You are on page 1of 18

Masalah Kepemimpinan Pemimpin Wanita di Perpustakaan Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia dalam Memimpin Bawahannya yang

Laki-Laki

Disusun oleh: Muhammad Arif Baharuddin 0906639000

Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN
Masalah kepemimpinan sama halnya dengan sejarah kehidupan manusia, bahkan sejak manusia ada, masalah kepemimpinan menjadi hal yang sangat penting. Manusia dalam ber-masyarakat atau dalam berorganisasi butuh yang namanya pemimpin. Oleh karena itu pemimpin sangat diperlukan dalam berorganisasi baik dalam masyarakat, pemerintahan, pendidikan, bah-kan dalam suatu kelompok yang kapasitasnya kecil. Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Karena pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama. Disamping itu, seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Bagi seorang pemimpin menjadi yang Kepercayaan yang dipercaya adalah hadiah yang lebih baik dari apapun.

diberikan oleh anggota organisasi kepada se-orang pemimpin datang dari perasaan terpastikan dalam mempercayakan proses memimpin pencapaian tujuan bersama kepadanya

A. LATAR BELAKANG Pada suatu kesempatan, saya mendapatkan tugas kelompok dari dosen mata kuliah administrasi lembaga informasi untuk mengobservasi dan mencari tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan manajemen pepustakaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universaitas Indonesia (selanjutnya FISIP UI). Untuk melakukan tugas tersebut saya dan kelompok saya harus mewawawancarai beberapa pelaku dalam perpustakaan tersebut. Wawancara

pertama dimulai dari pelaku perpustakaan yang menjaga America Corner. Wawancara berjalan lancar dan menarik, ada jawaban dari pelaku yang menarik perhatian lebih saya, pelaku mengaku kalau beliau bukanlah lulusan jurusan ilmu perpustakaan akan tetapi beliau lulusan jurusan ilmu hukum. Setelah wawancara terselesaikan, saya dan kelompok mencari sasaran lain untuk diwawancara, dan sasaran kelompok saya tertuju pada seorang wanita pada suatu ruangan. Wanita tersebut adalah salah satu petinggi dalam perpustakaan FISIP yang biasa disebut profesional senior. Dalam wawancara tersebut, sangat terlihat keramahan beliau. Ketika beliau ditanya, apa pendidikan terakhir ibu?, ternyata beliau sempat mengenyam pendidikan ilmu perpustakaan, akan tetapi tidak terselesaikan. Pada suatu jawaban, beliau mengatakan bahwa beliau dalam mengorganisir pelakupelaku perpustakaan mengalami kesulitan, pada suatu evaluasi beliau menyarankan pada pengikutnya melakukan apa yang dia katakan. Akan tetapi perkataan beliau tidak dihiraukan, dan terjadilah sesuatu yang tidak diharapkan.

B. PERUMUSAN MASALAH Dilihat dari pernyataan profesional senior, terlihat adanya masalah kepemimpinan yang terjadi di perpustakaan FISIP UI. Kenapa masalah tersebut terjadi?, ada apakah di balik masalah tersebut?. Makalah ini dibuat selain bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah administrasi lembaga informasi, juga bertujuan untuk mengupas lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat.

BAB II ISI

1.

Kepemimpinan

A. Pengertian Banyak sekali definisi kepemimpinan, hal ini terjadi karena sudah banyak sekali yang mencoba mendefinisikan kepemimpinan. Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa: Leader-ship is the process of influencing the activities of an individual or group in efforts toward goal achievement in a givensituation. Pendapat ini menegaskan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. G.R. Terry dalam bukunya yang berjudul Principles Of Management mengemukakan leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires. John douglas berpendapat Leadership occurs when one person induces others to work toward some predertemined objective. Harold koontz dan Cyril ODonnel dalam bukunya Principles of Management, an Analysis of Managerial function, mengemukakan means of communiation, toward the achivment of a goal. Dilihat dari sudut pandang beberapa orang Indonesia yang berpendapat. Kepemimpinan diartikan sebagai ilmu atau kiat serta kemampuan seseorang mempengaruhi atau membimbing orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi it (leadership) may be defined as the ability to exert interpersonal influence, by

contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dari definisi-definisi di dua paragraf atas, saya dapat menyimpulkan bahwa aktivitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan dan adanya seseorang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja ke arah pencapaian sasaran tertentu. Hubungan dalam kepemimpinan itu terjadi antara pemimpin dan mereka yang dipimpin. Hubungan antara kedua belah pihak antara pemimpin dan yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah, tetapi hubungan yang senantiasa harus ada interaksi. Dengan adanya interaksi maka seorang pemimpin bisa tahu bagaimana cara yang terbaik untuk mempengaruhi yang dipimpin. Seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi yang dipimpin, karena apabila ia tidak dapat melakukannya akan terjadi sesuatu yang dapat merugikan, dan sasaran atau tujuan akan semakin bertambah jauh. Ada dua macam cara pemimpin dalam mempengaruhi. Pertama dapat disebut hasil kerjanya sendiri yang langsung mempengaruhi pekerjaan orang yang dipimpin atau kelompoknya. Kedua, dengan cara kelakuan dan tindakan-tindakan yang dilakukannya untuk mempengaruhi stabilitas kelompok dan kepuasan para anggota kelompok. B. Jenis Pemimpin Dilihat dari proses pengangkatannya ada dua jenis pemimpin, pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah seoarang (pria atau wanita), yang oleh organisasi tertentu (swasta atau pemerintah) di tunjuk untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi yang ada, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang ditetapkan. Pemimpin formal memiliki surat-surat keputusan pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan. Sedangkan pemimpin informal adalah seorang individu (pria atau wanita) yang tidak mendapat pengangkatan formal yuridis sebagai pemimpin, akan tetapi memiliki sejumlah kualitas (objektif maupun subjektif), yang memungkinkannya tampil dalam kedudukan di luar

struktur organisasi resmi namun ia dapat mempengaruhi kelakuan dan tindakan suatu kelompok, baik dalam arti positif maupun negatif. Perbandingan pemimpin formal dan informal Pemimpin Formal Memiliki legalitas Pemimpin Informal sebagai Tidak memiliki penunjukan formal

formal

pemimpin (penunjukan oleh pihak yang sebagai pemimpin. berwenang melakukannya). Yang menunjuk adalah organisasi Masyarakat (atau kelompok tertentu di

formal. dalam masyarakat) yang menunjuk. Biasanya harus memenuhi syarat-syarat Tidak perlu memenuhi syarat-syarat formal terlebih dahulu sebelum formal, asal saja disegani / dipatuhi/ memperoleh pengangkatan (misalnya dijadikan sumber bertanya/ pertukaran syarat: ijazah, sertifikat, skill, masa pikiran bagi pihak yang dipimpinnya. dinas, pengalaman kerja, kecakapan pribadi dan sebagainya). Apabila melakukan dari organisas formal. kesalahan- Apabila ia melakukan kesalahan-

kesalahan, ia akan mendapatkan sanksi kesalahan akan mendapatkan sanksi berupa kurang ditaatinya lagi sebagai pemimpin atau dalam kasus yang ekstrim tidak diakui lagi sebagai peimimpin. Dapat dimutasikan organisasi formal Tidak dapat dimutasikan Dapat mencapai promosi (kenaikan tidak pernah mencapai promosi. pangkat formal) Memperoleh balas jasa material dan Biasanya tidak memperoleh balas jasa emolumen-emolumen lain yang berkai- material, kecuali apabila mengusatan dengan posisi/jabatan. hakannya. Berstatus sebagai pemimpin formal Berstatus sebagai pemimpin informal, selama masa pengangkatan berlaku. selama kelompok yang dipimpinya mengakuinya atau menerimanya sebagai pemimpin.

Seorang pemimpin memimpin dan bukanlah memaksa, pemimpin menarik pengikutnya hingga puncak prestasi, pemimpin mengenal sifat-sifat individual

pengikut-pengikutnya, mengetahui kualitas-kualitas apa yang akan merangsang mereka untuk bekerja sebaik mungkin, pemimpin mengabdi serta memimpin. C. Pendekatan Kepemimpinan Banyak studi tentang kepemimpinan dan hasilnya berupa macam-macam teori. Akan tetapi, ternyata belum/tidak mampu mengungkapkan sifat tunggal yang dimiliki oleh pemimpin yang baik. Hal itu disebabkan oleh setiap pemimpin yang dianggap berhasil memiliki gaya, metode, ataupun pengetahuan yang berbeda. Karena adanya perbedaan sistem, kultur, dan kondisi yang dipimpin, setiap orang mempunyai gaya kepemimpinan sendiri-sendiri. Saya tidak bisa mengemukakan cara terbaik untuk memimpin manusia. Praktek serta gaya kepemimpinan terdiri dari suatu jalinan faktor-faktor yang bersifat kompleks. Kepribadian pemimpin, skillnya, pengalamannya, jenis pengikut, kepercayaannya, kesadaran akan harkat dirinya, interaksi dan iklim oganisasi mempengaruhi kelakuan seorang pemimpin dan apa yang dilakukannya atau tidak dilakukan olehnya. G.R Terry dalam bukunya Principles of Management mengemukakan 8 (delapan) buah teori kepemimpinan sebagai berikut :
1. Teori Otokratis (The Autocratic Theory) 2. Teori Psikologis (The Psychologic Theory) 3. Teori Sosiologis (The Sosiologic Theory) 4. Teori supportif (The Supportive Theory) 5. Teori Laissez Faire (The Laissez Faire Theory) 6. Teori Perilaku Pribadi (The Personal Behaviour Theory) 7. Teori Sifat (The Trait Theory) 8. Teori Situasi (The Situational Theory)

C.1. Teori Otokratis Kepemimpinan menurut teori ini berdasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin di sini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi. Pemimpin otokratis menganggap disiplin adalah faktor yang sangat penting. C.2. Teori Psikologis Fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja ke arah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka. Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti misalnya pengakuan, kepastian emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhannya. C.3. Teori Sosiologis Kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikut sertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil-hasil apa, kepercayaan apa, kelakuan apa yang diharapkan pemimpin dari mereka. Tetapi perlu diingat bahwa usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di antara kelompok-kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan-tin-

dakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara para pengikutnya. C.4. Teori Suportif Pihak pemimpin menganggap para pengikutnya ingin berusaha sebaikbaiknya dan ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka. Pihak pemimpin menciptakan lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya, dan semua itu tanpa ada paksaan dari pemimpin. Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan lebih baik, perbaikan-perbaikan apa dapat dicapai pada kondisi-kondisi kerja dan ide-ide baru apa harus dicoba, perlu dikembangkan. Mungkin karena itu, teori ini juga biasa disebut teori partisipatif dan ada juga yang menyebut democratic theory of leadership. C.5. Teori Laissez Faire Pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan, walaupun berpartisipasi, partisipasi tersebut hampir tidak berarti. Teori ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis. Kelompok-kelompok laissez faire cenderung membentuk pemimpin-pemimpin informal. C.6. Teori Perilaku Pribadi Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas pribadi ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pendekatan ini melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal memimpin. Salah satu sumbangsih penting teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi olehnya. Pada suatu tingkat tertentu seorang pemimpin bersifat fleksibel, karena ia beranggapan ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk

menghadapi sesuatu problem tertentu yang situasinya berbeda dari situasi yang pernah ia hadapi. C.7. Teori Sifat Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat pemimpin yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan kesuksesan dalam bidang pemimpin. Di antara sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin dapat disebut :
1. Intelegensi

Orang umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang individu memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkinan baginya untuk berhasil sebagai seorang pemimpin (hingga suatu tingkat intelegensi tertentu). Di atas tingkat tersebut yang bersifat relatif tinggi, sukses tidak begitu pasti. Hal tersebut kiranya dapat diterangkan berdasarkan fakta bahwa individu-individu yang memiliki tingkat-tingka intelegensi yang tinggi menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemimpinan dan tantangan-tantangan tidak cukup bagi mereka, mereka lebih senag dengan ide-ide abstrak dan pekerjaan riset dasar. 2. Inisiatif Hal ini terdiri dari dua bagian : 1) Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakantindakan; 2) Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh pihak lain. manager.
3. Energi atau rangsangan

Sifat ini sangat diinginkan pada setiap calon

Banyak orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri pemimpin yang menonjol adalah bahwa ia lebih enerjik dalam usaha men-

capai tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin. Energi mental dan fisik diperlukan 4. Kedewasaan emosional Di dalam sifat ini tercakup: dapat diandalkan, persistensi dan objektivitas. Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang akan dilaksanakannya. Ia bersedia bekerja lama dan menyebarluaskan sikap enthusiasme di antara para pengikutnya. Ia mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini, tahun depan atau 5 tahun yang akan datang. 5. Persuasif Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa adanya persetujuan pihak yang akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seorang pemimpin biasanya harus menggunakan persuasi. 6. Skill komunikatif Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas serta tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat pendapat-pendapat orang lain dan mengambil inti-sari dari pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin menggunakan komunikasi dengan tepat untuk tujuan-tujuan persuasif, informatif serta stimulatif. 7. Kepercayaan pada diri sendiri Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam skill kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang dan ia tidak banyak memiliki sifat-sifat anti-sosial. dihadapinya. 8. Perseptif Ia berkeyakinan bahwa ia dapat menghadapi secara berhasil kebanyakan situasi yang

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciriciri dan kelakuan orang-orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal tersebut juga mencakup kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional ke dalam posisi orang lain. 9. Kreativitas Kapasitas untuk bersifat orisinal, untuk memikirkan cara-cara baru merintis jalan baru sama sekali guna memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada seorang pemimpin. 10. Partisipasi sosial Seorang pemimpin mengerti manusia dan ia mengetahui pula kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan ia memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orangorang dari kalangan manapun juga dan ia pula berkemampuan untuk melakukan konversasi tentang macam-macam subjek. Orang-orang bekerja sama secara sukarela dengannya. Ia dapat didekati, ia seorang yang ramah, dan suka menolong orang lain. C.8. Teori Situasi Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi. D. Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku seseorang tidak akan sama persis, maka gaya kepemimpinan yang diperlihatkan oleh seorang pemimpin dapat berbeda antara satu pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Dari berbagai gaya kepimpinan, dapatlah disederhanakan atas empat macam: a. Gaya Kepemimpinan Diktator

Pada gaya kepemimpinan ini upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman, bawahan hanya dianggap sebagai pelaksana dan pekerja saja. b. Gaya Kepemimpinan Autokratis Gaya kepemimpinan ini segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari segala keputusan berada ditangan pemimpin. c. Gaya Kepemimpinan Demokratis Pada gaya ini ditemukan peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan dengan bawahan dibangun dan dipelihara dengan baik. d. Gaya Kepemimpinan Santai Pada gaya ini hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan. Setiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan kehendak. Dalam rangka mempersoalkan gaya kepemimpinan, kita hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang individu dapat atau harus mempertahankan gaya secara konsisten dalam semua aktivitasnya. Justru sebaliknya, ia harus bersifat sefleksibel mungkin, dan menyesuaikan gayanya dengan situasi dan individuindividu yang bersangkutan. Supaya kepemimpinan menjadi penting, maka orang yang melaksanakan tindakan kepemimpinan harus memenuhi kebutuhankebutuhan kelompok maupun kebutuhan-kebutuhan yang timbul karena situasi.

2. Sekilas Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Miriam Budiarjo Resource Center diresmikan pada tanggal 24 Februari 2005 oleh Rektor UI dalam rangka perayaan 36 tahun berdirinya FISIP UI. Nama ini dipilih untuk memberi penghormatan kepada salah satu pendiri FISIP UI, Prof. Dr (H.C) Miriam Budiarjo, M.A. Dahulu, perpustakaan ini bernama Perpustakaan FISIP UI. MBRC ditempatkan sebagai : 1. Salah satu icon dari FISIP UI yang merupakan pusat sumber ilmu (open library system) yang modern.
2. Sebagai pendukung visi dan misi Universitas Indonesia untuk mencapai

posisi sebagai universitas riset yang bertaraf internasional dan menjadi pusat sumber ilmu sosial terkemuka di Asia. 3. Sebagai pendukung terhadap tuntutan perubahan global yang penuh persaingan dan tanpa batas, yang memaksa manusia menggapai informasi secara luas dan cepat untuk dapat mengungguli manusia lainnya. 4. Sebagai pendukung tujuan universitas mengembangkan program pengajaran student-centered learner dimana mahasiswa menjadi sentral yang kreatif mencari dan mengembangkan sumber pengetahuan secara mandiri.

Struktur Organisasi Perpustakaan FISIP UI

DEKA N WAKIL DEKAN MANAJER RISET PUSTAKAW AN SIRKULA SI PROFESION AL SENIOR


REFEREN SI

PELAYAN AN

PENGOLAHA N& PENGADAAN

Bisa dilihat dalam bagan struktur organisasi, professional senior membawahi bagian sirkulasi, pelayanan, referensi, pengolahan dan pengadaan. Di perpustakaan fakultas ilmu sosial dan politik, posisi ini dipegang oleh seorang wanita yang sudah menyumbangkan tenaganya dalam perpustakaan FISIP UI selama kurang lebih 30 tahun. Dan dalam perpustakaan FISIP UI, posisi yang di bawahi profesional senior kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.

3. Wanita Indonesia
a. Paradigma Tentang Wanita di Indonesia Walaupun emansipasi wanita di Indonesia sudah dimulai sejak abad yang lalu, namun perjuangan untuk menjadi manusia yang diberi kesempatan yang sama dan dihargai penuh sama seperti kesempatan dan penghargaan yang diberikan kaum laki-laki, masih merupakan perjalanan yang panjang (Dewi Sawitri Manindas, 1996). Dari dulu masyarakat Indonesia menanamkan secara khusus pentingnya nilai keluarga pada wanita. Itu karena kewanitaan memang banyak dikaitkan dengan peran/fungsi sebagai pengelola rumah tangga, bahkan oleh masyarakat seringkali diingatkan bahwa tujuan hidup perempuan adalah menjadi ibu rumah tangga yang baik (Kristi Poerwandari, 1996). Dalam masyarakat kita, seolah-olah wanita (ibu) adalah orang yang bergantung pada suami, wanita (ibu)

adalah pembantu rumah tangga yang diikat dengan kontrak perkawinan, dan wanita makhluk lemah yang seharusnya selalu dilindungi. Karena beberapa anggapan itu, wanita dianggap tidak pantas untuk bekerja seperti kaum laki-laki, apalagi menjadi pengatur laki-laki.

b. Pandangan Wanita Indonesia Tentang Dirinya

Berdasarkan kuisioner yang dibagikan (Nani Nurrachman, 1996), diri pribadi wanita terkait pada aspek ketubuhan, agama/keyakinannya serta aspek sosial yang terkait kepada suami, anak, sesama kelompok wanita, pria dan negara. Rincian jawaban yang diberikan dapat diuraikan sebagai berikut, disertai dengan kutipan jawaban. 1. Aspek kebutuhan merupakan aspek yang dipandang tidak dapat dilepaskan dari wanita: Haid, mengandung, melahirkan anak dan menysuinya ada pada wanita. Cara berpakaian wanita, berperilaku wanita perlu diperhatikan. 2. Aspek agama/keyakinannya merujuk kepada derajat dan martabat wanta menurut kodratnya berdasarkan al-Qurran dan Sunnah Rosul: Kodrat wanita merupakan anugrah dari tuhan. Dalam hadis nabi, bahwa wanita adalah tiang negara. Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Manusia tidak ada beda di sisi Allah kecuali taqwa.
3. Peran wanita dalam kaitannya dengan suami cenderung dilihat

sebagai pendamping dan penunjang profesi suami. Perilaku istri dapat mempengaruhi konduite suami. Sekalipun lebih sedikit, tetap ada yang melihat peran wanita sebagai mitra sejajar suami. Ada

hak-hak yang sama dan beda antara suami-istri, istri dimana perlu membantu dalam menambah nafkah suami, di mana memungkinkan istri boleh mengimbangi karier suami dan ikut serta dalam menentukan policy keluarga. Istri membantu kelancaran profesi suami. Wanita dapat terikat atau tidak terikat dengan jabatan suami. Hak suami sama dengan hak istri. Wanita ikut menentukan kebijakan keluarga.
4. Peran wanita sebagai ibu dari anak-anak ditandai dengan beberapa

ciri: pendidik anak, generasi muda, umat dan masyarakat. Wanita sebagai ibu dan teladan bagi anak-anaknya. Membina dan mendidik generasi muda. Wanita sebagai ibu menentukan kualitas generasi penerus bangsa dan yang memajukan pendidikan masyarakat.
5. Organisasi wanita sebagai kelompok cenderung dipersepsikan se-

bagai wadah dan sarana untuk menimba pengetahuan dan pengalaman dalam berbagai bidang, sarana untuk meningkatkan derajat wanita, menyalurkan aspirasi dan guna memahami kedudukan wanita dalam keluarga, masyarakat dan negara. Melalui organisasi wanita, wanita dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam organisasi nonwanita, tujuan sulit diraih karena kurang dihargai dan di akui. Wanita yang paling mengerti tentang wanita.
6. Dalam relasinya dengan pria, wanita mempunyai derajat dan hak

yang sama, wanita tidak bersifat konfrontatif dengan pria.

Sekalipun bekerjasama

wanita dengan

mendapat pria

perlakuan masih

yang ada

sama wanita

serta yang

tetapi

menganggap kodrat wanita dan pria berbeda pula. Wanita tidak konfrontatif dengan pria. Pria dan wanita mempunyai hak serta peran yang sama dalam pembangunan. Kodrat pria dan wanita berbeda. 7. Dalam mengorientasikan dirinya terhadap negara, wanita

mempunyai peran mengisi kemerdekaan. Wanita mempunyai potensi dan menganggap dirinya mitra dan penentu pembangunan dengan mendukung pemerintah. Wanita sebagai penentu dalam pembangunan Organisasi wanita di Indonesia adalah berdasarkan pancasila dan didukung oleh pemerintah.

Dari pernyataan-pernyataan wanita tentang dirinya, wanita melihat diri pribadinya memiliki dimensi biologis, spiritual dan sosial. Ada yang menarik apabila kita melihat dalam pernyataan dimensi sosial, terutama tentang diri pribadi wanita dengan kelompok wanita, wanita menggambarkan mereka memiliki keterkaitan yang lebih besar apabila bersama kelompoknya dan mereka menunjukkan bahwa mereka ingin dimengerti oleh mereka yang bukan wanita.

You might also like