You are on page 1of 51

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukannya, yang merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan dikembangkan

dalam sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat. Beberapa upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif masyarakat antara lain adalah berbagai pelayanan dasar puskesmas khususnya dalam hal kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan lingkungan, pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyuluhan kesehatan dan lain-lain yang mencakup 18 usaha kesehatan pokok puskesmas dan upaya perawatan kesehatan masyarakat melalui pos pelayanan terpadu (posyandu) (Effendy, 1995). Posyandu didirikan untuk mengutamakan pelayanan KB dan Kesehatan, khususnya untuk pelayanan ibu hamil dan anak-anak. Di harapkan juga Posyandu nantinya dapat menjadi wadah bagi keluarga untuk mengoptimalkan delapan fungsi keluarga menurut UU no 10 tahun 1992. Tenaga yang bekerja di posyandu adalah bidan, perawat, dokter, sukarelawan, dan petugas dari BKKBN itu sendiri yang nantinya mengatur kegiatan di lapangan (Suyono, 2007). Pada saat terjadi krisis di tahun 1997-1998, kegiatan Posyandu dalam bidang KB dan Kesehatan menurun. Jumlah Posyandu yang aktif menurun dari sekitar 500.000 buah menjadi hanya sekitar setengahnya. Begitu juga peranan

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

bidan di desa. Jumlah bidan yang aktif dalam Posyandu di desa merosot dari sekitar 65.000 menjadi hanya sekitar 20.000 sampai 22.000 bidan. Hal ini berdampak pada tingginya angka kematian ibu dan bayi. Menurut Direktur

Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Prof. dr. Azrul Azwar,s MPH, angka kematian ibu mencapai 307 kasus per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi mencapai 35 kasus per 1000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Bisa dipastikan hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil mengenai cara memelihara kesehatan selama hamil dan kurang menggunakan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilan (Syafrudin, 2008). Pemerintah berupaya mengaktifkan kembali Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk meningkatkan koordinasi penanganan keluarga berencana (KB) dan kesehatan di Pedesaan. Koordinasi ini diwujudkan dengan menggabungkan pos-pos KB dan pos-pos kesehatan yang telah ada menjadi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Selain itu pemerintah juga mencanangkan program Revitalisasi Posyandu untuk mengaktifkan kembali kegiatan Posyandu. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program pr ioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat (Ridwan, 2007). Menurut Mangkunegara, (2000) hal yang sangat penting selain program

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

yang diselenggarakan Posyandu, kinerja petugas posyandu juga sangat perlu untuk di tingkatkan. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, seorang petugas posyandu berperan besar untuk meningkatkan kinerja secara optimal. Misalnya dengan mengoptimalkan jumlah pengguna satu posyandu dengan jumlah petugas pada posyandu tersebut. Satu unit Posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Pelaksanaan kegiatan Posyandu umumnya dibuka satu bulan sekali oleh anggota masyarakat yang sudah dilatih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan Puskesmas (suaramerdeka.com;14 September 2009). Salah satu komponen yang penting dalam kinerja Posyandu adalah layanan yang diberikan oleh Posyandu tersebut. Pelayanan yang baik dan sesuai kebutuhan masyarakat, terutama yang menunjang kesehatan dan gizi ibu dan balita tentu akan mendapatkan respon yang positif. Secara ideal, layanan Posyandu meliputi: Pemantauan gizi yaitu pemantauan kebutuhan balita, pendidikan atau penyuluhan gizi, serta pemberian makanan tambahan; kesehatan ibu dan anak; pengontrolan terhadap diare; immunisasi; serta keluarga berencana (BKKBN, 2004). Berdasarkan data temuan IFLS (Indonesian Family Life Survey) tahun 1997-2000, terdapat penurunan kinerja Posyandu yang mempengaruhi tingkat kepuasan ibu-ibu pengguna Posyandu. Terbukti sejak satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang membawa balitanya ke Posyandu. Data

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

tersebut menyebutkan terjadi penurunan sebesar 12% terhadap pengguna Posyandu oleh balita baik laki-laki maupun perempuan dalam rentang tahun 1997 hingga 2000 (Strauss et al, 2002). Menurut Marks (2003), selain cakupan, kualitas layanan Posyandu itu sendiri juga menurun, dengan indikasi adanya 14% penurunan cakupan pemantauan pertumbuhan dan rendahnya kepemilikan KMS (Kartu Menuju Sehat) hingga menurun sebesar 24% pada kurun waktu yang sama (Tria, 2007). Dari data IFLS diketahui bahwa pada saat terjadinya penurunan cakupan Posyandu, pemanfaatan terhadap layanan kesehatan pribadi atau swasta meningkat dengan cukup signifikan sebanyak 10%. Angka ini mengindikasikan kecenderungan masyarakat untuk menggunakan layanan kesehatan hanya saat membutuhkan misalnya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan layanan monitoring atau meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi seperti yang diberikan di Posyandu. Pergeseran kebutuhan inilah yang menyebabkan Posyandu makin ditinggalkan (Strauss et al, 2002 dalam Tria, 2007). Kurangnya pemanfaatan fasilitas yang ada diposyandu kemungkinan karena masyarakat pengguna Posyandu kurang pengetahuan mengenai pelayanan dan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka di Posyandu. Sehingga masyarakat masih menganggap bahwa pengobatan itu mahal. Rendahnya status kesehatan masyarakat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya akses pelayanan dan biaya. Secara umum gambaran kepuasan masyarakat pengguna layanan kesehatan masih rendah. Ini terlihat dari masalah yang muncul di masyarakat terkait dengan loket pendaftaran yang berbelit-belit, tidak adanya

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

transparansi, keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana yang kurang memadai sehingga tidak menjamin kepastian hukum waktu dan biaya. Berdasarkan masalah tersebut membuat masyarakat merasa kurang perlu untuk datang ke pelayanan kesehatan (Retnowati, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara jumlah Posyandu pada tahun 2007 ada 14.533 yang terdiri dari Posyandu Pratama 4.960 ( 34,13 %), Posyandu Madya 7.054(48,54%), Posyandu Purnama 2.338( 16, 09%) dan Posyandu Mandiri 181 (1,25%). Sedangkan menurut strata dari tahun 20052007 khusus persentasi Posyandu Purnama dan Mandiri baru mencapai 17,34%, angka ini masih jauh dari target yaitu 40 %(Dinkes SU, 2007). Menurut data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan, tahun 2001, diketahui di Kabupaten Asahan berpenduduk berjumlah 961.916 jiwa dengan 19.238 Kepala keluarga, Puskesmas berjumlah 24, Puskesmas Pembantu 143 sedangkan Posyandu berjumlah 1.411 buah. Berdasarkan data dari Puskesmas Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan pada tahun 2012 terdapat 33 Posyandu, dengan strata sebagai berikut : 1 Posyandu Pratama, 22 Posyandu Madya, dan 10 Posyandu Purnama.

1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui sejauh mana peran dan fungsi kader dalam peningkatan strata posyandu

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

1.2.2 Tujuan Khusus Untuk melihat sejauh mana peran dan fungsi kader dalam upaya meningkatkan strata posyandu di Kecamatan Aek Kuasan,

Kabupaten Asahan. Untuk mengetahui motivasi kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu Mendeskripsikan karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) kader yang melaksanakan kegiatan Posyandu. Memudahkan koordinasi antara petugas kesehatan dengan masyarakat ( kader ) untuk melaksanakan upaya upaya kesehatan masyarakat.

1.3

Manfaat Penelitian Manfaat bagi peneliti, mengetahui dan memahami peran serta kader dalam

pelaksanaan posyandu, serta sebagai sarana untuk menerapkan teori dan ilmu yang telah di peroleh tentang peran dan fungsi kader dalam meningkatkan strata Posyandu. Bagi Institusi Pendidikan, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat di bidang ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan terutama tentang peran dan fungsi kader dalam meningkatkan strata Posyandu. Bagi kader, meningkatkan kapasitas kader dalam membantu melaksanakan program kegiatan Posyandu secara optimal. Bagi Masyarakat, memberikan motivasi bagi masyarakat agar berperan dalam meningkatkan upaya kesehatan yang bersumber dari, oleh ,dan untuk masyarakat.

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Bagi puskesmas, hasil penelitian ini di harapkan dapat dipergunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kegiatan Puskesmas untuk mendukung keberhasilan kegiatan Posyandu terutama mengenai Peran dan fungsi kader dalam meningkatkan strata Posyandu. Bagi pemerintah ( Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan ) , dapat di jadikan sebagai bahan masukan bagi instansi terkait sejauh mana upaya- upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan di Posyandu, dan apa yang perlu di lakukan untuk meningkatkan pelayanan Posyandu yang menarik minat masyarakat untuk lebih memanfaatkan Posyandu.

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Posyandu

2.1.1 Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ( UKBM ) yang dikelola dan di selenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggraan pembangunan kesehatan, guna memperdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. ( Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2011) Shakira (2009) menyebutkan, Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana Kesehatan di tingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera). Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu adalah suatu tempat yang kegiatannya tidak dilakukan setiap hari melainkan satu bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan terdiri dari beberapa pelayanan kesehatan yaitu :

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

1. 2. 3.

Pelayanan Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita Pelayanan Imunisasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan Ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalianan (Nifas) sementara Pelayanan Anak berupa Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera.

4.

Pecegahahan dan Penanggulangan diare Dan Pelayanan Kesehatan lainnya (Arali, 2008).

Berdasarkan pelayanan yang diberikan, sasaran Posyandu terdiri atas pasangan usia subur, 2009). 2.1.2 Tujuan Posyandu Tujuan Posyandu di samping memperluas jangkauan puskesmas juga ada tujuan khusus yang lain berdasarkan Health Planning for Effective Management, 1994 yaitu : Mempercepat penurunan angka kematian bayi (infant mortality rate (IMR)) dan anak balita. Menurunkan angka kelahiran Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.
9

ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita (Shakira,

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Meningkatkan

kemampuan

masyarakat

untuk

mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang kemampuan hidup sehat. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografi. 2.1.3 Sasaran Posyandu Sasaran Posyandu menurut Buku Saku Kader Dinkes Kabupaten Asahan 2012, adalah : Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di Posyandu terutama : Bayi dan Anak Balita Ibu hamil, Ibu Nifas dan Ibu Menyusui Pasangan Usia Subur

Pengasuh Anak

2.1.4 Kriteria dan Langkah Pembentukan Posyandu Satu Posyandu sebaiknya melayani 100 Balita atau 120 kepala keluarga, atau disesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat seperti keadaan geografis, jarak antar kelompok rumah, jumlah KK dalam satu kelompok. Dalam satu posyandu minimal memiliki 5 kader, dengan ketentuan diharapkan satu kader melayani 10 20 KK. Para kader ini harus dilatih terlebih dahulu.(Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995 dan Pos Pelayanan Terpadu, www.depkes.go.id) Dalam pembentukan Posyandu seperti halnya dengan PKMD maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :
10

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Pertemuan tingkat kecamatan dimana tim pembina LKMD kecamatan berperan serta.

Pertemuan tingkat desa dimana LKMD sebagai penanggung jawab menyusun rencana kegiatan antara lain mengadakan survey mengenai masalah yang berkaitan dengan kesehatan.

Hasil survey ditabulasi dan selanjutnya dibawa ke Musyawarah Masyarakat Desa (MMD). Setelah ada rembuk desa maka diadakan pemilihan calon kader.

Latihan kader. Pelaksanaan kegiatan. ( Administrasi Kesehatan Masyarakat edisi pertama, 1997 dan Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995 )

2.1.5 Kegiatan Posyandu Kegiatan Posyandu pada pelaksanaannya dilakukan anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Pengelola Posyandu adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW atau dusun yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada diwilayah tersebut. (Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995). Pola kegiatan yang dilaksanakan meliputi 5 program prioritas dan program tambahan. Lima program prioritas meliputi KB, KIA, Perbaikan gizi, imunisasi dan Penanggulangan diare. Program tambahan bisa berupa sanitasi dasar, penyediaan obat esensial, dan lainnya. Lima program prioritas ini dilaksanakan dengan keterpaduan sistem 5 meja, dimana:

11

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Meja I Meja II Meja III

: Pendaftaran, pelaksana 1 orang kader. : Penimbangan, pelaksana 2 orang kader. : Pencatatan hasil penimbangan (pengisian KMS),

pelaksana 1 orang kader. Meja IV : Penyuluhan berdasarkan hasil penimbangan dan

pencatatan (KMS). Disamping itu juga diberikan juga makanan tambahan, vitamin A, Oralit, juga pembagian alat kontrasepsi. Pelaksana 1 orang kader. Meja V : Pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional

meliputi pemeriksaan kehamilan, nasehat-nasehat, imunisasi, dsb.

Selain kegiatan di atas dapat pula dilakukan kegiatan tambahan berupa kunjungan ke rumah, kegiatan kebersihan lingkungan dan sebagainya.( Pos Pelayanan Terpadu, www.depkes.go.id , Administrasi Kesehatan Masyarakat edisi pertama, 1997 dan Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995).

2.1.6 Pelayanan Kesehatan yang Diberikan 1 Pemelihataan kesehatan bayi dan balita Penimbangan bulanan Pemberian tambahan makanan bayi yang berat badannya kurang. Imunisasi bayi 3 14 bulan Pemberian oralit untuk menanggulangi diare

12

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. (Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995).

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur Pemeriksaan kesehatan umum Pemeriksaan kehamilan dan nifas Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah Imunisasi TT untuk ibu hamil Pemberian alat kontrasepsi KB Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama Pertolongan pertama pada kecelakaan. (Perawatan Kesehatan Masyarakat, 1995).

2.1.7 Tingkat Perkembangan Posyandu Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing posyandu juga bebeda. Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaah perkembangan posyandu, yang dikenal dengan nama telaah kemandirian posyandu. Tujuan telaah adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut : ( Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2011).

13

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

1.

Posyandu Pratama Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu, disamping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

2.

Posyandu Madya Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain : a. Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan modul posyandu dengan metode simulasi. b. Menerapkan SMD dan MMD di posyandu, dengan tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan posyandu.

14

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

3.

Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain : a. Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk menetapkan akan pemahaman masyarakat tentang dana sehat. b. Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan posyandu mengikutsertakan pada pengurus posyandu.

4.

Posyandu Mandiri Posyandu mandiri adalah posyandu yang telah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50%. KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat

15

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-masing. Secara ringkas gambaran tentang strata posyandu adalah sebagai berikut : (Buku Saku Kader Dinkes Kabupaten Asahan 2012).

Tabel 1 Tingkat Kemandirian Posyandu NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. INDIKATOR Frekuensi Penimbangan Rerata Kader tugas Rerata Cakupan D/S Cakupan Kumpulan KB Cakupan Kumpulan KIA Cakupan Kumpulan Imnisasi Program Tambahan Cakupan Dana Sehat PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI < 8% <5% <50% <50% <50% <50% (-) <50% 8%
>5%

>50% >50% >50% >50% (+) >50%

2.1.8 Letak/ Lokasi Posyandu Posyandu berlokasi disetiap desa/ kelurahan /nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang sesuai. Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. (Buku Saku Kader

16

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Dinkes Kabupaten Asahan 2012). 2.1.9 Penyelenggara Posyandu Pada hakikatnya Posyandu didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan yang baik. Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB dan

keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda atau pemudi. Pengelola Posyandu sendiri adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendy, 1998).

2.2

Kader Posyandu

2.2.1 Pengertian Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau

kemampuannya diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan (Depkes RI, 1993). Sebagian besar kader kesehatan adalah wanita dan anggota PKK yang sudah menikah dan berusia 20-40 tahun dengan pendidikan sekolah dasar (Depkes RI, 1995). Syarat-syarat untuk memilih calon kader menurut Depkes RI, (1996) adalah; dapat membaca dan menulis dengan bahasa Indonesia, secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader, mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya, dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama

17

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa, sanggup membina paling sedikit 10 KK (Kepala Keluarga) untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan diutamakan mempunyai keterampilan. Menurut Bagus yang dikutip dari pendapat Zulkifli (2003) bahwa

pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara lain; berasal dari masyarakat setempat, tinggal di desa tersebut, tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, dan masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain. Persyaratanpersyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemiihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masyarakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu. Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 9 ada dua kategori kader yaitu: 1. Kader Pembangunan Desa (KPD) yaitu orang yang mempunyai kemampuan bekerja secara sukarela untuk kepentingan pembangunan desanya yang mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak pembangunan di desa keseluruhan. KPD merupakan kader yang tahun 1990

18

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

bersifat umum yang memperoleh pengetahuan dan keterampilan dasar melalui latihan kader pembangunan desa. 2. Kader teknis yaitu kader pembangunan desa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis tertentu dari sektor

pembangunan, yang merupakan tenaga spesialis dan dibina oleh suatu instansi atau lembaga kemasyarakatan. 2.2.2 Tujuan Pembentukan Kader Pada hakekatnya pelayanan kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan dana didalam operasional pelayanan dilibataktifkannya kesehatan masyarakat. Dengan demikian

masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada

dimasyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pratama yang berbunyi meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan (Zulkifli. 2004). Pembentukan kader merupakan salah satu metode pendekatan edukatif, untuk mengaktifkan masyarakat dalam pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan. Disamping itu pula diharapkan menjadi pelopor pembaharuan dalam pembangunan bidang kesehatan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat tersebut, maka dilakukan latihan dalam upaya memberikan keterampilan dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan disesuaikan dengan tugas yang diembannya.

19

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Para ahli mengemukakan bahwa untuk menimbulkan partisipasi dan menggerakkan masyarakat perlu di bentuk wakilnya dalam bidang kesehatan

yang nantinya akan membantu program pelayanan guna mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Haryuni, dkk, 1997). Pola pikir pembentukan kader kesehatan

berdasarkan prinsip: Pertama, dari segi pengorganisasian, bentuk pengorganisasian yang seperti itu diaplikasikan dalam bentuk kegiatan keterpaduan KB kesehatan yang telah dikenal dengan nama Posyandu. Adapun kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, dapat diterapkan pada masyarakat pedesaan dan perkotaan, pelayanan yang murah dapat dijangkau oleh setiap penduduk. Kedua, dari segi kemasyarakatan, perilaku kesehatan tidak terlepas daripada kebudayaaan masyarakat. Dalam upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. harus pula diperhatikan keadaan sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikutsertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil yang baik bila prosesnya melalui pendekatan instruktif. Akan tetapi lebih berhasil bila proses pendekatan dengan edukatif yaitu berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat. Dengan terbentuk kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader maka

pesan-pesan yang diterima tidak akan terjadi penyimpangan. Sehinga pesan-pesan

20

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2000).

2.2.3

Tugas Kader Posyandu Mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional

melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan untuk itu pula perlu adanya pembatasan tugas yang diemban baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun yang menjadi tugas kader pada kegiatan Posyandu adalah; Pertama, sebelum hari pelaksanaan Posyandu meliputi kegiatan pencatatan sasaran yaitu pada bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS, pemberitahuan sasaran kegiatan Posyandu pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS. Kedua, kegiatan pada hari Posyandu meliputi kegiatan pendaftaran pada pengunjung, penimbangan terhadap bayi dan balita, pencatatan KMS bayi dan balita, penyuluhan pada ibu yang mempunyai bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui dan PUS, pemberian alat kontrasepsi, pemberian vitamin. Ketiga , kegiatan sesudah hari Posyandu meliputi kegiatan pencatatan dan pelaporan, mendatangi sasaran yang tidak hadir, mendatangi sasaran yang mempunyai masalah untuk di berikan penyuluhan, memberikan tindak lanjut kasus yang mempunyai masalah setelah diperiksa dan tidak bisa ditangani oleh kader ( Depkes, 2001).

21

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

2.2.4

Kegiatan kader Posyandu Kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya

kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan. Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain yaitu: Pertama, kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah; melaksanakan pendaftaran, melaksanakan penimbangan bayi dan balita, melaksanakan pencatatan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan, memberi dan membantu pelayanan dan merujuk. Kedua, kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare. Ketiga, Mengajak ibuibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu. Keempat, kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu : pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah, pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih, menyediakan sarana jamban keluarga, pembuatan sarana pembuangan air limbah, pemberian pertolongan pertama pada penyakit dan P3K, dana sehat dan kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu peranan kader diluar posyandu KB-kesehatan; yaitu Pertama, merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan

22

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja. Kedua, melakukan komunikasi, informasi dan motivasi tatap muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan. Tiga, menggerakkan masyarakat dengan mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain. Keempat, memberikan pelayanan yaitu; membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan

pertolongan pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya, melakukan pencatatan, yaitu; KB atau jumlah PUS, jumlah peserta aktif, KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan, Imunisasi untuk mengetahui jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan, gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan, diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk, melakukan pembinaan mengenai lama program keterpaduan KB kesehatan dan upaya kesehatan lainnya.

Selain itu adanya keluarga binaan yang untuk masing-masing berjumlah 1020KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan, melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan, melakukan pertemuan kelompok.

23

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

2.2.5

Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu Menurut Terry (1982) bahwa partisipasi didasarkan atas prinsip psikologis

yang menyatakan bahwa orang lebih dimotivasi kearah tujuan-tujuan untuk membantu dan menetapkannya serta adanya perhatian dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Selain itu menurut pendapat Winardi (2006) bahwa partisipasi secara formal dapat didefenisikan sebagai turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbagsih pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan terdapat dan yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut. Menurut Depkes RI (1989) yang dikutip dari pendapat Widiastuti (2006) bahwa partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok, masyarakat atau Pemerintah. Peran kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan bersama dalam rangka

meningkatkan kesehatan masyarakat sedangkan peran kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi: Pertama, tahap persiapan, yaitu memotivasi masyarakat untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bersama-sama masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan ditingkat desa. Kedua, tahap pelaksanaan, yaitu melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan UKBM 3).Tahap pembinaan, yaitu menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk membahas perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga, melakukan kunjungan ke rumah pada keluarga binaannya, membina kemampuan diri melalui

24

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

pertukaran pengalaman antar kader. Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posyandu dapat dibagi dalam beberapa tingkat yaitu; Pertama, adanya kesempatan untuk berperan serta kesediaan berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan itu. Kedua, memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan, yaitu kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang dengan memiliki keterampilan tertentu, maka hal ini akan menarik bagi orangorang yang memiliki keterampilan tersebut, untuk ikut berpartisipasi. Ketiga, rasa memiliki yaitu suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki bisa ditumbuhkan dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di desa akan dapat dilestarikan. Keempat, faktor tokoh masyarakat dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik juga untuk berpartisipasi. Kelima, faktor petugas, yaitu memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu mendekati para tokoh masyarakat untuk

berpartisipasi.

2.2.6

Motivasi Kader Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai defenisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan dorongan. Menurut Siagian (1997) bahwa motivasi sebagai keseluruhan proses

25

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

pemberian motif bekerja kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan. Menurut Bernard Berndoom dan Gary A.stainer yang mengutip pendapat Soedarmayanti (2001) bahwa motivasi merupakan kondisi mental yang mendorong aktifitas dan member energi yang mengarah kepada pencapaian

kebutuhan memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan. Selain itu menurut Terry (1997) bahwa motivasi yang berasal dari luar diri seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan organisasi, karena adanya rangsangan dari luar yang dapat berwujud benda maupun bukan benda. Ada beberapa motivasi instrinsik dan ekstrinsik yang mempengaruhi kinerja kader posyandu yaitu : a. Motivasi Instrinsik Motivasi instrinsik merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri individu. Motivasi instrinsik kader posyandu meliputi faktor umur, tingkat pendidikan, lama pekerjaan, lama menjadi kader, minat dan kemampuan. Umur : Umumnya sangat mempengaruhi di dalam bermasyarakat, karena hal tersebut merupakan suatu ukuran untuk menilai tanggung jawab seseorang dalam melakukan suatu kegiatan ataupun aktivitas. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980) pembagian masa dewasa diantaranya : 1) Masa dewasa dini : Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai dan berkurangnya

26

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

kemampuan reproduktif. 2) Masa dewasa madya : Masa dewasa madya masa dimulai pada umur 41 tahun sampai pada umur 60 tahun, yaitu saat menurunnya kemampuan fisik maupun psikologis yang jelas nampak pada setiap orang. 3) Masa dewasa lanjut (usia lanjut) : Masa dewasa lanjut senescence, atau usia lanjut dimulai umur 61 tahun sampai kematian. Kemampuan fisik maupun psikologis menurun. Menurut Widayatun (1999) tahapan perkembangan masa dewasa tengah yaitu pada usia 36 45 tahun mengalami perkembangan di dalam mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, mengembangkan kegiatan kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa, mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir dan pekerjaan. Menurut Bahri (1981), Sumardilah (1985) menyatakan ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya berumur antara 25-35 tahun, karena pada masa muda kader mempunyai motivasi yang positif, merasa lebih bertanggung jawab dan inovatif. Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang yang berarti kedewasaan teknis dalam arti keterampilan melaksanakan

tugas maupun kedewasaan psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis, anggapan yang berlaku ialah pun bahwa mestinya secara makin lama seseorang Pengalaman untuk

bekerja, kedewasaan

teknisnya tugas

meningkat. terus

seseorang melaksanakan waktu 2006). yang

tertentu

menerus

lama biasanya meningkatkan kedewasaan teknisnya (Widiastuti,

27

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012
cara yang

Tingkat Pendidikan : Pendidikan direncanakan untuk mempengaruhi

adalah

segala

orang lain baik individu,

kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan dalam arti formal adalah proses penyampaian materi pada pendidikan oleh pendidik kepada sasaran guna mencapai perubahan perilaku atau tindakan. Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar, kadangkadang antara proses belajar dengan pengajaran disamakan

dengan pendidikan, memang kedua pengertian itu identik, bahwa proses belajar berada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut konsep Amerika, pengajaran diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Belajar pada hakekatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungannya dengan manusia luar. Menurut Azwar (2007) bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang. Menurut L.W .Green (1980) menyatakan bahwa gangguan terhadap penyakit juga menyangkut disebabkan oleh manusia itu sendiri, terutama

pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang menjaga kesehatan,

sehingga mempunyai kesadaran tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun keluarga. Begitu juga dalam mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi dan cukup kalori sehingga dapat menjaga kesehatan balitanya. Pendidikan yang tinggi yang dimiliki seseoarang akan lebih mudah

memahami suatu informasi, bila pendidikan tinggi, maka dalam menjaga

28

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012
dan balita,

kesehatan sangat diperhatikan, mengatur gizi

termasuk

cara

menjaga bayi

seimbang. Sebaliknya dengan pendidikan rendah sangat sulit

menterjemahkan informasi yang didapatkan, baik dari petugas kesehatan maupun dari media-media lain. Menurut Grant (1984) yang mengutip dari pendapat Kardjati (2000) pada pendidikan di 11 negara oleh pusat Demografi Amerika Latin menunjukkan pengaruh pendidikan ibu terhadap kesempatan hidup anak ternyata lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tingkat pendapatan di rumah tangga,

pengamatan di Kenya mencatat adanya penurunan tingkat kematian bayi sebesar 86% setelah dilaksanakan program peningkatan pendidikan bagi kaum wanita. Menurut kajian pelaksanaan revitalisasi posyandu pada masyarakat nelayan dan petani di Proponsi Jawa Barat, bahwa kader yang diikutsertakan

dalam kegiatan posyandu haruslah berpendidikan SLTA, agar dapat lebih mudah memahami dan mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan posyandu (Ira, 2002). Menurut Hartono (1978) dan Sumardilah (1985) di Kebayoran Lama Jakarta menemukan ciri-ciri kader yang aktif adalah berumur 25-34 tahun, ibu rumah tangga, tidak bekerja, pendidikan tamat SLTP dan sederajaat, mempunyai rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, dapat mengikuti kegiatan sosial masyarakat, inovatif, tinggal di RW/RT posyandu berada, mempunyai motivasi yang positif. Pekerjaan : Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang didapat di tempat kerjanya. Apabila seorang kader

29

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

bekerja, maka ia tidak akan mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Menurut Depkes RI (1996), bahwa salah satu syarat calon kader adalah wanita yang mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan semua tugas kader yang telah

ditetapkan, dimana kegiatan posyandu biasanya dilaksanakan pada hari dan jam kerja.Karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan kader karena kesibukan membuat seseorang terabaikan akan kesehatannya, termasuk kader posyandu. Kesibukan akan pekerjaan terkadang seorang ibu lupa terhadap tugas dan tanggungjawab yang diemban padanya. Sebaiknya kader posyandu tidak mempunyai pekerjaan tetap dan mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangkurangnya 60 bulan, dan tidak ada pergantian kader dalam satu tahun, serta jumlah kader setiap posyandu lima orang (Benny, 2005). Hubungan antara jenis pekerjaan dengan keaktifan kader dicontohkan dengan seorang ibu yang dengan kesibukan tertentu akan

mempengaruhi keaktifan posyandu sesuai dengan jadwal yang ditentukan setiap bulannya (Notoadmodjo,2005). Lamanya menjadi kader : Kinerja masa lalu cenderung dihubungkan pada hasil seseorang, semakin lama ia bekerja maka semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya sehingga senioritas dalam bekerja akan lebih terfokus jika dibandingkan dengan orang yang baru bekerja (Robbins,1996). Penelitian yang dilakukan oleh Purnomowati (1993) menyatakan bahwa ada pengaruh yang jelas antara masa kerja

30

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

seseorang dengan kinerjanya. Studi yang dilakukan di Kabupaten Garut jawa Barat menunjukkan gambaran lamanya menjadi kader dikategorikan kurang dari 1 tahun, 1 sampai 5 tahun, 5 sampai 10 tahun, 10 sampai 15 tahun, 15 sampai 20 tahun dan lebih 20 tahun. Dari studi tersebut didapatkan 60% kader bekerja lebih dari 5 tahun adalah hasil yang menggambarkan lama kerja dengan kinerja kader (Depkes RI, 1997). Menurut Widiastuti (2006) yang mengutip pendapat Sondang (2004) bahwa seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas dan keterampilan seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja. Begitu juga dengan kader posyandu, semakin lama seseorang bekerja menjadi kader posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan Posyandu akan semakin meningkat sehingga nantinya partisipasi kader dalam kegiatan posyandu akan semakin baik. Berdasarkan penelitian Anies dan Irawati (2000) di Sukabumi dan Kerawang yang meneliti masyarakat nelayan dan petani sebanyak 67 posyandu, 170 kader, 50 pembina dan 1.234 pengguna posyandu menemukan bahwa ciri-ciri kader yang aktif sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun, dan jumlah kader setiap posyandu 5 orang. Layanan yang diharapkan pengguna posyandu agar mendapatkan PMT untuk balita, kesediaan pengguna memberi imbalan untuk kader yang bekerja secara sukarela, pendidikan kader harus SLTA ke atas.

31

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Menurut Razak (2006) dalam penelitiannya di Makasar menemukan bahwa kader posyandu sebaiknya tidak mempunyai pekerjaan tetap, mempunyai pengalaman menjadi kader sekurang-kurangnya 60 bulan. jumlah kader sedikitnya 5 orang, tidak ada pergantian kader sedikitnya dalam setahun.

Minat : Minat menurut JP Chaplin (1995) dalam Dictionary of Psychology bahwa minat (interest) adalah sebuah perasaan yang menilai suatu aktivitas, pekerjaan atau objek berharga atau berarti bagi dirinya. Menurut Greenleaf dalam bukunya Occupations, A Basic Source for Counselor yang dikutip oleh Efriyani Djuwita (2003), mengatakan bahwa minat merupakan motivasi yang kuat dalam bekerja, sedangkan Winkell (1984), membatasi minat sebagai

kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Macam-macam minat menurut Dewa Ketut (1988), adalah : (1) Expressed Interest (minat yang diekspresikan), yaitu minat yang diungkapkan dengan kata-kata tertentu atau diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan seseorang lebih menyukai sesuatu hal dari pada hal lain; (2) Manifest Interest (minat yang diwujudkan), yaitu minat yang diwujudkan dengan tindakan, perbuatan dan ikut serta berperan aktif dalam aktivitas tertentu; (3) Inventoried Interest (minat yang diinventarisasikan), yaitu minat yang dapat diukur dan dinilai melalui kegiatan menjawab sejumlah pernyataan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

32

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Seseorang dapat mempunyai banyak alasan berminat pada suatu pekerjaan, tetapi dapat juga hanya karena alasan tertentu. Setiap orang memiliki perbedaan dalam menjelaskan alasan berminat pada suatu pekerjaan. Mengetahui minat sama pentingnya dengan mengetahui bakat. Menurut Greenleef, minat dapat diketahui lewat hobi seorang yang dimiliki. Sebagai contoh, jika seorang hobi menggambar kemungkinan besar akan berminat dengan bentuk pekerjaan yang ada kaitannya dengan hobinya itu. Seseorang dapat memiliki dua jenis minat , yaitu minat yang disadari, seperti hobi dan minat latent (minat yang tidak disadari). Minat latent ini hanya akan muncul jika kita memberi kesempatan diri kita untuk mencoba banyak hal atau aktivitas baru. Seseorang dapat memiliki banyak minat, tetapi sedikit yang menyadari minatnya. Menurut Hurigck ( 1978 ) dalam Gunarso ( 1985 ) bahwa minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku seseorang. Minat merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang, melakukan sesuatu yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan objek yang menarik baginya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan

lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu, hal ini disebabkan obyek itu berguna untuk memenuhi kebutuhannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak dan bertingkah laku terhadap obyek yang menarik perhatian disertai dengan perasaan senang.

33

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Dalam hal intensitasnya, menurut Chaplin (1995) minat merupakan suatu sikap yang kekal, mengikutsertakan perhatian individu dalam memilih obyek yang dirasakan menarik bagi dirinya dan minat juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu. Apabila sudah terbentuk pada diri seseorang maka sesuatu minat cenderung menetap

sepanjang obyek minat tersebut efektif baginya, sehingga apabila obyek minat tersebut tidak efektif lagi maka minatnya pun cenderung berubah. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut. Eysenck, dkk (Ratnawati, 1992) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan untuk bertingkah laku yang berorientasi pada obyek, kegiatan dan pengalaman tertentu, selanjutnya menjelaskan bahwa intensitas kecenderungan yang dimiliki seseorang berbeda dengan yang lainnya, mungkin lebih besar intensitasnya atau lebih kecil tergantung setiap orangnya. Minat Menurut Holland (1985) yang mengutip pendapat Sudjani (2008) bahwa untuk mengukur minat seseorang berdasarkan pandangan psikologis, tentunya pemilihan terhadap minat dalam tradisi psikologis dan kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian yang mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlainan sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda-beda. Para ahli mengelompokkan jenis minat berdasarkan aspeknya. Blum dan Balinsky (Sumarni, 2000) membedakan minat menjadi dua, yaitu minat subyektif dan obyektif. Minat subyektif adalah perasaan senang atau tidak senang

34

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

pada suatu obyek yang berdasar pada pengalaman. Minat obyektif adalah suatu reaksi menerima atau menolak suatu obyek disekitarnya. Menurut Jones yang mengutip pendapat Handayani (2000) membagi minat menjadi minat instrinsik dan ekstrinsik. Minat instrinsik yaitu minat yang

berhubungan dengan aktivitas itu sendiri dan merupakan minat yang tampak nyata. Minat ekstrinsik yaitu minat yang disertai dengan perasaan senang yang berhubungan dengan tujuan aktivitas. Antara kedua minat tersebut seringkali sulit dipisahkan pada minat intrinsik kesenangan itu akan terus berlangsung dan dianjurkan meskipun tujuan sudah tercapai, sedangkan pada minat ekstrinsik kemungkinan bila tujuan tercapai, maka minat akan hilang. Syamsudin yang mengutip pendapat Lidyawati (1998) menyatakan bahwa minat terbagi menjadi dua jenis, yaitu minat spontan dan minat dengan sengaja. Minat spontan, yaitu minat yang secara spontan timbul dengan sendirinya. Minat dengan sengaja, yaitu minat yang timbul karena sengaja dibangkitkan melalui rangsangan yang sengaja dipergunakan untuk

membangkitkannya. Kemampuan : Kemampuan berkaitan dengan tingkat kemampuan individu yang diperlukan untuk menyelesaikan tertentu. Dalam menyelesaikan suatu suatu pekerjaan

pekerjaan. menurut

Robbins (1996), Ability is an individual's capacity to perform the various task in a job. " Kemampuan adalah kapasitas seseorang dalam mengerjakan berbagai macam tugas dalam pekerjaannya" dengan kemampuan yang ada diharapkan kegiatan individu tidak akan menyimpang jauh dari kegiatan badan usaha, sehingga bukan hal yang

35

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

aneh apabila badan usaha memberi harapan kepada individu agar tujuan dapat tercapai. Kinerja akan sangat tergantung pada faktor kemampuan individu itu sendiri seperti tingkat pendidikan,

pengetahuan, pengalaman dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi akan mempunyai kinerja semakin tinggi pula. Dengan demikian tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman yang rendah akan berdampak negatif pada kinerja. Kemampuan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik yang harus disesuaikan dengan pekerjaannya. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas-aktivitas mental, sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk suatu tugas yang membutuhkan stamina kekuatan, dan keterampilan-keterampilan yang serupa. Pendapat Fremont yang disadur oleh Moh. Yasin oleh (1986) kapasitas

mengemukakan bahwa kemampuan digambarkan

manusia dan teknik. Seberapa jauh kemampuan dapat diciptakan tergantung pada tingkat dimana individu dan atau kelompok dapat dimotivasikan untuk menghasilkan kemampuan. Menurut Baron dan Greenberg (1990), kemampuan seseorang akan mempengaruh kinerja. Seseorang yang mempunyai kemampuan yang rendah, akan menghasilkan kinerja yang lebih rendah dan seseorang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi yang

akan menghasilkan kinerja yang

lebih baik. Seperti yang dikemukakan oleh Thoha (2000) bahwa kemampuan adalah suatu kondisi yang menunjukkan unsur kematangan yang berkaitan pula

36

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat di peroleh dari pendidikan, latihan dan pengetahuan. Kemampuan dalam bekerja disuatu bidang tertentu dapat dijadikan tombak untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan organisasi (Hartoyo, 2009).

b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan yang berasal dari luar diri individu berpengaruh terhadap kinerja kader, yang meliputi fasilitas posyandu, pelatihan kader, pembinaan kader, insentif dan dukungan masyarakat yang diberikan kepada kader. Fasilitas : Untuk memotivasi pekerjaan hendaknya dilakukan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang baik untuk digunakan dalam melaksanakan tugas. Seperti yang dikeluhkan oleh pembina kader tingkat Kecamatan Cipayung, bahwa sarana dan prasarana kurang memadai seperti meja, kursi, timbangan, alat tulis dan terutama tempat posyandu akan menghambat kinerja kader posyandu (Syahmasa, 2003). Menurut Siagian (1998), kegiatan-kegiatan posyandu tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh adanya fasilitas yang

memadai. Penyediaan fasilitas kerja adalah bahwa fasilitas kerja yang disediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan fungsi dan harus

dilaksanakan serta tersedia pada waktu dan tempat yang tepat. Fasilitas posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang

penyelenggaraan kegiatan Posyandu seperti tempat atau lokasi yang tetap, dana

37

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

rutin untuk pemberian makanan tambahan (PMT), alat-alat yang diperlukan misalnya : dacin, KMS, meja, kursi, buku register dan lain-lain. Keaktifan seorang kader dalam melakukan kegiatan di Posyandu dipengaruhi oleh adanya sarana, fasilitas Posyandu yang memadai, bentuk penghargaan kepada kader, sikap petugas kesehatan dan adanya pembinaan,

pelatihan yang diberikan kepada kader ( Warta Posyandu, 1999 ). Pelatihan : Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan teknis dan dedikasi kader (Depkes, 2005). Pengetahuan akan bertambah berkat kemauan dokter dan staf puskesmas untuk memberikan tambahan pada waktu mereka datang melakukan supervisi.

Pengetahuan dan keterampilan juga didapat dari teman sekerja. (Junadi, 1990). Menurut Frank Sherwood dan Wallas Best dalam (Moekijat, 1981), pelatihan adalah; Training is the process of aiding employes to gain effectiviness in their present of future work through the development habits of thought and action, skill, knowlwdge, and attitudes (pelatihan adalah proses membantu pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui penggembangan kebiasaan-kebiasaan pikiran, tindakan dan keterampilan). Materi pelatihan kader dititik beratkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kegiatan di posyandu, cara yang benar dalam melakukan penimbangan balita, menilai pertumbuhan anak baik fisik maupun mental, cara menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai dengan kebutuhan anak dan ibu, menyiapkan beragam

38

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

cara pemberian makanan tambahan (PMT), makanan pendamping ASI untuk yang pertumbuhannya tidak sesuai, membantu pemeriksaan ibu hamil dan

menyusui serta membuat laporan. Pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk melaksanakan tugas sebagai kader posyandu dalam melayani masyarakat, baik diposyandu maupun saat

melakukan kunjungan rumah ( Depdagri dan Otda, 2001 ). Menurut Martoyo (2000) mengutip pendapat Moekijat (1981) tujuan utama pelatihan adalah:

Pertama, untuk mengembangkan keahlian seseorang sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif. Kedua, untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional. Ketiga, mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemajuan kerja sama dengan sesama teman sekerja dan diluar kerja serta dengan pemimpin. Pilippo dalam Moekijat (1981) membedakan antara pelatihan (training) dengan pendidikan adalah training is concerrned with increasing knowledge and skill in doing a particular job, education is concerned with increasing general knowledge and understanding our total environment. (pelatihan berhubungan dengan menambah pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, pendidikan berhubungan dengan penambahan

pengetahuan umum dan pengertian tentang seluruh lingkungan kita). Pelatihan bagi kader sangat diperlukan dari petugas kesehatan yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Pengetahuan itu bertambah berkat kemauan dokter dan staf puskesmas untuk memberikan tambahan pada waktu mereka

39

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

datang melakukan supervisi. Pengetahuan dan keterampilan juga didapat dari teman sekerja (Junadi, 1990). Kurangnya kemampuan kader dalam memberikan penyuluhan kemungkinan menyebabkan ibu balita kurang berminat untuk mengunjungi posyandu. Ibu balita yang mampu, lebih memilih untuk mengunjungi dokter untuk memantau pertumbuhan balitanya ( Basyir, dkk 2008). Agar pelatihan kader berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu berdedikasi dalam memberikan pelatihan secara efektif dan

berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul (Nilawati, 2008). Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Tegal Sari II Sumatera utara menemukan bahwa berpenghasilan, ada ciri-ciri sarana kader aktif adalah: sudah menikah,

dan fasilitas posyandu, adanya pelatihan dan

pembinaan dari tenaga kesehatan dan tenaga lain yang terkait (Nurhayati, 1997). Pembinaan memantapkan : Pembinaan dan dilakukan dengan tujuan sikap untuk serta

meningkatkan

pengetahuan,

keterampilan terhadap kegiatan yang telah berjalan, juga untuk memberikan motivasi kepada kader supaya keaktifan kader dapat lestari. Pembinaan sangat penting artinya untuk kelangsungan kegiatan yang telah dijalankan, karena pada tahap awal latihan kader hanya sekedar memperoleh informasi sehubungan dengan peningkatan pengetahuan. Dengan adanya pembinaan-pembinaan yang dilakukan diharapkan kader berperan aktif dalam kegiatan posyandu

(Junadi, 1990).

40

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Insentif : Pemberian insentif merupakan bayaran pokok untuk memotivasi para pegawai agar lebih maju dalam pekerjaan dengan keterampilan dan tanggung jawab yang lebih besar ( Davis, 1995 ). Insentif adalah salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja (Mutiara, 2002).

Secara

sederhana

dinyatakan

bahwa

biasanya

seseorang

akan

merasa diperlakukan secara tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu hal yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja persepsi itu dikaitkan dengan berbagai hal yaitu mengenai insentif dan jumlah jam kerja (Sondang, 2004). Sebagai imbalan dari pekerjaanya, kebanyakan para kader tidak menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka tetapi mereka mendapat upah dalam bentuk lain seperti seragam sebagai tanda penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa, dan peralatan rumah tangga kecil-kecilan. Akan tetapi salah satu faktor penting dalam keuntungan yang diperoleh para kader adalah setatusnya. Untuk para kader Posyandu, status ini tidak diperoleh karena partisipasi mereka dalam program kemasyarakatan yang berprioritas tinggi tersebut tetapi juga karena penghargaan tinggi yang diberikan oleh pihak pemerintah. Alasan utama penggunaan insentif upah adalah jelas, insentif hampir selamanya meningkatkan produktifitas. Agar berhasil, insentif hendaknya cukup sederhana, sehingga mereka yakin prestasi kerja yang akan menghasilkan imbalan. Insentif yang berhasil dapat menimbulkan imbalan psikologis dan juga imbalan ekonomi, ada perasaan puas yang timbul dari penyelesaian

pekerjaan yang dilakukan dengan baik insentif yang diberikan kepada kader sangat memotivasi keaktifannya.

41

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Menurut Aprillia (2009) bahwa rendahnya jumlah insentif yang diterima kader posyandu, dirasakan masih kurang untuk memotivasi kinerja dan partisipasi aktif kader dalam kegiatan Posyandu sehingga tanggung jawab terhadap suksesnya program, cakupan dan kegiatan Posyandu menjadi kurang maksimal. Menurut Merry Judd (1997), bentuk insentif yang menurut para kader membawa dampak positif bagi prestasi mereka adalah: Pertama, seragam, yang membuat mereka merasa memiliki wewenang dan pembenaran untuk berbicara serta memberikan instruksi pada penduduk desa untuk melakukan suatu tugas tertentu. Kedua, penggantian biaya transport. Ketiga, pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas. Keempat, lencana dan sertifikat seperti seragam, lencana

menambah sifat resmi pada pekerjaan mereka. Kelima, honorarium bagi kader yang agak kaya hanya akan diterima kalau ditawarkan. Keenam, pasokan

peralatan untuk Posyandu seperti alat timbangan, meja, kursi, kertas, buku laporan, alat tulis, peralatan untuk pemberian makanan tambahan seperti sendok, mangkok, piring dll. Ketujuh, supervisi teratur dari puskesmas yang dirasakan oleh para kader sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan rasa percaya diri mereka dalam menjalankan tugas-tugasnya. Penghargaan : Keberadaan kader hendaknya mendapat pengakuan dan penghargaan yang wajar dan tulus. Semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaannya dan statusnya oleh orang lain. Keberadaan dan status seseorang tercermin pada berbagai lambang yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang (Siagian, 1955). Pengakuan terhadap keberadaan kader dari Pembina

42

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

kader di kecamatan perlu diwujudkan dengan prioritas pelayanan kesehatan gratis, dan adanya pakaian seragam kader (Depkes, 1997). Teori Maslow dalam Reksohadiprojo dan Handoko (1996), membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya. 2. Kebutuhan Rasa Aman Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja. 3. Kebutuhan Sosial Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. 4. Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian

43

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

seseorang serta efektifitas kerja seseorang. 5. Kebutuhan Aktualisasi diri Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan yang akan aktualisasi diri ada orang

kecenderungan

potensinya

meningkat

karena

mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya. Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.

44

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Menurut Ranupandojo dan Husnan (1993) penghargaan terhadap pekerjaan yang dijalankan, merupakan keinginan dari kebutuhan egoistis, yang diwujudkan dalam pujian, hadiah (dalam bentuk uang ataupun tidak), diumumkan kepada rekan-rekan sekerjanya. Menurut Suryatim (2001) pemberian penghargaan terhadap loyalitas kader akan sangat membantu untuk mempertahankan keaktifan kader posyandu, pemberian tugas yang tidak membosankan disertai pujian, melengkapi atribut saat bertugas akan membuat kinerja kader semakin meningkat. Dukungan Masyarakat : Dukungan masyarakat dapat dilihat pada partisipasi masyarakat yang didefinisikan sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Partisipasi juga diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Dalam hal ini, menggerakkan partisipasi masyarakat merupakan usaha untuk mendapatkan dukungan masyarakat dalam rangka mensukseskan program-program pemerintah. Dukungan masyarakat dapat berupa tanggapan atau respon terhadap informasi yang diterimanya, keterlibatan dalam perencanaan, keterlibatan dalam pengambilan keputusan, keterlibatan dalam melakukan hal- hal teknis, keterlibatan pembangunan, dalam dan memelihara keterlibatan dan dalam mengembangkan menilai hasil

pembangunan.

Dukungan masyarakat dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat, kepentingan, adat- istiadat dan sifat-sifat komunal yang mengikat setiap anggota masyarakat. Ndraha (1990) memperlihatkan bahwa

45

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

partisipasi masyarakat berfungsi sebagai masukan dan keluaran. Sebagai keluaran, partisipasi masyarakat dapat digerakkan atau dibangun. Partisipasi merupakan hasil stimulasi atau motivasi yang dilakukan oleh penggerak pembangunan. Dukungan suasana (social support) ditunjukkan oleh masyarakat. Mereka ini adalah tokoh masyarakat dan pembuat opini umum. Menurut Widyastuti dan Kristiani (2006) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai motor penggerak dan mendapatkan dukungan oleh tokoh masyarakat (TOMA). Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu. Peran pemerintah, termasuk petugas kesehatan, hanya sebagai fasilitator untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat.

2.2.7

Kinerja Kader Posyandu Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang

atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika ( Prawira sentosno, 1999 ). Dengan demikian kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak- pihak tertentu untuk mengetahui

46

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

sejauh mana tingkat pencapaian suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi. Menurut Timple (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti ; kemampuan, ketrampilan, sikap, perilaku, tanggung jawab. misalnya kinerja seseorang baik disebabkan karena kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja

keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki kemampuan. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan , seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Jadi kinerja yang optimal didorong oleh kuatnya motivasi seseorang. Menurut Salim (1989) faktor yang mempengaruhi penampilan kerja sumber daya manusia yang salah satunya kualitas kekaryaan yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pribadi seperti kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap kerja. Faktor lingkungan dalam organisasi yaitu situasi kerja, kepemimpinan dan tehnologi serta faktor di luar lingkungan organisasi yaitu seperti nilai sosial ekonomi, sosial budaya. Hal serupa juga dikemukakan oleh Notoatmodjo (1992) bahwa penampilan kerja (performance) itu dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik. Istilah yang dikemukannya yaitu: ACHIVE , dengan pengertian : Ability (kemampuan, pembawa), Capacity (kemampuan yang bisa dikembangkan), Help

47

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

(dukungan/bantuan untuk mewujudkan perfomance), Incentive (insentif material dan non material), Environment (lingkungan tempat kerja karyawan), Validity (pedoman/petunjuk dan uraian kerja), Evaluation (adanya umpan balik hasil kerja). Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader dengan cara mengikuti kursus, pelatihan dan refreezing secara berkala dari segi pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader untuk usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu. Proses kelancaran pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader. Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi oleh fasilitas (mengirim kader ke pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan, mengikutkan seminar-seminar kesehatan)

penghargaan, kepercayaan yang diterima kader dalam memberikan pelayanan mempengaruhi aktif/tidaknya seorang kader posyandu. Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan pelayanan kesehatan dengan beberapa kegiatan tersebut diharapkan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan dan aktif datang di setiap kegiatan posyandu (Koto dkk,2007). Penurunan kinerja kader disebabkan karena posyandu tidak memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, tidak semua kader mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan (Mastuti, 2003). Untuk itu diperlukan strategi yang berkaitan dengan partisipasi kader antara lain; Pertama, strategi pemberian insentif akan cukup termotivasikan oleh gaji atau upah yang memadai dan oleh rasa puas atas pekerjaan yang dilakukan dengan baik, karena rata-rata pendapatan masyarakat sangat rendah dan penting memberikan arti kehidupan baginya. Selain ganjaran-ganjaran financial, perlu

48

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

juga

mencari

bentuk

penghargaan

lain

atas usaha dan prestasi untuk

memperkuat sikap-sikap dan perilaku yang diberdayakan (Winardi, 2004). Kedua, sarana pendukung merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan karena merupakan alat yang membuat penting kegiatan,

dalam melaksanakan

pekerjaan sehingga dapat memudahkan untuk bekerja dan pekerjaan lebih cepat serta meningkatkan efektifitas pekerjaan. Dengan memenuhi segala hal yang mereka perlukan dan keadaaan lingkungan yang memadai untuk menjamin keberhasilan dalam kegiatan (Dwiantara, 2005). Ketiga, pelatihan untuk membentuk seseorang menjadi mandiri tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Pelatihan dilakukan berdasarkan kebutuhan yang akan dicapai berdasarkan identifikasi kebutuhan yang sesungguhnya (Stewart, 2006). Keempat, faktor budaya, sosial, ekonomi dan masalah-masalah praktis mempengaruhi kualitas posyandu dan partisipasi masyarakat. Menurut pendapat Widagdo (2006) yang merupakan satu-satunya faktor dari masyarakat yang masih mungkin dapat melakukan dorongan/motivasi secara berkesinambungan dalam pemberdayaan masyarakat adalah faktor tokoh masyarakat. Peranan pemimpin dan tokoh masyarakat akan sangat penting apabila mereka aktif untuk mendatangi masyarakat, sering menghadiri

pertemuan-pertemuan, dan dalam setiap kesempatan selalu menjelaskan manfaat program-program Posyandu. Para pimpinan masyarakat ini aktif pula dalam mengajak warga masyarakat untuk mengelola kegiatan Posyandu. Apabila masyarakat melihat bahwa tokoh mereak yang disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut, maka masyarakat pun akan tertarik untuk ikut serta.

49

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Tokoh masyarakat seperti kepala desa selalu mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu dan mengikuti kegiatan lain, sehingga kader akan malu kalau tidak turut serta dan hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Melalatoa dan Swasono dalam penelitian Widagdo (2006) bahwa kades selalu memberi tugas kepada kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang dirasa oleh para kader sebagai suatu perhatian yang dapat

merupakan dorongan bagi kader untuk selalu melakukan kegiatan posyandu. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dalam penelitian Pramuwito (1998) bahwa kebiasaan kades untuk selalu mau memperbaiki hubungan dengan kader, misalnya suatu ketika kader berbuat kesalahan, maka kader tersebut mendapat teguran yang sangat keras, namun di lain kesempatan kades tersebut telah baik kembali malah kader tersebut diberinya imbalan.

2.2.8

Penilaian Kinerja Kader Posyandu Penilaian terhadap kinerja merupakan suatu evaluasi proses terhadap

penentuan dari berbagai nilai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Kron,1987). Untuk kinerja kader posyandu, indikator penilaian kinerja kader telah disusun berdasarkan telaah kemandirian posyandu (TKP) dalam buku Pedoman ARRIF dikatakan bahwa frekuensi penyelenggaran

posyandu ada 12 kali setiap tahun dan sedikitnya dikatakan posyandu cukup baik bila frekuensi 8 kali setiap tahun. Jika kurang dari angka tersebut dianggap Posyandu tersebut masih rawan. Demikian juga keberadaan kader di Posyandu , bila kader kurang aktif dinyatakan jika tidak hadir untuk bekerja di Posyandu kurang dari 8 kali dalam satu tahun.

50

Peran dan Fungsi Kader dalam Peningkatan Strata Posyandu di Kecamatan Aek Kuasan Kabupaten Asahan Sumatera Utara

2012

Selain kehadiran kader penilaian kinerja kader juga dapat dilihat dari peran dan fungsi kader posyandu yang dijabarkan dalam kegiatan pelaksanaan

posyandu seperti melaksanakan pencatatan dan pelaporan, membuat absensi kehadiran, melaksanakan penyuluhan kesehatan, melakukan penimbangan balita, merujuk bila ada masalah kesehatan pada balita dan ibu hamil dan lain sebagainya.

51

You might also like