You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Analisis merupakan suatu bagian penting dalam dunia sains. Untuk mendukung proses analisis, maka para ilmuwan mulai memikirkan cara untuk dapat menganalisis sesuatu secara lebih cepat, lebih tepat, dan lebih mudah. Salah satu contoh perkembangan dalam sains adalah munculnya spektroskopi. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Spektroskopi Dalam catatan sejarah mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Definisi spektroskopi dalam masa modern berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan tidak hanya memanfaatkan cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon , gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya. Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi NMR. Fenomena Resonansi Magnetik Inti (RMI) atau nucleic magnetic resonance (NMR) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946 oleh dua kelompok fisikawan yang bekerja secara terpisah, yaitu Edward Purcell dari Harvard University dan Felix Bloch dari Standford University. Penggunaan RMI berkembang dengan cepat, pada tahun 1960 teknik ini sudah merupakan metode yang penting untuk elusidasi struktur. Spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi, rotasi, dan mode frekuensi lemah dalam sebuah sistem. Spektroskopi NMR memiliki beberapa keunggulan dibandingkan spektroskopi lainnya. Selain itu, spektroskopi NMR digunakan dalam penentuan struktur suatu molekul. Spektrofotometri NMR/RMI pada dasarnya merupakan spektrofotometri absorbsi, sebagaimana spektrometri infra merah maupun spektrofotometer ultraviolet. Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantung dari sifat-sifat sampel. Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas puncak memberikan suatu spektrum RMI. Prinsip kerja

spektrofotometri RMI adalah penyerapan energi radiasi elektromagnetik (pada gelombang radio) oleh inti yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Dalam praktek, larutan cuplikan dalam pelarut lembam ditempatkan di antara kutub magnet yang kuat, dan proton mengalami geser kimia yang berlainan sesuai dengan lingkungan molekulnya di dalam. molekul. Ini diukur dalam radas RMI, nisbi terhadap baku, biasanya tetrametilsilan (TMS), yaitu senyawa lembam, yang dapat ditambahkan ke dalam larutan cuplikan tanpa ada kemungkinan terjadi reaksi kimia. . .

1.2. Tujuan 1. Mengetahui pengertian spektroskopi NMR. 2. Mengetahui prinsip kerja spektroskopi NMR. 3. Mengetahui komponen spektrofotometer RMI serta fungsi dan cara kerjanya. 4. Mengetahui aplikasi RMI dalam berbagai bidang kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Spektroskopi NMR Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) adalah salah satu metode spektrometri yang penting untuk menguraikan atau menentukan struktur dari senyawa yang tidak diketahui, termasuk stereokimia dari suatu senyawa. Metode ini tidak hanya berguna dalam bidang senyawa organik, tetapi juga dapat digunakan dalam bidang yang lain seperti: farmasi, analisis dan sintesis obat, organometalik, ilmu polimer dan yang lainnya. Stuktur yang kompleks dan senyawa baru sangat sulit ditentukan dengan menggunakan analisa spektrum UV, IR, dan MS, sehingga untuk itu dibutuhkan metode NMR (Sastrohamidjojo, 1992). Selain digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, NMR juga berfungsi untuk menentukan kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi struktural, yang juga termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti halnya spektroskopi infra merah atau spektroskopi ultra violet. Dasar dari spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100 MHz. Bahkan, baru-baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio frekuensi sampai 500MHz. (Khopkar, 2003) Spektrum normal NMR adalah pengumpulan dari satu atau lebih puncak resonansi pada frekuensi berbeda. Chemical shift atau pergeseran kimia menunjukkan posisi frekuensi resonansi yang diamati pada inti spesifik lingkungan struktur tunggal (Crews, 1998).

Gambar 1.1. Spektrofotometer NMR

2.2. Sejarah Spektroskopi NMR Sebelum era 1950 para ilmuwan khususnya yang berkecimpung dalam bidang kimia organik merasa kurang puas terhadap apa yang telah dicapai dalam analisis instrumental. Kekurangpuasan mereka terutama dari segi analisis kuantitatif, penentuan struktur dan gugus hidrokarbon yang dirasa banyak memberikan informasi. Pada waktu itu dirasa perlu menambah anggota teknik spektroskopi untuk tujuan lebih banyak memberikan informasi gugus hidrokarbon dalam molekul. Dua orang ilmuwan dari USA pada tahun 1951 yaitu Felix Bloch dan Edwardo M. Purcell (dari Harvard university) menemukan bahwa inti atom terorientasi terhadap medan magnet. (Harjadi, 1986) Selanjutnya menurut Bloch dan Purcell setiap proton di dalam molekul yang sifat kimianya berbeda akan memberikan garis-garis resonansi orientasi magnet yang diberikan berbeda. Bertolak dari penemuan ini lahirlah metode baru sebagai anggota baru teknik spektroskopi yang diberi nama Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Para ilmuwan di Indonesia mempopulerkan metode ini dengan nama spektrofotometer Resonansi Magnet Inti (RMI). Spektrofotometri RMI sangat penting artinya dalam analisis kualitatif, khususnya dalam penentuan struktur molekul zat organik. (Harjadi, 1986)

2.3. Prinsip Kerja Spektroskopi NMR/RMI Banyak inti (atau lebih tepat, inti dengan paling tidak jumlah proton atau neutronnya ganjil) dapat dianggap sebagai magnet kecil. Inti seperti proton ( 1H atau H-1) dan inti karbon-13 (13C atau C-13, kelimpahan alaminya sekitar 1%).(Sastrohamidjojo, 1992). Karbon -12 (12C), yang dijadikan standar penentuan massa, tidak bersifat magnet. Bila sampel yang mengandung
1 13

H atau

C atau bahkan semua

senyawa organik, ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet luar dengan magnet kecil (inti). Karena adanya interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi, yaitu: tingkat yang sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabil (-) yang energinya berbeda. Karena dunia inti adalah dunia mikroskopik, energi yang berkaitan dengan inti ini terkuantisasi, artinya tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh persamaan sebagai berikut (Harjadi, 1986): E = hH/2

Keterangan: H : Kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer) H : Tetapan Planck : Tetapan khas bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x 108 kg-1 s A (A= ampere) Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik, berkaitan dengan perbedaan energi E, yakni (Harjadi, 1986): E = h inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-) Proses mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut nuclear magnetic resonance (NMR). Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H. = H/2 Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T (tesla, 1 T = 23490 Gauss), yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi ini di daerah gelombang mikro. Secara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi oleh perbedaan lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran kimia. (Sastrohamidjojo, 1992). Metode spektrofotometri jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam pengukuran dengan metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5 m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang bergantung pada jenis inti yang diukur. (Sastrohamidjojo, 1992). Inti yang dapat diukur dengan NMR yaitu (Harjadi, 1986): a. Bentuk bulat b. Berputar c. Bilangan kuantum spin = d. Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C Di dalam medan magnet, inti aktif NMR (misalnya 1H atau 13C) menyerap pada frekuensi karakteristik suatu isotop. Frekuensi resonansi, energi absorpsi dan intensitas sinyal berbanding lurus dengan kekuatan medan magnet. Sebagai contoh, pada medan magnet 21 tesla, proton beresonansi pada 900 MHz. nilai

magnet 21 T dianggap setara dengan magnet 900 MHZ, meskipun inti yang berbeda beresonansi pada frekuensi yang berbeda. Inti yang sama di Medan magnet bumi beresonansi pada frekuensi audio. Fenomena ini dimanfaatkan oleh spektrometer NMR medan bumi, yang lebih murah dan mudah dibawa. Instrumen ini biasa digunakan untuk keperluan kerja lapangan dan pengajaran. (Harborne, 2006) 2.31. Pergeseran Kimia Pergeseran kimia adalah pemisahan frekuensi resonansi suatu inti dari frekuensi resonansi suatu standar, biasanya TMS (Tetra Metil Silan) (CH3)4Si. Pergeseran kimia memiliki simbol , yang dinyatakan sebagai bagian tiap juta (ppm) dari frekuensi radio yang digunakan. (Basset, 1994) TMS dipilih sebagai standar karena beberapa alasan, diantaranya(Basset, 1994): a. TMS mempunyai 12 atom hidrogen yang semuanya memiliki lingkungan kimia yang sama. Mereka terikat oleh atom yang sama dengan cara yang sama sehingga tidak hanya menghasilkan puncak tunggal tetapi juga puncak yang kuat karena adanya banyak atom hidrogen. b. Hidrogen pada senyawa ini lebih terlindungi dibandingkan pada senyawa lain karena adanya elektron-elektron ikatan C-H. Ini artinya inti hidrogen lebih terlindungi dari medan magnet luar, dan untuk membawa hidrogen ini kembali ke kondisi resonansinya, medan magnetnya harus ditingkatkan. Dalam spektroskopi 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai nilai relatif terhadap frekuensi absorpsi Tetra Metil Silan standar (CH3)4Si. Pergeseran kimia tiga jenis proton dalam etanol CH3CH2OH adalah sekitar 105.25 dan 490 Hz bila direkam dengan spektrometer dengan magnet 2 1140 T (90 MHz) (Gambar 1(a)). Karena frekuensi absorpsi proton adalah 0,9 x 108Hz (90 MHz), pergeseran kimia yang terlibat hanya bervariasi sangat kecil. (Harborne, 2006)

Dengan memahami lingkungan kimia yang berbeda, pergeseran kimia dapat digunakan untuk mendapatkan beberapa informasi tentang struktur molekul dalam sampel. Konversi dari data mentah untuk informasi ini disebut menetapkan spektrum. Misalnya, untuk spektrum
1

H-NMR untuk etanol

(CH3CH2OH), orang akan berharap tiga sinyal tertentu pada tiga shift kimia tertentu: satu untuk kelompok CH3, satu untuk kelompok CH2 dan satu untuk gugus OH. Sebuah kelompok CH3 khas memiliki pergeseran sekitar 1 ppm, sebuah CH2 dilampirkan ke OH memiliki pergeseran sekitar 4 ppm dan OH memiliki pergeseran sekitar 2-3 ppm tergantung pada pelarut yang digunakan. Contoh pelarut untuk spektroskopi RMI(Harborne, 2006)): a. Pelarut yang digunakan tidak boleh mengandung atom hidrogen, karena adanya atom hidrogen pada pelarut akan mengganggu puncak-puncak spektrum. b. Ada dua cara untuk mencegah gangguan oleh pelarut. Anda dapat menggunakan pelarut seperti tetraklorometana, CCl4, yang tidak

mengandung hidrogen, atau anda dapat menggunakan pelarut yang atomatom hidrogennya telah diganti dengan isotopnya, deuterium, sebagai contoh CDCl3 sebagai ganti CHCl3. Semua spektrum RMI pada bagian ini menggunakan CDCl3 sebagai pelarut. c. Atom-atom deuterium mempunyai sifat-sifat magnetik yang sedikit berbeda dari hidrogen, sehingga mereka akan menghasilkan puncak pada area spektrum yang berbeda. 2.3.2. Spektra atau Spektrum NMR Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti dalam lingkungan kimia yang berbeda pada suatu molekul digambarkan atau ditunjukan dalam bentuk grafik. Grafik NMR menggambarkan nilai (geseran kimia) dari setiap inti tertentu dalam lingkungan kimia yang tertentu pula. (Basset, 1994) Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung kanan memiliki geseran kimia sama dengan nol (0) merupakan inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi kuat medan magnet besar (biasanya disebut juga kuat medan atas), sedangkan pada ujung kiri merupakan inti yang memiliki

atau memerlukan frekuensi kuat medan magnet yang kecil (biasanya disebut juga kuat medan bawah). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.2. Geseran kimia spektrum NMR 2.3.3. Kopling Spin-spin Tingkat energi inti atau magnet-magnet sangat kecil yakni proton, terbelah menjadi keadaan berenergi tinggi dan rendah. Selain itu, tingkattingkat energi ini membelah lebih lanjut karena interaksi dengan inti tetangganya. Pembelahan ini sangat kecil tetapi akan memiliki akibat yang penting. Pada Pembelahan ini hanya tergantung pada interaksi inti-inti. (Basset, 1994) Bila spektrum 1H NMR etanol diukur dengan kondisi lebih baik, signal CH3- dan CH2- tebelah menjadi multiplet (Gambar 1(b). Pembelahan ini karena adanya kopling spin-spin antar proton. Spektra yang menunjukkan pembelahan kopling spin-spin ini disebut spektra resolusi tinggi. Sedang spektra yang tidak menunjukkan pembelahan ini disebut spektra resolusi rendah. (Sastrohamidjojo, 1992) Beberapa informasi yang paling berguna untuk penentuan struktur dalam spektrum NMR satu dimensi berasal dari kopling J-kopling atau skalar (kasus khusus kopling spin-spin) antara inti NMR aktif. Kopling ini muncul dari interaksi spin wilayah yang berbeda melalui ikatan kimia dari molekul dan hasil pemisahan signal NMR. Kopling ini memberikan wawasan yang rinci ke dalam konektivitas atom dalam molekul. (Basset, 1994) Kopling untuk setara n (spin ) inti membagi signal ke dalam multiplet n +1 dengan rasio intensitas berikut segitiga Pascal. Kopling untuk berputar tambahan akan menyebabkan belahannya lebih lanjut dari masing-masing komponen, misalnya multiplet kopling spin yang berbeda untuk dua inti dengan konstanta kopling secara signifikan berbeda akan menyebabkan

doublet dari doublet. Perhatikan bahwa kopling antara inti yang secara kimiawi sama yaitu, memiliki pergeseran kimia yang sama tidak memiliki efek spektrum NMR dan kopling antara inti yang jauh, biasanya lebih dari 3 obligasi terpisah untuk proton dalam molekul fleksibel, biasanya terlalu kecil menyebabkan belahannya diamati. Long-range kopling selama lebih dari tiga obligasi sering dapat diamati dalam siklik dan senyawa aromatik, yang mengarah ke pola membelah lebih kompleks. (Sastrohamidjojo, 1992) Misalnya, dalam spektrum proton untuk etanol, kelompok CH3 dibagi menjadi triplet dengan rasio intensitas 01:02:01 oleh dua proton CH2 tetangga. Demikian pula, CH2 dibagi menjadi kuartet dengan rasio intensitas 1:3:3:1 oleh tiga tetangga CH3 proton. Pada prinsipnya, dua proton CH2 juga akan dibagi lagi menjadi doublet untuk membentuk doublet dari kuartet oleh proton hidroksil, tetapi pertukaran antarmolekul proton hidroksil asam sering menghasilkan hilangnya informasi kopling. (Sastrohamidjojo, 1992) Kopling dikombinasikan dengan pergeseran kimia dan integrasi untuk proton memberitahu kita tidak hanya tentang lingkungan kimia inti, tetapi juga jumlah inti NMR tetangga aktif dalam molekul. Dalam spektrum yang lebih kompleks dengan beberapa puncak di pergeseran kimia yang sama atau dalam spektrum inti selain hidrogen. (Sastrohamidjojo, 1992)

2.4. Instrumentasi Spektroskopi NMR

Gambar 1.3. Komponen-komponen spektroskopi NMR

Cara kerja dari masing-masing komponen (Ali, 2005): 1) Magnet: akurasi dan kualitas suatu alat NMR yang tergantung pada kekuatan magnetnya. Resolusi akan bertambah dengan kenaikkan kekuatan medannya, bila medan magnetnya homogen elektromagnet dan kumpaaran superkonduktor (selenoids). Magnet permanen mempunyai kuat medan 7046-14002 G, ini sesuai dengan frekuensi oskilator antara 30-60 MHz. Termostat yang baik diperlukan karena magnet bersifat peka terhadap temperatur. Elektromagnet memerlukan sistem pendingin, elektromagnet yang banyak di pasaran mempunyai frekuensi 60, 90 dan 100 MHz untuk proton. NMR bersolusi tinggi dan bermagnet superkonduktor dengan frekuensi proton beresolusi tinggi dan bermagnet superkonduktor dengan frekuensi proton 470 MHz. Pengaruh fluktuasi medan dapat diatasi dengan sistem pengunci frekuensi, dapat berupa tipe pengunci eksternal atau internal. Pada tipe eksternal wadah senyawa pembanding dengan senyawa sampel berada pada tempat terpisah, sedang pada tipe internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel. Senyawa pembanding biasanya tetrametilsilan (TMS). 2) Generator Medan magnet penyapu : suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap permukaan magnet, digunakan untuk mengubah medan magnet pada suatu range yang sempit. Dengan memvariasikan arus searah melalui kumparan ini, medan efektif dapat diubah-ubah dengan perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan ini disinkronisasikan secara linier dengan perubahan waktu. Untuk alat 60 MHz (proton), range sapuannya adalah 235 10-3 gauss. Untuk F19, C13, diperlukan sapuan frekuensi sebesar 10 KHz. 3) Sumber frekuensi radio : sinyal frekuensi oskilasi radio (transmiter) disalurkan pada sepasang kumparan yang possinya 90 terhadap jalar dan magnet. Suatu oskilator yang tetap sebesar 60, 90 atau 100 MHz digunakan dalam NMR beresolusi tinggi. 4) Detektor sinyal : sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang beresolusi dideteksi dengan kumparan yang mengitari sampel dan tegak lurus terhadap sumber. Sinyal listrik yang dihasilkan lemah dan biasanya dikuatkan dulu sebelum dicatat. 5) Rekorder: pencatat sinyal NMR disinkronisasikan dengan sapuan medan, rekorder mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas puncak dapat digunakan untuk menentukan jumlah relatif inti yang mengabsorpsi.

10

6) Tempat sampel dan probe: tempat sampel merupakan tabung gelas berdiameter 5mm dan dapat diisi cairan sampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas tempat kedudukan sampel, sumber frekuensi penyapu dan kumparan detektor dengan sel pembanding. Detektor dan kumparan penerima diorientasikan pada 90. Probe sampel menggelilingi tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu longitudinal. Untuk NMR beresolusi tinggi, sampel tidak boleh terlalu kental. Biasanya digunakan konsentrasi larutan 2-15%. Pelarut yang baik unutk NMR sebaiknya tidak mengandung proton seperti CS2, CCl4 . Pelarut pelarut berdeuterium juga sering digunakan seperti CDCl3 atau C6D6.

2.5. Pengukuran Spektrum NMR Spektrum NMR dapat dihasilkan dengan dua metode. Metode pertama mirip dengan cara memperoleh spektrum optis, dengan cara ini sinyal absorpsi diukur pada saat frekuensi elektromagnetik divariasikan. Prisma pendispersi atau grating tidaklah diperlukan pada frekuensi radio. Oskilator frekuensi radio menghasilkan frekuensi radio yang bervariasi antara 1 10 KHz. (Khopkar, 2003) Metode kedua adalah dengan menggunakan oskilator frekuensi radio yang konstan dan memvariasikan medan magnet H0 secara kontinyu. Instrumen lama menggunakan teknik sweeping ini untuk menghasilkan spektrum. Oskilator sweeping linear yang belakangan ini banyak digunakan mempunyai efisiensi yang lebih baik dalam menghasilkan spektrum dekopling spin. Instrumen NMR dapat berupa NMR resolusi tinggi atau model puncak lebar. Hanya NMR resolusi tinggilah yang dapat menguraikan struktur halus yang sesuai dengan puncak absorpsi. Instrumen tersebut menggunakan medan magnet 7000 G. Sedangkan instrumen berpuncak lebar digunakan untuk analisis unsur secara kuantitatif dan menelaah lingkungan fisis suatu inti. Instrumen berpuncak lebar menggunakan magnit dengan kekuatan beberapa ribu gauss adalah lebih sederhana dan lebih murah daripada NMR resolusi tingi. Untuk spektroskopi NMR resolusi tinggi diperlukan model yang canggih. (Khopkar, 2003)

2.6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Menginterpretasi Spektrum NMR (Khopkar, 2003) : 1. Jumlah sinyal yaitu berapa macam perbedaan dari proton-proton yang terdapat dalam molekul

11

2. Kedudukan sinyal yaitu bagaimana lingkungan elektronik dari setiap proton 3. Intensitas sinyal yaitu berapa banyak proton dari setiap macam proton yang ada 4. Pemecahan (splitting) sinyal menjadi beberapa puncak yaitu bagaimana lingkungan dari proton-proton yang berdekatan/bertetangga. 2.7. Karakter Jenis Inti yang Dapat Dideteksi Menggunakan Spektroskopi NMR Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR yaitu jenis kategori inti yang dalam kaitannya dengan bilangan kuantum spin inti, yakni (Sastrohamidjojo, 1992): Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak berinteraksi dengan medan magnet yang diterapkan pada NMR (medan magnet eksternal) sehingga disebut tidak ada kromofor NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0 adalah atom-atom dengan jumlah proton genap dan jumlah netron yang genap pula. Inti dengan I = 0 misalnya
12 16 32

C,

O dan

S. Walaupun tidak dapat dicermati

namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di deteksi. Kategori 2 yakni inti dengan I = . Inti ini memiliki nomor massa ganjil sehingga mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan inti dapat berinteraksi dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada kromofor NMR. Inti dengan kategori ini misalnya 1H.
19 13

C,

F. Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini memiliki I = 1,
14 10

2 atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah 2H, ini lebih sukar diamati dan pola spektranya melebar.

N,

B. Isotop-isotop

2.8. Aplikasi NMR a. Bidang kedokteran Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi struktural. NMR manjadi sebuah teknik alternatif selain kristalografi X-Ray, untuk memperoleh informasi struktur dan resolusi dinamik atomik dan studi interaksi molekuler dari makromolekul biologi pada kondisi larutan secara fisiologi. Usaha sangat penting untuk memperluas aplikasi

12

NMR untuk sistem molekul yang lebih besar, karena jumlah yang lebih besar secara biologi dibutuhkan kompleks makromolekul dan

makromolekuler yang memiliki massa molekuler melebihi range yang sacara prakis digunakan untuk spektroskopi NMR konvensional dalam larutan. Peningkatan ukuran ini memberikan batasan, contohnya, penentuan struktur protein yang tidak dapat dikristalkan, termasuk membran protein integral, penelitian interaksi molekuler melibatkan molekul besar dan penghimpunan makromolekuler, dan penentuan struktur dari oligonukleotida yang lebih besar dan kompleks dengan protein. (Harjadi, 1986) b. Bidang Biologi Molekuler Untuk protein dan protein komplek dengan massa molekuler sekitar 25-30 kDa kualitas spektra menurun dengan cepat membatasi mayor A ketika bekerja dengan makromolekul besar yang berasal dari kecepatan relaksasi tinggi signal NMR, menyebabkan garis tajam yang melebar, yang berpindah menuju resolusi spektra yang lebih sedikit dan perbandingan signal-to-noise yang rendah. Banyak peningkatan kualitas spektra NMR dari biologi makromolekuler dengan massa molekuler sekitar diatas 25 kDa dapat diperoleh dengan deuterasi, teknik yang telah dipakai dalam biologi NMR selama lebih dari 30 tahun. Dikombinasikan dengan label 15N dan 13C, label 2H mengalami pemulihan yang sangat mengesankan sekitar 10 tahun yang lalu dan telah menjadi alat yang paling penting untuk menentukan struktur yang lebih besar dalam larutan.

(Harjadi, 1986)
c. Studi Larutan NMR Pada Protein Membran Protein membran berperan pada beberapa fungsi fisiologi yang penting, dan dalam membentuk kunci target obat-obatan. Studi struktural protein membran oleh X-ray crystallography atau oleh NMR spektrokopi lebih sulit dari pada untuk protein yang dapat dilarutkan. Karena sistem membran yang nyata terlalu besar untuk diteliti dengan ekperimen larutan NMR, protein membran sering diencerkan dalam detergen micelles. Dari system micellar, spektra dapat diperoleh menggunakan TROSY

13

(Transverse Relaxation-Optimized Spectroscopy). Membran protein dalam detergen/lemak micelles menghasilkan sedikit resonansi NMR dan signal overlap berkurang daripada protein globular dari massa molekuler yang sama. Walaupun molekul detergen dapat menunjukkan fraksi yang besar dari keseluruhan massa yang besar dari pencampuran micelles, pelabelan isotop yang sesuai seperti tanda 13C, 15N dari protein dan atau menggunakan detergen deuterasi, memastikan bahwa signal NMR protein dapat dideteksi dengan besar atau tanpa interferensi dari signal molekul detergen. NMR pada biologi melekuler dilakukan pada sampel dalam bentuk larutan yang terlebih dahulu dilakukan pemurnian atau ekstraksi. Dengan NMR dapat diketahui struktur molekulernya dan perubahan yang terjadi ketika mendapat ganguan dari luar (rangsangan, penyakit atau penambahan zat lain). ((Harjadi, 1986))

14

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan 1. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti (NMR) adalah salah satu metode spektrometri yang penting untuk menguraikan atau menentukan struktur dari senyawa yang tidak diketahui, termasuk stereokimia dari suatu senyawa. 2. Prinsip kerja spektrofotometri NMR/RMI adalah penyerapan energi radiasi elektromagnetik (pada gelombang radio) oleh inti yang sedang berputar di dalam medan magnet yang kuat. 3. Komponen-komponen pada spektrofotometer NMR yaitu: magnet,

generator medan magnet penyapu, sumber frekuensi radio, detektor sinyal, rekorder, dan tempat sampel dan probe. Masing-masing komponen memiliki fungsi dan cara kerja yang tersendiri dan berbeda. 4. Aplikasi spektroskopi NMR dapat diterapkan pada berbagai bidang kehidupan, beberapa di antaranya adalah bidang kedokteran dan biologi molekuler. Contohnya untuk penentuan struktur protein yang tidak dapat dikristalkan.

15

You might also like