You are on page 1of 4

Di Mulai dari Sebuah Kesadaran Intersubyektif Hakekatnya prinsip fenomenologi berkenaan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia

intersubyektif (dunia kehidupan) atau juga disebut Lebenswelt terbentuk. Fenomenologi bertujuan mengetahui bagaimana kita menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) dan untuk merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial. (Rini Sudarmanti, 2005) Dalam fenomenologi, setiap individu secara sadar mengalami sesuatu yang ada. Sesuatu yang ada yang pada kemudian menjadi pengalaman yang senantiasa akan dikonstruksi menjadi bahan untuk sebuah tindakan yang beramakna dalam kehidupan sosialnya. Manakala berbicara sesuatu yang dikonstruksi, tidak terlepas dari interpretasi pengalaman di dalam waktu sebelumnya. Interpretasi itu sendiri berjalan dengan ketersediaa dari pengetahuan yang dimiliki. Namun demikian, sebagai mana proses interpretasi, harus diperhatikan kemampuan menangkap lebih jauh atau melihat sesuatu lebih jauh (seeing beyond) dalam fenomena yang sedang dikonstruksi itu, Fenomenologi Sebagai Tradisi Penelitian Jika dilanjutkan dengan fenomenologi sebagai sebuah metodologi penelitian, walaupun ada juga yang lebih senang menyebut sebagi tradisi penelitian, maka kita dapat menelusuri beberapa pengertian yang sederhana. Metode Fenomenologi, menurut Polkinghorne (Creswell,1998: 5152) adalah, a phenomenological study describes the meaning of the lived experiences for several individuals about a concept or the phenomenon. Phenomenologist explore the structure of cosciousness in human experiences. Sedangkan menurut Husserl (Creswell, 1998: 52).peneliti fenomenologis berusaha mencari tentang, The essential, invariant structure (or essence) or the central underlying meaning of the experience and emphasize the intentionality of consciousness where experience contain both the outward appearance and inward consciousness based on memory, image, and meaning. Alasuutari (1995: 35) menyatakan bahwa, ..phenomenology is to look at how the individual tries to interpret the world and to make sense of it. Selanjutnya Husserl (Cuff and Payne, 1981: 122) menyatakan bahwa, Phenomenology referred to his atempt to described the ultimate foundations of human experience by seeing beyond the particulars of everyday experiences in order to describe the essences which underpin them. Menurut TD. Wilson dari Sheffield University London, dengan menggunakan pendekatan Schutz, secara lebih rinci menjelaskan, tujuan fenomenologi yaitu: is to study how human phenomena are experienced in consciousness, in cognitive and perceptual acts, as well as how they may be valued or appreciated aesthetically. Phenomenology seeks to understand how persons construct meaning and a key concept is intersubjectivity. Our experience of the world, upon which our thoughts about the world are based, is intersubjective because we experience the world with and through others.

Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran, dalam kognitif dan dalam tindakan-tindakan perseptual. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep kunci yang intersubyektif. Karena itu, menurut Kuswarno penelitian fenomenologis harus berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala Logos Fenomenologi Melakukan pemahaman terhadap fenomena melalui fenomenologi, mempertimbangkan mengetahui dua aspek penting yang biasa disebut dengan logosnya fenomenologi, yakni intentionality dan bracketing. Intentionality adalah maksud memahami sesuatu, di mana setiap pengalaman individu memiliki sisi obyektif dan subyektif. Jika akan memahami, maka kedua sisi itu harus dikemukakan. Sisi obyektif fenomena (noema) artinya sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau sekalipun sesuatu yang masih akan dipikirkan (ide). Sedangkan sisi subyektif (noesis) adalah tindakan yang dimaksud (intended act) seperti merasa, mendengar, memikirkan, dan menilai ide. Aspek kedua bracketing atau juga disebut reduksi phenomenology, dimana seorang pengamat berupaya menyisihkan semua asumsi umum yang dibuat mengenai sesuatu fenomena. Seorang pengamat akan berusaha untuk menyisihkan dirinya dari prasangka, teori, filsafat, agama, bahkan common sense sehingga dirinya mampu menerima gejala yang dihadapi sebagai mana adanya. Studi fenomenologi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi peneliti. Creswell (1998: 55) menjelaskan tantangan tersebut yaitu:

The researcher requires a solid grounding in the philosophical precepts of phenomenology. The participants in the study need to be carefully chosen to be individuals who have experienced the phenomenon. Bracketing personal experiences by the researcher may be difficult. The researcher needs to decide how and in what way his or her personal experiences will introduced into the study.

Hakekatnya tantangan itu harus mampu duhadapi oleh seorang fenomenolog, penguasaan pada landasan filosofis dalam cara fikir fenomenologi, kemampuan memilih individu sebagai subyek yang mengalami yang akan dieksplorasi, kemampuan memelihara dan meningkatkan kemampuan logos fenomenologi, dan memilih serta memilah pengalaman bermakna yang dikonstruksi oleh subyek penelitian.

b. oleh Desi Dwi Prianti

Kebanyakan mahasiswa mengalami kesalahan yang sama ketika mereka diminta untuk memberikan alasan kenapa mereka memilih melakukan penelitian dengan pendekatan fenomenologi. Tanpa studi literatur dahulu, dengan entengnya biasanya mereka menjawab, karena sesuatu yang saya teliti adalah sebuah fenomena bu, oleh karena itu fenomenologi adalah pendekatan penelitian yang paling tepat untuk saya gunakan. Semoga anda tidak termasuk mahasiswa yang bermental asal jawab seperti yang saya ceritakan diatas, kalaupun iya, jangan berkecil hati karena saya percaya dengan istilah bahasa inggris sleng yang sering diungkapkan oleh teman saya people change, you know. Dengan kepercayaan awal seperti tadi, saya berharap dengan membaca tulisan ini, anda bisa memahami dan mengetahui apa itu penelitian fenomenologi, kenapa dan bagaimana melakukanya sehingga membuat anda menjadi seorang mahasiswa ataupun peneliti yang lebih berkompeten. Definisi Komunikolog favorit saya dan saya yakin favorit anda juga, Littlejohn (1999: 199) mendefinisikan fenomenologi sebagai studi tentang pengalaman yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami sesuatu dengan secara sadar mengalami sesuatu tersebut. Sedangkan menurut Hegel (dalam Moustakas 1994: 26) fenomenologi mengacu pada pengalaman sebagaimana yang muncul pada kesadaran, lebih lanjut ia menjelaskan fenomenologi adalah ilmu menggambarkan apa yang seseorang terima, rasakan dan ketahui di dalam kesadaran langsungnya dan pengalamannya. Dan apa yang muncul dari kesadaran itulah yang disebut sebagai fenomena. Untuk sebagian orang yang memang dianugrahi kemampuan analisis bahasa yang tinggi atau yang sudah terbiasa membaca artikel-artikel ilmiah dengan bahasa yang memiliki abstraksi tingkat tinggi, dua definisi diatas saya rasa cukup untuk menjelaskan tentang apa itu fenomenologi. Akan tetapi, saya sangat memahami bahwa tidak semua orang dilahirkan dengan kemampuan analisis bahasa yang sama; seperti saya misalnya yang suka bingung sendiri membaca tulisan mahasiswa dengan tingkat kesulitan bahasa yang tinggi, atau untuk pemula yang sama sekali belum pernah membaca tentang fenomenologi, saya akan coba menjelaskan lagi tentang apa itu fenomenologi. Merangkum dari berbagai definisi yang ada, fenomenologi adalah studi tentang pengalaman yang disadari (conscious experience). Jadi peneliti yang menggunakan fenomenologi nantinya akan meneliti pengalaman yang disadari dari responden penelitiannya bukan meneliti sesuatu yang diluar responden penelitiannya atau sesuatu diluar pengalaman sadar responden penelitiannya. Misalkan, pernyataan yang dikeluarkan pada saat individu dalam keadaan tidak sadar atau terhipnotis seperti dalam acara televisi Uya-Kuya misalnya tidak bisa dijadikan data penelitian fenomenologi. Tetapi alasan individu kenapa mau dihipnotis, bagaimana perasaannya ketika mendengarkan kejujuran dari orang-orang dekatnya, apa yang mendasari individu tersebut untuk memaafkan orang terdekatnya misalnya karena pada saat dihipnotis dirinya dijelek-jelekan orang terdekatnya, adalah pengalaman-pengalaman yang menjadi studi penelitian fenomenologi. Hanya pengalaman sadar individu yang menjadi obyek studi dari penelitian fenomenologi. Contoh lain, misalkan saya tertarik untuk meneliti tentang fenomena lagu garuda di dadaku dan bagaimana lagu itu sepertinya bisa menggugah semangat ketika dinyanyikan (saya katakan

sepertinya, karena ini masih menjadi dugaan awal saya). Dengan metode fenomenologi saya akan fokus pada bagaimana individu memaknai lagu garuda di dadaku, bagaimana perasaanya pada saat menyanyikannya, pada saat mendengarkan lagu tersebut dinyanyikan, apa asosiasi dia terhadap lagu tersebut, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus berkembang seiring dengan jawaban individu tersebut, misalkan tentang bagaimana individu tersebut mengidentifikasi diri sebagai seorang warga Negara Indonesia, bagaimana pengaruh lagu tersebut dengan rasa nasionalisme yang dimilikinya. Sebenarnya, saya memiliki impian untuk melakukan penelitian tersebut pada seluruh pemain timnas yang kemarin berlaga pada piala AFF 2010. Sayangnya impian tingal impian, mungkin kalau saya anak orang berkuasa di negeri ini baru saya akan bisa melakukan penelitian tersebut. Jadi, masih tentang penelitian lagu garuda di dadaku, saya sebagai peneliti tidak akan fokus meneliti dari mana lagu garuda di dadaku, siapa yang memopulerkan, (jawaban pertanyaanpertanyaan ini hanya melengkapi bab gambaran umum), bagaimana intensitasnya di media massa, bagaimana pengaruhnya pada nasionalisme bangsa Indonesia (pertanyaan-pertanyaan ini akan bisa dijawab dengan metode penelitian sosial lainya) tetapi saya akan fokus meneliti tentang pengalaman yang disadari (bukan pada saat dia dihipnotis, mimpi, ngelindur,dll) responden penelitian saya mengenai seputar lagu garuda didadaku.

You might also like