You are on page 1of 5

PERCOBAAB PENGLIHATAN II

PEMERIKSAAN LUAS LAPANG PANDANG (PERIMETRI)


LANDASAN TEORI I. Definisi

Lapangan pandang merupakan seluruh daerah yang dapat dilihat tanpa mengalihkan pandangan.3 Tiap lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai suatu jenis kontur,

mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu. Lapang pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang jauh lebih kecil dibandingkan di perifer. Hal ini menghasilkan bukit penglihatan di mana objek yang dilihat dengan detil terbaik berada di puncak bukit ( di fovea ) dan berkurang secara progresif menuju ke perifer. Ini berhubungan dengan papil saraf di mana tidak terdapat fotoreseptor. Aspek luar dari lapangan pandang meluas hingga sekitar 50 ke arah superior, 60 ke arah nasal, 70 ke arah inferior, dan 50 ke arah temporal. Di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta antara 10 dan 20. II.Pemeriksaan Lapang Pandang Pada kelainan lapangan pandang, dapat terjadi penyempitan dari batas lapangan pandang tersebut atau adanya bintik buta di berbagai macam daerah di lapangan pandang. Oleh karena kelaianan lapangan pandang yang besar sekalipun dapat saja tidak jelas bagi pasien, pemeriksaan lapangan pandang sebaiknya dilakukan pada setiap pemeriksaan oftalmologis. penyebabnya.
5

Hasil dari pemeriksaan lapangan pandang dapat membantu diagnosis

Terdapat berbagai macam

metode pemeriksaan lapangan pandang, dari yang khusus. Antara lain pemeriksaan

sederhana hingga kompleks dan membutuhkan alat

lapangan pandang yang sering digunakan adalah : tes konfrontasi, perimetri, dan kisi kisi Amsler. Pemilihan metode pemeriksaan lapangan pandang dapat disesuaikan kebutuhan.

Pemeriksaan pemeriksaan tersebut tidak ada yang menimbulkan nyeri dan tidak memiliki risiko.5,6 Lapangan pandang dapat diperiksa dengan berbagai metode, antara lain : konfrontasi, perimetri, dan kisi tes

kisi Amsler. Semua pemeriksaan lapangan pandang

dilakukan dengan menutup satu mata dan evaluasi mata yang terbuka secara bergantian. Masing masing mata diuji secara terpisah karena lapangan penglihatan kedua mata saling tumpang tindih. 3,6 III.Perimetri Perimetri digunakan untuk memeriksa lapangan pandang perifer dan sentral. Teknik ini, yang digunakan terpisah pada setiap mata, mengukur fungsi retina, nervus opticus, dan jaras visual intrakranial secara bersama. Alat ini secara klinis digunakan untuk mendeteksi atau memonitor hilangnya lapangan pandang akibat penyakit di tempat tempat tersebut.

Kerusakan suatu bagian tertentu pada jaras visual neurologik mungkin menimbulkan pola perubahan yang khas pada pemeriksaan lapangan pandan serial.

Lapangan pandang mata diukur dan dipetakan menurut derajat kelengkungan ( degrees of arc ). Pengukuran derajat kelengkungan itu tetap konstan, tidak tergantung jarak bidang dari mata yang diperiksa. Sensitivitas penglihatan paling besar di pusat lapangan pandang ( fovea ) dan paling kecil di perifer. Perimetri tergantung pada respon pasien secara subjekstif, dan hasilnya akan tergantung status psikomotor dan status penglihatan pasien.

Meskipun perimetri bersifat subjektif, metode metode berikut telah distandarkan untuk memudahkan pengulangan dan memungkinkan perbandingan di kemudian hari. Pemeriksaan perimetri memerlukan (1) fiksasi tetap dan perhatian pasien, (2) jarak yang tetap dari mata ke layar atau alat penguji, (3) kadar pencahayaan dan kontras latar belakang yang seragam dan standar, (4) target uji dengan ukuran dan kecerahan yang standar, (5) protokol yang

universal, untuk pelaksaan uji oleh pemeriksa. Terdapat dua metode dasar penyajian objek, yaitu statik dan kinetik, yang dapat dipakai sendiri sendiri atau digabung selama pemeriksaan.

Pada perimetri kinetik, mula mula diuji sensitivitas seluruh lapangan pandang terhadap satu objek uji ( dengan ukuran dan kecerahan yang tetap ). Objek itu perlahan lahan digerakkan dari perifer ke pusat sampai ia pertama kali terlihat. Dengan melalukan hal serupa dari berbagai arah, tercipata batas batas peta yang disebut isopter yang khas untuk objek tersebut. Isopter membentuk batas batas terlihatnya objek, diluar batas itu, objek tidak terlihat. Jadi, makin besar isopter, makin baik lapangan pandan g mata tersebut. Batas batas isopter diukur dan dipetakan dalam derajat kelengkungan. Dengan mengulang uji menggunakan sejumlah objek yang ukuran atau kecerahannya berbeda, tercipta banyak isopter bagi mata tersebut. Makin kecil atau makin lemah objek yang diujikan, makin sempit isopter yang dihasilkan.

Pada perimeteri statik, lokasi yang berbeda dalam lapangan pandang diuji satu per satu. Sebuah objek uji yang sulit. seperti cahaya lemah, disajikan pertama kali di lokasi tertentu. Jika tidak terlihat ukuran atau intensitas cahaya secara bertahap dinaikkan sampai cukup besar atau cukup terang agar dapat terdeteksi. Ini disebut tingkat sensitivitas ambang untuk lokasi itu. Hal serupa dilakukan di lokasi lokasi lain sehingga sensitivitas cahaya berbagai titik dalam lapangan pandang dapat dinilai dan digabungkan, membentuk gambaran lapangan pandang. Terdapat berbagai macam jenis perimetri, antara lain: Tangent screen, perimetri Goldmann, dan computerized automated perimetri. IV. Perimetri Goldmann ( Hemispheric Projection Perimeter ) Perimeter Goldmann adalah alat yang lebih canggih berupa sebuah mangkuk bulat putih yang terletak pada jarak tetap di hadapan pasien yang dapat digunakan untuk memeriksa baik lapangan pandang sentral dan perifer. Pasien diposisikan di depan alat yang berbentuk mangkuk bulat tersebut, dan dagu pasien dilatakkan pada chin rest. Satu mata ditutup dan mata yang tidak tertutup diposisikan sejajar dengan target fiksasi. Pemeriksa duduk di belakang alat perimeter dan fiksasi mata pasien dimonitor melalui sebuah teleskop.

Cahaya dengan berbagai ukuran dan intensitas disajikkan oleh pemeriksa, memakai prinsip statik atau kinetik. Ketika pasien melihat cahaya tersebut, pasien menekan buzzer untuk memberitahu pemeriksa. Metode ini dapat menguji seluruh pandangan perifer dan menetapkan lapangan pandang pasien pasien glaukoma.

TUJUAN Tujuan Instruksional Umum 1.Memahami dasar-dasar pemeriksaan lapang pandang dengan menggunakan perimeter 2.Memahami mekanisme timbulnya diplopia 3.Memahami dasar-dasar reflek spupil langsung dan tak langsung (konsensual) 4.Memahami peristiwa yang terjadi pada mata waktu melihat jauh dan dekat 5.Memahami letak bintik buta terhadap fovea sentralis di retina 6.Memahami buta warna organik dan fungsional Tujuan Perilaku Khusus 1.1.Menjelaskan dasar-dasar pemeriksaan lapang pandang dengan menggunakan perimeter 1.2.Menjelaskan kriteria normal lapang pandang cahaya putih dan berwarna 1.3.Mendemonstrasikan pemeriksaan lapang pandang untuk beberapa warna dengan Menggunakan perimeter 2.1.Menjelaskan mekanisme timbulnya diplopia 2.2.Mendemonstrasikan peristiwa diplopia 3.1.Menjelaskandasar-dasarreflekspupillangsungdantaklangsung(konsensual) 3.2.Mendemonstrasikanreflekspupillangsungdantaklangsung(konsensual) 4.1 .Menjelaskan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari melihat jauh ke melihat dekat

4.2.Mendemonstrasikan 3 peristiwa yang terjadi pada waktu mata berubah dari melihat jauh ke Melihat dekat 5.1.Menjelaskan cara membuat proyeksi eksternal bintik buta 5.2.Mendemonstrasikan proyeksi eksternal bintik buta terhadap fovea sentralis 6.1Memeriksa ada atau tidak adanya buta warna organik pada seseorang dengan menggunakan benang wol Holmgren dan buku pseudoisokromatik 6.2Menentukan jenis kelainan buta warnas eseorang berdasarkan buku pseudoisokromatik 6.3Mendemonstrasikan cara menimbulkan buta warna fungsional pada seseorang dan Menerangkan mekanisme terjadinya Daftar Pustaka 1. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. hal. 20 22. 2.Riordan Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. 3. Kanski JJ, Menon J. Clinical Opthalmology. Edisi 5. China: Butterworth Heinemann; 2003.

You might also like