You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Angka kejadian osteoporosis yang didefinisikan sebagai kepedatan mineral tulang yang lebih dari -2,5 SD di bawah rata-rata perempuan muda di Indonesia belum diketahui secara pasti, namun risiko terjadinya osteoporosis cukup tinggi. Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang yang mempunyai massa tulang yang rendah atau di bawah normal (Depkes RI, 2005). Osteoporosis atau penyakit keropos tulang adalah kondisi tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah. Keberadaan penyakit ini sering tidak disadari dan ditemukan secara kebetulan, misalnya saat mengangkat beban yang berat, karena itu penyakit keropos tulang sering disebut sebagai silent killer disease (Depkes, 2004). Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Orang yang menderita penyakit ini menunjukkan keadaan tulang menjadi tipis, rapuh dan akhirnya menjadi patah. (Lane, 2001). Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1999-2002

menunjukkan bahwa masalah penyakit keropos tulang di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7% dari seluruh penduduk (Siswono, 2009). Menurut International Osteoporosis Foundation (IOF). Tiap perempuan mempunyai risiko fraktur akibat osteoporosis sebesar 40%

dalam hidupnya dan laki-laki mempunyai angka risiko lebih kecil, yakni 13%m (Tjandra, 2009). Enam propinsi dengan risiko Penyakit keropos tulang lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%) (Depkes RI, 2005). Untuk wilayah DI Yogyakarta data terbaru menunjukkan bahwa berdasarkan catatan rekam medis di Rumah Sakit Umum Dokter Sardjito Yogyakarta pada bulan Mei 2010 sampai dengan Juni 2011 terdapat 6 orang yang menderita penyakit keropos tulang. Osteoporosis menjadi suatu ancaman bagi WUS terlebih lagi akibat adanya perubahan gaya hidup dan rendahnya pengetahuan WUS mengenai pencegahan penyakit khusus seperti osteoporosis. Gejala yang ditimbulkan osteoporosis tidak dapat dideteksi, sehingga banyak wanita menganggap bahwa keadaan tulang mereka masih sempurna. Dari data yang diperoleh diatas banyak orang yang beresiko menderita osteoporosis. Untuk itu diperlukannya upaya pencegahan dini, antara lain dengan mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatannya tepat dan segera (Ayu, 2004). Dari laporan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI),

sebanyak 41,8% pria dan 90% wanita sudah memiliki gejala osteoporosis. Sedangkan 28,8% pria dan 32,3 % wanita sudah menderita osteoporosis. Seiring berkembangnya zaman, sekarang ini penyakit osteoporosis bukan hanya beresiko pada wanita yang sudah menopause tetapi juga wanita usia subur (WUS). WUS berdasarkan konsep Departemen Kesehatan

(2006) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda, maupun yang belum menikah. Osteoporosis merupakan suatu ancaman bagi WUS terlebih lagi akibat adanya perubahan gaya hidup dan rendahnya pengetahuan WUS mengenai pencegahan penyakit khusus seperti osteoporosis. Gejala yang ditimbulkan osteoporosis tidak dapat dideteksi, sehingga banyak wanita menganggap bahwa keadaan tulang mereka masih sempurna. Dari data yang diperoleh diatas banyak orang yang beresiko menderita osteoporosis. Untuk itu diperlukannya upaya pencegahan dini, antara lain dengan mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan

pengobatannya tepat dan segera (Ayu, 2004). Tujuan utama dari pencegahan dini adalah agar dapat dilakukan pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan sempurna dan mencegah terjadinya kecatatan yang diakibatkan sesuatu penyakit. Pengobatan yang tepat dan cepat perlu dilakukan mengingat pengobatan yang terlambat akan mengakibatkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di kawasan Kampus Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta dari 10 orang mahasiswi yang termasuk dalam golongan Wanita Usia Subur (WUS) ada 7 orang mahasiswi yang tidak mengetahui tentang penyakit keropos tulang. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penyakit osteoporosis pada Wanita Usia Subur (WUS) di kawasan Kampus Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta pada tahun 2013.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas pada latar belakang maka dapat diperoleh permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran

pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan terhadap resiko penyakit osteoporosis pada mahasiswi di Kampus Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta tahun 2013. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan terhadap resiko penyakit osteoporosis pada mahasiswi Wanita Usia Subur (WUS) di Kampus Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur (WUS) terhadap resiko penyakit osteoporosis pada mahasiswi Akademi Komunikasi Indonesia tahun 2013. b. Untuk mengetahui gambaran sikap wanita usia subur (WUS) terhadap resiko penyakit osteoporosis pada mahasiswi Akademi Komunikasi Indonesia tahun 2013. c. Untuk mengetahui gambaran tindakan pencegahan wanita usia subur (WUS) terhadap resiko penyakit osteoporosis pada mahasiswi Akademi Komunikasi Indonesia tahun 2013. d. Untuk melihat hubungan antara karakteristik WUS dengan

pengetahuan, sikap, dan tindakan pencegahan terhadap resiko

penyakit osteoporosis pada mahasiswi Akademi Komunikasi Indonesia tahun 2013. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian iniyaitu penelitian bidang gizi masyarakat.

E. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti a. Dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. b. Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian di masyarakat. 2. Bagi peneliti lain a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan informasi untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai

osteoporosis b. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan dalam mengembangan dan merencanakan untuk melakukan intervensi gizi terhadap kejadian osteoporosis dimasyarakat. 3. Bagi masyarakat Sebagai bahan informasi bagi para wanita khususnya di kalangan wanita usia subur (WUS) dalam meningkatkan kemampuan guna pencegahan dini terhadap resiko penyakit osteoporosis.

You might also like