You are on page 1of 5

Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat Anatesi Lokal

1. Farmakokinetik Farmakokinetik mempelajari apa yang dilakukan badan terhadap obat yang masuk ke dalam tubuh sampai menimbulkan efek. Farmakokinetik obat meliputi ADME ( Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi ). 1.1. Absorpsi Absorpsi sitemik suntikan anastesi lokal dari lokasi suntikan dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. Dosis Obat Semakin tinggi dosis obat maka absorpsinya akan semakin lama b. Tempat Suntikan Apabila obat anastesi lokal disuntikan pada daerah yang vaskularisasinya baik maka kecepatan absorpsi obat akan meningkat.Untuk anastesi regional yang menghambat saraf yang besar, adapun vaskularisasi yang baik : absorpsi intravena (paling baik) > trakeal > interkostal > kaudal > para-servikal > epidural > pleksus brakial > skiatik > subkutan (terendah). c. Ikatan obat dan jaringan Apabila obat mempunyai ikatan kuat dengan pretein plasma makan obat akan lebih lama berada di darah ( absorpsi cepat), sedangkan apabila obat memiliki ikatan yang kuat dengan jaringan maka akan memperlambat absorpsi. d. Adanya bahan vasokonstriktor Obat anastesi lokal dapat digunakan bersama dengan bahan vasokonstriktor, dengan adanya penambahan bahan vasokonstriktor dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memperlambat proses absorpsi dan memperpanjang durasi kerja obat anastesi lokal tersebut. Contohnya, dengan penambahan adrenalin 5 absorpsi obat sampai 50%. Semakin baik absorpsi obat semakin cepat juga onset on action / durasi kerja obat anastesi lokal. 1.2. Distribusi Distribusi obat anastesi lokal dipengaruhi oleh organ ambilan dan beberapa faktor: a. Perfusi jaringan g / ml atau 1 : 200.000 dapat memperlambat

b. Koefisien partisi jaringan atau darah Ikatan kuat dengan protein plasma Obat lebih lama dalam darah Kelarutan dalam lemak tinggi Meningkatkan ambilan jaringan c. Massa jaringan Anastesi lokal golongan amida disebar meluas di dalam tubuh setelah pemberian lobus intravena. Penyimpanan obat dilakukan di dalam lemak. Sedangkan golongan ester karena waktu paruh plasma yang singkat maka distribusinya tidak diketahui. 1.3. Metabolisme dan Ekskresi Anastesi lokal diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan ke dalam urin. Karena bentuk anastesi lokal yang tidak bermuatan maka mudah berdifusi melalui lipid, sehingga sedikit atau bahkan tidak sama sekali anastesi lokal yang diekskresikan dalam bentuk netralnya. 1.3.1. Golongan Ester Obat anatesi lokal tipe ester dihidrolisis sangat cepat dalam darah oleh butirilkolinesterase (pseudo-kolinesterase). Setelah dihidrolisis lalu

kemudian metabolit diekskresikan dalam urine. 1.3.2. Golongan Amida Obat tipe amida dimetabolisme di dalam hati, terutama oleh enzim mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa golongan amida di dalam hati bervariasi bagi setiap individu dan juga tergantung dari spesifikasi obat anastesi lokal itu juga. Metabolisme golongan amida lebih lambat dari ester, metabolit diekskresikan lewat urin dan sebagian kecil dalam bentuk utuh. Karena metabolismenya yang lama, obat ini toksisitasnya dapat meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Farmakokinetik suatu anestetik lokal ditentukan oleh 3 hal : 1. Lipid/Water solubility ratio, menentukan ONSET OF ACTION. Semakin tinggi kelarutandalam lemak akan semakin tinggi potensi anestesi local. 2. Protein Binding, menentukan DURATION OF ACTION. Semakin tinggi ikatan dengan protein akan semakin lama durasi nya. 3. pKa, menentukan keseimbangan antara bentuk kation dan basa. Makin rendah pKa makin banyak basa, makin cepat onsetnya. Anestetik lokal dengan pKa tinggi cenderungmempunyai mula kerja yang lambat. Jaringan dalam suasana asam (jaringan inflamasi)akan menghambat kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih lama. Haltersebut karena suasana asam akan menghambat terbentuknya asam bebas yangdiperlukan untuk menimbulkan efek anestesi.Kecepatan onset anestetika lokal ditentukan oleh: kadar obat dan potensinya jumlah pengikatan obat oleh protein dan pengikatan obat ke jaringan local kecepatan metabolisme perfusi jaringan tempat penyuntikan obat.Pemberian vasokonstriktor (epinefrin) + anestetika lokal dapat menurunkan alirandarah lokal danmengurangi absorpsi sistemik.

2. Farmakodinamik Farmakodinamik mempelajari apa yang dilakukan obat terhadap tubuh, seperti mekanisme kerja obat, efek obat, dan aksi anastesi terhadap saraf. 2.1. Mekanisme kerja obat Obat anastesi lokal bekerja pada reseptor yang spesifik pada saluran natrium (sodium chane ), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi konduksi saraf. Potensi obat dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein ( protein binding ) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menetukan awal kerja. Konsentrasi minimal anastesi lokal dipengaruhi oleh : 1. Ukuran, jenis, dan meilinisasi saraf ( lihat tabel dibawah) 2. pH (asidosis menghambat blokade saraf) 3. Frekuensi stimulasi saraf

Serabut saraf A-alfa A-beta A-gama A-delta B C

Meilin ++ ++ ++ ++ + -

Diameter 6-22 6-22 3-6 1-4 <3 0,3 1,3

Fungsi Eferen motorik, aferen propioseptik Eferen motorik, aferen propioseptik Eferen kumparan otot ( spindle) Nyeri, suhu, rabaan Otonomik preganglionik Nyeri, suhu, rabaan otonomik preganglionik

2.2.Aksi obat terhadap saraf Karena anastesi lokal dapat menghambat sistem saraf, maka kerjanya tidak hanya sebatas menghambat rasa nyeri dan sakit saja. Tidak seperti analgesik, anastesi lokal kerjanya langsung menghambat saraf sehingga bukan hanya rasa sakit yang dihambat tetapi rasa panas, dingin, sentuhan, dan lain sebagainya juga dihambat.Aplikasi suatu anastesi lokal terhadap suatu serabut saraf, yaitu dengan menghambat serabut saraf yang kecil terlebih dahulu, yatiu serabut saraf B dan C. Kemudian mengahmbat serabut saraf tipe A-delta, oleh karena itu serabut nyeri

dihambat permulaan, kemudian sensasi lainya hilang, dan fungsi motorik dihambat terakhir.

Daftar pustaka Latief, Said A.,K.A. Suryadi & M. Ruswan Dachlan.2002.Petunjuk Praktis Anastesiologi Edisi Kedua.Jakarata : Bagian Anastesiologi dan Terapi Intensif FK UI

You might also like