You are on page 1of 27

CIVICS EDUCATION ( 2 SKS)

PERTEMUAN PERTAMA I.PERKENALAN DOSEN DAN MAHASISWA II.RANCANGAN MATERI BAHAN AJAR I.PENGEMBANGAN NILAI NILAI DEMOKRASI A..PENGANTAR B. DESKRIPSI MATERI NILAI NILAI DEMOKRASI APA YANG DIMAKSUD DENGAN NILAI NILAI DEMOKRASI 1.KEBEBASAN MENYATAKAN PENDAPAT 2.KEBEBASAN BERKELOMPOK 3.KEBEBASAN BERPARTISIPASI 4.EGALITARIANISME ATAU KESETARAAN ANTAR WARGA 5.KEDAULATAN RAKYAT 6.TRUST ATAU RASA PERCAYA DIRI 7.KERJASAMA 8.PERTUMBUHAN EKONOMI 9.PLURALISME

II.MASYARAKAT MADANI A.PENGANTAR B.KONSEP MASYARAKAT MADANI C.AKTUALISASI MASYARAKAT MADANI

III.PENGEMBANGAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A.PENGANTAR B.DESKRIPSI MATERI C.BERBAGAI KONDISI DAN MEKANISME HUBUNGAN YANG BERPOTENSI MENOPANG PERTUMBUHAN MORALITAS POLITIK 1.SISTIM PEMERINTAHAN 2.KEKUASAAN EKSEKUTIF TERBATAS 3.PEMBERDAYAAN BADAN LEGISLATIF 4.SISTEM PEMILIHAN 5.SISTEM KEPARTAIAN 6.BUDAYA KOALISI 7.BUDAYA OPOSISI 8.PERANAN ORGANISASI NON PARTAI POLITIK 9.MEDIA MASSA 10.OTONOMI DAERAH IV.PENEGAKAN HAM DALAM MEWUJUDKAN CIVIL SOSIETY A.PENGERTIAN HAM B.JENIS- JENIS HAM C.HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM D.HAM DALAM PERUNDANG- UNDANGAN RI E.PENEGAKAN HAM SEBAGAI SARANA UTAMA MEWUJUDKAN CIVIL SOSIETY.

PERTEMUAN KEDUA PENGEMBANGAN NILAI- NILAI DEMOKRASI A.PENGANTAR

Transisi demokrasi yang telah berlangsung beberapa tahun terakhir telah memperlihatkan adanya perubahan perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Sekarang ini telah bermunculan cukup banyak partai politik.,badan legislative yang tadinnya relative tunduk pada eksekutif tetapi sekarang telah menunjukkan perubahan yang cukup berarti paling tidak ada keberanian berbeda pendapat dengan eksekutive dan sebaliknya pihak eksekutif telah mulai memberikan penghargaan kepada pihak legislative. Kritikan-kritikan kepada pemerintah baik dipusat maupun daerah semakin marak dan senantiasa memenuhi halaman-halaman Koran dan majalah serta dimuat dimedia elektronik.Selain itu LSM selalu memusatkan perhatian pada isu-isu tertentu yang terjadi sebagai akibat implementasi agenda pemerintahan. Walaupun peningkatan kesadaran tentang nilai-nilai demokrasi terasa semakin marak terutama dikalangan aktifis politik,LSM,Intelektual serta media massa namun bukan berarti bahwa demokrasi telah benar-benar tegak di bumi Indonesia karena masih terdapat banyak tindakan para politisi yang dapat dikategorikan sebagai penyimpangan paling tidak masih sering terjadi upaya pemaksaan kehendak dengan kekerasan oleh orang-orang yang seakan-akan berdiri diatas hukum,tindakan korupsi yang justru semakin merajalela ditengah kritik masyarakat yang terus berdengung , ancaman HAM dan keamanan masih sering terjadi yang dilakukan oleh aparat keamanan maupun aparat sipil. Kelihatannya bangsa kita telah bergerak meninggalkan era otoriterisme namun dibeberapa kesempatan masih bermunculan tindakantindakan yang anti demokrasi dalam berbagai bentuknya. Kondisi ini tentu memerlukan penyegaran kembali berkenaan dengan apa yang disebut nilai dan kondisi yang diperlukan untuk membangun tatanan demokrasi

B.DESKRIPSI MATERI NILAI- NILAI DEMOKRASI Apa yang dimaksud dengan nilai nilai demokrasi. Nilai- nilai demokrasi sesungguhnya adalah merupakan nilai nilai yang diperlukan untuk mengembangkan pemerintahan demokrasi.Berdasarkan nilai dan kondisi inilah sebuah pemerintahan demokratis dapat ditegakkan.Sebaliknya tanpa nilai dan kondisi ini , maka pemerintahan demokratis tersebut sulit untuk ditegakkan.Nilai nilai demokratis meliputi antara lain sbb 1.Kebebasan menyatakan pendapat. Oleh Dahl ( 1971 ) menyatakan bahwa kebebasan menyatakan pendapat adalah sebuah hak bagi warga Negara biasa yang wajib dijamin dengan Undang Undang dalam sebuah system politik demokratis.Kebebasan ini diperlukan karena kebutuhan menyatakan pendapat senantiasa muncul dari setiap warga Negara terutama dalam era pemerintahan terbuka seperti sekarang ini.Dalam masa transisi menuju demokrasi saat ini perubahan- perubahan lingkungan , politik, social, ekonomi , budaya dan tehnologi dsb, seringkali memunculkan persoalan bagi warga Negara dan masyarakat pada umumnya.Jika persoalan tersebut dinilai sangat merugikan kepentingannya, maka warga Negara atau masyarakat berhak untuk menyampaikan keluhan baik secara langsung atau tidak langsung kepada pemerintah seperti lurah, camat,bupati,anggota DPR atau bahkan kepada Presiaden sekalipun baik melalui pembicaraan langsung , lewat surat atau media massa dsbnya. Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai undang undang undang yang berlaku, sebagi bentuk kewajiban melindungi warga negaranya yang merasa dirugikan oleh sebuah tindakan atau kebijakan..Semakin cepat dan efektif cara pemerintah memberikan tanggapan, semakin tinggi pula kualitas demokrasi pemerintahan tersebut.Penindasan terhadap kebebasan menyatakan pendapat akan mengakibatkan matinya nilai nilai demokrasi. 2.Kebebasan Berkelompok Kebebaan berkelompok dalam sebuah organisasi merupakan nilai dasar demokrasi yang diperlukan bagi setiap warga Negara ( Dahl, 1971).Kebutuhan berkelompok merupakan merupakan naluri dasar manusia yang tidak mungkin diingkari.Pada masyarakat primitive mereka berkelompok untuk mencari makanan dan perlindungan dari kejaran binatang buas atau dari kelompok lain yang bermaksud jahat. Di era moderen sekarang nampak bahwa kebutuhan berkelompok semakin kuat tumbuhnya., karena persoalan persoalan yang muncul dalam masyarakat semakin kompleks dan memerlukan organisasi untuk menemukan jalan keluar atau solusi.Ketika terjadi bencana banjir misalnya, maka upaya penyelamatan dan bantuan kepada korban akan lebih cepat dan optimal jika dilakukan secara berkelompok.Demikian halnya dengan pemilihan Presiden misalnya diperlukan dukungan dari partai politik atau kelompok tertentu untuk mencalonkan sesorang.Oleh karena itu berkelompok merupakan cara kuno atau konvensional sekaligus cara moderen untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Demokrasi menjamin kebebasan warga Negara untuk berkelompok termasuk membentuk partai politik baru atau mendukung partai yang sudah ada.Demokrasi me

mberikan alternative lebih banyak dan lebih sehat bagi warga Negara, karena semua itu mendapat jaminan bahwa demokrasi menjamin dan mendukung kebebasan berkelompok. 3.Kebebasan Berpartisipasi Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan penggabungan dari kebebasan berpendapat dan kebebasan berkelompok. Oleh Patterson dkk mengemukakan ada empat jenis kebebasan berpartisipasi yaitu : a. Pemberian suara dalam pemilihan umum, baik pemilihan anggota Legislatif Atau pemilihan Presiden.. Di Negara demokrasi yang tergolong sedang berkembang seperti Indonesia, pemberian suara dalam pemilu sering dipersepsikan sebagai wujud kebebasan berprtisipasi politik yang paling utama.Dalam Negara demiokrasi sesungguhnya tidak ada keharusan untuk memberikan suara dengan cara kekerasan. b. Melakukan kontak hubungan dengan pejabat pemerintah Kontak langsung dengan pejabat pemerintah ini semakin dibutuhkan karena kegitan pemberian secara regular ( pemilihan anggota DPR / PRESIDEN) dalam perkembangannya tidak akan memberikan kepuasan bagi masyarakat.Anggota DPR yang terpilih belum tentu dapat mmenuhi harapan sebagaian masyarakat, bahkan Presiden terpilihpun yang secara langsung dengan suara terbanyak bukan jaminan bahawa pemerintahan yang dibentuk akan meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.Hal tersebut inilah antara lain sehingga upaya mengadakan kontak langsung dengan pemerintah semakin diperlukan dan merupakan kebutuhan mendesak. c. Melakukan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah. Pernyataan protes terhadap berbagai kebijakan seperti kenaikan tariff listeri, kenaikan tariff telepon, kenaikan harga BBM adalah sebagian bentuk protes dan merupakan bagian dari proses demokrasi sejauh itu diperlukan untuk memperbaiki kebijakan pemerintah atau lembaga swasta dan tidak menimbulkan gangguan bagi kehidupan public atau masyarakat. d. Mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik mulai dari kepala Desa, Bupati, Gubernur, Presiden dan anggota DPR/ DPRD dsb sesuai dengan system pemilihan yang berlaku..Bentuk partisipasi yang keempat ini sangat diperlukan dalam mengembangkan nilai nilai demokrasi.

PERTEMUAN KETIGA 4.Egalitarianisme Egalitarianisme atau kesetaraan antar warga merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan bagi pengembangan demokrasi dan lebih khusus di Indonesia yang masyararakat heterogen yaitu multi ethnics, multi bahasa, multi agama dsb. Keseteraan disini diartikan sebagai adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara tanpa melihat perbedaan yang ada (heterogenitas). Heterogenitaas masyarakat Indonesia sering kali menundang masalah khususnya ketika terjadi miscomincation antar kelompok yang kemudian berkembang luas menjadi konflik antar kelompok. Nilai- nilai kesetaraan perlu dikembangkan dan dilembagakan dalam semua sector pemerintahan dalam sebuah masyarakat. Diperlukan usaha keras agar tidak terjadi diskriminasi atas kelompok etnis, bahasa, daerah atau agama tertentu sehingga hubungan antar kelompok dapat berlangsung dalam suasana egaliter. Penolakan terhadap atas kesetaraan sudah pasti bertentangan dengan nilai demokrasi. Di era transisi mrnuju demokrasi secara bertahap kesetaraan sudah mulai ditegakan nilai kesetaraan yang dpelihara dan ditumbuh kembangkan akan membawa bangsa Indonesia menuju demokrasi yang lebih sehat dan terbuka serta jauh dari tekanan-tekanan. 5. Kedaulatan Rakyat Dinegara demokrasi rakyatlah yang memiliki kedaulatan dalam arti bahwa rakyatlah yang berdaulat dalam menetukan pemerintahaan. Warga Negara sebagai bagian dari rakyat memiliki kedaulatan pada pemilihan yang berujung pada pembentukan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah dengan sendirinya berasal dan bertanggung jawab kepada rakyat. Rasa ketergantungan pemerintah kepada rakyat itulah yang kemudian memberikan makna accountability. Poltisi yang accountable adalah politisi yang menyadari dirinnya bersasal dari rakyat dan oleh karena itu ia wajib mengembalikan apa yang diperolehnya kepada rakyat. Poltisi yang tidak accountable tentu cendrung mengabaikan warga Negara yang telah memilihnya dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Kedaulatan rakyat hanya dapat ditegakan ketika para politisi menyadari asal usul dirinnya dan menunjukkan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat. Accountability tergolong dalam kelompok nilai-nilai demokrasi yang sulit untuk dikembangkan kondisi rezim otoriter sangat bertolak belakang dengan kondisi regin demokrasi karena dalam regin demokrasi politisi harus accountable yaitu harus melayani seluruh kebutuhan rakyat. Mereka harus

menyadari bahwa mandat yang mereka peroleh dari rakyat harus dikembalikan dalam bentuk pemberian pelayanan sebanyak mungkin kepada rakyat 6. Trust( Rasa percaya) Rasa percaya antara politisi merupakan nilai dasar lain yang diperlukan agar demokrasi dapat terbentuk. Sebuah pemerintahaan demokrasi akan sulit berkembang jika rasa percaya satu sama lain tidak tumbuh. Ketika yang ada hanyalah kecurigaan, kehawatiran dan permusuhan maka hubungan antar poltisi akan terganggu secara permanent. Kondisi seperti ini sangat merugikan keseluruhan system politik. Bagaimana mungkin sebuah pemerintahan berjalan baik jika tidak ada rasa percaya satu sama lain dikalangan politisi. Rasa percaya ini semakin diperlukan sejalan semakin kompleksnya persolan bangsa yang memerlukan penyelesaian. Jika rasa percaya tidak ada maka kemungkinan besar pemerintah mengalami kesulitan dalam menjalankan agendanya karena lemahnya dukungan sebagai akibat kelangkaan rasa percaya. Dalam kondisi seperti ini pemerintah bahkan dapat terguling sebelum waktunya sehingga menjadikan proses demokrasi berjalan semakin lambat. 7. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi Dahl (1971) menyebutkan bahwa factor ekonomi dalam bentuk GNP perkapita merupakan salah factor kondisional penentu demokrasi dalam ukuran dollar. Dahl mencatat bahwa Negara dengan GNP perkapita US $ 700 berpeluang bergerak menuju system politik demkrasi. Sekali pun demikian oleh Huntington mneyebutkan bahwa kemakmuran ekonomi bukan satu-satunya factor penentu tumbuhnya demokrasi. Kalau kemakmuran ekonomi menjadi penentu utama menuju demokrasi maka Arab Saudi dan Libya tentunya telah berkembang menjadi Negara demokrasi. 8. Pluralisme Masyarakat plural dapat dipahami sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok. Dalam masyarakat plural setiap orang dapat bergabung dengn kelompok yang ada tanpa rintangan sistemik yang mengakibatkan terhalangnya hak untuk berkelompok atau bergabung dengan kelompok.Kemudahan bergabung dengan setiap kelompok yang ada juga diperkuat oleh kesediaan dan keinginan satu kelompok dalam menerima kemenangan kelompok lain dalam sebuah persaingan secara jujur. Masyarakat yang heterogen membuka peluan bagi persaingan dan konflik antar kelompok yang ada..Akan tetapi kemenangan suatu kelompok yang

telah sesuai dengan aturan yang diakui secara kolektif harus diterima dengan tangan terbuka sehingga konflik yang parah dapat dihindarkan. Pluralisme mengajarkan kepada kelompk kelompok yang ada didalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan daya saing masing- masing kelompok.Usaha kolektif untuk menuju kehidupan yang lebih baik dilakukan melalui sebuah kompetisi antar kelompok dengan aturan main yang telah disepakati.Kesadaran pluralisme masyarakat ini dapat menghindarkan pecahnya konflik antar kelompok setiap kali terjadi persaingan didalamnya.

PERTEMUAN KEEMPAT MASYARAKAT MADANI A.PENGANTAR Istilah masyarakat Madani selain menjadi issu penting dalam gerakan Islam di Indonesia, pada saat yang bersamaan telah menjadi wacana akademik yang menarik di kampus kampus dalam beberapa tahun terakhir ini. Perdebatan pun mewarnai diskusi atau wacana mengenai konsep masyarakat Madani tersebut. Pada tingkat konsep masih diperdebatkan apakah istilah masyarakat Madani sama atau identik atau sepadan dengan konsep masyarakat Islam, masyarakat Utama dan lebih luas lagi dengan civil society atau masyarakat sipil atau masyarakat beradab yang telah lama diperbincangkan dalam wacana akademik. Baik identik maupun berbeda secara konsptual, apa karakteristik masyarakat madani itu. Pada tingkat atau tataran emperik dipertanyakan apakah konsep masyarakat madani sekadar merupakan reaksi tandingan un tuk peneguhan identitas kolektif kaum muslimin dari kehadiran civil society dengan identitas dan latar belakang sejarah barat yang menyertainya atau lebih jauh lagi memang memiliki akar sosio histories pada sejarah Islam masa nabi Muhammad saw yang menjadi model utama dari masyarakat yang dicitacitakan umat Islam ? Selanjutnya dipertanyakan pula , apakah masyarakat Madani itu dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini dan lebih khusus lagi, bagaimana aktualisasinya ditengah masyarakat yang plural seperti Indonesia.

B.KONSEP MASYARAKAT MADANI

Istilah masyarakat Madani pertama kali diperkenalkan oleh Dr.Anwar Ibrahim, mantan Deputy Perdana Menteri Malaysia dalam pidato kebudayaannya pada forum Festifal Istiqlal tahun 1995 di Jakarta dimana beliau mengatakan bahwa : Justeru Islamlah yang pertama kali memperkenalkan kepada kita dirantau ini kepada cita cita keadilan social dan pembentukan masyarakat Madani yaitu civil society yang bersifat demokratis. Oleh Nagueb Al Attas mengatakan bahwa konsep Masyarakat madani adalah masyarakat yang berperadaban, sehingga masyarakat madani berarti sama dengan civil society yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilainilai peradaban.Pada umumnya istilah masysrakat madani disamakan atau sepadan dengan civil society, masyarakat sipil, masyarakat beradab atau masyarakat berbudaya. Dalam kajian yang lain, bahwa gagasan civil society di dunia barat diilhami oleh 4 pemikiran utama meliputi: 1.Tradisi hukum kodrat atau hukum alam yang meletakkan pentingnya ```````peranan akal dalam kehidupan individu . 2.Doktrin Kristiani Protestan yang intinya bahwa tatanan masyarakat Merupakan pencerminan tatanan ketuhanan. 3.Faham kontrak social, yakni keberadaan masyarakat atau Negara karena Kesepakatan bersama akan hak hak yang harus dilindungi 4.Pemisahan Negara dan masyarakat yang menekankan paham bahwa Negara dan masyarakat bukanlah merupakan entitas yang sama tetapi Merupakan entitas yang berbeda yang masing masing harus otonom. Dilingkungan Muhammadiyah konsep masyarakat madani memiliki padana dengan konsep Masyarakat Utama yang secara formal tercantum dalam anggaran d asar Muhammadiyah hasil Muktamar ke 41 th 1985 di Surakarta. Konsep tersebut dalam konteks situasional lebih merupakan akomodasi dari konsep sebelumnya yaitu konsep masyarakat Islam yang sebenar- benarnya, ketika Muhammadiyah bersama organisasi kemasyarakatan lainnya dipaksa oleh resim Soeharto untuk mencantumkan azas Pancasila didalam anggaran dasar organisasinya. Karena itu dalam konsep masyarakat utama itu diberi penjelasan dengan keterangan : yang adil dan makmur dan diridhoi ole Allah swt. Meskipun kemudian pada Muktamar ke 44 tahun 2000 di Jakarta, Muhammadiyah mengikuti arus umum lagi untuk kembali ke konsep masyarakat Islam dengan rumusan Masysrakat Islam yang sebenar- benarnya yang dalam penjelasan ringkas dimaknai sebagai suatu masyarakat dimana keutamaan , kesejahteraan , dan kebahagiaan luas merata. Konsep msyarakat utama atau masyarakat Islam di lingkungan Muhammadiyah memiliki rujukan pada konsep Khairah Ummah yang merujuk pada Al Quran . Masyarakat utama sebagai model masyarakat Muslim yang oleh Ahmad Azhar Basyir (1983) menggunakan istilah masyarakat Muslim sebagai padanan masyarakat dalam binaan Islam yaitu masyarkat yang terbentuk atas dasar wahyu Ilahi , bukan hasil pemikiran manusia atau perkembangan evolusionistik secara alamiah. Masyarakat madani , masyarakat Islam , masyarakat utama dan istilah sejenis laiunnya yang dalam hal ini mungkin dapat dibedakan dengan civil society, karena secara konseptual memang memiliki system nilai yang langsung dilekatkan atau

dipertautkan dengan nilai- nilai normativitas Islam dalam wahyu Allah, sekaligus memiliki kaitan kesejarahan dengan realitas emperik yng pernah dibangun oleh nabi Muhammad pada zaman Madinah. Dalam konteks kesejarahan baik konsep masyarakat Madani, masyarakat utama, masyarakat muslim dan yang sejenis dirujuk pada tipe ideal masyarakat Madinah pada zaman Nabi Muhammad. Hal tersebut antara lain dapat dirujuk pada karya klasik Al Farabi dengan konsep Al Madinah Al Fadhillah yang dalam literature Indonesian sering diterjemahkan dengan istilah Negara Madinah. Al Farabi merumuskan konsep Al Madinah Al Fadhillah sebagai model Negara ideal yang memiliki dan mencerminkan segala keutamaan berdasarkan hokum- hokum Allah. Negara Madinah sendiri dalam telaah pemikir Islam masih bersifat multi tafsir atau setidak tidaknya ada 2 tafsir yaitu ada melihat Negara Madinah sebagai model Negara dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana konsep Negara moderen dengan struktur kekuasaannya yang kaku dan otoriter dengan kewenangan yang sangat besar yang kemudian mekar paham Negara Islam. Sementara yang lain melihat Negara Madinah bukan sebagai Negara dalam arti yang sesungguhnya tetapi melihat nya sebagai bentuk masyarakat secara khusus berupa masyarakat politik. Dalam menjelaskan dan memandang konsep masyarakat Madani di Indonesia tampaknya masih terdapat beberapa pemahaman yaitu 1) Pandangan yang lebih bercorak idealis formalis dengan mempertautkan masyarakat madani dalam konteks masyarakat Islam yang bercorak syariat dan lebih jauh lagi dalam proyeksi Negara Islam sebagai representasi masyarakat atau Negara Madinah. 2) Pandanagnan Modernis yang meletakkan masyarakat Madani sebagai proses social yang bersifat transformative dengan nilai- nilai Islam sebagai landasan etik bagi terbentuknya masyarakat yang dicita citakan. 3)Terdapat pula pandangan yang mendekati perspektif sekularis yang melepaskan cita cita social muslim dari formalisme dan etika Islam kedalam symbolsymbol dengan membiarkan masyarakat muslim tumbuh berdasarkan hokum- hokum social universal dan nilai- nilqai agama didomestikasikan semata mata urusan pribadi serta tidak boleh menjadi domain public lebih lebih yang bercorak idiologi.. Berbagai perspektif dan pendekatan seperti diatas akan terus bergulir dan menentukan corak praksis dari gerakan Islam dalam menawarkan model masyarakat madani dengan berbagi kaitan konseptual, idiologis, dan kepentingan kontekstual yang menyertainya . Semua itu sah sah saja adanmya sebagai corak dari pluralitas pemikiran dan gerakan Islam termasuk di Indonesia , kendati boleh jadi dapat menjadi masalah tersendiri dalam bangunan entitas kaum muslimin di negeri ini.

PERTEMUAN KELIMA C.AKTUALISASI MASYARAKAT MADANI Masyarakat sebagai system soaial yang menyeluruh setidak tidaknya harus memiliki komponen dasar yang membentuk kesatuan yaitu 1) kebudayaan sebagai system nilai kollektif, 2) struktur social sebagai institusi yang mewadahi interaksi social secara terpola,3) system keperibadian yang berwujud identitas atau cirri yang melekat dalam

mentalitas para anggotanya dan 4) lingkungan dan factor- faktor fisik yang menjadi penopang kehidupannya. Dengan demikian maka masyarakat merupakan sebuah system social yang kompleks dari kehidupan manusia. Masyarakat muslim sebagai system social menyeluruh tidak mungkin terbentuk semata mata karena subsistem nilai dan norma, kendati factor ini sangatlah penting dalam menentukan eksistensi kehidupan umat manusia yang akan mengantarkan pada patokan mengenai hal hal yang penting dalam menyangkut orientasi benar atau salah, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas dari perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupannya. Faktor kelemmbangaan termasuk hal penting untuk kepentingan membangun masyarakat madani sebagai system social muslim. Dalam pembahasan tentang masyarakat madani, komponen system social yang menyeluruh tersebut juga merupakan suatu keniscayaan, sehingga masyarakat madani tetap membumi dalam kenyataan hidup umat Islam, bukan sesuatu yang normative belaka. Lebih lebih dengan merujuk pada pengalaman sejarah nabi Muhammad saw di Madinah, maka masyarakat madani menjadi suatu model yang bersifat sosio histories.Pada titik inilah pentingnya mengkonstruksikan model madani sebagai system social menyeluruh dan emperik dalam kehidupan kaum muslimin. Konstruksi masyarakat yang dicita- citakan Islam baik berupa konsep masyarakat Islam, masyaraka utama atau masyarakat Madani pada umumnya diperkenalkan sebagai konsep normative , sehingga sering dipandang sebagai hal yang sulit untuk diwujudkan.Banyak model konstruksi yang dapat dikembangkan untuk mewujudkqan masyarakat madani sebagai system masyarakat muslim misalnya Ibnu Khaldum memperkenalkan konsep Umran yang bertujuan menyuguhkan peta peta konseptual dan rencana- rencana operasi yang mendetail bagi alternative masa depan muslim dan untuk memberikan visi peradaban muslim yang rational dan meyakinkan seluruh umat muslim. Di Indonesia ada gerakan Muhammadiyah yang sejak kelahirannya tahun 1912 yang memelopori gerakan Islam moderen , sebenarnya termasuk kedalam proyek membangun masyarakat muslim dengan karakteristik masyarakat Madani, kendati masih jauh dari ideal .Gerakan Muhammadiyah merupakan modernisasi dari gerakan pemikiran dan pragmatis sehuingga lebih menyerupai gerakan transformasi Islam. Muhammadiyah berhasil melakukan institusionalisasi gagasan ideal Islam kedalam dunia nyata melalui kelembagaan- kelembagaan yang dikenal dengan amal usaha Muhammadiyah seperti sekolah/ perguruan , rumah sakit, panti panti asuhan, masjid dan sebagainya. Watak madaniyah Muhammadiayh juga semakin jelas dengan lebih memilih focus membangun masyarakat dan tidak melalui jalur membangun Negara Islam , sehingga secara relative konsisten tidak memasuki atau menjelmakan diri kedalam gerakan politik praktis dan lebih memilih gerakan pemberdayaan umat dan masyarakat. Dalam kontekas kehidupan politik , semagat mewujudkan masyarakat madani di Indonesia mengimbas pula padsa keinginan untuk membangun system politik madani. Sitem poltik madani yaitu system politik yang civilized ( berperadaban ), yang aktualisasinya berwujud system politik demokratis berdasarkan check and balance antara Negara ( state ) dan masyarakat ( society ) , berkeadilan dan bersandar pada kepatuhan serta tunduk kepada hokum ( law and order ).

PERTEMUAN KE ENAM PENGEMBANGAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. Pengantar Pemerintahan yang bersih dan berwibawa pada dasarnya adalah pemerintahan yang demokratis yang bersih dari praktek kolusi , korupsi dan nepotisme atau KKN. Bentuk pemerintahan seperti ini merupakan bentuk pemerintahan yang ideal dan diharapkan sekarang ini. Meskipun demikian pada tingkat tertentu sudah ada beberapa Negara maju dalam aspek aspek tertentu dapat dikategorikan sebagai acuan sekalipun masih banyak kekurangan= kekurangan yang ada didalamnya. Akan tetapi dalam era transisi persoalan moralitas politik merupakan salah satu persoalan mendesak yang perlu ditingkatkan. B.Deskripsi materi Pemerintahan yang bersih dan berwibawa hanya mungkin dapat ditegakkan apabila semua masyarakat yang mendukungnya menjadikan moralitas politik sebagai nilai nilai fundamental. Apa yang disebut sebagai pemerintahan yang bersih. Pemerintahan yang bersih secara sederhana dapat dijelaskan sebagai bentuk pemerintahan yang para pelakunya serta mereka yang terlibat didalamnbya menjaga diri dari perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme. Korupsi adalah perbuatan pejabat pemerintah yang menggunakan uang pemerintah dengan cara- cara yang tidak legal, sedang kolusi adalah bentuk kerja sama antara pejabat pemerintah dan oknum lain secara melanggar hokum untuk mendapatkan keuntungan material. Nepotisme adalah pemanfaatan jabatan untuk memberi pekerjaan , kesemapatan ataun penghasilan bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat sehingga menutup kesemapatan bagi orang lain. Pemerintahan yang penuh gejala KKN tergolong kepada pemerintahan yang tidak bersih dan sebaliknya. Selain pemerintahan bersih juga diperlukan pemerintahan yang berwibawa yaitu pemerintahan yang dihormati dan menghormati rakyatnya. Untuk menegakkan pemerintahan yang berwibawa diperlukan berbagai kondisi dan mekanisme hubungan yang berpotensi menopang pertumbuhan moralitas politik sebagai berikut: 1.Sistem Pemerintahan Terdapat dua bentuk system pemerintahan yang dikenal dan dipraktekkan selama ini yaitu : a.)Sistem Parlementer yaitu system pemerintahan yang prinsip utamanya adalah adanya fusi kekuasaan eksekutif, dimana antara eksekutif dan legislative terdapat hubungan yang menyatu dan tak terpisahkan ( fusi ).Dalam konteks ini maka anggota legislative dapat merangkap jabatan sekaligus sebagai anggota kabinet.Eksekutif adalah apa yang sering kita sebut sebagai pemerintahan.Kepala eksekutif ( head of government) adalah Perdana Menteri, sedangkan kepala

Negara ( head of state ) berada di tangan raja atau ratu. Kepala negaralah yang mengangkat kepala pemerintahan yang merupakan ketua partai mayoritas di parlemen.Perbedaan fungsi ini sering juga disebut sebagai kekuasaan eksekutif yang terbagi antara kepala pemerintahan dan kepala Negara. b) Sistem Presidensial Sistem ini menekankan pentingnya pemilihan Presiden secara langsung , sehinga Presiden terpilih mendapat mandat langsung dari rakyat. Berbeda dengan system Parlementer dimna perdana menteri mendapat mandat dari rakyat secara tidak langsung dari rakyat tetapi melalui melalui partai mayoritas di parlemen. Dalam System presidensial kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan sepenuhnya berada ditangan Presiden. Oleh karena itu presiden adalah kepala eksekutif ( head Of govermment) sekaligus sebagai kepala Negara ( head of state ).Presiden adalah penguasa sekaligus sebagai symbol kepemimpoinan bangsa. Prinsip pokok lain nya dalam system presibensial adalah adanya pemisahan kekuasaan ( the separa tion of power ) antara kekuasaan eksekutif ( presiden ) dan kekauasaan legislative (parlemen ) Prinsip pemisahan kekuasaan eksekutif dengan legislative merupakan upaya untuk membuktikan bahwa sesungguhnya bahwa eksekutif dapat dikenda likan oleh badan diluar pemerintah khususnya parlemen. Pemisahan kekuasaan ini sekaligus menumbuhkan legitimasi penuh bagi tiap tiap institusi tersebut sehingga tidak dapat saling membubarkan satu sama lain. c.Kekuasaan eksekutif terbatas Ketentuan konstitusioanl tentang kekuasaan eksekutif terbatas memang sangat diperlukan agar dapat menutup kemungkinan pertumbuhan pemerintahan yang otoriterisme yng cenderung repressif. Kegagalam resim otoriter pada zaman Orde Baru untuk menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi merupakan pelajaran sangat berharga.Oleh karena itu, badan legislative, media massa, kampos kampus ,kelompok kepentingan dan public pada umumnya harus mengkondisikan diri untuk tetap mawas diri untuk terhadap ekspansi kekuasaan presiden. PERTEMUAN KETUJUH 4) Pemberdayaan Badan Legislatif Pemberdayaan badan legislative merupakan sebuah agenda penting dalam mengembangkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Pada masa orde baru badan legislate pada umumnya lebih banyak memainkan peran sebagai tukang stempel saja ( rubbert stamp parlement ) , sangat sedikit yang melakukan kritik ter hadap eksekutif. Umumnya mereka menerima dan mengesahkan semua usulan pemerintah Di era demokrasi , badan legislative dituntut untuk melakukan pemberdayaan dirinya selaku badan perwakilan rakyat .Pemberdayaan legislatif pada dasar merupakan hal penting dalam upaya membatasi kekuasaan eksekutif.Badan legis-

latif menduduki posisi sentral, karena anggota badan legislative merupakan politi si yang mendapat mandat dari rakyat untuk mewakili kepentingan mereka. Dengan demikian hanya badan legislatif yang secara sah dapat melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pemerintahan.Mereka dapat mendukung atau menolak usulan kebijakan yang diajukan oleh pemerintah. Pemberdayaan memerlukan sebuah upaya untuk melembagakan pola hu bungan kerja sama yang disetujui bersama kedua belah pihak dan diterima secara secara luas oleh masyarakat.Peroalan lain yang menyangkut pemberdayaan legislatif adalah pningkatan professionalisme anggota badan legislatif dengan meningkatkan pendidikan, memperhatikan latar belakang professi serta usia terutama dalam rekruitmen / pencalonan anggota legislative. 5) .Sistem Pemilihan System pemilihan adalah cara untuk menentukan siapakah politisi atau par tai yang memenuhi syarat untuk menduduki jabatan di badan legislative atau ekssekutif ( presiden ). Sistem pemilihan juga merupakan sarana rekruitmen par apejabat pemerintah yang dilakukan secara nasional dan mengarah pada pergantian pemerintahan secara regular. Ada beberapa system pemilihan yang dikembangkan di Negara Negara demokrasi meliputi : a). Sistem Propor sional yaitu system pemilihan yang membuka peluang bagi banyak partai politik untuk dapat duduk di dalam pemerintahan. Setiap partai bersaing dengan partai lainnya untuk mendapatkan seba nyak mungkin suara pemilih dalam setiap daerah pemilihan .Di setiap daerah pemilihan terdapat banyak kursi untuk diperebutkan oleh partai yang ada. Perolehan kursi masing masing partai dihitung sesuai dengan proporsi perolehan suaranya. Partai yang banyak perolehan suaranya memperoleh banyak kursi dan sebaliknya. b). Sistem Distrik yaitu system pemilihan dalam mana setiap daerah pemilihan disebut sebagai distrik. Di setiap distrik hanya terdapat satu kur si untuk diperebutkan. Distrik adalah bagian dari sebuah Negara bagian atau propinsi.Penentuan jumlah distriknya tergantung pada banyak se sedikitnya jumlah penduduknya. c) Sistem Multiple Distrik yaitu system distrik yang dimodifikasi dimana setiap distrik lebih dari satu kursi yang diperebutkan.Dengan jumlah lebih dari satu kursi yang diperebutkan memberi peluang ada lebih dari satu partai poltik yang mendapatkan kursi dari distrik tersebut. 6) Sistem Kepartaian Sistem kepartaian memegang peran penting dalam pengembangan system Poltik demokratis. Ada dua system kepartaian yang dikembangkan pada Negara demokratis yaitu meliputi 1) Sistem dua partai misalnya di Amerika Serikat hanya ada partai Demokrat dan partai Republik sementara di Inggeris ada partai Buruh dan partai Konservatif.Sistem dua partai cenderung menghasilkan kabinet yang stabil dan bertahan lama. Demikian juga

dengan system dua partai memudahkan partai pemenang pemilu lebih cepat melaksanakan dan menerapkan semua program partainya pada saat kampanye menjadi program pemerintah.Keuntungan lainnya ialah bahwa pemilih mudah memberikan hukuman bagi partai yang gagal menjalankan pemerintahan karena hanya satu partai yang berkuasa.2) Sistem Multi Partai . Dalam system multi partai maka yang berkuasa biasanya lebih dari satu partai sehingga ada yang menyebutnya sebagai sumber instabilitas politik karena kesulitan bagi cabinet dalam menjalankan agenda pemerintahan yang terdiri dari banyak partai politik. Namun di berbagai Negara di Eropa yang menggunakan system multi partai ternyata mampu menciptakan pe merintahan yang demokratis yang stabil dan produktif.Bagi kita Indonesia yang kondisi masyarakatnya sangat heterogen, maka system multi partai ini sudah dianggap sesuai dengan beberapa alas an antara lain , pertama bahwa gerakan reformasi yang telah bergulir selama ini memberi peluang untuk tumbuh suburnya partai politik termasuk munculnya partai baru karena dihilangkannya beberapa aturan yang menghambat. Kedua bahwa de ngan reformasi memberikan kondisi yang kondusif bagi tokoh dan komunnitas tertentu yang tidak puas dengan partai yang sudah ada untuk mem bentuk partai baru. Ketiga ialah dengan system pemilihan Presiaden secara langsung merupakan dorongan yang sangat kuat untuk mendirikan partai partai baru, karena dengan partai politik yang bari itu mereka merasa aspirasiny dapat tersalurkan dengan baik sesuai keinginannya. PERTEMUAN KEDELAPAN 7. Budaya koalisi Sebagai Negara dengan system multi partai, mungkin tidak ada satu partai yang dapat menang mayoritas dalam pemilu, sehingga tidak mudah membentuk pemerintahan dengan satu partai saja yang berkuasa. Kondisi seperti ini akan mengharuskan partai yang mau berkuasa untuk membentuk koalisi dengan partai lain .Pembentukan koalisi ini biasanya didasari oleh pertimbangan pragmatisme yang sangat kuat, sehingga partai anggota koalisi terkadang mengabaikan prinsip demikrasi. Partai yang masuk dalam koalisi motivasinya hanya untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan dalam cabinet. Hal ini mungkin yang terjadi di Indonesia se karang. 8. Budaya Oposisi Persoalan lain yang mungkin muncul dari sitem multi partai adalah Kesulitan membangun budaya oposisi. Belum ada satupun partai politik secara nyata menjadi oposisi dalam arti yang sesungguhnya. Keengganan masing masing partai untuk menjadi partai oposisi menjadi penghalang bagi pertumbuhan budaya oposisi yang sangat diperlukan bagi bekerjanya system demokrasi.Partai oposisi sangat diperlukan, karena ketika semua partai terlibat dalam pemerintahan,maka ketika partai berkuasa melakukan tindakan KKN, mungkin dapat dipastikan bahwa mereka akan saling mem bela dan melindungi karena hanya partai oposisi diharapkan untuk mem

memberikan kritik tajam terhadap partai yang berkuasa. 8. Peranan organisasi non Partai Poltik Organisasi non partai politik adalah organisasi yang tidak menjadikan perebutan jabatan public sebagai tujuan utama mereka.Termasuk di dalamnya a.l Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi kampus, ormas Islam dsb. Posisi organisasi non partai sangat strategis dalam proses pe Ngawasan masyarakat terhadap jalannya pemerintahan. Mereka cenderung bersikap kritis tanpa dibebani oleh pertimbangan jangka pendek seperti yang dialami kalangan partai politik. Ia cenderung pula memainkan peran sebagai pengawal proses demokratisasi dan pengamat prilaku para politisi dan pemerintah dsb. Kondisi ini dimungkinkan karena organisasi non par tai politik tidak tergantung pd birokrasi dan kepentingan lain yang sering mengikat seperti yang terjadi pada poltisi di eksekutif maupun di legislatif . Organisasi kemahasiswaan misalnya hingga sekarang tetap memainkan peran kritis mereka terhadap kebijakan pemerintah Protes dan demonstrasi yang dilancarkan organisasi kemahasiswa paling tidak mem beri kontribusi dalam mengembangkan public yang kritis terhadap peme rintah.Namun demikian organisasi non partai tentu tidak memiliki wewe nang untuk menghakimi pemerintah ketika ada indikasi kekeliruan yang dilakukan pemerintah. PERTEMUAN KESEMBILAN 9. Media Massa Media massa merupakan salah satu pemain paling menentukan ter utama dalam proses transisi menuju demokrasi. Tingkat kebebasan media massa yang tinggi akan menciptakan masyarakat yang cepat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi, disamping itu memungkinkan pula masya rakat mendapatkan pilihan berita yang beragam sebagai bagian dari proses pendidikan politik yang membantu menciptakan kondisi bagi masyarakat untuk belajar menemukan alternative lain. Sebagai sarana komunikasi timbal balik antara masyarakat den Pemerintah, media massa sangat diperlukan kedua belah pihak terutama ke tika saluran saluran resmi di DPR/ DPRD tidak berfungsi sempurnah Politisi di DPR/DPRD sering tidak secara maksimal memainkan perannya menyalurkan kepentingan masyarakat luas. Media massa dapat memain kan peran dalam merumuskan agenda politik yang tidak selalu menjadi perhatian para politisi..Tingkat kemampuan dan sarana yang terbatas dari kalangan politisi menyebabkan kontribusi media massa sangat diperlukan Hampir dapat dipastikan bahwa sebagian besar komunikasi yang terjadi di masyarakat ditopang oleh media massa., bahkan para politisi maupun tokoh masyarakat lainnya sangat tergantung pada media massa dalam menyebarkan pesan pesan mereka kekhalayak yang lebih luas.

10.Kepastian Hukum Dengan system pemerintahan yang baik dan didukung oleh system Partai serta rangkaian kegiatan dari LSM dan peliputan kegiatan dan prakarsa media massa sepertinya belum mampu menghasilkan sebuah pemerintahan yang bersih dan berwibawa jika tidak didukung oleh adanya ja minan hokum yang tegas dan tidak memihak. Berbagai kasus KKN yang terjadi sering tidak dapat diselesaikan dengan tuntas karena tidak adanya kepastian hokum. Telah menjadi rahasia umum bahwa tindakan melanggar hokum yang sering dilakukan oleh warga yang status social ekonomi yang rendah biasanya diseleseaikan dengan menerapkan sangat berat oleh pelakunnya, namun ketika penegak hokum berhadapan dengan pelanggar hokum yang status social ekonomi tinggi seringkali keadilan menjadi mudah harganya. Mereka mampu membeli keadilan dan memenangkan perkara yang dihadapinnya. Ketidakpastian hokum merupakan factor penghambat utama dari Upaya menciptakan pemerintahan bersih dan berwibawa. Kondisi ketim Pangan hokum sudah pasti tidak kondusif bagi pemerintahan bersih Dan berwibawa. Negara hokum dalam konteks demokrasi adalah ter Wujudnya pemerintahan dan aparat Negara yang tunduk pada hokum. Rule of Law menjadi sangat fundamental bagi proses pengembangan Pemerintahan bersih dan berwibawa karena hanya kondisi kepastian Hukumlah yang memungkikan system yang terbuka 11.Otenemi Daerah Otenemi daerah bagi sebahagian besar masyarakat dan para pejabat pemerintah baik di pusat maupun di daerah masih merupakan persoalan yang tidak mudah dilaksanakan . Kurangnya pengalaman ma syarakat dan pemerintah dalam menjalankan ketentuan undang undang ten tang otonomi daerah menjadi kendala utama implementasi kebijakan tsb. Diberbagai daerah muncul persoalan yang disebabkan oleh karena keraguan tentang apa sesungguhnya otonomi daerah. Konflik politik di daerah sebagai akibat dari pemilihan kepala daerah sering menyeret kepen tingan pusat dan daerah kedalam situasi konflik yang merugikan semangat pengembangan otonomi daerah yang bersangkutan.Daerah menganggap pusat terlalu banyak turut campur dalam urusan daerah sementara pusat tidak ingin terjadi akumulasi kekuasaan daerah yang implikasi jangka panjangnya dapat merugikan kepentingan pusat. PERTEMUAN KESEPULUH BAGIAN IV PENEGAKAN HAM DALAM MEWUJUDKAN CIVIL SOSIETY APengertian Hak Asasi Manusia.

Jan Materson anggota komisi HAM PBB merumuskan pengertian hak asasi manusia dalam ungkapan human rights could be generally as those rights which are inherent in our nature and without which we can not live as human being Artinya hak asasi manusia ( HAM ) adalah hak hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia. Dari pengertian ini dapat ditemukan dua makna utama meliputi : a. Bahwa HAM adalah merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri setiap manusia sejak dilahirkan. Hak alamiah adalah hak sesuai dengan kodrat manusia sebagai insane yang merdeka yang berakal budi dan berperikemanusiaan.Karena itu tidak ada seorangpun yang diperkenankan merampas hak tersebut dari tangan pemiliknya dan tidak ada kekuasaan apapun yang memilki keabsahan untuk memperkosanya. Namun hal tersebut tidaklah berarti bahwa HAM bersipat mutlak, karena batas HAM seseorang adalah HAM yang melekat pada orang lain.Oleh karena itu penegakan HAM seseorang tidak boleh mengganggu HAM orang lain. b. Bahwa HAM merupakan instrument untuk menjaga harkat dan martabat manusia sesuai dengan kodrat kemanusiaannya yang luhur.Tanpa HAM manusia tidak akan dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai mahluk Tuhan yang paling mulia dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya. Dengan demikian maka HAM tidak ahnya merupakan hak hak dasar yang dimiliki setiap orang tetapi HAM itu sekaligus merupakan standar normative yang bersipat universal bagi perlindungan hak hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional dan global.Essensi HAM dapat dibaca dalam mukaddimah : Universal Declaration of Human Rights Secara sederhana hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak dasar yang dimiliki dan melekat pada manusia karena kedudukannya sebagai manusia.Tanpa adanya hak tersebut, manusia akan kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Hak asasi manusia dibawa sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa , dan bukan pemberian manusia atau penguasa Hak ini sifatnya sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan dan bersifat kodrati yakni ia tidak bias terlepas dari dan dalam kehidupan manusia sebagai penyandang dari hak tersebut. B. Jenis Jenis HAM Dari naskah Declaration of Human Rigts yang telah disetujui dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB tgl 10 Desember 1948 yang terdiri dari 30 pasal , dapat diketahui tentang jenis jenis HAM yang secara lebih spesifik dikemukakan empat kategori hak sebagai berikut: 1. Hak yang secara langsung memberikan gambaran kondisi minimum yang diperlukan individu agar dapat mewujudkan watak kemanusiaannya, seperti pengakuan atas martabat ( ps 1) , perlindungan dari tindak diskriminasi ( ps 2) , jaminan atas kebutuhan hidup ( ps 3 ), terbebas dari

perbudakan ( ps 4) , perlindungan dari tindakan sewenang- wenang ( ps 5 ) kesempatan menjadui warga Negara dan berpindah warga Negara ( ps 15) 2. Hak tentang perlakuan yang seharusnya diperoleh manusia dari system hokum, seperti persamaan didepan hokum ( ps 6), memperoleh pengadilan yang adil ( ps 10 ) ,asas praduga tak bersalah ( ps 11 ), hak untuk tidak diintervensi kehidupan pribadinya ( ps 12 ). 3. Hak yang memungkinkan individu dapat melakukan kegiatan tanpa campur tangan pemerintah dan memungkinkan individu ikut ambil bagian dalam mengontrol jalannya pemerintahan ( hak sipil dan politik seperti kebebasan berfikir dan beragama ( ps 18 ), hak berkumpul dan berserikat ( ps 20), dan hak untuk ikut aktif di dalam pemerintahan ( ps 21 ) 4. Hak yang menjamin terpenuhinya taraf hidup minimal manusia dan memungkinkan adanya pengembangan kebudayaan. Hak ini lazim disebut sebagai hak social, ekonomi dan budaya, seperti hak untuk mendapatkan makanan , pekerjaan dan pelayanan kesehatan ( ps 22 25 ), hak untuk memperoleh pendidikan dan mengembangkan kebudayaan ( ps 26 29 ). PERTEMUAN KESEBELAS HAM dalam Perspektif Islam . Islam sebagai agama universal mengandung prinsip- pronsip hak asasi manusia. Konsep ajaran Islam menempatkan pada kedudukan yang sejajar dengan manusia lainnya. Menurut ajaran Islam , bahwa adanya perbedaan lahiriah antar manusia tidak menyebabkan perbedaan dalam kedudukan social. Hal ini merupakan dasar yang sangat kuat dan tidak dapat dipungkiri telah memberikan kontribusi pada perkembangan prinsip- prinsip hak asasi manusia di dalam masyarakat internasional. Tonggak sejarah dan politik Islam mengenai HAM berawal dari konstitusi Madinah atau Piagam Madinah ( th 624 Miladiyah ) yang bertujuan untuk menyatukan warga Madinah yang majemuk, baik karena perbedaan agama ( Yahudi, Islam dan Nasrani ), perbedaan etnik ( Yahudi dan kelompok arab ) serta perbedaan kebudayaan .Perlindungan HAM dalam konstitusi Madinah antara lain berisi tentang perlindungan kebebasan beragama dan beribadah, kedudukan yang sama sebagai warga masyarakat, persamaan hak dan kewajiban , dan persamaan di depan hokum. Konsep Islam mengenai kehidupan manusia menggunakan pendekatan teosentris ( ketuhanan ) yang menempatkan Tuhan sebagai zat yang menentukan tolok ukur kehidupan manusia, baik sebagai pribadi, warga masyarakat, warga Negara dan sebagai warga dunia. Tuhan yang menetapkan baik buruk perbuatan manusia, menetapkan apa yang harus dilakukan ( kewajiban ), menetapkan apa yang harus ditinggalkan ( larangan ) dan menetapkan hak hak manusia. Konstruksi berfikir teosentris adalah dari Tuhan kepada manusia dan untuk kebaikan manusia.Hal tersebut berbeda dengan pandangan Barat yang menggunakan pendekatan Antroposentris yang menempatkan manusia sebagai pembuat tolok ukur akan segala hal.

Gagasan islam tentang HAM berpijak pada konsep tauhid yaitu konsep pengakuan keesaan Allah yang tergambar dalam ungkapan syahadat : laa ilahaa illallah Tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Semua yang illah ( selain Allah ) yang ada d dunia tidak patut untuk diagungkan dan disembah ( mutlak ) karena kemutlakan itu milik Allah, Tuhan pencipta alam semesta. Konsep tauhid mengandung ide persamaan dan persaudaraan seluruh umat manusia.Bahkan tidak hanya itu saja, Tauhid mencakup ide persamaan dan persatuan semua mahluk, benda tak bernyawa, tumbuh- tumbuhan , hewan dan manusia. Oleh Harun Nasution & Effendy ( 1995 ) mengatakan bahwa dalam agama tauhid terdapat pu;la ide prikemakhlukan, disamping ide prikemanusiaan. Ide prikemakhlukan yang mempunyai jangkauan yang lebih luas, mencakup ide prikemanusiaan yang lingkarannya lebih sempit. Selanjitnya dikemukakan bahwa ide prikemakhlukan yang dikandung dalam ajaran Islam akan mendorong m,nusia supaya tidak bersikap sewenang- wenang , tetapi bersikap baik terhadap makhluk lain Oleh karena itu Imam Al Gazali seorang ulama terkenal Mesir yang banyak menulis tentang ajaran Islam dalam berbagai aspeknya , berpendapat bahwa sikap kasih saying dalam Islam tidak terbatas hanya dalam masyarakat manusia , tetapi kasih saying manusia termasuk kepada binatang, apakah itu binatang melata di bumi ataupun binatang di udara. Hak asasi manusia dalam Islam merupakan standar normative yang ditetapkan Allah atau dibuat oleh manusia berdasarkan firman Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia baik dalam hubungan individu dengan individu, individu dengan masyarakat maupun dalam hubungan warga Negara dengan Negara dan hubungan antar Negara.Pengakuan bahwa ada hak asasi pada seseorang berarti ada kewajiban yang harus dilakukan oleh orang lain atau semua orang. Dan pengakuan bahwa hak asasi manusia merupakan hak semua orang, berarti ada kewajiban asasi semua orang untuk menghormati hak asasi yang dimiliki oleh orang lain. Batas hak asasi manusia yang satu adalah hak asasi orang lain. Dalam konteks HAM, pengakuan hak asasi pada satu pihak merupakan kewajiban asasi pada semua orang. Perlu ditegaskan bahwa kebebasan manusia yang terdapat dalam Islam tidaklah bersifat absolute, demikian juga hak asasinya. Yang memiliki keabsolutan dan ketidak terbatasan dalam ajaran Islam hanyalah Alla swt. , sedang yang lainnya memiliki keterbatasan. Disamping hak, manusia mempunyai kewajiban yang dibebankan Allah kepada manusia yaitu patuh kepada perintah dan laranganNya. PERTEMUAN KEDUABELAS Terdapat beberapa hak asasi manusia dalam Islam meliputi antara lain. 1. Hak Hidup Hak hidup adalah hak manusia atas kehidupan yang dianugrahkan oleh Allah kepada setap manusia guna menjamin perkembangan hidup manusia secara alamiah . Hak hidup adalah hak yang paling fundamental bagi setiap manusia , karena kehidupan merupakan prasyarat untuk mendapatkan hak hak asasinya

yang lain.Disamping itu, kehidupan merupakan unsure eksistensi manusia karena hanya melalui kehidupan manusia dapat merealisasikan dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan dunia guna mencari amal saleh. Tanpa ada hak hidup , tdak ada artinya hak hak asasi yang lain karena manusia tdak akan menikmatinya.Kehidupan merupakan jalan untuk mendapatkan hak hak asasi lainnya. 2. Hak kebebasan beragama. Kebebasan beragana adalah kebebasan manusia untuk memilih dan memeluk suatu agama yang dia yakini kebenarannya berdasarkan pertimbangan akal dan nuraninya.Kebebasan beragama berkaitan dengan keyakinan hidup untuk memilih agama beserta ajarannya yang terkandung didalamnya guna mengatur hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat , warga Negara, warga dunia. Doktrin Islam menjunjung tinggi kebebasan beragama, karena agama merupakan keyakinan dan pandangan hidup manusia.. Ide kebebasan beragama dalam Islam tercermin dalam Al Qur an surat Al Baqarah ayat 256 yang artinya menyatakan bahwa Tidak ada paksaan untuk ( memasuki ) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Islam menolak paham pemaksaan beragama , karena hal itu bertentangan dengan hakekat Islam itu sendiri.yang menhendaki ketundukan manusia kepada Allah secara sukarela. Pemaksaan kehendak untuk memasuki Islam juga bertentangan dengan kodrat manusia sebagai insan merdeka.Dalam surat Al Qahfi 18 : 29 Allah menegaskan kembali.kebenaran itu datanggnya dari Tuhanmu , maka barang siapa yang ingin ( beriman hendaklah ia beriman , dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir Kebebasan beragama mempunyai posisi sentral dalam ajaran Islam karena agama bukan hanya mengatur hidup manusia di dunia ini saja, tapi terutama merupakan jalan untuk mencapai kehidupan yang abadi da akhirat. Kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada kehidupan dunia karena kebahagiaan kehidupan akhirat merupakan tujuan akhir hidup manusia. Kebahagiaan kehidupan dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan kehidupan akhirat. Oleh karena itu wajar jika ada yang berpandangan bahwa kebebasan beragama jauh lebih penting dari hak hidup. Konsep jihad untuk membela agama mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada kehidupan itu sendiri Karena Islam mengakui kebebasan beragama, maka Islam mempunyai konsep toleransi beragama yang meliputi toleransi sesama penganut agama (Islam) dan toleransi diantara penganut agama yang berbeda. Toleransi terhadap sesama muslim berkaitan dengan sikap saling hormat menghormati dan Quran. Perbedaan interpretasi keagamaan telah melahirkan berbagai Mazhab keagamaan dikalangan umat islam, seperti Sunni, Syiah, Wahabi, dan Mutazilah. Bahkan mazhab sunni terpecah lagi kedalam empat kelompok mazhab besar, yaitu Syafii, Maliki, Hambali, Hanafi Mengenai toleransi islam dengan agama-agama lain, Tuhan telah menggariskan pedoman toleransi dalam berbagai ayat. Dalam Surat AlMumtahanah (60:8) Allah berfirman Allah tak melarang kamu berbuat baik

dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negeri kamu, dari kampong halamanmu. Hendaklah kamu berlaku baik dan adil terhadap mereka. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Dengan penegasan ini mka , seorang muslim tidak ada hambatan keagamaan untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap umat agama lain sepanjang mreka tidak memerangi kaum muslimin dalam beragama dan tidak dan tidak mengusir mereka dari kampong halamannya.Islam tidak melarang muslim untuk melakukan hubungan muamalah dengan warga non muslim sehingga dengan demikian dimungkinkan untuk melakukan kerjasama ekonomi dan kemsyarakatan. Meskipun Islam memperkenankan kerja sama dalam bidang muamalah, tetapi dalam hal tauhid dan peribadatan, Islam tidak membuka peluang bagi kerja sama. Artinya bahwa untuk urusan ketauhidan dan peribadatan tidak ada kompromi dengan agama agama dan pemeluk agama lain.Allah berfirman dalam surat Al Kafirun yang artinya Katakanlah : hai orang orang kafir , aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu buykan penyembah Tuhan yang aku sembah , dan aku tidak pernah akan menjadi penyembah apa yang kamu sembah , dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. 3. Hak atas Keadilan. Keadilan adalah hak manusia untuk mendapatkan seautu hal yang menjadi haknya dari orang lain.Oleh M.Gallab menyebut bahwa keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Dalam pengertian ilmu akhlak , keagilan adalah memberikan kepada orang berhak akan haknya. Oleh Ali Bin Abitalib, keadilan adalah menempatkan perkara pada tempatnya. Keadilan mempunyai kedudukan sangat penting dalam system nilai Islam , karena ia merupakan satu satunya prinsip penciptaan dan pengaturan alam semesta dan segala isinya. Keadilan juga merupakan prinsip pokok dalam tata hubungan pergaulan manusia dan prinsip petanggungjawaban manusia dalam peradilan diakhirat.Perintah berlaku adil misalnya dalam surat Al Maidah ; dan janganlah sekali kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mewndorong kamu tidak berlku tidak adil. Berlaku adillah , karena adil itu lebih dekat kepada Taqwa. PERTEMUAN KETIGA BELAS 4. Hak kebebasan berfikir dan berpendapat. Kebebasan berfikir dan kebebasan berpendapat merupakan bagian dari kebebasan berekspressi ( freedom of expression ) yaitu kebebasan manusia untuk mengekspressikan diri dalam kehidupan masyarakat sebagai aplikasi kemampuan kognisi ( nalar ) dan kemampuan afeksi ( rasa ) manusia. Aspek lain yang terkait dalam lingkup kebebasan berekspressi adalah kebebasan berkesenian dalam segala bentuk dan manipestasinya.

Ada kalanya kebebasan berfikir dan berpendapat dinyatakan sebagai satu konsep yaitu kebebasan berpendapat. Pengungkapan kebebasan berpendapat dapat dilakukan melalui media verbal ( lisan ), media cetak ( tulisan ) dan media gerak.Kebebasan berpendapat pada dasarnya adalah kebebasan manusia untuk mengungkapkan fikiran dan pendapatnya mengenai masalah masalah kemanusiaan dan kemasyarakatan. Islam menghargai kebebasan berfikir dan berpendapat, karena hal itu sesuai dengan karakteristik manusia sebagai insane yang bebas dan merdeka.Terdapat banyak sekali ayat- ayat dalam Al Qur an yang mendorong manusia untuk berfikir misalnya : Laallahum yatafakkaruun artinya agar mereka berfikir, Inna fii dzaalika la aayaati li qaumi yatafakkaruun artinya Sesungguhnya di alam ini ada tanda tanda buat mereka yang berfikir. 5. Hak Bekerja Hak lain yang juga diatur dalam Islam adalah hak manusia untuk melakukan pekerjaan. Terdapat banyak ayat ayat dalam Al Qur an atau hadis Nabi yang terkait dengan hak bekerja misalnya dalam surat At Taubah ayat 105 yang artinya ; Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang orang mukmin akan melihat pekerjaannmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepda ( Allah ) yang mengetahui akan gaib dan yang nyata.Lalu diberikannya kepada kamu , apa yang telah kamu kerjakan.Lebih lanjut sabda Rasulullah s.a.w yang artinya : Berikanlah upah seorang buruh sebelum kering keringatnya , dan beritahukanlah upahnya sewaktu dia bekerja ( HR Al Baihaqy ). 6. Hak Politik. Hak hak politik dalam Islam meliputi antara lain, hak memilih Kepala Negara, hak musyawarah, hak melakukan control, hak mencalonkan diri , hak untuk menjadi pegawai negeri dsb. Disamping itu juga disebutkan kewajiban kewajiban politik rakyat misalnya taat kepada pemimpin sepanjang pemimpin itu memang benar. PERTEMUAN KEEMPATBELAS HAM DALAM PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA Deklarasi hak asasi manusia sedunia memang dicetuskan pada tahun 1948, lebih tiga tahun setelah Indonesia menyatakan kemerdekaanya. Namun demekian, gagasan tentang hak asasi manusia, telah muncul sebagai gagasan yang membanjiri diskusi politik pemerintahan Indonesia sejak abad XVIII. Hal ini yang mungkin bisa menjelaskan mengapa dalam konstitusi Negara, UUD 1945 dan konstitusi 1950, masalah hak asasi menjadi bagian pembahasan penting. Dalam UUD 1945, setidaknya terdapat lima pasal yang secara langsung menyakan perlunya perlindungan bagi hak asasi manusia, yakni : pertama, hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan ps 27 ayat 1 Kedua hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak(ps 27ayat2).Ketiga hak mengeluarkan pendapat,berkumpul dan berserikat(Ps.28). keempat hak untuk memeluk agama (Ps. 29). Dan kelima, Hak untuk mendapatkan pendidikan(Ps.31 ayat 1). Sangat jelas bahwa meskipun jumlah pasal

sangat sedikit dan aspek yang dilindungi sangat terbatas, tetapi hal ini dapat dijadikan suatu indikasi bahwa pemikiran hak asasi pada dasarnya telah diterima oleh para pendiri republik, dan dimaksudkan agar hak asasi menjadi dasar dalam kehidupan masyarakat Garis besar ketentuan HAM yang diatur dalam UUD 1945, selanjutnya dielaborasi menjadi ketentuan yang lebih rinci didalam undang-undang No.39 Tahun 1999, tentang Hak asasi manusia, dan selanjutnya sebagai upaya untuk menegakan HAM sebagaimana diatur dalam UU No.39 Tahun 1999 tersebut, telah diundangkan pula Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia. Pasal 1 ayat (1) dari UU No.39 Tahun 1999 menegaska bahwa yang diamaksud dengan Hak Asasi Manusaia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia . Secara lebih rinci, undang-undang tersebut menguraikan aneka hak asasi manusia, seperti Hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, Hak memperoleh keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejateraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita dan hak anak. Yang sangat menarik, dalam undang-undang No.39/1999 ini, Hak wanita juga dijelaskan secara rinci, seperti hak keterwakilan wanita dalam pemilu, kepartaian, keterwakilan dalam badan legislative, eksekutif dan yudikatif. Demikian pula dengan Hak wanita untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran disemua jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Didalam pasal 47 dikatakan bahwa seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya, tetapi mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti atau memperoleh kembali status kewarganegaraannya itu. Hak-hak anak, dalam undang-undang ini juga diurai dengan cukup jelas, seperti Hak hidup yang dimilikinya sejak masih dalam kandungan, Hak pemeliharaan, hak perlindungan dari tindak kekerasan, eksploitasi, pelecehan seksual, dan perlindungan dari berbagai bentuk penyalahgunnaan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya. Undang-undang No. 39/1999 juga mengatur tentang komisi nasional hak asasi manusia yang lazim disingkat dengan Komnas HAM, yang pengangkatan dan kewenangannya secara lengkap diatur didalam pasal 75 sampai dengan pasal 99. Adapun undang-undang No.26 Tahun 2000, secara umum mengatur tentang berdirinya pengadilan Ham yang diberi tugas dan wewenang khusus untuk memeriksa serta memutus perkara pelanggaran Ham yang masuk dalam kategori berat PERTEMUAN KELIMA BELAS PENEGAKAN HAM SEBAGAI SARANA UTAMA UNTUK MEWUJUDKAN CIVIL SOCIETY Adanya fenomena penindasan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah yang sedang berkuasa merupakan realitas yang sering dipaparkan dalam pemberitaan pers, baik melalui media elektronika maupun media cetak. Hal ini merupakan bagian kecil dari

fenomena kehidupan yang sangat tidak menghargai terhadap posisi rakyat (civil) di hadapan penguasa dan bagian dari fenomena kehidupan yang tidak menghargai kebebasan berserikat dan berpendapat. Kenyataan tersebut pada akhirnya bermuara pada perlunya dikaji kembali kekuatan rakyat / masyarakat (civil) dalam konteks interaksi-ralationship, baik antara rakyat dengan Negara, maupun antara rakyat dengan rakyat. Kedua pola hubungan interaktif tersebut akan memposisikan rakyat sebagai bagian integral dalam komunitas Negara yang memiliki kekuatan bargaining dan menjadi komunitas masyarakat sipil yang memiliki kecerdasan, analisa kritis yang tajam serta mampu berinteraksi dilingkungannya secara demokratis dan berkeadaban Kemunginan akan adanya kekuatan civil sebagai bagian dari komunitas bangsa ini akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang yakni civil society. Wacana civil society ini, merupakan produk sejarah dan lahirnya di masyarakat barat modern. Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat barat moderen. Dalam transisi Eropa sekitar pertengahan abad XVIII, pengertian civil society dianggap sama dengan pengertian Negara (state) yakni suatu kelompok /kekuatan yang mendominasi selruh kelompok masyarakat lain. Akan tetapi pada paruh abad XVIII, terminology ini mengalami pergeseran makna, state dan civil society dipahami sebagai dua buah entitas yang berbeda, sejalan dengan proses pembentukan social (social formartion) dan perubahan struktur politik di Eropa sebagai pencerahan (Enlightenment) dan modernisasi dalam menghadapi persolan duniawi (Hikam As 1999). Di Indonesia, istilah civil society mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut pandang yang berbeda pula, seperti masyarakat madani, masyarakat sipil, masyarakat kewargaan, masyarakat warga dan sebagainya Masyarakat madani, merupakan penerjemahan istilah dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada symposium nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara festival Istiqlal, 26 september 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat yang memiliki perdaban maju. Lebih lanjut Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah system social yang subur yang diasaskan pada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorang dengan kestabilan masyarakat. Masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu, undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu menjadikan keterdugaan dan predictability serta ketulusan atau transparancy system. Penerjemahan civil society menjadi masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Di sisi lain, pemaknaan masyarakat madani ini dilandasi oleh konsep tentang Al-Mujtama Al-Madani yang diperkenalkan Prof. Naquid Al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia dan salah seorang pendiri Institute for Islamic thought and Civilization (ISTAC), yang secara definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat ideal yang mengandung dua komponen besar yakni masyarakat kota masyarakat yang beradab.

Terjemahan makna masyarakat madani ini, banyak di ikuti cendikawan dan ilmuan di Indonesia, seperti Nurcholish Madjid, M Dawam Rahardjo, Azyumardi Azra dan sebagainya. Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani (civil society ) adalah sebuah tatanan kominitas masyarakat yang mengedepakan toleransi, demokrasi berkeadaban. Di sisi lain masyarakat madani mensyaratkan adanya toleransi dan menghargai adanya pluralisme(kemajemukan) Demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga Negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktifitas keseharian, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola hubungan interaksi dengan masyarakat sekitarnya dengan tidak mempertimbangkan suku, ras, dan agama. Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena civil society. Bahkan demokrasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan demokrasi(demokratis) di sini dapat mencakup berbagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, social, budaya, pendidikan, ekeonomi dan sebagainya. Sebuah masyarakat yang demokratis hanya dapat terbentuk manakala anggota masyarakat lain dalam komunitas kehidupannya masing-masing. Toleran merupakan sikap yang dikembamgkan dalam masyarakat madani, menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain. Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok masyarakat lain yang berbeda. Toleransi menurut Nurcholish Madjid merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata cara pergaualan yang enak antara berabagai kelompok yang berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai hikma atau manfaat dari pelaksanaan ajaran yang benar PERTEMUAN KEENAM BELAS Azyurmardi Azra pun menyebutkan bahwa masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi. Masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tammaddun ( civility). Civilitas meniscayakan toleransi, yakni kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Sebagai sebuah prasyarat penegakan masyarakat madani, maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Pluralisme tidak bisa dipahami hanya dengan sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan pluralisme itu sebagai nilai positif, merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Lebih lanjut Nurcholish mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada yang tunggal , monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi

Aspek lain yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah masyarakat madani adalah tegaknya keadilan dan supermasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa) Supermasi hukum dikatakan wujud, apabila setiap warga Negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun sebagai rakyat biasa, semuanya tunduk kepada hukum. Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk mewujudkan hak dan kebebasan antara warga Negara dan antara warganegara dengan pemerintah haruslah dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku Selain itu, supermasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia, sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized Dari uraian di atas, dapat ditarik intisari bahwa ada beberapa indicator yang diperlukan, agar sebuah komunitas masyarakat dapat dikategorikan sebagai civil society atau masyarakat madani, diantaranya adalah bahwa masyarakat tersebut harus dalam posisi mandiri dihadapan kekuasaan Negara, ditengah masyarakat tersebut wujud kehidupan yang demokratis toleran , dan keadilan serta supermasi hukum dapat ditegakkan secara optimal Dengan memperhatikan berbagai indicator diatas, maka sebuah prasyarat yang tidak lagi bisa ditawar tawar untuk mewujudkan sebuah civil society atau masyarakat madani adalah dihormati dan ditaatinya kaidah hak asasi manusia oleh segenap unsure masyarakat, karena tanpa penegakan HAM , maka demokratisasi , toleransi , keadilan dan supermasi hukum didalam sebuah masyarakat yang mandiri akan sulit atau bahkan mustahil untuk bisa diwujudkan

You might also like