You are on page 1of 16

1. 2.

3.

4.

MENELADANI NABI MUHAMMAD SAW Oleh : Ichsanuddin Laqad kana fi rasulillah uswatun hasanatun liman kana yarju Allaha wa al-yauma al-akhir QS. AlAhzab ayat 21 Artinya . Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah iu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab ayat 21 Ayat tersebut sudah jelas bahwa rasulullah adalah merupakan teladan bagi seluruh umat mansia, dalam seluruh aspek kehidupan, sejak dari berumah tangga hingga kehidupan berumah tangga dan politik. Rasulullah sangat mencintai keluarganya , sebagaimana belia bersabda bahwa sebaik-baik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya . khairukum khairukum li ahlihi. Rasulullah sangat mencintai ilmu pengetahuan, thalabu al-ilmi faridhatun ala kulli muslimin wa muslimatin. Konsekwensinya adalah bahwa orang Islam harus lebih pandai dan lebih profesional dalam menguasai sant maupun teknologi, hal seperti ini jelas mernjadi PR berat bagi para orang tua, sebab memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai anak agar menguasai teknologi. Bagi seorang anak harusa tahu diri, jangan terlalu banyak hura-hura kalau perlu harus banyak berprihatin karena orang tua sudah bersusah payah mencari rizki untuk biaya hidup serta biaya pendidikan yang tidak murah. Rasulullah sangat menyayangi umatnya, hal ini terbutkti dengan wasiayt beliau yaitu ummaty ummaty ummaty . Bahwa rasulullah sangat menginginkan keselamatan dan kesejaheraan umatnya agar bisa sejahtera di dunia dan sejahtera di akhirat. Rasulullah sangat memperhatikan anak yatim ana maa kafil al-yatim fi al-jannah . Aku akan menyertai orang yang menanggung anak yatim di sorga. Kalau kita renungkan beberapa ayat Al-Quran surta Al-Fajr, bahwa kelompok perama ayat-ayat dalam surat al-Fajr tersebut menjelaskan tentang bagaimana keunggulan dan kejayaan bnagsa Iram, Bangsa Ad, Bangsa Tsamud. Namun pada akhirnya bangsa-bangsa yang jaya tersebut di binasakan oleh Allah SWT. Kemudian pada bagian akhir ayat-ayat pada surat al-Fajr tersebut mengungkap tentang anak-anak yatim serta orang-orang miskin. Barangkali kita bisa mengambil sebuah amsal atau analogi dari Al-Quran surat Al-Fajr tersebut, yaitu bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak kalangan masyarakat konglomerat atau menengah keatas, bahkan ada orang yang mendapat rangking termasuk orang terkaya didunia, namun ada pula yang sangat miskin sekali.

Meneladani Nabi dengan Menegakkan Syariat dan Khilafah


Semua yang Rasulullah putuskan merupakan kebenaran yang wajib diikuti baik lahir dan batin. Muslim yang baik akan meneladani Rasulullah SAW. Itu pula yang selalu diingatkan dalam setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Ada tiga alasan penting, mengapa seorang Muslim wajib meneladani Nabi SAW. Pertama, meneladani Nabi SAW merupakan refleksi keimanan kepada Allah SWT, Alquran, dan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Seseorang tidak dikatakan beriman pada hakekatnya, hingga ia menjadikan Nabi SAW sebagai hakim untuk memutuskan seluruh persoalan mereka. Imam Ibnu Katsir rahimahullah, pada saat menafsirkan QS. An Nisaa: 65, menyatakan, Allah SWT bersumpah dengan mengatasnamakan diri-Nya sendiri Yang Maha Mulia dan Maha Suci, sesungguhnya seseorang belumlah beriman secara sempurna hingga ia berhakim kepada Rasullah SAW dalam seluruh urusan. Semua yang Rasulullah putuskan merupakan kebenaran yang wajib diikuti baik lahir dan batin. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman: {tsumma laa yajiduu fii anfusihim harajan mimmaa qadlaita wa yusallimuu tasliimaa}: yakni, jika mereka telah berhakim kepadamu (Muhammad SAW), mereka wajib mentaatimu (mentaati keputusan yang diambil Nabi SAW) di dalam batin-batin mereka; dan mereka tidak mendapati perasaan ragu di dalam diri mereka atas apa yang telah kamu putuskan; dan lalu mengikutinya (keputusan Nabi SAW tersebut) baik dzahir maupun bathin. Kemudian, mereka berserah diri kepada itu (keputusan Nabi SAW), dengan penyerahan diri yang bersifat utuh, tanpa ada ganjalan sedikitpun, tanpa ada penolakan

sedikitpun, dan tanpa ada penyelisihan sedikitpun; sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, Nabi SAW bersabda Demi Dzat Yang jiwaku ada di tanganNya, sesungguhnya seseorang di antara kalian belumlah beriman hingga hawa nafsunya tunduk dengan apa yang aku bawa. [Imam Ibnu Katsir, Tafsiir Al-Quran Al-'Adziim, Juz 2/349] Makna menjadikan Nabi SAW sebagai hakim atas seluruh urusan adalah menjadikan keputusan beliau SAW (syariat Islam) sebagai satu-satunya rujukan untuk menyelesaikan seluruh problem kehidupan, baik problem individu, masyarakat, maupun negara. Kedua, meneladani Nabi SAW merupakan syarat agar amal perbuatan seseorang diterima dan diridhai Allah SWT. Perbuatan yang sejalan dengan sunnah Nabi SAW diterima, sedangkan yang menyelesihinya ditolak. Imam Ibnu Katsir menyatakan, Perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan itu ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW. Apa yang sejalan dengan itu (sunnah Rasul) diterima, sedangkan apa yang menyelisihinya maka tertolaklah atas orang yang berkata dan yang berbuat, apapun itu. Sebagaimana ditetapkan dalam Shahihain dan yang lain, dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda, Siapa saja yang mengerjakan suatu perbuatan, yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan itu tertolak. Yakni; hendaklah berhati-hati dan takut siapa saja yang menyalahi syariat Rasulullah SAW bathin maupun dzahir [an tushiibahum fitnah]: yakni (dia akan tertimpa) fitnah di hati mereka; mulai terkena kekufuran, kemunafikan, atau bidah. [Au yushiibahum adzaabun alim]: yakni terkena hukuman di dunia; mulai dari terkena had, penjara, atau dibunuh.[Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-Adziim, QS. An Nuur (24):63] Ketiga, meneladani Nabi SAW atau mengikuti syariat beliau SAW merupakan jalan untuk meraih kecintaan Allah SWT. Seseorang tidak berhak mencintai dan dicintai Allah SWT, hingga ia mengikuti syariat Nabi SAW baik bathin maupun dzahir. Imam Ibnu Katsir menyatakan,Ayat yang mulia ini (QS. Ali Imron (3):31) adalah pemutus bagi siapa saja yang mengaku mencintai Allah SWT, namun ia tidak berjalan di atas jalan Nabi Muhammad SAW; maka ia telah berdusta dalam pengakuannya itu, hingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW dan agama Nabi SAW di seluruh perkataan dan perbuatannya. Seperti yang ditetapkan dalam hadits shahih dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau SAW bersabda, Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan itu tertolak.[Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-Adziim, QS. Ali Imron (3):30] Jalan untuk mencintai dan dicintai Allah SWT adalah dengan mengikuti syariat Nabi Muhammad SAW. Seseorang tidak layak disebut mencintai dan dicintai Allah SWT, jika tidak menerapkan syariat Islam (syariat Nabi SAW) di seluruh dimensi kehidupan. Pengakuan seseorang mencintai dan dicintai Allah SWT hanya dusta belaka, jika ia menolak dan tidak menjalankan syariat Islam pada ranah individu, masyarakat, dan negara. Syarat Meneladani Nabi Ada pertanyaan, kapan seseorang benar-benar disebut meneladani Nabi SAW? Ada penjelasan berharga yang disampaikan Imam Al-Amidiy dalam Kitab Al-Ihkaam fi Ushuul al-Ahkaam. Ia menyatakan; seseorang baru absah disebut meneladani dan mengikuti Nabi SAW, jika telah memenuhi tiga perkara. Pertama, [mitslu fi'lihi] semisal dengan perbuatan Nabi SAW. Sebagai contoh, Nabi SAW mengerjakan shalat lima waktu dengan berdiri lurus. Seseorang tidaklah disebut meneladani beliau SAW, jika ia mengerjakan shalat lima waktu dengan berkacak pinggang, atau membelakangi kiblat. Kedua, [ala wajhihi] tujuan dan niat perbuatan harus sesuai dengan tujuan dan niat perbuatan Nabi SAW. Misalnya, Nabi SAW melaksanakan shalat dua rakaat dengan niat wajib. Seseorang sah disebut ittiba Rasulullah SAW, jika ia mengerjakan shalat dua rakaat tersebut dengan niat wajib, sebagaimana niat Nabi SAW. Ia tidak disebut meneladani Nabi SAW jika ia melaksanakan shalat dua rakaat tersebut dengan niat sunnah. Ketiga, [min ajlihi] karena sebab beliau SAW. Seseorang tidak disebut meneladani Nabi SAW jika ia mengerjakan suatu perbuatan bukan karena mengikuti Nabi SAW, meskipun bentuk dan sifat (tujuan dan niat) perbuatannya sama dengan bentuk dan sifat perbuatan Nabi SAW. Oleh karena itu, jika Nabi SAW

mengerjakan suatu perbuatan di suatu tempat atau waktu tertentu, maka, seseorang Muslim tidak dituntut untuk mengerjakan perbuatan tersebut pada tempat dan waktu yang sama, kecuali ada ketetapan dari Nabi SAW, bahwa perbuatan tersebut harus dilaksanakan pada waktu dan tempat tertentu. Dalam kondisi semacam ini, seorang Muslim wajib melaksanakan perbuatan tersebut pada tempat dan waktu yang telah ditetapkan Nabi SAW. Misalnya, keharusan puasa di bulan Ramadhan, bukan di bulan lain; wajibnya ibadah haji di Arafah bukan di tempat lain; serta wajibnya shalat lima waktu pada waktu-waktu yang telah ditetapkan Nabi SAW. Adapun ibadah-ibadah lain yang pelaksanaannya tidak dikhususkan pada waktu dan tempat tertentu, maka, seorang Muslim diperkenankan melaksanakannya pada tempat dan waktu berbeda, seperti jual beli, berdagang, bekerja, dzikir, shalat muthlaq, dan lain sebagainya. Kesimpulannya, meneladani Nabi SAW harus diwujudkan dalam bentuk menjalankan syariat Islam secara menyeluruh tanpa memilih-milih dan memilah-milah. Meneladani Nabi SAW tidak cukup hanya dengan klaim, propaganda, dan peringatan maulid belaka. Namun, meneladani Nabi SAW harus diwujudkan dengan cara menjalankan syariat Islam dalam ranah individu, masyarakat, dan negara. Selain itu, meneladani Nabi SAW harus diwujudkan juga dengan cara mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, menolak keyakinan dan sistem hukum yang bertentangan dengan akidah dan syariah Islam; dan berjuang mendirikan kembali Daulah Islamiyyah yang diajarkan Nabi SAW dan ditempuh oleh para shahabat. Dengan cara inilah seorang Muslim dianggap benar-benar meneladani Nabi SAW, baik perkataan dan perbuatan beliau SAW. Walhasil, meneladani Nabi SAW harus dimaknai dengan menerima syariat Islam secara penuh, menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan, dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. TIPS MERAJUT KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH Oleh: Ustadz Samsul Afandi, S, M.Pd Pertanyaan 1. Apa arti keluarga skinah itu? Jawaban Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari al Quran surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT. Pertanyaan 2. Apa arti mawaddah wa rahmah? Jawaban Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang. Wa artinya dan. Sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab tariifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban,

yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Pertanyaan 3. Apa ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu? Jawaban Ciri-ciri keluarga skinah mawaddah wa rahmah itu antara lain: 1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mari), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya. 2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya. 3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya. 4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyakbanyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah. Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di sisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri. 5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya. 6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja. 7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar.

Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT. Pertanyaan 4. Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu? Jawaban Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya: 1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT. 2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya. 3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya. 4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT 5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka. 6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya. 7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens. 8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan. 9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-quran, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain. 10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. 11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jumat. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masingmasing anggota keluarga. 12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya. 13. Berusaha menjaga nilai-nilai romantis di antara keluarga. Misalnya, suami menyuapi istri, memanggil istri dengan panggilan yang istrinya menjadi senan (sayang, dinda, dll), mengajak istri berlomba, makan bersama, dan lain-lainya. 14. Jika suami melihat sisi buruk sang istri, maka hendaknya suami bergegas mengingat sisi kebaikan sang istri. Sebaliknya jika sang istri melihat sisi buruk sang suami, maka sang istri cepat-cepat meliha sisi kebaikan sang suami.

15. Hendaknya suami istri menyisihkan waktu untuk saling introspeksi diri atas kekurangan dan prilaku yang kerap kali menyinggun pasangannya. Terutama setelah habis sholat malam. dilakukan tukar pendapat. dengan kita kontinyu melakukan upaya ini, maka insyaalloh keutuhan dan keharmonisan keluarga dapat terwujud menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rohmah. 16. Hendaknya satu keluarga memiliki visi misi kedepan yang akan digapai bersama. Misalnya, saling bahu membahu untuk bisa menunaikan ibadah haji, anak-anaknya bisa menghafal al-quran, dll. 17. Hendaknya satu keluarga selalu belajar untuk memperdalam agama, baik mengikuti majlis majlis ilmu, majlis dzikir, ayau mendatang ustadz di rumahnya. Sebab dengan ilmu agama keluarga akan lebih teratur dan memiliki tujuan dunia dan akhirat. 18. Hendaknya sanga suami mengajak anak dan istrinya untuk selalu menghidupkan 7 sunnah Rasulullah saw, yaitu sholat malam, banyak beristighfar, tekun bersedekah, sholat dhuha, kontinyu dalam keadaan suci (terus berwudhu), membaca al-quran, puasa sunnah. 19. Mengajak keluarga untuk mencintai Allah dan rasul-Nya diatas segala-galanya. 20. Suami membekali keluarganya dengan ilmu-ilmu syari dan ilmu-ilmu dunia. 21. Suami selalu mengucapkan :Terima kasih sayang telah membuat minuman buat ma. selalu memuji pekerjaan dan pengabdian istri. dan sebaliknya, istri selalu mengucapkan terima kasih terhadap pemberian sang suami. dengan saling berterima kasih ini, maka rasa saling membutuhkan, saling menghargai, saling membantu, saling mencintai, tolong menolong dengan sendirinya akan tumbuh subur. Wallahu Alam HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM
Oleh: Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullaah Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, dia berkata: . Bahwasanya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam. Dikatakan kepada beliau: Apakah hak-hak itu, wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Kalau kamu bertemu dengannya hendaklah mengucapkan salam kepadanya. Kalau dia mengundangmu maka sambutlah (penuhilah). Dan kalau dia minta nasehatmu, maka berilah nasehat. Dan kalau dia bersin lalu memuji Allah Azza wa Jalla, maka doakanlah (Semoga Allah Azza wa Jalla merahmatimu). Dan kalau dia sakit, maka jenguklah dan kalau dia meninggal dunia, maka antarkanlah jenazahnya.(HR. Muslim) Syarah Siapapun yang telah menjalankan keenam hak ini sebagai hak setiap muslim, jika disertai pelaksanaan yang ada di luar ini (dari hak-hak sesama muslim) tentulah lebih utama. Berarti dia telah melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepadanya berikut hak-hak yang di dalamnya terdapat banyak kebaikan dan pahala yang besar dari Allah Azza wa Jalla. Hak yang pertama: (Kalau kamu bertemu dengannya hendaklah mengucapkan salam kepadanya). Karena (ucapan) salm adalah salah satu sebab yang menumbuhkan kecintaan, mendorong munculnya iman, dan menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam: . Demi Allah Azza wa Jalla Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Kalian tidak akan masuk ke dalam surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidaklah beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai? (Yaitu): Sebarkan (ucapan) salam. (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu) (Ucapan) salam adalah salah satu keindahan (ajaran) Islam, karena (dengan mengucapkannya) setiap orang yang berjumpa mendoakan keselamatan dari semua kejahatan (keburukan) bagi yang lain, sekaligus mendoakan agar mendapat rahmat dan berkah yang mendatangkan berbagai kebaikan. Apalagi diiringi dengan kecerahan wajah dan penghormatan yang sesuai sehingga semakin menumbuhkan keakraban dan kasih sayang, serta menghilangkan keterasingan dan putusnya hubungan (persaudaraan).

(Ucapan) salam adalah hak setiap muslim. Dan wajib atas yang diberi salam membalas penghormatan itu dengan penghormatan yang sama atau yang lebih baik. Sedangkan orang yang paling baik adalah yang lebih dahulu mengucapkan salam. Hak kedua: (Kalau dia mengundangmu maka penuhilah undangannya). Artinya, kalau dia mengundangmu makan-makan atau minum, maka senangkanlah hati saudaramu yang telah berbuat baik kepadamu dan menghormatimu dengan undangan itu dan penuhilah undangan itu kecuali kalau mempunyai udzur. Hak ketiga: (Dan kalau dia meminta nasehatmu, maka berilah nasehat). Yakni, kalau dia meminta saranmu untuk mengerjakan sesuatu, apakah boleh dilakukan atau tidak? Maka, nasehatilah dengan sesuatu yang sebetulnya kamu cintai untuk dirimu. Bila hal itu bermanfaat dari semua sisi, maka doronglah dia untuk mengerjakannya. Kalau sebaliknya, maka peringatkanlah agar menjauhinya. Apabila dalam masalah itu ada manfaat dan mudharat-nya, maka jelaskanlah kepadanya persoalan tersebut. Pertimbangkanlah dengan seksama antara maslahat dan mafsadah-nya. Demikian pula, bila dia meminta saranmu untuk bermuamalah dengan seseorang, menikahkan atau dia sendiri hendak menikah, maka curahkanlah keseriusanmu dalam berbuat ikhlas menasehatinya. Upayakanlah pendapat atau saran itu juga kamu laksanakan. Jauhilah sikap khianat dalam semua persoalan ini. Karena barangsiapa yang mengkhianati kaum muslimin, berarti dia bukan dari golongan mereka. Dan itu artinya dia telah meninggalkan kewajibannya dalam memberi nasehat. Nasehat itu wajib secara mutlak. Akan tetapi, semakin kuat apabila ada yang meminta nasehat, saran atau pendapatmu. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini nasehat dibatasi dengan sesuatu yang menguatkan kewajiban tersebut. Perhatikan kembali pengertian hadits (yang ketiga): (Agama (Islam) itu nasehat), sehingga tidak perlu dijelaskan lagi. Hak keempat: (Dan kalau dia bersin lalu memuji Allah Azza wa Jalla, maka doakanlah), karena bersin adalah nikmat dari Allah Azza wa Jalla. Dengan keluarnya udara yang tertahan dalam sebagian tubuh manusia, Allah Azza wa Jallamudahkan dia keluar sehingga orang yang bersin dapat merasa lega. Oleh sebab itu, disyariatkanlah untuk memuji Allah Azza wa Jalla atas kenikmatan itu. Disyariatkan atas saudaranya yang mendengar agar mengucapkan: (Semoga Allah Azza wa Jalla merahmatimu). Kemudian, dianjurkan untuk menjawabnya dengan: (Semoga Allah Azza wa Jalla memberi hidayah kepadamu dan memperbaiki keadaanmu).1 Adapun yang tidak memuji Allah Azza wa Jalla (tidak mengucapkan ), maka tidak berhak didoakan. Oleh karena itu, janganlah mencela siapapun kecuali dirinya sendiri. Sebab, dia sendirilah yang melewatkan begitu saja dua kenikmatan tersebut, yakni nikmat memuji Allah Azza wa Jalla dan nikmat (mendapat) doa saudaranya untuk dirinya sebagai buah dia memuji Allah Azza wa Jalla. Hak kelima: (Dan kalau dia sakit, maka jenguklah). Menjenguk orang sakit termasuk hak seorang muslim, terutama bagi orang yang haknya lebih kuat seperti kerabat, sahabat dan yang semisalnya. Ini termasuk amalan shalih yang paling utama. Barangsiapa yang menjenguk saudaranya sesama muslim, maka akan senantiasa berenang dalam rahmat Allah Azza wa Jalla. Kalau duduk di dekat saudaranya itu, akan diliputi oleh rahmat Allh Azza wa Jalla. Barangsiapa mengunjunginya di awal siang, niscaya para malaikat bershalawat untuknya sampai sore hari dan barangsiapa mengunjungi di akhir siang, maka malaikat bershalawat untuknya hingga pagi hari. Seyogyanya, orang yang membesuk mendoakan kesembuhan untuk saudaranya, meringankan bebannya, menenangkan pikirannya dengan hal-hal yang menyenangkan dan mendoakannya dengan doa afiyah (kesembuhan). Mengingatkannya agar bertaubat,inabah (kembali) kepada Allah Azza wa Jalla dan wasiat lain yang bermanfaat. Jangan terlalu lama duduk (mengunjunginya), tetapi sekedarnya saja kecuali bila hal ini mempengaruhi si sakit. Masing-masing ada pembicaraannya tersendiri. Hak keenam: (dan kalau dia meninggal dunia, maka ikutilah jenazahnya). Barangsiapa mengikuti prosesi (penyelenggaraan) jenazah hingga dishalatkan, maka akan mendapat pahala satu qirath. Apabila mengikuti sampai dikuburkan, maka mendapat pahala dua qirath2. Dalam perkara ini terdapat hak Allah Azza wa Jalla, hak jenazah dan hak keluarganya yang masih hidup. Wallahu alam. Footnote:

1 HSR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu. 2 Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallaahu anhu dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, dikatakan satu qirath sebesar gunung Uhud. Wallahu alam. (Dinukil dari (Mutiara Hikmah Penyejuk Hati, Syarah 99 Hadits Pilihan) karya Al-Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi, Hadits ke-29: Hak Seorang Muslim, hal. 138-142, penerjemah: Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, penerbit: Cahaya Tauhid Press Malang, cet. ke-1 Jumadil Ula 1427H/Juni 2006M, untuk http://almuslimah.co.nr) HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM

Rasululllah SAW. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Khurairah, Beliau menguraikan adanya 6 (enam) hak seorang muslim yang sekaligus menjadi kewajiban muslim lainnya, sebagaimana diuraikan . dalam hadits Rasul yang artinya sebagai berikut : " Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6 (enam), (ketika itu) Rasul ditanya oleh Sahabat : Apakah semua itu ya Rasulallah ? Beliau menjawab, (Hak muslim yang enam itu) adalah : apabila kamu menemuinya, maka hendaklah kamu membaca salam kepadanya, apabila ia mengundang kepadamu, maka layani undangannya itu, apabila ia meminta nasihat, maka nasihatilah ia, apabila ia bersin lalu mengucapakn Hamdalah, maka doakanlah ia, apbila ia sakit maka jenguklah ia dan apabila ia meninggal dunia, maka hantarlah jenazahnya ke Pemakaman. (HR. Muslim) Hak dan kewajiban sesama muslim dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hadits tadi adalah : Pertama, Menjawab Salam, Ketentuan umum, membaca salam adalah Sunnah Rasul, kedudukannya Sunnah atau sunnat menurut hukum, yaitu mendapat pahala dari Allah apabila seseorang membacakannya dan tidak mendapatkan sangsi demikian pula tidak dapat pahala bagi seseorang yang tidak melakukannya Jika seseorang membaca salam untuk kita, maka kita wajib menjawabnya, bahkan dianjurkan untuk menjawab dengan jawaban yang lebih baik dari apa yang diucapkan orang lain kepada kita. Al-Quran memberi petunjuk kepada kita untuk melakukan iitu sesuai firman Allah dalam surah Al-Nisa ayat 86 sebagai berikut : :" Apbila kamu diberi penghormatan (oleh orang lain) dengan suatu penghormatan, maka hendaklah kamu sekalian memberi penghormatan kepada mereka dengan penghormatan yang lebih baik dari pada penghormatan yang mereka berikan atau (setidak-tidaknya) dengan penghormatan yang sama ". Kedua, Menjenguk orang sakit, Sakit adalah ujian dari Allah, yang tentunya akan menjadi beban kepada siapapun, apabila suatu saat ditimpa penyakit, baik dirinya sendiri maupun keluarganya dan ini bisa terjadi pada diri kita atau kelaurga kita, dimana saat itu kita akan merasakan bagaimana keberadaan kita saat kita ditimpa penyakit atau yang ditimpa penyakait adalah keluarga kita. Melalui petunjuk Rasul ini, Allah telah menganugrahkan ketentuan berharga bagi kita untuk memiliki kemampuan meringankan beban orang yang ditimpa musibah dengan menetapkan suatu ketentuan, bahwa setiap muslim berkewajiban menjenguk muslim lainnya di saat mulim lain ditimpa penyakit yang dideritanya. Ketiga, Menghadiri Undangan Tanggung jawab seorang muslim yang menerima undangan dari pihak lainnya, adalah menghormati undangan itu dengan jalan melayani undangan sesuai waktu yang ditentukan, karena mengahadiiri undangan akan mendapat manfaat yang cukup besar, setidak tidaknya akan mampu mewujudkan prilaku silaturrahmi yang menjadi Sunnah Rasul dengan imbalan dapat memudahkan rizki bagi pelakunya. Menghadiri undangan dalam bentuk Walimatu al-arusy (Reaepsi Perkawinan), Ajaran Islam memberikan nilai lebih keharusannya yang dalam Fiqih Islam disebut Fardhu Kifayah, karena secara lahiriyyah kehadiran diacara tersebut dapat mengetahui kedudukan kedua mempelai yang semula tidak boleh melakukan hidup bersama, melalui Akad Nikah dengan kedudukan sebaagai pasangan suami isteri yang semula tidak beleh berdua, dapat dengan bebasnya tinggal bersama tanpa harus dihadiri pihak ketiga atau pihak lain.

Keempat, Mendoakan orang bersin yang membaca Hamdalah Apabila satu ketika kita mendengar orang bersin dan membaca Hamdalah atau baca Al-Hamdulillahi RabbilAlamien, maka seharusnyalah kita berdoa kepada Allah untuknya, Doa yang masyhur dalam hal ini adalah : Artinya : Semoga Allah memberi Kasih sayang dan Hidayah kepada kamu sekalian. Amien. Kelima, Memberi nasihat kepada siapapun yang memintanya Seorang Muslim dengan segala kemampuan yang dimiliknya, bertanggung jawab untuk menasehati siapapun orang yang meminta nasehat kepadanya, hal ini bisa terjadi apabila ternyata kita tidak memahami persoalan yang diajuka kepada kita, maka kita memberi petunjuk orang meminta nasehat untuk datang kepada siapapun yang menurut kita mampu memberi nasehat sesuai apa yang diminta pihak lain yang datang kepada kita. Keenam, Menghantar Janazah ke kuburan. Siapapun orang meninggal dunia, maka ia sudah tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk berbuat apapun yang biasa ia perbuat masa hidupnya. Allah telah menetapkan wujud tanggung jawab sesama muslim dalam bentuk menghantar janazah orang lain yang sudah meninggal dunia sampai kekuburan. Hal ini sejalan dengan 3 (tiga) kewajiban orang muslim yang masih hidup terhadap orang yang sudah mmeninggal dunia, yaitu Memandikan, Mengkafan dan menguburkannya. Demikian sekilas uraian hak dan kewajiban Sesama Muslim, semoga Allah senantiasa membingbing kita untuk mampu melaksanakan petunjuk-Nya, hususnya dalam pelaksanaan hak dan kewajiban kita terhadap sesama Muslim, melalui upaya merealisasikan petunjuk Rasul sebagaimana telah diuraikan, dan sebagai wujud upaya membina kerukunan intern ummat beragama, Demikian pula dalam rangka membina kerukunan antar ummat beragama, serta dalam rangka membina keruklunan antara ummat beragama dan pemerintah. Kami menyadari, apa yang kami sajikan yang bagai sebutir pasir di padang sahaa atau setetes air di samudra raya tentunya kami yakin yang benar datang dari Allah dan Rasulnya, dan yang salah karena kekurangan dan kealpaan saya secara pribadi. Atas kekurangan dan kelapaannya mohon maaf yang tiada terhingga. Amiien Wassalamualaikum Wr.Wb.

MENGENAL ALLAH
Bahagian yang penting dalam mengenal ALLAH, datangnya dari perbuatan perbuatan kita bagi mempelajari dan meneliti serta memikirkan diri sendiri, yang memberikan kepada kita kekuatan,kepandaian dan mencintai ciptaanNya. Sifat sifat manusia, bukan hanya menjadi gambaran dari sifat sifat ALLAH, tetapi juga ragam adanya jiwa manusia membawa keinsafan kepada pengertian adanya ALLAH. Maksudnya bahawa kedua duanya iaitu ALLAH dan ROH adalah ghaib, tidak terpisah, tidak terbilang, tidak berupa, tidak berbentuk, tidak berwarna dan tidak berukuran. Manusia mendapat kesukaran dalam menerima gambaran tersebut, Tetapi kesukaran kesukaran itu sememangnya dirasakan oleh fikiran kita setiap masa seperti perasaan marah,sakit ,gembira dan cinta.Hal ini merupakan faham fikiran dan tidak dapat diketahui oleh otak kerana disebebkan oleh bentuk-dan ukurannya. Seperti halnya, telinga tidak dapat mengenal warna, mata tidak dapat mengenal suara dan begitu pula dalam mengertikan kenyataan kenyataan pokok yakni Tuhan dan Roh, Kita sendiri hanya dapat sampai pada batas batas yang dapat dicapai oleh akal fikiran dan selebihnya akal fikiran kita tidak sanggup lagi memikirkannya sebegitu jauh. Betapapun juga ,kita dapat melihat bahawa ALLAH itulah yang mengatur alam semesta dan Dia adalah tidak mengenal ruang dan waktu, tidak mengenal bentuk dan ukuran, yang memerintah segenap perkara demikian keadaannya.Sebagaimana yang telah dihuraikan,, ROH tidak mempunyai tempat tertentu dalam sesuatu bahagian badan, tidak terpisah pisah,tidak mengenal bentuk dan ukuran tetapi ia memerintah JASAD. Demekianlah ALLAH, tidak mengenal ruang dan masa,tidak mengenal bentuk dan

ukuran tetapi DIA memerintah Alam Semesta. Itulah Tuhan Yang Esa,Maha Kuasa,Maha Besar dan Maha Agung. Demikianlah antara lain terjemahan dari kitab KimyauSaadah oleh Al Ghazali.

38 Ciri-ciri Orang Yang Taqwa


1. Beriman kepada yang ghaib. 2. Mendirikan shalat. 3. Berinfaq. 4. Beriman kepada yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. 5. Beriman kepada yang diwahyukan kepada Rasul. 6. Beriman kepada adanya akhirat (QS.2:1-5). 7. Beriman kepada Allah subhanahu wa taaala. 8. Beriman kepada hari kiamat. 9. Beriman kepada malaikat. 10. Beriman kepada para nabi. 11. Memberikan sebagian hartanya kepada kerabatnya, orang-orang miskin dan anak-anak yatim. 12. Memberikan pertolongan kepada musafir yang memerlukan pertolongan. 13. Memberikan pertolongan kepada orang yang meminta-minta. 14. Memerdekakan hamba sahaya. 15. Menunaikan zakat. 16. Menepati janji apabila ia berjanji, dan bersabar disaat dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan (QS.2:177). 17. Orang-orang yang selalu memohon ampunan kepada Allah subhanahu wa taaala dan mengikrarkan bahwa dia telah beriman serta bermunajat kepada-Nya agar dia terpelihara dari siksa neraka (QS.3:16). 18. Orang-orang yang benar. 19. Orang-orang yang tetap taat. 20. Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah subhanahu wa taaala. 21. Orang-orang yang minta ampun diwaktu sahur (QS.3:17). 22. Orang-orang yang segera minta ampun kepada Allah subhanahu wa taaala atas kesalahan yang telah ia lakukan. 23. Orang-orang yang menafkahkan harta bendanya baik dalam waktu sempit maupun lapang. 24. Orang-orang yang bisa menahan amarahnya. 25. Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. 26. Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan yang keji atau mendholimi dirinya sendiri secepatnya ia ingat kepada Allah lalu mohon ampun kepada-Nya atas segala dosa yang telah ia lakukan. 27. Orang-orang yang tidak melakukan perbuatan keji itu lagi (QS.3:133-136). 28. Orang-orang yang takut akan adzab Allah subhanahu wa taaala. 29. Orang-orang yang takut akan tibanya hari kiamat (QS.21:49). 30. Orang-orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya (QS.39:33). 31. Orang-orang yang waktu di dunia berbuat baik. 32. Orang-orang yang sedikit tidur di waktu malam. 33. Orang-orang yang diakhir malam memohon ampun kepada Allah subhanahu wa taaala. 34. Menunaikan ibadah puasa (QS.2:183). 35. Menunaikan ibadah haji (QS.2:197). 36. Merendahkan suaranya disisi rasulullah shalallahu alaihi wa sallam (QS.49:3). 37. Berlaku adil (QS.5:8). 38. Mengagungkan syiar-syiar Allah subhanahu wa taaala (QS.22:32).

Makna dan Hakikat Ukhuwah


Menurut Imam Hasan Al-Banna, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah. Ukhuwah Islamiyah adalah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah, yaitu pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Dan ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata. Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah saw membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam atas muka dunia kurang dari setengah abad. Sekarang ini, kita berusaha memperbaharui kekuatan ukhuwah ini, karena ukhuwah memiliki pengaruh kuat dan aktif dalam proses mengembalikan kejayaan umat Islam. Kedudukan Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah adalah nikmat Allah, anugerah suci, dan pancaran cahaya rabbani yang Allah persembahkan untuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan pilihan. Allahlah yang menciptakannya. Allah berfirman: Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. (QS: Ali Imran: 103). Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara (QS: Ali Imran: 103). Ukhuwah adalah pemberian Allah, yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Allah berfirman: Walaupun kamu membelanjakan semua (kakayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka (QS: Al-Anfal: 63) Selain nikmat dan pemberian, ukhuwah memiliki makna empati, lebih dari sekadar simpati. Rasulullah Saw bersabda: Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, bagaikan satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh lainnya turut merasakannya. (HR. Imam Muslim). Dengan ukhuwah, sesama mukmin akan saling menopang dan menguatkan, menjadi satu umat yang kuat. Rasulullah Saw. Bersabda: Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya. (HR. Imam Bukhari). Adapun hubungannya dengan iman, ukhuwah diikat oleh iman dan taqwa. Sebaliknya, iman juga diikat dengan ukhuwah. Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (QS: Al-Hujurat: 10). Artinya, mukmin itu pasti bersaudara. Dan tidak ada persaudaraan kecuali dengan keimanan. Jika Anda melihat ada yang bersaudara bukan karena iman, maka ketahuilah itu adalah persaudaraan dusta. Tidak memiliki akar dan tidak memiliki buah. Jika Anda melihat iman tanpa persaudaraan, maka itu adalah iman yang tidak sempurna, belum mencapai derajat yang diinginkan, bahkan bisa berakhir dengan permusuhan. Allah berfirman: Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS: Al-Zukhruf: 67). Keutamaan Ukhuwah Islamiah Ukhuwah memiliki banyak sekali keutamaan. Pertama, dengan ukhuwah kita bisa merasakan manisnya iman. Rasulullah Saw. bersabda: Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Imam Bukhari). Kedua, dengan ukhuwah kita akan berada di bawah naungan cinta Allah dan dilindungi dibawah Arsy-Nya. Di akhirat Allah berfirman: Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku. (HR. Imam Muslim). Rasulullah Saw. bersabda: Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, Mau kemana? Orang tersebut menjawab, Saya mau mengunjungi saudara di desa ini. Malaikat bertanya, Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya? Ia menjawab, Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku

mencintainya karena Allah. Malaikat pun berkata, Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya. (HR. Imam Muslim). Ketiga, dengan ukhuwah kita akan menjadi ahli surga di akhirat kelak. Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga. (HR. Imam Al-Tirmizi). Rasulullah Saw. Bersabda: Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah. Para sahabat bertanya, Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah. (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat). Keempat, bersaudara karena Allah adalah amal mulia yang akan mendekatkan seorang hamba dengan Allah. Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda, Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah Kemudian Rasul ditanya lagi, Selain itu apa wahai Rasulullah? Rasul menjawab, Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri. (HR. Imam Al-Munziri). Kelima, dengan ukhuwah dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda: Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon. (Hadis yang ditkhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dhaif). Syarat dan Hak Ukhuwah Ukhuwah memiliki beberapa syarat dan hak yang harus kita penuhi. Yang pertama, hendaknya kita bersaudara untuk mencari keridhaan Allah, bukan kepentingan atau berbagai tujuan duniawi. Tujuannya ridha Allah, mengokohkan internal umat Islam, berdiri tegar di hadapan konspirasi yang berusaha menghancurkan agama Islam. Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya (HR. Imam Bukhari). Yang kedua, hendaknya kita saling tolong-menolong dalam keadaan suka dan duka, senang atau tidak, mudah maupun susah. Rasul bersabda, Muslim adalah saudara muslim, ia tidak mendhaliminya dan tidak menghinanya tidak boleh seorang muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga hari, di mana yang satu berpaling dari yang lain, dan yang lain juga berpaling darinya. Maka yang terbaik dari mereka adalah yang memulai mengucapkan salam. (HR. Imam Muslim). Dan yang ketiga, hendaknya kita memenuhi hak-hak umum dalam ukhuwah. Rasul bersabda: Hak muslim atas muslim lainnya ada enam, yaitu jika berjumpa ia memberi salam, jika bersin ia mendoakannya, jika sakit ia menjenguknya, jika meninggal ia mengikuti jenazahnya, jika bersumpah ia melaksanakannya. (HR. Imam Muslim). Tingkatan-tingkatan Ukhuwah Tingkatan yang terendah dari ukhuwah adalah salamatush shadr, yaitu bersihnya hati kita dari perasaan iri, dengki, benci, dan sifat-sifat negatif lainnya terhadap saudara kita. Jika kita tidak bisa memberikan suatu kebaikan kepada saudara kita, paling tidak kita tidak memiliki perasaan yang negatif kepadanya. Termasuk juga dalam tingkatan yang terendah ini adalah selamatnya saudara kita dari kejahatan lisan dan tangan kita. Jangan sekali-kali kita melakukan kezhaliman kepada saudara kita. Adapaun tingkatan ukhuwah yang tertinggi adalah itsaar, yaitu lebih mementingkan dan mengutamakan saudara kita diatas diri kita sendiri. Inilah dahulu yang pernah dicontohkan oleh para sahabat Anshor kepada para sahabat Muhajirin di Madinah. Tahapan-tahapan Ukhuwah

1.

2. 3.

4. 5. 6. 7. 8. 9.

Untuk membangun ukhuwah, diperlukan beberapa tahapan. Yang pertama adalah taaruf, yaitu saling mengenal. Pepatah bilang: Tak kenal maka tak sayang. Apalagi saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13) Tahapan berikutnya adalah tafahum, yaitu saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya. (H.R. Muslim) Setelah taaruf dan tafahum, yang berikutnya harus kita lakukan untuk mewujudkan ukhuwah adalah taawun, yaitu saling membantu dan menolong, tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah: Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai. Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: Aku mencintai dia, ya Rasullah. Lalu Nabi menjawab: Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya? Orang tersebut menjawab: Belum. Kemudian Rasulullah bersabda: Beritahukan kepadanya. Lalu orang tersebut memberitahukan kepadanya seraya berkata: Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah. Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya. Memohon didoakan bila berpisah. Tidak seorang hamba mukmin berdoa untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: Dan bagimu juga seperti itu (H.R. Muslim). Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa. Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan. (H.R. Muslim) Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim). Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah. (H.R Abu Daud dari Barra) Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara) Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya Memenuhi hak ukhuwah saudaranya Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM 1.Fitrah manusia -> menikah adalah fitrah manusia.Pernikahan adalah untuk memenuhi jasmani maupun rohani. 2.ibadah 3.mendapat keturunan 4.menghindari zina 5.menciptakan keluarga islami

CARA MENDIDIK ANAK SHOLEH


Lalu bagaimana cara orang tua mendidik anak agar menjadikan anaknya menjadi pribadi yang berkualitas, tangguh dan terutama menjadi anak yang sholeh (Sholehah) sesuai sabda rasulullah s.a.w : Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya. (HR. Muslim) Adapun caranya sebagai berikut : 1. Menjadikan Nabi sebagai panutan

Dengan banyak menceritakan prilaku-prilaku para nabi dari usia dini, insyaallah anak akan turut mencontoh prilakuny, karena para nabi merupakan sosok yang paling baik, santun terhadap sesama, pintar, taat beribadah, beradab mulia dan bijaksana. 2. Mengenalkan sholat Sholat merupakan tiangnya agama, dengan sholat akan menjauhkan dari sifat keji dan munkar, sebaiknya didiklah anak semenjak usia dini agar mereka kelak terbiasa dalam mengerjakan sholat, karena dengan terbiasa sholat mereka akan takut terhadap kemaksiatan yang akan merusak semua pahala amal ibadahnya. 3. Tilawah al-quran Tilawah artinya membaca, perkenalkan mereka al-quran semenjak dini, dengan mengajarkannya alquran dan membacanya setiap hari baik bersama anak maupun orang tua pribadi, insyaallah al-quran akan menjadi Syifa Obat dari segala macam penyakit termasuk penyakit hati, juga dapat menjadi penuntun hidup anak dan keluarga. 4. Makanan yang halal Usaha yang haram maka akan menjadi haram, sebaliknya dari hasil usaha yang halal maka akan menjadi halal dan berkah, jangan sekali-kali memberikan anak makanan dari hasil/cara yang dilarang agama, seperti mencuri, korupsi, menipu atau pun dari orang lain yang merasa tak ikhlas, karena hanya akan menjadi nanah bukan darah, yang kemungkinan besar akan merusak perilaku dan watak anak, menjadi bodoh, jahat atau durhaka. 5. Pendidikan yang baik Orang tua merupakan watak dan perilaku terpenting perannya dalam hal mendidik anak, namun pendidikan Extern (Pengajian, pesantren, sekolah/kampus) juga tak kalah pentingnya bagi masa depan sang anak, untuk itu antara orang tua dan pihak sekolah harus bekerjasama dalam hal mendidik anak, pada dasarnya semua sekolah sama, menjanjikan yang terbaik untuk para peserta didiknya, mereka semua tak ingin mengecewakan reputasi kerjanya sebagai pendidik, hanya saja sering kali kita dengar banyak kenakalankenakalan remaja selama ini, entah tawuran atau hal lain, nah untuk itu peran kejiwaan dasarnya adalah orang tua, karena sekalipun orang tua memasukannya pada sekolah yang bersifat religius tapi mereka merasa tak nyaman atau mendapatkan tekanan baik dari sekolah atau orang tua, itu hanya akan membuat mereka semakin nakal. 6. Akrab Akrab atau dengan menjadi kunci kecintaan keluarga, buatlah anak nyaman bersama orang tuanya, selalu luangkan waktu untuk bercanda gurau dengan mereka, caranya bisa menjadi tempat curhatnya, teman main caturnya atau teman rekreasinya. Karena dengan begitu wujud kecintaannya akan begitu lekat pada dirinya, disaat jauh sekalipun mereka akan selalu mengingat orang tuanya. 7. Cintai pasangan Suami mencintai istrinya, istri mencintai suaminya, jangan malu untuk menunjukan kemesraan kepada sang anak, karena dengan begitu tanpa orang tua sadari mereka akan selalu tersenyum bahagia hatinya yang akan menjadi semangat terkuat dalam cita-cita dan hidupnya, sebaliknya jika orang tua sering berantam, maka akan merusak psikologi anak, jangan salahkan mereka jika mereka lebih cinta Narkoba dari pada ayah atau bundanya. 8. Kamera pengintai yang bijak Jadilah kamera pengintai yang bijak, kontrol kemana dan dengan siapa mereka berteman, baik atau buruk temannya, biarkan, tapi harus dikenali dan akrabkan, berguna agar temannya akan menghormati orang tuanya dan takut jika mengajak ke hal yang buruk yang memang dia sering lakukan. 9. Konsumsi teknologi Kemajuan teknologi saat ini menjadikan hidup serba mudah, termasuk asumsi-asumsi dari layar TV atau internet, tak sedikit malah lebih banyak contoh buruk yang diperlihatkan oleh acara televisi, dari mulai gaya hidup, pornografi ataupun berita-berita kriminalitas yang akan memancing emosi anak, untuk itu luangkan waktu untuk menemani anak untuk menonton TV bersama, dan Era internet yang merupakan jaringan global

juga perlu hati-hati agar anak tak pernah bisa mampir pada situs-situs yang dilarang, ataupun saat membelikannya sebuah Gadget seperti Ipad atau ponsel, jika tak terlalu penting untuk kepentingan aktivitas sang anak, usahakan berilah yang biasa saja, agar tak menjadi penyalah gunaan oleh mereka, ingat kata Bung Napi Kejahatan datang karena ada kesempatan, nah dengan memberikannya yang canggih, maka akan canggih juga penyimpangan mereka, namun jangan terlalu keras melarang juga, agar tak jadi tekanan pada diri mereka. 10. Pendidikan Imtak Iman dan takwa Dapat dimulai dari perilaku orang tua, agar anak pun mencontohnya, artinya orang tua yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, maka anaknya pun akan mentauladani orang tuanya, setidaknya dari perasaan malu menjadi kebiasaan, dan jangan lupa untuk selalu mendoakan sang anak agar menjadi anak yang soleh dan sholehah, walau pun anak bandal namun percayakan pada Allah SWT agar mereka diberi hidayah dan menjadi anak soleh sholeh dan taat pada orang tuanya, bukan dengan mengutuknya. Nah, dari sekian barisan kata yang telah dituliskan di atas, saya akan sangat senang bila sahabat-sahabat pembaca mau meninggalkan saran, kritik atau tambahan yang ingin disampaikan agar menjadi pelajaran kita semua. Semoga kita semua menjadi pribadi dan generasi yang tangguh dan bertakwaamin.

Sumber Hukum Islam


Sumber Pokok hukum Islam adalah Al-Quran dan Al-Quran adalah sumber dari segala sumber hukum Al-Quran menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan menurut istilah :Adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Dalam bahasa Arab yang diriwayatkan secara mutawatir dan yang membacanya adalah ibadah: Defenisi di atas mengisaratkan kepada kita, bahwa : Pertama Apa-apa yang diwahyukan oleh Allah dalam maknanya, kemudian dipahami dalam bahasa Rasulullah, tidaklah dinamakan Al-Quran. Kedua Alih bahasa Al-Quran ke dalam bahasa lain bukanlah disebut Al-Quran. Ketiga Wahyu yang diturunkan kepada selaian nabi Muhammad bukanlah seperti taurat kepada nabi Musa. Keempat Syarat mutawatir. Adapun isi kandungan pokok Al-Quran diantaranya Tauhid,Ibadah, Janji dan ancaman dan Kisah umat terdahulu.Perlu diketahui Al-Quran menempati kedudukan pertama atau tertinggi dari sumber-sumber hukum lain. Oleh karena itu, sumber hukum dan norma yang ada tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran. Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malakikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia agar diamalkan segala perintah-Nya dan segala yang dilarang-Nya. Pedoman dalam menetapkan hukum, Pertama Tidak memberatkan atau menyulitkan, Allah tidak akan membebani umat manusia atas sesuatu yang diluar batas kemampuan manusia. Jika manusia sulit mengerjakan , kemungkinan karena kondisi manusia itu sendiri. Kedua Meyedikitkan Beban, Al-Quran memberikan keringanan kepada umat manusia dalam dalam masalah ibadah, yang disebut juga rukhsah, diantara keringanan (rukhsah) seperti : Menjama dan mengqasar shalat, Tidak berpuasa dalam perjalanan, Bertayamum sebagai ganti wudhu, Memakan makanan haram bila dalam keadaan darurat. Sunnah Sebagai Sumber Hukum Kedua Arti Sunnah secara bahasa adalah ;Jalan yang ditempuh atau cara, cara atau jalan yang sudah biasa, sesuatu yang dilakukan para sahabat, Sebagai lawan dari bidah. Sunnah menurut istilah syarI adalah sesuatu yang berasal dari Rasulullah SAW, baik berupa perkataan, perbuataan, maupun penetapan pengakuan. Pembagian As-Sunnah. Dari sudut macamnya As-Sunnah dibagi menjadi 4 macam :Pertama Sunnah Filiyah yaitu semua perbuatan Rasul. Kecuali perbuatan-perbuatan nabi yang bersifat pribadi atau khusus untuk Nabi tidak wajib ditaati kecuali ada penjelasan berupa hadits. Kedua Sunnah Taqririyah yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan dan perbuatan orang lain. KetigaSunnah Hammiyah yaitu sesuatu yang akan direncanakan atau dikerjakan oleh Nabi tetapi tidak sempat dikerjakan. Seperti puasa pada 9 Muharram. Ar-Rayu Sumber Pelengkap

Ayat al-Quran banyak menuntut manusia menggunakan akal dan pikiran, sehingga menghasilkan pendapat. Hasil pikiran manusia diakui sebagai sumber hukum walaupun dalam kedudukan pelengkap. Dasar pengakuan ini juga dikuatkan ayat Al-Quran yang mengharuskan menyerahkan atau mengembalikan masalah yang dipertentangkan kepada ulil amri serta pengakuan nabi terhadap ijitihad para sahabat.

You might also like