You are on page 1of 23

BAB 1 PENDAHULUAN Batu saluran kemih menurut tempatnya pembentukannya digolongkan menjadi batu ginjal dan batu kandung

kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, dan mengandung komponen kristal serta matriks organik. Lokasi batu ginjal dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila keluar akan dapat berhenti di ureter atau di kandung kemih. Batu ginjal sebagian besar mengandung batu kalsium. Batu oksalat, kalsium oksalat, atau kalsium fosfat, secara bersama dapat jumpai sampai 65-85% dari jumlah keseluruhan batu ginjal.1 Di beberapa rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi batu ginjal dibandingkan batu saluran kemih bagian bawah. Hasil analisis jenis batu ginjal di Laboratorium Patologi Klinik Universitas Gajah Mada sekitar tahun 1964 dan 1974, menunjukkan kenaikan proporsi batu ginjal dibandingkan proporsi batu kandung kemih. Sekitar tahun 1964-1969 didapatkan proporsi batu ginjal sebesar 20% dan batu kandung kemih sebesar 80%, tetapi pada tahun 19701974 batu ginjal sebesar 70% dan batu kandung kemih 30%.1 Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih.2 Penyakit batu saluran ginjal dapat menimbulkan gejala akut berupa nyeri kolik maupun gejala kronik berupa hematuria mikroskopis, infeksi saluran kemih berulang atau gagal ginjal. Ditemukannya batu saat buang air kecil sangat penting untuk mendiagnosa batu saluran kemih. Namun, diagnose juga dapat dilakukan dengan menelaah faktor risiko penyebab batu saluran kemih, perjalanan penyakit,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis sebagai pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan radiologis ini berguna untuk menentukan letak dan ukuran batu, serta berfungsi sebagai informasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Urolitiasis menunjukkan batu yang berasal dari saluran kemih, baik yang berasal dari ginjal maupun kandung kemih. Namun, patofisiologi pembentukan batu ginjal dan batu saluran kemih sangatlah berbeda. Batu ginjal terbentuk sebagai akibat proses fisikokimia atau gangguan genetik yang menyebabkan supersaturasi urin yang mengandung garam pembentuk batu ginjal atau, yang lebih jarang disebabkan oleh infeksi saluran kemih berulang oleh bakteri pembentuk urease. Stasis pada saluran kemih bagian atas akibat kelainan anatomi juga dapat membentuk batu ginjal. Sebaliknya, batu kandung kemih terbentuk terutama akibat stasis urin dan/ atau infeksi berulang akibat obstruksi uretra atau lemahnya saraf yang persarafi kandung kemih.4 2.2. Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannnya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yan masih belum terungkap (idiopatik). Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya.2 Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.2 Faktor intrinsik itu antara lain adalah:2 1. Herediter ( keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya.

2. Umur: penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. 3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:2 1. Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih. 2. Iklim dan temperature. 3. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4. Diet: diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. 5. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life. 2.3. Patogenesis Teori proses pembentukan batu saluran kemih Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine) yaitu pada sistem kalikes ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperlplasia prostat benigna, striktura, dan bui-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang mempermudah terjadinya pembentukan batu.2

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganik yang terlarut dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut) dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu, agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.2 Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.2 Penghambat pembentukan batu saluran kemih Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses pembentukan initi batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal.2 2.4. Gejala klinis Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada: posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang terjadi. 2,5

2.4.1. Batu Ginjal dan Batu Ureter Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik ini menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.2,5 Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Hematuria seringkali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.2,5 2.4.2. Batu Kandung Kemih Gejala khas batu kandung kemih adalah berupa gejala iritasi antara lain: nyeri kencing/ disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan (referred pain) pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak seringkali mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping sering menarik-narik penisnya (pada anak laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada anak perempuan).2,5 2.4.3. Batu Uretra Keluhan yang disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urine, yang mungkin sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Jika batu berasal dari ureter yang turun ke buli-buli kemudian ke uretra, biasanya pasien mengeluh nyeri pinggang sebelum mengeluh kesulitan miksi. Batu yang berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadang-kadang tampak di meatus uretra eksterna. Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada.

Batu yang rektum.


2,5

berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau

2.5. Pemeriksaan Urolithiasis 2.5.1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan.6
Pemeriksaan fisik umum : hipertensi, febris, anemia, syok Pemeriksan fisik khusus urologi:

Sudut kosto vertebra : nyeri tekan , nyeri ketok, pembesaran ginjal

Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh Genitalia eksterna : teraba batu di uretra Colok dubur : teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)

2.5.2. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang penting pada batu saluran kemih ada 2 jenis yaitu pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Pada pemeriksaan laboratorium berprinsip mengetahui tingkatan faktor risiko pasien dengan melihat kadar zat dan keadaan yang potensial membentuk batu saluran kemih. Pada radiologi pemeriksaan bertujuan untuk melihat apakah ada batu atau tidak pada saluran kemih pasien.6 2.5.2.1. Pemeriksaan Laboratorium 1. Urinalisis - Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan

makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,

urobilinogen, darah samar dan nitrit. Dilakukan pada semua penderita urologi. Untuk pemeriksaan, sampel urin perlu dikumpul. Urin yang diguna adalah urin 24 jam. - Cara pengambilan urin 24 jam adalah: Pada hari 1, buang air kecil setelah bangun di pagi hari. Kemudian pegumpulan urin dilakukan ke dalam wadah khusus selama 24 jam.Wadah disimpan kedalam lemari es atau tempat yang dingin selama periode koleksi. Wadah diberi label dengan nama , tanggal, dan waktu pengambilan. - Cara pengambilan urin: pria: arus tengah (midstream) perempuan: Midstream urin dengan kateter neonatus dan bayi: spp (supra pubic puncture/aspiration) - Penilaian urin: Makroskopik: warna, kekeruhan, Berat jernih, pH Mikroskopik: sel, silinder (cast), kristal, bakteria, ragi, parasit Kimiawi: urine dipsticks (darah, protein, glukosa, keton, urobilinogen & bilirubin, leukosit).

2. Pemeriksaan Darah - Darah lengkap: Hemoglobin, leukosit, Laju endap darah (LED) - Faal ginjal: BUN dan kreatinin serum. Bertujuan untuk mencari kemungkinan penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVP. - Kadar elektrolit Untuk mencari faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar : kalsium, oksalat, fosfat maupun urat didalam darah maupun urine).

2.5.2.2.

Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaaan radiologi yang dilakukan bisa foto polos abdomen, IVP (Intravenous Pyelogram), USG (Ultrasonography), dan CTscan (Computed Tomography Scan).5,6

1. Foto Polos Abdomen (BNO) Secara umum, yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen adalah bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal dan harus perhatikan batas muskuli Psoas kanan dan kiri.7 Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai di antara batu jenis lain, sedanglan batu asam urat bersifat non-opak (radio-lusen).2 Pada kasus urolithiasis, pembuatan foto polos abdomen yang merangkup ginjal, ureter dan buli buli dapat: Menunjukkan ukuran bentuk dan posisi batu Membedakan batu radioopak/kalsifikasi

Keterbatasan pemeriksaan foto sinar tembus abdomen adalah tidak dapat untuk menentukan batu radiolusen, batu kecil dan batu yang tertutup bayangan struktur tulang. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu dalam ginjal dan luar ginjal.8

Gambar 2.1. Foto polos abdomen menunjukkan batu staghorn (tanda panah) pada ginjal kanan.6

Gambar 2.2. Foto polos abdomen menunjukkan batu radio-opak (tanda panah) pada ureter kiri setentang L4. Ini menunjukkan adanya batu ureter.6

10

Gambar 2.3. Pada foto polos abdomen menunjukkan adanya batu staghorn (tanda panah). Gambaran radio-opak juga tampak di sebelah kiri (panah terbuka) yang terletak lebih rendah dari bayangan ginjal kiri dan menunjukkan adanya batu pada bagian proksimal ureter kiri.6

Gambar 2.4. Foto polos abdomen menunjukkan batu radio-opak di kandung kemih yang menunjukkan batu kandung kemih.6

11

2.

Pielografi intravenous (IVP) IVP merupakan suatu tipe X-ray yang memvisualisasi ginjal dan ureter setelah injeksi intravena bahan kontras. Setelah injeksi, kontras bergerak melalui ginjal, ureter, dan vesica urinaria. Foto diambil dalam beberapa interval waktu untuk melihat pergerakan ini. IVP dapat memperlihatkan ukuran, bentuk dan struktur ginjal, ureter dan vesica urinaria. Juga untuk mengevaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter dan vesica ureter, pembesaran prostat, trauma dan tumor. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.9 Pada kasus urolithiasis, IVP telah dianggap sebagai alat dignostik utama. IVP digunakan untuk menunjukkan:8 Informasi anatomi dan fungsi Identifikasi lokasi batu dan ukurannya Keberadaan dan keparahan obstruksi saluran kemih Abnormalitas renal atau ureteral

Dibandingkan dengan foto polos abdomen, IVP mempunyai sensitivitas yang lebih besar (64% hingga 87%) dan spesifitas (92% hingga 94%) untuk mendeteksi urolithiasis. Namun pada batu radiolusen non obstruksi, IVP tidak memberikan gambaran filling defect.10

12

Gambar 2.5. IVP pada pasien yang sama menunjukkan adanya batu staghorn yang menyebabkan gangguan pengisian pada pelvis ginjal pada saat pengisian kontras (tanda panah).6

Gambar 2.6. Setelah dimasukkan zat kontras tampak hidronefrosis kiri (dilatasi kalises ginjal (kepala panah) dan pelvis (kepala panah terbuka)), dan hidroureter proksimal (tanda panah terbuka). Batu ureter (tanda panah) terletak pada bagian bawah ureter kiri yang berdilatasi.6 13

3.

Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan dimana memberi gelombang bunyi ultra pada organ dan menangkap gelombang bunyi ultra yang dipantulkan kembali oleh organ-organ yang berbeda kepadatannya.11 USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat dilakukan secara bed-side dan relatif tidak mahal. Pemeriksaan ini cukup efektif dan akurat dalam mendeteksi adanya abses renal, pyohidronefrosis, atau adanya batu saluran kemih.11 Selain itu USG juga cukup baik dalam menilai parenkim ginjal, ketebalan korteks ginjal, mendeteksi hidronefrosis, dilatasi ureter distal, menilai kondisi kandung kemih dan dindingnya, dan adanya ureterocele. Pada kasus urolithiasis, USG dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu.11 Biasanya pemeriksaan ini dikombinasikan dengan foto polos abdomen untuk menentukan hidronefrosis atau pelebaran ureter yang berhubungan dengan kecurigaan adanya batu saluran kemih yang ditemukan pada foto polos. Batu yang mudah terlihat dengan USG (gambaran echoic shadow) namun tidak terlihat pada foto polos mungkin merupakan batu asam urat atau sistin. Selain itu, USG dapat mendeteksi adanya pionefrosis atau pengkerutan ginjal.11 Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem ductus kolektikus. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.11

14

Gambar 2.7. Penampakan ultrasonografi dari batu ginjal. Batu ginjal tidak tampak sebagai gambaran batu bulat yang mencolok, tetapi diidentifikasi sebagai bayangan hipoechoic acoustic shadow, yang ditunjukkan tanda panah.11

Gambar 2.8. USG ginjal kanan pada potongan melintang menunjukkan adanya batu yang terlihat sebagai fokus ekogenik (diantara tanda silang) dengan acoustic shadow (panah terbuka) pada ginjal kanan 6 15

Gambar 2.9. Potongan melintang pada ginjal kiri menunjukkan adanya pelebaran kalises (kepala panah) dan pelvis ginjal (tanda panah) yang menunjukkan adanya hidronefrosis.6

4.

Computerized Tomograpy Scan ( CT Scan ) Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu. Unenhanced helical CT scan merupakan pilihan modalitas gambaran untuk memeriksa kemungkinan kalkulus sekarang ini. Hal ini dikarenakan CT scan memiliki tingkat sensitivitas 97%, spesifitas 96% dan 97 % dalam ketepatan diagnosis batu. Kesemua batu saluran kemih tampak putih (opak) pada CT Scan. Banyak batu yang tampak seperti gambaran radiolusen seperti batu asam urat dapat terlihat pada CT scan. CT scan juga memegang peranan penting dalam mengevaluasi hidronefrosis dan hidroureter.12

16

Proses pemeriksaan CT urografi : Pasien disarankan tidak makan padat 4 jam sebelum pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan pasien minum air putih sebanyak 500-600 ml untuk menjamin keadaan hidrasi yang terjaga baik sehingga ekskresi urin akan maksimal dan menghasilkan opasifikasi dan distensi optimal traktus urinarius bagian atas. 2-3 menit sebelum penyuntikan kontras media, disuntikkan 10 mg furosemide intravena. Pemberian furosemide akan menghasilkan opasitas maksimal pada pelviokalises dan ureter. Kontras diberikan intravena sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 300 mg I/mi dan kecepatan 3 ml- /detik. Scan dilakukan 100 detik pasca kontras untuk visualisasi fase nefrografik, dan 10-12 menit pasca kontras untuk visualisasi fase ekskresi. Bila opasitas segmental traktus urinarius belum memadai dapat dilakukan delayed scan pada posisi pasien telungkup.Seluruh pemeriksaan terdiri dari 3 akuisisi CT scan, akuisisi pertama dan terakhir mencakup seluruh abdomen pelvis, sementara akuisisi kedua hanya pada daerah ginjal saja. lrisan aksial yang dihasilkan pada pemeriksaan CT urografi, dapat diolah dalam bentuk multiplanar reformasi (koronal, oblik, sagital) atau rekonstruksi 3 dimensi.13

17

Gambar 2.10. CT Scan yang menunjukkan batu ginjal bilateral.6

Gambar 2.11. CT scan potongan aksial menunjukkan gambaran radio-opak pada kedua ginjal (kepala panah) dan ureter kiri ( tanda panah) yang menunjukkan adanya nefrolitiasis bilateral dan ureterolitiasis.6

18

Gambar 2.12. CT scan dengan potongan aksial pada abdomen menunjukkan gambaran radio-opak pada sisi sebelah kiri dengan kesimpulan batu ureter kiri proksimal (tanda panah). Terjadi penebalan dinding ureter yang menunjukkan adanya edema dinding ureter yang disebut uretric rim sign 6 2.6. Penatalaksanaan Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan: obstruksi, infeksi atau harus diambil karena suatu indikasi sosial.2 Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka.2 2.6.1. Medikamentosa Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.2,3

19

2.6.2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu kandung kemih tanpa melalui tindakan invasive dan tapa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan dari saluran kemih.2,3 2.6.3. Endourologi Tindakan endourologi adalahtindakan invasive minimal untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri dari atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam kandung kemih. Alat ini dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energy hidraulik, energy gelombang suara, atau dengan enersi laser. Beberapa tindakan endourologi adalah:2 1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada dii dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. 2. Litotripsi: yaitu memecah batu kandung kemih atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam kandung kemih. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakutor Ellik. 3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: yaitu memasukkan alat ureteroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai sinar tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ ureterorenoskopi ini. 4. Ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.

20

2.6.3. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.2 2.6.4. Bedah Terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka ini antara lain adalah ureterolitotomi atau nefrelitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan uretrolititomi untuk batu di ureter.2 2.7. Pencegahan Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, tindakan selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbunya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.2 Pada umumnya pencegahan itu berupa:2 1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter per hari. 2. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu 3. Aktivitas harian yang cukup 4. Pemberian medikamentosa Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:2 1. Rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam 2. Rendah oksalat 3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri 4. Rendah protein 21

BAB 3 KESIMPULAN Batu saluran kemih (urolitiasis) merupakan merupakan massa keras seperti batu yang terdapat di sepanjang saluran kemih. Batu ini dapat berasal dari ginjal maupun dari kandung kemih. Terbentuknya batu di saluran kemih ini terjadi karena adanya hambatan aliran urine (statis urine) di ginjal maupun kandung kemih. Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal, sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat kencing atau sering kencing. Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/ hidronefrosis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnose batu saluran ginjal adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis yang menunjang diagnose berupa foto polos abdomen, intravenous pielography (IVP), ultrasonografi dan tomografi komputer (CT scan). Foto polos abdomen hanya dapat menunjukkan batu radioopak sedangkan untuk batu radiolusen harus dibantu dengan penyuntikan zat kontras yaitu IVP. Untuk pasien yang alergi terhadap zat kontras maka dapat dilakukan ultrasonografi. Sedangkan CT scan dapat digunakan untuk melihat batu radio-opak dan radiolusen.

22

DAFTAR PUSTAKA 1. Sjabani, M., 2009. Batu Saluran Kemih. In: Sudoyo, A.W., et al ed. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternaPublishing, 1025-1031. 2. Purnomo, B.B., 2008. Batu Saluran Kemih. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto, 57-68. 3. Lawrence, A. Anf Koya, M.P. 2006. Management of Urolithiasis- A Review. In: Samoa Medical Journal. 57 (2). Pg 41-43. 4. Pearle, M.S., Calhoun, E.A., 2006. Urolithiasis In: Pearle, M.S. ed. Urologic Disease in America. Philadelphia: Elsevier, 283-285. 5. Portis A.J., Sundaram P., 2001. Diagnosis and Initial Management of Kidney Stones. In: American Family Physician. 63:7. Pg 1329-1338 6. Shing, K.K., Wong, K.T., Antonio, G.E., Lolge, S.J., and Ahuja, A.T. 2006. Genitourinary System. In: Ahuja, A.T. ed. Medical Imaging. New York: Cambridge University Press, 306-327. 7. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998 8. Colella J., Kochis E.,Galli B., Munver R., 2005. Urolithiasis/Nephrolithiasis: Whats it all about?. In: Urologic Nursing 25:6 http://www.ed-nurse.com/wp-content/uploads/2012/01/Renal-ColicWhats-It-All-About.pdf [ Accessed on : 14 October 2012] 9. Maleuka R.G.,Urogenital.In: Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta, 2008 10. Smith J.K., 2011. Urinary Calculi Imaging. Available from :

http://www.emedicine.medscape.com/overview/381993.htm [Accessed 12 Oktober 2012] 11. Preminger, M.G, 2000. Urolithiasis : Detection and Management with Unenhanced Spiral CT-A Urologic Perspective. In: Urology (207) pg 308309 12. Farmacia, 2009. CT Urografi. Available from : http://www.majalah-

farmacia.com [Accessed 12 Oktober 2012]

23

You might also like