Professional Documents
Culture Documents
Dalam penanganan air limbah, mikro- Uji aktivitas amilolitik untuk seleksi isolat
organisme merupakan dasar fungsional untuk mikroorganisme. Isolat mikroorganisme
sejumlah proses pengolahan. Hal utama amilolitik diambil dari koloni yang terdapat
dalam penanganan air limbah adalah pada medium agar miring, dipindahkan ke
pengembangan dan pemeliharaan kultur yang medium pati cair dan ditaburkan ke medium
cocok (Irianto dan Machbub, 1995). Menurut pati agar, kemudian diinkubasi pada suhu
Mason (1991), kultur untuk mendegradasi kamar selama 48 jam. Uji aktivitas daya
limbah dapat dibuat dengan cara kultur amilolitik dilakukan dengan cara menuangkan
diperkaya (enrichment culture). Inokulan larutan JKJ ke masing-masing koloni
diambil dari habitat terbuka yang mengandung mikroorganisme yang telah diisolasi. Koloni
bahan limbah bersangkutan, kemudian dikultur mikroorganisme diseleksi untuk mendapatkan
dan dibiakkan sehingga dapat digunakan mikroorganisme yang mampu memecah
sebagai organisme pendegradasi air limbah. amilum paling banyak dengan cara dipilih
koloni yang di sekelilingnya nampak terang
dengan diameter yang paling besar. Koloni
BAHAN DAN METODE mikroorganisme yang mempunyai daya
amilolitik yang tinggi dipindahkan ke medium
Bahan agar miring dan diinkubasi pada suhu 34 ºC
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini selama 48 jam (Sembiring, 1991).
meliputi bahan untuk isolasi mikroorganisme
amilolitik yaitu medium pati cair dan medium Pengolahan limbah cair industri tapioka
pati agar dan sampel air limbah industri dengan isolat terseleksi
tapioka. Bahan untuk pengukuran nilai BOD Masing-masing isolat mikroorganisme
dan COD yaitu larutan buffer fosfat, larutan ditumbuhkan dalam kultur cair dengan
MgSO4, larutan CaCl2, larutan ferri chlorida, medium pati cair sebanyak 100 ml pada suhu
larutan K2Cr2O7, H2SO4, Ag2SO4, indikator 34 ºC selama 96 jam. Kultur mikroorganisme
feroin dan larutan Fe(NH4)2(SO4)2. sebanyak 25 ml dari masing-masing isolat
diinokulasikan ke dalam sampel air limbah
Cara kerja sebanyak 225 ml. Nilai COD dan BOD air
Pengambilan sampel air limbah limbah sampel sebelum diinokulasi ditetapkan
Limbah cair industri tapioka diambil dari terlebih dahulu. Sampel air limbah yang telah
kolam penampungan limbah PT Cahaya Surya diinokulasi isolat mikroorganisme diinkubasi
Tunas Tapioka Sonoharjo, Wonogiri. pada suhu kamar dan tiap 48 jam dihitung nilai
COD dan BOD serta nilai pH sampel air
Isolasi dan purifikasi mikrobia amilolitik limbah tersebut. Kontrol perlakuan dilakukan
Kultur diperkaya. Air limbah sampel diino- dengan menginkubasikan air limbah sampel
uasikan ke dalam medium pati cair yang pada suhu kamar tanpa diinokulasi dengan
mengandung amilum sebagai satu-satunya isolat mikroorganisme. Efisiensi penurunan
sumber karbon dan energi. Inkubasi dilakukan COD dan BOD pada masing-masing
pada suhu 34 ºC selama 48 jam (Bangun, perlakuan dihitung dengan rumus:
1989). a−b
Isolasi bakteri amilolitik dari kultur diperkaya. × 100% = c
a
Mikroorganisme diisolasi dengan metode
a : Nilai COD/BOD awal
taburan (cawan tuang) dengan menggunakan
b : Nilai COD/BOD akhir
medium pati agar. Inkubasi dilakukan pada
c : Efisiensi pengolahan limbah
suhu 34 ºC selama 48 jam. Untuk memilih
(Sembiring, 1991)
mikroorganisme yang bersifat amilolitik,
medium yang telah ditumbuhi mikroorganisme
Karakterisasi isolat terseleksi. Preparat dari
tersebut dituangi larutan JKJ. Koloni
isolat yang terseleksi dibuat dan diamati de-
mikroorganisme yang di sekelilingnya nampak
ngan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
terang adalah mikroorganisme amilolitik,
sampai perbesaran sedang, pengamatan awal
koloni-koloni tersebut dipindahkan ke medium
difokuskan pada bentuk dan ukuran sel.
agar miring dan diinkubasi pada suhu 34ºC
Pengukuran terhadap sel dilakukan dengan
selama 24 jam (Bangun, 1989).
PRIYANTO dkk. – Mikroorganisme amilolitik limbah tapioka 37
terdapat pada perlakuan dengan isolat 5 yaitu selama masa perlakuan. Tabel 4 menunjukkan
836,11 mg/liter. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa mikroorganisme amilolitik isolat 8
perlakuan dengan menggunakan isolat 8 mempunyai efisiensi tertinggi dalam
memberikan hasil yang paling efektif dalam menurunkan nilai BOD limbah cair industri
menurunkan nilai COD. Hari ke 6 memberikan tapioka selama perlakuan enam hari yaitu
nilai COD rata-rata paling rendah yaitu 255,28 92,86%. Efisiensi penurunan nilai BOD limbah
mg/liter. Hal ini diduga karena mikroorganisme cair industri tapioka pada kontrol perlakuan
amilolitik telah mendegradasi kandungan hari ke 6 merupakan yang paling rendah yaitu
bahan organik terlarut dalam limbah cair 78,31%.
industri tapioka seiring dengan waktu.
Tabel 3. Nilai BOD limbah cair industri tapioka
Tabel 2. Prosentase penurunan nilai COD limbah dengan perlakuan penambahan isolat mikro-
cair industri tapioka selama perlakuan dengan organisme amilolitik dan waktu.
isolat mikroorganisme amilolitik
Nilai BOD dalam sampel limbah cair
Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6 Jenis industri tapioka (mg/liter)
Perlakuan
(%) (%) (%) Isolat Hari Hari Hari Hari
Kontrol 12,3 52,4 76,6 Rata-rata
ke-0 ke-2 ke-4 ke-6
Isolat 1 19,4 76,2 88,3 Kontrol 500,2 430,1 304,4 108,5 335,79 D
Isolat 5 17,0 44,9 76,8 Isolat 1 500,2 423,5 271,2 95,3 321 D
Isolat 6 26,4 56,2 81,1 Isolat 5 500,2 403,6 264,7 82,1 312,63 C
Isolat 8 47,5 75,6 92,4 Isolat 6 500,2 410,3 251,5 82,1 311 C
Isolat 10 23,3 64,4 85,6 Isolat 8 500,2 363,9 205,1 35,7 276,24 A
Isolat 10 500,2 390,4 231,6 55,6 294.43 B
Tabel 2 menunjukkan bahwa mikro- Rata-
organisme amilolitik isolat 8 mempunyai 500,2 d 403,6 c 254,74 b 76,56 a
rata
efisiensi paling tinggi dalam menurunkan nilai
COD pada proses pengolahan limbah cair Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
industri tapioka yaitu 92,4% pada waktu akhir menunjukkan tidak beda nyata pada uji jarak
perlakuan. Pada kontrol perlakuan, efisiensi berganda Duncan taraf 5%. Huruf besar notasi
penurunan nilai COD limbah cair industri untuk faktor jenis isolat. Huruf kecil notasi untuk
tapioka pada hari ke 6 merupakan yang paling faktor waktu.
rendah yaitu 76,6%. Pengaruh perlakuan
Tabel 4. Prosentase penurunan nilai BOD limbah
penambahan isolat mikroorganisme amilolitik cair industri tapioka selama perlakuan dengan
dan waktu terhadap nilai BOD limbah cair isolat mikroorganisme amilolitik
industri tapioka disajikan pada Tabel 4.
Hasil uji jarak berganda Duncan taraf 5% Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6
Perlakuan
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan (%) (%) (%)
dengan isolat mikroorganisme amilolitik isolat Kontrol 14,01 39,14 78,31
8 memperlihatkan nilai BOD rata-rata yang Isolat 1 15,34 45,77 82,27
paling rendah yakni 276,24 mg/liter. Nilai BOD Isolat 5 19,31 47,09 83,59
rata-rata paling tinggi terdapat pada kontrol Isolat 6 17,98 49,73 83,60
perlakuan yaitu 335,79 mg/liter. Hasil ini Isolat 8 27,75 58,99 92,86
menunjukkan bahwa perlakuan dengan Isolat 10 21,96 53,70 88,89
menggunakan isolat 8 memberikan hasil
paling efektif dalam pengolahan limbah cair Mikroorganisme yang terdapat dalam
industri tapioka. Proses pengolahan limbah limbah menggunakan limbah tersebut untuk
pada hari ke 6 memberikan nilai BOD rata-rata mensintesis bahan seluler baru dan
paling rendah 76,56 mg/liter dan nilai paling menyediakan energi untuk sintesis.
tinggi pada hari ke 0 yaitu 500,2 mg/liter. Hal Mikroorganisme tersebut memetabolisme
ini menunjukkan bahwa seiring dengan waktu limbah untuk melangsungkan proses
maka kualitas limbah cair industri tapioka akan kehidupannya (Jenie dan Rahayu, 1993).
semakin membaik. Proses ini disebabkan Pada air limbah, mikroorganisme terdapat
adanya aktivitas dari mikroorganisme amilolitik sebagai campuran dari berbagai macam
yang mendegradasikan amilum terlarut
PRIYANTO dkk. – Mikroorganisme amilolitik limbah tapioka 39
spesies yang semuanya berinteraksi secara BOD yang tinggi pula. Secara alamiah limbah
alami. Proses kompetisi membuat ini akan didegradasi dengan sendirinya oleh
mikroorganisme yang dominan akan lebih mikroorganisme yang ada dalam
mampu bertahan hidup (Mason, 1991). Pada penampungan limbah. Pada penelitian ini,
penelitian ini limbah cair industri tapioka diberi kontrol perlakuan juga memberikan hasil yang
perlakuan penambahan isolat murni signifikan pada hari yang bertambah. Ini
mikroorganisme amilolitik. Hal ini bertujuan menunjukkan meskipun tidak diberi inokulum
agar isolat murni tersebut menjadi lebih isolat murni mikroorganisme amilolitik, proses
dominan aktivitasnya sehingga mampu pendegradasian limbah tetap berlangsung.
mempercepat laju degradasi limbah. Menurut Gordon dkk (1971), proses purifikasi
Hal utama dalam penanganan air limbah alami tidak pernah berlangsung cepat. Hal ini
adalah pengembangan dan pemeliharaan juga terjadi pada penelitian ini, kontrol tanpa
kultur mikroorganisme yang cocok (Jenie dan perlakuan memberikan efisiensi perbaikan
Rahayu, 1993). Dari hasil uji jarak berganda limbah yang lebih rendah.
Duncan dapat disimpulkan bahwa perlakuan
dengan menggunakan isolat 8 menghasilkan Perubahan Nilai pH
proses pendegradasian limbah cair industri Hasil pengamatan perubahan nilai pH
tapioka yang paling cepat. Ini berarti limbah cair industri tapioka terdapat pada
pemberian isolat 8 ke dalam limbah cair Tabel 5.
industri tapioka memberikan pengaruh yang
paling besar dalam mempercepat proses Tabel 5. Nilai pH limbah cair industri tapioka
pendegradasian limbah. Kultur murni ini selama perlakuan penambahan isolat
mampu memetabolisme pati terlarut dalam mikroorganisme amilolitik dan waktu
limbah untuk digunakan sebagai sumber
energi dan karbon dalam waktu yang lebih Nilai pH sampel limbah cair
cepat dibanding jenis mikroorganisme lain Perlakuan industri tapioka
yang secara alami terdapat di dalam limbah Hari ke-0 Hari ke-2 Hari ke-4 Hari ke-6
cair industri tapioka. Dengan adanya bahan Kontrol 4,15 a 4,85 c 4,91 c 5,29 e
limbah, metabolisme mikroorganisme akan Isolat 1 4,15 a 4,77 c 5,29 e 5,33 e
menghasilkan energi dan nutrien sehingga
Isolat 5 4,25 a 4,73 b 5,28 d 5,38 e
dapat digunakan untuk memproduksi sel-sel
baru. Isolat 6 4,20 a 4,81 c 5,34 e 5,32 e
Tingginya nilai COD dan BOD Isolat 8 4,05 a 4,87 c 5,49 f 5,56 f
mengindikasikan bahwa dalam sistem Isolat 10 4,20 a 4,94 c 5,60 f 5,51 f
perairan tersebut banyak terlarut zat-zat
organik. Jadi nilai COD dan BOD berbanding Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
lurus dengan banyaknya zat organik yang menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji jarak
terlarut (Mahida, 1984). Mikroorganisme berganda Duncan taraf 5%.
menggunakan zat organik terlarut tersebut
sebagai sumber makanan, sehingga Hasil uji jarak berganda Duncan
aktivitasnya dalam memetabolisme makanan menunjukkan bahwa perlakuan waktu hari ke-
dapat mengurangi konsentrasi zat organik 6 pada semua perlakuan dengan isolat
terlarut. Hal ini berarti nilai COD dan BOD mikroorganisme amilolitik maupun pada
akan menurun seiring dengan kecepatan kontrol menunjukkan hasil perubahan nilai pH
mikroorganisme dalam mendegradasikan zat yang paling besar. Hal ini terjadi karena pada
organik terlarut dalam air limbah. air limbah terjadi proses purifikasi alami.
Zat organik spesifik yang terlarut dalam Sampel air limbah yang digunakan dalam
limbah cair industri tapioka adalah pati penelitian ini diambil dari kolam penampungan
(Wiryanto, 1993). Pati atau amilum ini dapat limbah yang kedua, sehingga dimungkinkan
digunakan sebagai sumber karbon dan energi terdapat mikroorganisme yang mampu hidup
oleh jenis mikroorganisme tertentu yang dan menggunakan bahan organik terlarut di
disebut mikroorganisme amilolitik. Tingginya dalamnya sebagai sumber karbon dan
konsentrasi pati terlarut dalam limbah cair energinya. Aktivitas mikroorganisme yang
industri tapioka menyebabkan nilai COD dan secara alami terdapat di dalam air limbah
40 ENVIRO 2 (2): 35-41, September 2002
menyebabkan proses perbaikan kualitas air Pati adalah poliglukosida berbobot molekul
limbah. Mikroorganisme dalam air limbah tinggi. Pati dapat dihidrolisis oleh enzim
mempunyai keterbatasan dalam hal amilase menghasilkan campuran maltosa dan
menguraikan bahan-bahan organik terlarut glukosa (Stanley dkk., 1988). Menurut
sehingga proses alami tidak berlangsung Schleigel dan Schmidt (1985), fungi dan
secara cepat. Seiring dengan waktu, bakteri mampu memproduksi α-amilase
kandungan bahan organik terlarut dalam air sehingga mampu menghidrolisis pati menjadi
limbah semakin berkurang sehingga kualitas bentuk yang lebih sederhana.
air limbah semakin meningkat. Enzim α-amilase merupakan enzim
Limbah cair industri tapioka mempunyai hidrolitik yang bekerja di luar sel, bekerja pada
nilai pH yang rendah karena di dalamnya banyak ikatan α-1,4 serta yang berada di
terlarut senyawa-senyawa organik yang bagian dalam makromolekul. Reaksi hidrolisis
bersifat asam. Asam hidrosianat (HCN) yang amilum menghasilkan maltosa dan oligomer-
terkandung dalam umbi ketela pohon oligomer yang terdiri dari 3-7 buah sisa
merupakan senyawa utama dan paling glukosa (Schleigel dan Schmidt, 1985).
dominan yang berpotensi menyebabkan Khamir merupakan fungi uniseluler yang
rendahnya nilai pH limbah cair industri tapioka. mikroskopik dan tidak membentuk percabang-
Menurut Pranoto (2000), terdapat beberapa an permanen. Ukuran khamir 4-20 kali lebih
mikroorganisme yang secara alami ada di besar daripada ukuran bakteri yaitu berkisar
dalam limbah cair industri tapioka yang antara 1-9 mikron x 2-20 mikron tergantung
mampu menguraikan sianida dalam arti pada spesiesnya (Jenie dan Rahayu, 1993).
menggunakan senyawa ini sebagai sumber Menurut Jutono dkk. (1971), beberapa khamir
karbon dan energinya. Mikroorganisme terse- tertentu dapat mengalami dimorfisme yaitu
but antara lain Escherichia coli, Pseudomonas mengalami fase Y (yeast, khamir, bentuk sel
maltophila dan Enterobacter aerogenes. tunggal) dan fase F (filamen, bentuk benang).
Berkurangnya konsentrasi senyawa asam Khamir tidak mempunyai flagella sehingga
dalam limbah cair industri tapioka karena tidak mampu bergerak aktif.
didegradasi oleh mikroorganisme inilah yang Menurut Jenie dan Rahayu (1993), bakteri
menyebabkan nilai pHnya berangsur-angsur dan khamir dapat memetabolisme bahan
naik mendekati nilai pH netral. organik dari jenis yang sama. Kondisi
lingkungan akan menentukan kelompok
Karakterisasi isolat terseleksi organisme yang akan dominan di suatu
Isolat 8 dalam media pati agar miring dibuat habitat. Khamir banyak terdapat pada limbah
preparat dan difiksasi di atas nyala api bunsen yang mempunyai nilai pH rendah, kadar
kemudian diamati di bawah mikroskop. nitrogen rendah dan bila nutrien tertentu tidak
Tampak sel-sel dari isolat tersebut berbentuk ada. Sebagian besar khamir tumbuh pada pH
batang pendek. Dari morfologi dan ukuran 4-5, dalam kondisi ini bakteri sulit untuk
selnya ( ± 2 x 5 mikron), diketahui bahwa berkompetisi.
mikroorganisme amilolitik isolat 8 tersebut Limbah tapioka bersifat asam sehingga
adalah khamir. Karakter dari isolat 8 tersebut memungkinkan khamir terdapat lebih dominan
tercantum dalam Tabel 8. daripada bakteri. Proses isolasi menghasilkan
isolat khamir sebagai mikroorganisme pende-
gradasi amilum dalam limbah cair industri
Tabel 7. Karakterisasi sifat mikroorganisme tapioka. Pada penelitian ini khamir isolat 8
amilolitik isolat 8. mempunyai aktivitas amilolitik paling besar
dalam pengolahan limbah cair industri tapioka.
Karakter Isolat Keterangan
Bentuk sel Batang Pendek
Ukuran sel ± 2 x 5 mikron KESIMPULAN
Bentuk spora Bulat
Terdapat 11 isolat mikroorganisme yang
Jumlah spora dalam askus 4
Cara perkembangbiakan - Spora
mampu mendegradasi amilum dalam limbah
- Membelah diri cair industri tapioka. Isolat 8 yang digunakan
sebagai inokulum dalam pengolahan limbah
PRIYANTO dkk. – Mikroorganisme amilolitik limbah tapioka 41
cair industri tapioka dalam penelitian ini Jutono, Joedoro, S., Sri Hartadi, Siti Kabirun, S., Suhadi,
memiliki kemampuan paling tinggi dalam D. dan Soesanto. 1973. Pedoman Praktikum
Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Departemen
meningkatkan efisiensi penurunan COD dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
BOD. Pada penurunan nilai COD, perlakuan Mada.
dengan isolat 8 pada hari ke 6 mempunyai Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan
efisiensi 92,4% sedangkan pada kontrol Limbah Industri. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
Mason, C.F. 1991. Biology of Freshwater Pollution.
perlakuan efisiensinya adalah 76,6%. Pada Second Edition. Singapore: Longman Scientific of
penurunan nilai BOD, perlakuan dengan isolat Technical.
8 pada hari ke 6 mempunyai efisiensi 92,86% Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkan
sedangkan efisiensi pada kontrol perlakuan oleh Tjahyono Samingan dan Srigandono).
adalah 78,31%. Mikroorganisme amilolitik Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan. 1988. Dasar-dasar
isolat 8 tergolong sebagai khamir berbentuk Mikrobiologi (diterjemahkan oleh R.S. Hadioetomo,
batang pendek, ukuran selnya ± 2x5 Teja Imas, S.S. Tjitrosomo dan Sri Lestari Angka).
mikronmeter, menghasilkan askus dengan 4 Jakarta: Penerbit UI-Press.
Pranoto. 2000. Metode Alternatif Meminimalisasi Limbah
spora tiap askus, spora berbentuk bulat. Cara −
perkembangbiakan sel adalah dengan spora Sianida (CN ) Pada Pabrik Tapioka. Surakarta:
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Sebelas
dan membelah diri.
Maret.
Schleigel, H.G. and K. Schmidt. 1985. Mikrobiologi
Umum (diterjemahkan oleh R.M. Tedjo Baskoro)
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sembiring, L. 1991. Pemanfaatan Isolat Bakteri Amilolitik
Alaerts, G. dan S.S. Santika. 1984. Metode Penelitian Dalam Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil.
Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah
Bangun, A. 1989. Isolasi dan Identifikasi. Yogyakarta: Mada.
PAU-Bioteknologi Universitas Gadjah Mada. Stanley, H.P., J.B. Hendrickson, D.J. Cram and G.S.
Carlile, M.J. and S.C. Watkinson. 1995. The Fungi. Hammond. 1988. Kimia Organik 2 (diterjemahkan
London: Academic Press Inc, Hartcourt Brace and oleh Roehyati, J. dan Susanti, W.P.H.). Bandung:
Company, Publishers. Penerbit ITB Bandung.
Gordon, M.K., J.K. Geyer and D.A. Okun. 1971. Syarifah, I. 1996. Uji Hayati Limbah Cair Industri Tapioka
Elements of Water Supply and Waste Water terhadap Ikan Nila. Surakarta: Universitas Sebelas
Disposal. New York: John Wiley and Sons, Inc. Maret.
Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Wainwright, M. 1992. An Introduction to Fungal
Praktek. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Biotechnology. Chicester, England: John Wiley and
Irianto, E.W. dan B. Machbub. 1995. “Pengolahan Air Sons, Ltd.
Limbah Industri Secara Gabungan Pada Daerah Wardhana, W.A. 1995. Dampak Pencemaran
Industri Cimahi Selatan”. Jurnal Penelitian dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
Pengembangan Pengairan No.34 Th. 10- Kw. I. Wiryanto. 1993. Industri Tepung Tapioka dan Upaya
Jenie, B.S.R. dan Rahayu, W.P. 1993. Penanganan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah
Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: Penerbit Industri Tapioka. Surakarta: Universitas Sebelas
Kanisius. Maret.