifikasi sumur dangkal? 6. Apa macam-macam sumur? 7. Bagaimana dampak menggunakan air dari sumur dangkal yang berasal dari rawarawa? 8. Bagaimana kualitas udara yang baik serta interpretasi hasil pengujian?
9. Bagaimana dampak kualitas udara yang buruk serta nasehat yang harus diberikan?

10. Bagaimana interpretasi hasil pengukuran kebisingan dan penilaian ambang batas pendengaran yang normal?

11. Bagaimana dampak dari kebisingan serta nasehat yang harus diberikan? 12. Apa hubungan kondisi penyakit ibu penjaga sekolah yang sering demam dan diare yang berulang dengan lingkungan? 13. Apa kemungkinan resiko kondisi kesehatan penyaji makanan dengan hegienitas makanan yang disajikan serta nasehat yang spesifik yang harus diberikan ke ibu penjaga sekolah?
14. Bagaimana standar pengelolaan limbah padat dan cair ? 15. Bagaimana standar toilet dan septic tank?

16. Bagaimana dampak limbah air yang berakhir di rawa-rawa yang merupakan sumber air? 17. Bagaimana dampak wadah penampungan sampah yang tidak tertutup sehingga mengundang bau dan nasehat? 18. Bagaimana cara mengatasi masalah lalu lintas disekolah tersebut? 19. Bagaimana rekomendasi langkah penting atau penyuluhan yang konkrit dan rill yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas untuk pihak sekolah tersebut? 20. Bagaimana nasehat untuk pertimbangan bagi DinKes Pemda setempat? 21. Bagaimana bentuk materi dan pelatihan untuk para guru dan pengelola sekolah untuk menigkatkan hegiene sanitasi sekolah tersebut? 22. Bagaimana inventarisasi Peraturan Perundangan Terkait? IV. HIPOTESIS Kesehatan SMP Tanjung Sejaro belum memenuhi kriteria keamanan lalu lintas dan kesehatan lingkungan yang baik bila ditinjau dari segi bangunan, kualitas sumber air dan udara, intensitas kebisingan, higienitas makanan, dan pengelolaan limbah. V. SINTESIS Letak dan standar bangunan sekolah a. Standar Letaknya : Adapun standar letak sekolah seharusnya jauh dari kebisingan jalan raya dan kebisingan pabrik (Sekolah Standar Nasional ( SSN ) pada tahun 2007 ( Dasar SK Direktorat

Pembinaan SMP - Ditjend Mendikdasmen - Depdiknas, N o. 818/C3/KEP/2007 tgl 24 April 2007. Zona Kebisingan daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan. -

Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya. Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi. Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar. Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan sejenisnya.

b. Standar Bangunannya PERMENDIKNAS RI NO.24 TAHUN 2007


- Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik (m2/peserta

didik).
- Memenuhi ketentuan tata bangunan, yaitu koefisien dasar bangunannya, lantai dan

ketinggiannya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.


- Jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis semapadan bangunan gedung

dengan asal jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan atau jalan tegangan tinggi dan jarak antara asal halaman dan pagar yang telah ditetapkan oleh peraturan daerah. - Memenuhi persyaratan leselamatan , yaitu memiliki struktur yang stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan mati, serta untuk zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan lainnya, dan dilengkapi dengan proteksi pasif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebaykaran dan petir.
- Mempunyai persyaratan kesehatan, seperti ventilasi - Memenuhi persyaratan kenyamanan, mampu meredan getaran dan kebisingan,

memiliki temperature kelembaban yang tidak melebihi kondisi di luar lingkungan , lampu penerangan, warna dinding, pepohonan rindang serta sistem sanitasi,sumur resapan, tempat mambuang sampah serta keadaan lingkungan yang mendukung.

- Dilengkapi system keamanan, ex. Peringatan bahaya jika terjadi kebakaran, pintu

keluar darurat dan instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt. Dampak Bangunan Semi-permanen dan Atap yang memakai Asbes. 1. Bangunan semi permanen memiliki kelembaban yang cukup besar. Ini dikarenakan dinding bangunan terbuat dari kayu sehingga kadar air menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan yang terbuat dari beton secara menyeluruh. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Dinding yang terbuat dari kayu memiliki debu yang dapat masuk ke saluran pernafasan

dan mengiritasi saluran nafas.


3. Debu dari asbes memiliki efek yang sangat berbahaya bagi kesehatan karena bersifat

karsinogen. Abses terdiri dari serat-serat yang berukuran sangat kecil, serat-serat ini tidak menguap diudara dan tidak terlarut didalam air, sifatnya yang tahan panas, kedap suara dan kedap air jadi banyak digunakan untuk pembuatan bangunan, namun jika debu dari abses terhirup dan samapi ke paru-paru maka akan menetap disana dan bisa menyebabkan berbagi macam penyakit seperti, asbestosis, mesothelioma, dan Ca paru. 4. Bangunan mudah lapuk dan rentan roboh. Upaya yang dapat diberikan untuk mengurangi efek negatif 1. Jika atap menggunkan asbes, gunakanlah plafon untuk mecegah debu dan serat asbes jatuh kedalam rumah. 2. Buatlah ventilasi yang baik. Kualitas Sumber Air Air yang dipakai untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk minum sumbernya harus aman dan mencukupi untuk masyarakat yang berada di kawasan sumber air tersebut. Sumber air yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriterianya antara lain: a. Memenuhi kualitas sebagai sumber air. 3 kategori penting kualitas air, yaitu:
1) Fisik.

Kriteria fisik berhubungan dengan kualitas air yang digunakan secara domestik dan biasanya diasosiasikan dengan penampilan air yaitu warna atau kekeruhannya, suhu, rasa, dan bau. Air yang digunakan seharusnya bebas dari semua kotoran yang dapat mencemari rasa, bau serta penampilan air.

a. Warna. Material organik yang larut yang berasal dari pembusukan tumbuhan serta bahan inorganic tertentu akan mempengaruhi warna dari air. Adakalanya, perkembangan dari Algae yang banyak dan pertumbuhan mikroorganisme air juga mempengaruhi warna air. Namun, warna air sendiri tidak serta merta menandakan standar kesehatan. Ini hanya memberitahukan kepada kita bahwa air tersebut membutuhkan penanganan yang tepat sebelum digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. b. Kekeruhan Adanya bahan-bahan tersuspensi seperti tanah liat, lumpur, plankton, dan materi inorganic lainnya di dalam air dinamakan kekeruhan. Air yang mengandung partikel-partikel terlarut ini membutuhkan penanganan tertentu sebelum digunakan sebagai air minum. c. Rasa dan bau Bahan-bahan dari luar seperti senyawa organic, garam inorganic, dan gas-gas terlarut bisa member rasa dan bau terhadap air. Bahan-bahan ini bisa datang dari d. Suhu Air yang diperlukan sebagai air minum yaitu air yang secara konsisten dingin dan tidak mengalami fluktuasi suhu lebih dari beberapa derajat. Air tanah dan air permukaan yang berasal dari gunung umumnya memiliki kriteria ini. Air yang digunakan biasanya memiliki suhu antara 10-15C (50-60F). e. Buih atau busa Buih yang terdapat di air biasanya berasal dari konsentrasi detergen lebih dari 1mg/L. 2) Kimia Batu-batuan yang yang terbentuk di muka bumi secara alami tidak hanya berefk ada kuantitas air tetapi juga karakteristiknya. Air tanah biasanya memiliki kelarutan mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan air permukaan. Iformasi yang harus domestic, pertanian, atau sumber-sumber alamiah. Air yang diperkenankan sebagai air minum harus babas dari semua rasa dan bau.

ada dari analisis kimiawi air adalah kemungkinan adanya substansi yang tidak diinginkan dan membahayakan, adanya potensi korosif dari bahan yang ada didalam air, kecenderungan air untuk menodai pakaian dan peralatan rumah tangga. Beberapa parameter karakteristik kimiawi yang terdapat di air antara lain: bahan toksik, klorin, tembaga, fluor, besi, timbal, mangan, nitrat, pestisida, sodium, sulfat, zinc, alkalinitas, pH.

3) Biologi Air yang digunakan untuk minum dan memasak harus bebeas atau aman dari organism penyebab penyakit. Organisme ini termasuk bakteri, protozoa, virus, dan cacing. b. Mencukupi dari segi kuantitas. Sumber air harus memiliki jumlah air yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat yang ada di kawasan tersebut. c. Memiliki akses yang mudah untuk menjangkaunya. Sumber air juga harus dekat dengan pemukiman masyarakat. Seandainya saja tidak terlalu dekat, setidaknya akses untuk menuju ke sumber air mudah untuk dicapai. Seperti aspek transportasi dan jalan menuju sumber air. Jenis-jenis Sumur Dug wells (60 120 cm/24 48 in. diameter): digunakan untuk menghasilkan air dari air tanah dangkal atau shallow surface aquifers (less than 15 m/50 ft. deep); rentan terhadap kontaminasi dari infiltrasi air permukaan dan kekeringan. Aquifer adalah formasi batu karang permeabel atau longgar di bawah tanah, yang dapat menghasilkan sejumlah air jika ditembus oleh sumur. Sumur digali tanpa bantuan alat (dengan tangan).

Bored wells: hampir sama dengan dug wells, dengan diameter <2 kaki, semen adalah materi pelapis (casing) yang paling dering digunakan, kedalaman < 60 kaki, masih rentan terhadap kontaminasi air permukaan. Sand point well: juga menggunakan sumber dari surface aquifers dengan kedalaman <15 m(2.5 5 cm/1 2 in. diameter), merupakan pointed well screen dihubungakan dengan pipa berdiameter kecil yang diarahkan menuju water-bearing sand atau gravel. Drilled wells (10 20 cm/4 8 in. diameter): diguanakan untuk penetrasi aquifer yang lebih dalam(15 to greater than 60 m/50 to greater than 200 ft. deep), biaya konstruksi paling mahal, namun sumber air lebih aman dibandingkan tipe sumur lain.

Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir. -

lokasi yang bebas dari daerah babjir. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.

Syarat Konstruksi
-

Dinding sumur gali: Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dibuat dari tembok yang kedap air (disemen) agar tidak terjadi perembesan air / pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut.

Bibir sumur gali : Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air untuk mencegah pengotoran dari air permukaan. Lantai sumur gali yang baik. Dalam skenario kali ini, kualitas air sumur yang ada tidak baik. Ini terlihat dari

banyaknya zat terlarut yang seharusnya tidak melampaui ambang batasnya malah berlebihan terdapat di air sumur. Hal ini akan menyebabkan air sumur tersebut tidak layak digunakan sebagai air minum dan masak. Dari segi kuantitasnya sumber air di desa ini tidak ada masalah, ini dikarenakan ada suplai air baik dari sungai Ogan maupun rawa-rawa. Akan tetatpi, masalah disini juga timbul dari aksesibilitas sumber air yang dalam hal ini sungai Ogan yang berada cukup jauh yaitu sekitar 300 meter yang membuat ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan air rawa yang tercemar sebagai sumber air. Interpretasi hasil pengujian kualitas Air Parameter Zat Padat Terlarut Kekeruhan Ph Mercury Arsenic Iron Manganese Lead Hasil Uji 3000 mg/L 24 NTU 6,8 ttd 0,10 mg/L 2,0 mg/L 1,0 mg/L 0,10 mg/L 0,01 0,3 0,1 0,01 meningkat meningkat meningkat meningkat 65-8,5 Normal interpretasi

Detergen Pestisida Total Zat Organik Coliform per 100 cc Ttd Keterangan : 1. Arsen

0,2 mg/L 0,1 mg/L 5 mg/L 100 Tidak terdeteksi

0,05 10 0

meningkat

meningkat

Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. As elemental didapat dalam jumlah yang sangat terbatas, terdapat bersama-sama Cu. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, disusul dengan koma dan bila dibiarkan akan menimbulkan kematian. Secara kronis racun As dapat menimbulkan anoreksia, kolik, mual, diare atau konstipasi, ikterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit. 2. Besi Besi atau Ferum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam dapat sebagai hematiti, di dalam air minum Fe menimbulkan rasa. Warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuham bakteri, besi dan kekeruhan. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe, oleh karena itu orang-orang yang sering mendapat transfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Fe dalam dosis besar dapt merusak dinding usus.Debu Fe juga dapat diakumulasi dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru. 3. Mangan Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul pada susunan syaraf berupa insomnia, kemudian lemah pada otot kaki dan otot muka sehingga ekspresi mereka menjadi beku dan tampak seperti topeng. Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn, juga menimbulkan masalah warna, hanya warna ungu atau hitam.

4. Timbal (Pb) Timbal atau plumbum (Pb) adalah metal kehitaman, racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut garis hitam pada gusi, gangguan GI, anoreksia, muntah-muntah, kelumpuhan, dan kebutaan. Dampak penggunaan sumur yang berasal dari rawa yang tercemar limbah cair dari toilet: Penularan penyakit yang disebabkan pencemaran air: Typhoid Fever; Cholera; Bacterial Dysentry Enteritis; Hepatitis A; Poliomyelitis; Amoeba Dysentry; Giardia; Schistosomiasi.

Kualitas Sumber Udara Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji Baku Mutu SO2 24 jam 500 g/Nm3 365 g/Nm3 CO 24 jam 30.000 g/Nm3 10.000 g/Nm3 3 NOx 24 jam 200 g/Nm 150 g/Nm3 O3 1 jam 200 g/Nm3 235 g/Nm3 Hidrokarbon 3 jam 100 g/Nm3 160 g/Nm3 3 TSP 24 jam 500 g/Nm 230 g/Nm3 Pb 24 jam 5 g/Nm3 2 g/Nm3 Hasil pemeriksaan kualitas udara menunjukkan adanya peningkatan nilai kadar sulfur dioksida, karbon monoksida, oksidan, hidrokarbon, TSP (total suspended particulate), dan timbal. Dampak pada kesehatan manusia antara lain yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), seperti hidung ber-air, radang batang tenggorokan, dan bronkitis. Partikel berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Gas CO, jika bercampur dengan hemoglobin, akan mengganggu transportasi oksigen. Partikel timbal akan mengganggu pembentukan sel darah merah. Dampak terhadap hewan dan tumbuhan antara lain tumbuhan di daerah berkualitas udara buruk dapat me-ngalami berbagai jenis penyakit. Hujan asam menyebabkan daun memiliki bintik-bintik kuning. Hujan asam akan menurunkan pH air sehingga kemudian meningkatkan kelarutan logam berat misalnya merkuri (Hg) dan seng (Zn). Akibatnya, tingkat bioakumulasi

logam berat di hewan air bertambah. Penurunan pH juga akan menyebabkan hilangnya tumbuhan air dan mikroalga yang sensitif terhadap asam. Dampak terhadap aspek estetika antara lain bau tidak enak, debu beterbangan, udara berkabut me-rupakan beberapa contoh gangguan estetika udara ambien. Bau tidak enak dapat ditimbulkan oleh emisi gas-gas sulfida, amoniak, dan lainnya. Udara berasap kabut (asbut) atau smoke and fog (smog) akan mengurangi jarak pandang (visibility) kita. Hal ini sangat membahayakan keselamatan pengendara mobil dan motor, selain juga keselamatan penerbangan. Smog atau asbut umumnya disebabkan oleh adanya reaksi fotokimia dari senyawa organik volatil (VOC atau volatile organic compounds) dengan NOx. Dampak terhadap Iklim antara lain akumulasi CO2, metana, dan N2O dapat membentuk lapisan tipis di troposfer. Pantulan panas matahari akan terhambat sehingga suhu bumi pun meningkat (global warming). Senyawa chlorofluorocarbon (CFC) dapat menjangkau lapisan stratosfer dan memecah molekul-molekul ozon di sana. Kerusakan lapisan ozon di stratosfer menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan masuk ke permukaan bumi.
1. SO2 (Sulfur dioksida).

Gas tidak berwarna, berbau dalam konsentrasi pekat. Banyak dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang me-ngandung sulfur, misalnya solar dan batubara. Menyebabkan sesak nafas bahkan kematian pada manusia dan juga pada hewan. Pada tumbuhan, menghambat fotosintesis, proses asimilasi dan respirasi. Merusak cat pada bangunan akibat reaksinya dengan bahan dasar cat dan timbal oksida (PbO). Selain itu bersifat korosif pada bahan metal. Gas SO2 adalah kontributor utama hujan asam. 2. CO (Karbon monoksida). Senyawa tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas tidak berwarna. Dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna, seperti bensin, minyak dan kayu bakar. Juga dipro-duksi dari pembakaran produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok. Konsentrasi rendah dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian.
3. O3 (Oksidan).

Pada lapisan troposfer terbentuknya O3 akibat adanya reaksi fotokimia pada senyawa oksida nitrogen (NOx) dengan bantuan sinar matahari. Konsentrasi ozon yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, serangan jantung dan kematian.

Selain itu, oksidan fotokimia ini juga bisa menyebabkan deteriorasi dari bahan-bahan material seperti polimer dan karet. 4. Hidrokarbon Jika berbentuk gas di udara umumnya tergolong sebagai Volatile Organic Compounds (VOC). Bentuk cair menjadi semacam kabut minyak. Jika padatan akan membentuk debu. Berasal dari industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida, karet, aktivitas geothermal, pembuangan sampah, kebakaran hutan serta transportasi. Di udara akan bereaksi dengan bahan lain dan membentuk Polycyclic Aroma-tic Hidrocarbon (PAH), bila masuk dalam paru-paru menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Hasil pemakaian bahan bakar dari kendaraan bermotor memproduksi sekitar setengah dari jumlah emisi hidrokarbon yang yang dilepaskan ke atmosfer. Hal ini berperan terhadap pembentukan oksidan fotokimia dan smog. 5. TSP (Total Suspended Particulate) Partikulat adalah padatan atau cairan di udara dalam bentuk asap, debu dan uap. Komposisi dan ukuran partikulat sangat berperan dalam menentukan pajanan. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar 0,01 mikron-100 mikron. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas. Selain menimbulkan masalah kesehatan dan mengganggu visibilitas, TSP juga dapat menyebabkan deteriorasi dari struktur dan material bangunan serta mengurangi nilai dari suatu bangunan. 6. Pb (Timbal). Logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan. Sangat beracun dan menyebabkan berbagai dampak kesehatan terutama pada anak-anak. Dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan pencernaan, sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker. Dalam kasus ini, nilai kualitas udara yang ada disebabkan oleh kebakaran hutan yang meningkat pada musim kemarau serta kondisi sekolah yang berada di dekat jalan raya lintas Sumatra sehingga banyak kendaraan yang lalu lalang. Akibat dari banyaknya kendaraan yang lalu lalang, debu yang ada di jalan akibat kekeringan pada musim kemarau ditambah lagi emisi gas buang hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor sehingga menyebabkan kualitas udara di sekolah menjadi buruk.

Upaya yang harus dilakukan : Menstandrisadikan letak dan bentuk bangunan Penanaman pepohonan di lingkungan sekolah yang sesuai terutama untuk mengurangi polusi yang ada. Memperhatikan ventilasi di setiap ruangan di sekolah agar terjadi pertukaran udara yang baik. Pemakaian masker pelindung.

Kualitas suara atau kebisingan

Interprtasi Hasil Uji Kebisingan Waktu Pengukuran Pagi Siang Sore Lokasi Hasil Nilai Pengukuran Normal 55 dB(A) 55 dB(A) 55 dB(A) interpretasi Meningkat Meningkat Normal

Halaman sekolah 65 dB(A) Halaman sekolah 60 dB(A) Halaman sekolah 55 dB (A)

Dampak kebisingan terhadap kesehatan: -

Gangguan fisiologis Gangguan Psikologis, dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan cepat marah/kejengkelan pada murid. Gangguan Komunikasi, berupa ketidakejelasan suara sehingga akan mengganggu proses belajar mengajar atau terjadi ketidakefisien dalam proses belajar dan mengajar.

Upaya mengatasi kebisingan yang terjadi. 1. Permanenkan bangunan. Minimal bangunan terbuat dari batako yang diplester dengan semen. Berjendela dan berpintu rapat. Namun hal ini akan menimbulkan efek gerah di dalam kelas. Oleh karena itu, apabila memungkinkan kelas diberi AC atau minimal kipas angin. 2. Tanam pohon di dekat kelas. Pohon yang ada harus rindang dan setinggi kelas untuk mengurangi efek bising dan debu yang ada.
3. Pengaturan lalu lintas dengan mengurangi volume lalu lintas kendaraan yang lewat

Higienitas Makanan Pada kasus, Istri penjaga sekolah yang mengelola kantin seringkali demam dan sakit perut yang berulang, hal ini menunjukkan kemungkinan adalah seorang thypoid carrier yang dapat menularkannya melalui makanan yang diolah oleh istri penjaga sekolah tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya tetang pemyakit-penyakit yang terjadi pada pencemaran air, hal ini mungkin terjadi pada istri penjaga sekolah, karena berada pada lingkungan dengan salah satu penyebab yaitu air yang berasal dari rawa-rawa.

Pemasak dan penyaji makanan harus terhindar dari penyakit- penyakit menular terutama lewat makanan seperti diare, hepatitis A, dan tifus serta dapat menerapkan pola hidup bersih dengan baik dalam menjajakan makanan yang dijualny
Untuk permasalahan ini, sebaiknya istri penjaga kantin tersebut berobat ke dokter untuk

benar-benar mengobati penyakitnya. Selain itu, perilaku hidup sehat seperti menggati sumber air, pengolahan limbah cair dan padat juga harus diperhatikan dengan bekerja sama dengan pihak sekolah. Kemudian higienis terutama ketika mengolah makanan untuk dijual di kantin sekolah juga harus diterapkan, untuk mencegah terjadinya penularan penyakit yang dideritanya terhadap indivisu terutama siswa-siswa sekolah. Berdasar Instruksi Menteri Tenaga Kerja no : INST. 03/M/BW/99, bahwa: Pengelolaan makanan (pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan) harus memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi Standar Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Limbah cair dari toilet sekolah yang tidak memiliki septic tank yang kemudian dialirkan ke selokan dan berakhir di rawa-rawa dapat menyebabkan pencemaran terhadap air rawa yang secara langsung maupun tidak juga mencemari air sumur yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu diperlukan suatu pengelolaan limbah cair yang sederhana untuk setidaknya mengurangi dampak pencemaran terhadap air rawa. Langkah-langkahnya antara lain: 1) Membuat septic tank untuk toilet sekolah. 2) Buat kolam penampung untuk saluran dari pembuangan limbah cair sebelum dialirkan ke rawa. 3) Taruh ikan gabus atau lele di dalam kolam penampungan limbah sementara untuk mengurangi bahan-bahan yang mungkin berbahaya sebelum cairan limbah dialirkan ke rawa. 4) Lakukan pemantauan terhadap kualitas air.

Teknik pengelolaan persampahan secara perasional dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Pengertian dari skema teknik operasional pengelolaan persampahan menurut SK SNI T-13 1990 F adalah: a. Timbunan sampah yaitu banyaknya sampah yang dihasilkan per orang per hari dalam satuan volume maupun berat. b. Pewadahan sampah yaitu cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. c. Pengumpulan sampah yaitu proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. d. Pemindahan sampah adalah tahap pemindahan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. e. Pengangkutan sampah yaitu tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir.

f. Pengolahan sampah yaitu suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan, pemadatan, penghancuran, pengeringan dan pendaurulangan.
a) Penumpukan (dumping)

Merupakan metode paling sederhana dan sering dipakai di negara berkembang. Biasanya dimanfaatkan untuk menutup lekukan tanah, rawa, jurang. Sampah hanya dibuang dan ditumpuk tanpa lapisan penutupan. Ada dua macam yaitu open dumping (penumpukan terbuka) dan sea dumping (penumpukan di laut). Metode ini banyak menimbulkan masalah pencemaran.
b) Pengkomposan (composting)

Cara pemusnahan sampah dengan jalan memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh mikroorganisme pembusuk, pada kondisi tertentu dalam waktu tertentu yang pada akhirnya menghasilkan bahan berupa kompos/pupuk. Pemusnahan sampah dengan cara ini sangat cocok untuk sampah organik. Pengkomposan dapat dilakukan secara tradisional yaitu penumpukan sampah dilakukan begitu saja di lahan berlubang tanpa dilakukan sortrasi terlebih dahulu, sehingga sampah organik meupun non organik tercampur semua. Dan secara modern yang dikenal sebagai Windrow Composting, dengan cara melakukan sortasi, sehingga pengkomposan hanya akan dilakukan terhadap sampah organik saja. Beberapa tindakan intervensi dilakukan terhadap sampah yang ditumpuk sesuai dengan prinsip pembuatan kompos, yaitu kandungan air yang merata pada seluruh bagian sampah, kandungan oksigen yang cukup, dan tidak terdapat genangan air.
c) Pembakaran (inceneration)

Yaitu pemusnahan sampah dengan jalan membakar sampah dalam suatu tungku pembakaran. Metode ini hanya berlaku untuk sampah padat yang dapat dibakar, dengan alat pembakaran yang disebut insenerator. Insenerator beroperasi pada suhu 1500-1800F dan dapat mengurangi volume sampah padat hingga 70%. Dibandingkan dengan metode lain, insenerator memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

Kelebihan: Membutuhkan lahan relatif kecil untuk kapasitas yang cukup besar. Pengolahan sampah dapat dilakukan terus menerus tanpa tergantung pada kondisi iklim dan cuaca. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Membutuhkan investasi yang lebih mahal. Biaya pemeliharaan yang tinggi. Hasil pembakaran berupa residu yang harus dibuang dan gas yang berpotensi mencemari udara.
g. Pembuangan

Kekurangan:

akhir sampah yaitu

merupakan tempat untuk mengkarantinakan

(menyingkirkan) sampah kota sehingga aman. Teknologi pembuangan akhir sampah juga dimulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang lebih maju.
a) Penimbunan terbuka (open dumping) :Metode open dumping merupakan sistem yang

dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan sampah dipindahkan ke lokasi lain atau TPA baru.
b) Penimbunan terkendali (controlled landfill), adalah sistem open dumping yang

diperbaiki dan ditingkatkan yang merupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pada cara ini penutupan dengan tanah tidak dilakukan setiap hari tetapi dengan periode waktu yang lebih panjang. Dan untuk memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan.
a. Lahan Urug Sanitary (Sanitary Landfill), adalah pembuangan akhir sampah yang

dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana yang ditetapkan. Pekarjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi, diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah. Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-1990-F adalah sebagai berikut: a) Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah

b) Jenis tanah kedap air c) Daerah yang tidak produktif untuk pertanian d) Dapat dipakai minimal 5-10 tahun e) Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air f) Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km g) Daerah yang bebas banjir Dampak pengelolaan Limbah yang kurang baik 1. Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat Sebagai tempat berkembang biak vektor penyakit sehingga dapat meningkatkan insiden penyakit sebagai berikut :

Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus dan yang lain) yang Penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk Aedes Aegipty (berkembang Penyakit kulit dan penyakit parasit lain, penularan melalui udara. Penyakit yang ditularkan melalui binatang, missal Taeniasis (akibat

ditularkan oleh lalat biak karena banyak kaleng bekas dan genangan air)

cacing pita/Taenia saginata atau Taenia solium) Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan besi, kaleng, seng serta pecahan kaca. 2. Pengaruh terhadap lingkungan

Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas yang Adanya debu yang beterbangan, mengganggu mata dan pernafasan. Resiko terjadinya kebakaran dan asap yang ditimbulkan dapat

banyaknya tumpukan sampah. menyebabkan timbulnya bau busuk.

mengganggu kesehatan. Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya knsentrasi debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar kualitas udara.

Pembuangan sampah ke saluran air akan memyebabkan pendangkalan

saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran, sehingga bila hujan menimbulkan banjir. 3. Pengaruh terhadap sosial masyarakat Mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut. Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik bagi Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi kenyamanan

orang lain, terutama turis asing untuk berkunjung ke tempat tersebut. dan ketentraman hidup bermasyarakat 4. Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional

Penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik akan

berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Serta kenyamanan dan ketentraman hidup berkurang sehingga produksi daerah akan menurun Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani penyakit akibat sampah akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sektor-sektor lain akan berkurang.

Berkurangnya pengunjung ke suatu daerah berarti penurunan pemasukan Pengelolaan sampah yang kurang baik akan merusak lingkungan,

bagi suatu daerah atau penurunan devisa negara. menurunkan kualitas lingkungan Rekomendasi langkah penting untuk pihak Puskesmas, Dinkes, dan Pemda setempat. Salah satu program puskesmas adalah penyuluhan terhadap kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar. Adapun programnya antara lain: 1. Pemeliharaan kualitas lingkungan fisik, kimia, dan biologi. 2. Pengendalian vector. 3. Pelayanan hygiene sanitasi tempat umum.

Hal-hal yang bisa dilakukan berdasarkan program puskesmas adalah: 1. Pembuatan septic tank untuk toilet sekolah. 2. Pembuatan tempat cuci tangan dan pemberdayaan cuci tangan. 3. Pengadaan tempat sampah di sekolah dan di desa, serta mendidik masyarakat sejak dini untuk memisahkan sampah organic dan non-organik serta membuang sampahnya berdasarkan jenis sampahnya. 4. Pengkoordinasian dengan pemda setempat untuk mengatasi masalah kualitas udara yang memburuk selama musim kemarau. 5. Penganjuran pemakaian masker selama berada diluar ruangan. 6. Pengkoordinasian dengan pemda setempat untuk mengatasi masalah kebisingan yang timbul. 7. Pembuatan sumur dengan dilapisi semen sehingga kontaminasi terhadap air permukaan bisa dikurangi dan sumur diberi tutup sehingga tidak menjadi sumber perkembangan jentik nyamuk. 8. Memberdayakan masyarakat untuk melakukan gotong royong membersihkan bangunan sekolah. 9. Memberdayakan masyarakat untuk memelihara ikan lele atau gabus. 10. Melakukan pensterilan dan penjernihan air sumur yang dipakai di sekolah.
11. Mengadakan screening dan pengobatan terhadap masyarakat yang terkena penyakit.

Inventarisasi peraturan perundangan yang terkait


1. Baku mutu kualitas sumber air a. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum 2. Baku mutu lingkuangan kualitas udara
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 289/MenKes/SK/III/2003

Tentang Prosedur Pengendalian Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran Hutan Terhadap Kesehatan.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1407/MenKes/SK/XI/2002 Tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara. c. Peraturan Pemerintah republic Indonesia nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
d. PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. e. Peraturan Gubernur Sumsel No. 17 tahun 2005.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan 4. Higienitas makanan
a. Keputusan Menteri Kesehatan R I Nomor 942/MenKes/SK/VII/2003 Tentang

Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan Pasal 2: Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain : a. tidak menderita penyakit mudah menular misal : batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi pangan.
c. Instruksi Menteri Tenaga Kerja no : INST. 03/M/BW/99, bahwa: Pengelolaan

makanan (pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan) harus memenuhi Persyaratan Hygiene Sanitasi. 5. Pengelolaan Sampah a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

You might also like