You are on page 1of 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu Kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang
dalam pembelajarannya sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum
maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan ilmu kimia dibangun
dengan metode ilmiah. Melalui tahapan metode ilmiah, maka diperoleh produk-
produk ilmiah ilmu kimia, seperti konsep, prinsip, aturan, hukum, dan teori.
Dengan demikian ilmu kimia mencakup pengertian kimia sebagai produk dan
kimia sebagai proses.
Konsekuensi dari kedua cakupan di atas, maka dalam mempelajari ilmu
kimia seharusnya siswa tidak hanya disuguhi dengan produk-produk ilmiah
tersebut, tetapi harus diarahkan untuk melakukan proses penemuan produk ilmiah
sehingga mereka memiliki keterampilan dan sikap seperti yang dimiliki oleh para
ilmuwan ketika menemukan / mengembangkan produk ilmiah tersebut.
Oleh karena itu proses pembelajaran ilmu kimia harus diusahakan meng-
arah kepada kegiatan yang mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, baik secara
fisik, sosial, maupun psikis dalam memahami konsep. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan guru adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran
yang sesuai, yaitu pendekatan keterampilan proses (Conny Semiawan, dkk, 1986 :
16). Pendekatan ini menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya.
Metode praktikum adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan
proses. Bagi siswa SMA diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana
penggunaan alat dan bahan kimia yang tepat, juga membantu pemahaman siswa
terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi siswa yang

2
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat
memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata.
Namun demikian tidak semua SMA memiliki laboratorium yang memadai,
sehingga tidak semua konsep yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium.
Salah satu materi pokok kimia yang ada di kelas XI pada Kurikulum Kimia 2004
adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai
melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau
basa. Untuk melaksanakan praktikum yang berkaitan dengan materi pokok ini
diperlukan seperangkat alat dan bahan untuk titrasi. Salah satu bahan yang
diperlukan adalah indikator asam-basa yang digunakan untuk menentukan titik
akhir titrasi (titik ekivalensi), yaitu penunjuk bahwa antara asam dan basa tersebut
sudah ekivalen jumlahnya. Indikator yang digunakan untuk keperluan titrasi ini
biasanya memiliki harga kisaran pH yang disebut dengan trayek pH.
Salah satu indikator yang biasa digunakan dalam titrasi asam kuat oleh
basa kuat atau titrasi yang mempunyai titik ekivalen pada pH lebih dari 7 adalah
fenolptalin (pp) yang memiliki trayek pH antara 8,0 9,6. Namun jika sekolah
tidak memiliki indikator pp tidak berarti praktikum titrasi asam-basa tidak dapat
dilaksanakan, karena sebenarnya kita dapat membuat indikator sendiri dengan
bahan dasar yang dapat diperoleh di sekitar kita. Indikator yang demikian disebut
indikator alami.
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya
kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu ungu, daun rhoeo discolor, bunga bou-
genvil, daun bayam merah, kayu secang, dan kunyit. Sebenarnya hampir semua
tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indikator tetapi kadang-kadang
perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena indikator alami daun kubis ungu
ungu memiliki warna spesifik dalam suasana asam maupun basa, maka tentunya
dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi. Pada
penelitian ini akan dilihat ketepatan dan kecermatan berbagai indikator alami,
yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang sebagai indikator
dalam menentukan kadar asam cuka dengan pembanding indikator pp. Bila
ternyata semua indikator alami tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan yang

3
tinggi, maka dapat digunakan sebagai indikator alternatif pengganti indikator pp
yang biasa digunakan dalam praktikum titrasi asam-basa di SMA.

B. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat luasnya permasalahan dan untuk menghindari kesalahan
persepsi, maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Kadar asam cuka ditentukan dengan titrasi asam-basa, sebagai titran adalah
basa (NaOH) yang telah distandardisasi dengan larutan asam oksalat (H
2
C
2
O
4
)
2. Asam cuka yang digunakan untuk uji coba ketepatan dan kecermatan sudah
ditentukan kadarnya secara tepat, yaitu 5% v/v.
3. Indikator alami yang akan diuji ketepatan dan kecermatannya dalam penen-
tuan kadar asam cuka, yaitu daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu
secang.
4. Baik tidaknya indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi asam-basa
ditentukan dengan cara menentukan kecermatan dan ketepatan hasil pengu-
kuran. Indikator pembanding yang digunakan adalah pp.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ketiga indikator alami tepat digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka ?
2. Apakah ketiga indikator alami cermat digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka ?
3. Adakah perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa
antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp ?

D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. tepat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka.
2. cermat tidaknya ketiga indikator alami digunakan dalam penentuan kadar asam
cuka.

4
3. ada tidaknya perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-
basa antara yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.

E. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi guru-guru kimia SMA
dalam memperkenalkan indikator alami dan manfaatnya dalam pelaksanaan
praktikum, khususnya pada materi titrasi asam-basa. Selain itu, diharapkan guru
mampu mencari dan mengembangkan sendiri jenis-jenis bahan alami yang
terdapat di sekitarnya sehingga mudah diperoleh untuk dapat digunakan sebagai
indikator alami.


































5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. TITRASI ASAM-BASA
Titrasi adalah penentuan konsentrasi suatu larutan (misal larutan A)
berdasarkan reaksinya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya
(misal larutan B). Untuk mengetahui banyaknya volum larutan B yang tepat dapat
bereaksi dengan larutan A (disebut titik ekivalen), maka digunakan indikator
tertentu yang dapat menandai titik akhir titrasinya. Salah satunya indikator pp,
yang ketika digunakan dapat menandai titik ekivalen ketika larutan berubah warna
menjadi pink atau sebaliknya. Dengan titrasi dapat ditentukan konsentrasi dalam
larutan analit yang dicari.
Asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif
volumetrik berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut
dibedakan pada larutan standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentuan
konsentrasi / kadar suatu larutan basa dengan larutan standar yang digunakan
asam, sebaliknya alkalimetri merupakan penentuan konsentrasi / kadar suatu
larutan asam dengan larutan standar yang digunakan basa.
Titrasi asam asetat atau asam cuka (CH
3
COOH) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam
CH
3
COONa yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian
terhidrolisis. Reaksi hidrolisis ini merupakan reaksi keseimbangan yang dapat
ditulis sebagai berikut :

CH
3
COOH (aq) + NaOH (aq) CH
3
COONa (aq) + H
2
O (l)

Pada titrasi ini sebagian asam asetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal
dalam larutan. Saat titik ekivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam asetat
(asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat termasuk
elektrolit lemah maka ion H
+
yang dibebaskan sangat sedikit, dan akan lebih
banyak tinggal sebagai molekul CH
3
COOH. Sedangkan basa bebasnya (NaOH)
merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi sempurna, membebaskan ion

6
hidroksil (OH
-
) dalam larutan. Hal ini mengakibatkan titrasi akan berakhir pada pH
di atas 7.
Adanya asam dan basa yang bersifat kuat dan lemah menyebabkan garam
yang dihasilkan dari reaksi netralisasi tidak selalu bersifat netral (pH ~ 7), tetapi
tergantung pada sifat asal dari asam dan basa yang membentuk garam. Hanya
garam yang berasal dari asam dan basa kuat yang dapat menghasilkan garam yang
bersifat netral. Bila garam terbentuk dari asam kuat dan basa lemah, maka garam
yang dihasilkan bersifat asam, dan sebaliknya (J. Basset, 1978 : 236-247).

B. INDIKATOR ASAM - BASA
Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada
pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral. Sebagai
contoh kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya
lebih kecil dari 5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih besar dari
8. Dalam larutan yang pHnya 5,5 sampai 8 warna lakmus adalah kombinasi warna
merah dan biru. Batas-batas pH dimana indikator mengalami perubahan warna
disebut trayek indikator. Jadi, trayek indikator lakmus adalah 5,5 8. Trayek
dari berbagai indikator asam-basa yang lain ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Perubahan Warna dan Trayek pH dari Berbagai Indikator

Nama Indikator Interval pH Perubahan Warna
Metil ungu (mu) 0 2 Kuning ungu
Metil kuning (mk) 1,0 2,3 Merah kuning
Metil jingga (mj) 2,9 4,0 Merah kuning
Metil merah (mm) 4,2 6,3 Merah kuning
Brom timol biru 6,0 7,6 Kuning biru
Timol biru 8,0 9,6 Kuning biru
Phenolptialin (pp) 8,3 - 10 Tidak berwarna dadu
Alizarin kuning G 10,1 12,0 Kuning - merah

Mengapa warna indikator itu tergantung pada pH larutannya ? Indikator
asam-basa adalah asam atau basa organik yang lemah yang memiliki warna
berbeda dalam bentuk molekul dan dalam bentuk terion. Sebagai contoh, phenol
ptialin (pp) adalah suatu asam lemah yang dalam bentuk molekul tidak berwarna
dan dalam bentuk terion berwarna merah. Dalam air pp bereaksi sebagai berikut :

7
Hind (aq) + H
2
O (l) Ind
-
(aq) + H
3
O
+
(aq)
tidak berwarna merah

Hind adalah untuk melambangkan molekul indikator, sedangkan Ind
-

untuk ion indikator. Pada penambahan asam, reaksi kesetimbangan di atas akan
bergeser ke kiri dan warna akan memudar (menjadi tidak berwarna). Sebaliknya
pada penambahan basa, reaksi kesetimbangan bergeser ke kanan dan warna akan
makin merah.
Kekuatan asam atau basa dinyatakan dengan derajat keasaman,
dilambangkan dengan pH. Asam yang makin kuat memiliki pH yang makin kecil,
sedangkan basa yang makin kuat memiliki pH yang makin besar. Untuk
mengukur besarnya pH suatu larutan secara tepat dipakai alat pH meter, tetapi bila
pengukuran pH tidak menuntut ketepatan yang tinggi dapat menggunakan
indikator universal, atau kertas pH. Peralatan pengukur pH ini bekerja pada
rentangan antara 1 14. Larutan netral memiliki pH 7, sedangkan larutan asam
memiliki pH < 7 dan basa memiliki pH >7.
Berbagai macam indikator dapat digunakan sebagai penunjuk asam, basa,
atau garam. Berikut ini satu-persatu akan diuraikan macam-macam indikator
dengan berbagai kekhasannya.
1. Kertas Lakmus
Ada 2 macam kertas lakmus, yaitu merah dan biru. Kertas lakmus biru
biasanya digunakan untuk menunjukkan asam, yaitu jika dicelupkan dalam larutan
dan ternyata berubah menjadi warna merah, berarti larutan tersebut bersifat asam.
Sebaliknya jika kertas lakmus merah dicelupkan ke dalam suatu larutan dan warna
kertas berubah menjadi biru, berarti larutan tersebut bersifat basa. Jika kertas
lakmus merah atau biru dicelupkan ke dalam suatu larutan dan ternyata kedua
kertas tidak mengalami perubahan warna, berarti larutan tersebut bersifat netral.
Bila di sekolah tidak memiliki dua-duanya, maka salah satu yang dimiliki
sudah cukup digunakan untuk mengidentifikasi sifat asam dan basa suatu larutan.
Dengan kertas lakmus merah saja, kita dapat mengetahui larutan yang bersifat
asam, yaitu bila warna tidak berubah, basa bila berubah menjadi biru. Namun
untuk larutan yang bersifat netral agak sulit untuk menyimpulkannya, karena

8
dengan kertas lakmus merah warnanya akan tetap, padahal untuk larutan asam
juga demikian. Untuk mengetahui sifat netral diperlukan dua kertas lakmus
(merah dan biru), dimana dengan keduanya larutan netral tidak dapat mengubah
warnanya, artinya merah tetap merah dan biru tetap biru.

Gambar 1. Indikator Kertas Lakmus Merah dan Biru

2. Larutan I ndikator
Beberapa contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin (pp) yang
memberikan warna pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam
lingkungan asam, dan metil orange (mo) yang memberikan warna merah dalam
lingkungan asam dan kuning dalam lingkungan basa. Perubahan warna indikator
ini terjadi dalam rentangan pH tertentu yang disebut trayek pH. Sebagai contoh,
indikator pp memiliki trayek pH : 8,0 9,6, dan indikator mo memiliki trayek pH
: 3,1 4,4 (Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998 : 229)

















Gambar 2. Beberapa macam larutan indikator asam basa dengan warna-
warnanya pada derajat keasaman 1 sampai 11

9
3. I ndikator Universal
Indikator ini dapat berupa kertas, tetapi ada juga yang berupa larutan, yang
dapat menunjukkan harga jangkauan pH suatu larutan yang lebar. Jika kertas
indikator ini dicelupkan ke dalam larutan akan memberikan warna tertentu yang
kemudian dibandingkan dengan warna standar yang tertera dalam wadahnya
untuk mengetahui pH larutan yang sebenarnya.

Gambar 3. Indikator pH Universal

C. INDIKATOR ALAMI
Indikator alami dapat dibuat dari bagian tanaman yang berwarna, misalnya
kelopak bunga sepatu, daun kubis ungu, daun bayam merah, kayu secang, dan
kunyit. Sebenarnya hampir semua tumbuhan berwarna dapat dipakai sebagai indi-
kator tetapi terkadang perubahan warnanya tidak jelas. Oleh karena itu hanya
beberapa saja yang sering dipakai, misalnya daun kubis ungu yang memberikan
warna merah dan hijau, daun bayam merah yang memberikan warna merah dan
kuning.
Beberapa indikator alami tersebut dapat dibuat secara cepat, mudah, dan
sederhana. Namun dalam bentuk larutan ia tidak tahan lama, mudah rusak, dan
menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasi hal itu kita dapat membuat-
nya dalam bentuk indikator kertas, yaitu dengan melarutkan bahan indikator alami
dalam alkohol setelah sebelumnya dikeringkan, kemudian kertas saring yang telah
dibentuk seperti kertas pH Universal (ukuran x 5 cm) kita celupkan satu-persatu
dan dibiarkan kering di udara. Kertas indikator alami ini akan bertahan lama bila
disimpan di plastik yang tertutup.
Berikut ini adalah beberapa contoh indikator alami yang dapat diperoleh
dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

10
1. Daun Kubis Ungu (Brassica oleracea L.)
Daun kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi
masyarakat kita. Namun daun kubis ungu merupakan jenis yang tidak banyak
dikonsumsi, selain jenisnya yang langka juga tidak semua orang menyukainya
karena rasanya sedikit berbeda dengan daun kubis biasa yang berwarna putih
kehijauan.
Daun kubis ungu bila dilarutkan dalam air panas akan mengeluarkan zat
kimia yang berwarna biru atau biru keunguan bila terlalu pekat. Zat kimia inilah
yang bila bercampur dengan asam akan berubah warna menjadi merah dan bila
bercampur dengan basa berubah menjadi hijau. Oleh karena ada perbedaan warna
dalam suasana asam dan basa, maka daun kubis ungu dapat digunakan sebagai
indikator alami.

Gambar 4. Indikator Daun Kubis Ungu

2. Daun Rhoeo Discolor
Rhoeo discolor merupakan tanaman herba yang kuat dengan batang tegak,
tinggi 0,3 0,6 m, bunga muncul dari ketiak daun, bertangkai, bercabang / tidak.
Daun pelindung berbentuk segitiga lebar, ujung runcing, daun yang meng-hadap
ke bawah berwarna ungu tua, dengan posisi antar daun saling mene-lungkup.
Bila daun rhoeo discolor diiris-iris dan dikeringkan lalu dilarutkan dalam
alkohol, maka akan diperoleh larutan dengan warna kuning kemerahan. Dalam
suasana asam warnanya berubah menjadi merah muda (pink) dan dalam suasana
basa berubah menjadi hijau. Dengan demikian larutan daun rhoeo discolor juga
dapat digunakan sebagai indikator alami.


11

Gambar 5. Indikator Daun Rhoeo Discolor

3. Kayu Secang (Caesalpinia sappan)
Pohon ini berbatang kecil, tumbuh di dataran rendah, dan banyak ditanam
sebagai pagar hidup, batang dan cabangnya dipenuhi dengan duri. Kayu secang
disebut juga kayu sapang, kebanyakan digunakan sebagai bahan pengecat. Hasil
potongan kayu secang banyak dijual di toko-toko obat tradisional. Di pasar
tradisional kayu secang juga banyak dijumpai dengan warna merah, terkadang
dijual dalam bentuk serutan. Saat ini kayu secang banyak diolah sebagai minuman
yang berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit (Hembing, dkk., 1993 : 120).
Bila kayu secang diiris tipis-tipis dan dikeringkan (sebaiknya di oven agar
cepat keringnya), lalu dilarutkan dalam alkohol, maka akan diperoleh larutan
berwarna merah orange. Dalam suasana asam akan berubah warna menjadi
kuning, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Dengan demikian larutan
kayu scang ini juga dapat digunakan sebagai indikator alami.



Gambar 6. Indikator Kayu Secang

D. KERANGKA BERPIKIR
Sesuai dengan karakteristik ilmu kimia yang terdiri dari kimia sebagai
produk dan sebagai proses, maka dalam pembelajaran kimia sangat dianjurkan
untuk diikuti dengan kegiatan praktikum agar selain memahami konsep tersebut

12
secara teoretis juga memahaminya secara empiris. Dengan praktikum diharapkan
siswa dapat memahami ilmu kimia secara lebih mendalam dan lebih lama melekat
dalam pikirannya.
Selama ini praktikum kimia yang dilakukan di SMA tidak menyertai
seluruh konsep kimia yang diajarkan di kelas. Hal ini karena keterbatasan alat dan
bahan kimia yang dimiliki oleh setiap SMA, sehingga yang dipraktikkan hanya
mengikuti apa saja bahan dan alat yang tersedia. Padahal setiap konsep kimia
SMA sebenarnya dapat diikuti dengan suatu mata praktikum yang sesuai.
Salah satu materi pokok (konsep) kimia di SMA menurut Kurikulum
Kimia 2004 adalah Reaksi Netralisasi dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai melakukan titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Untuk melaksanakan praktikum titrasi asam-basa diperlukan suatu
indikator sebagai penentu titik akhir titrasi. Pada umumnya indikator yang diguna-
kan adalah indikator pp, tetapi seringkali ketiadaan indikator pp, praktikum titrasi
asam-basa ini akhirnya tidak dilakukan.
Berdasarkan hal itulah, maka perlu dicari indikator asam-basa lain yang
sekiranya dapat diperoleh atau dibuat dengan mudah, baik oleh guru maupun
siswa itu sendiri. Indikator yang dimaksud adalah indikator alami, yaitu indikator
yang dibuat dari bahan tanaman yang biasanya berasal dari tanaman yang
berwarna. Untuk keperluan titrasi asam-basa, diperlukan indikator alami yang
memiliki perubahan warna yang tajam ketika berada dalam suasana asam ke basa
atau sebaliknya. Beberapa diantara indikator alami adalah daun kubis ungu, daun
rhoeo discolor, dan kayu secang yang memiliki warna spesifik pada suasana asam
dan basa, sehingga diharapkan mampu menentukan titik akhir titrasi.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui ketepatan dan kecer-
matan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi untuk menentukan
kadar asam cuka yang telah diketahui kadarnya dengan pembanding indikator pp.
Bila penelitian ini berhasil menunjukkan ketepatan dan kecermatan ketiga
indikator alami tersebut, maka dapat digunakan sebagai alternatif pelaksanaan
praktikum titrasi asam-basa di SMA.



13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain tiga sampel
dan dua variabel, yaitu jenis indikator alami yang digunakan sebagai penentu titik
akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-variabel) dan kadar asam cuka. Sebagai variabel
kontrol adalah indikator pp.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Variabel pertama dalam penelitian ini adalah variabel bebas berupa jenis
indikator yang digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi (terdiri dari tiga sub-
variabel), variabel terikat berupa kadar asam cuka hasil titrasi, dan variabel
kontrol berupa indikator pp. Adapun definisi operasional variabel-variabel
tersebut adalah :
1. Indikator daun kubis ungu yaitu indikator alami yang dibuat dari daun kubis
ungu dimana dalam suasana asam berwarna merah dan dalam suasana basa
berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter
NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau.
2. indikator daun rhoeo discolor yaitu indikator alami yang dibuat dari daun
rhoeo discolor dimana dalam suasana asam berwarna merah muda (pink) dan
dalam suasana basa berwarna hijau, sehingga ketika digunakan titrasi asam
cuka dengan pentiter NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbul-
nya warna hijau.
3. Indikator kayu secang yaitu indikator alami yang dibuat dari kayu secang
dimana dalam suasana asam berwarna kuning dan dalam suasana basa
berwarna merah, sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter
NaOH titik akhir titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah.
4. Indikator fenolptalin (pp) yaitu indikator yang berupa larutan dimana dalam
suasana asam tidak berwarna dan dalam suasana basa berwarna merah,
sehingga ketika digunakan titrasi asam cuka dengan pentiter NaOH titik akhir
titrasinya ditunjukkan dengan timbulnya warna merah muda.

14
5. Kadar asam cuka adalah banyaknya volum asam cuka yang ekivalen dengan
volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi yang masing-
masing menggunakan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu
secang, dan indikator pp, yang dinyatakan dalam % v/v, yaitu banyaknya
volum asam cuka dalam 100 ml larutan.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah indikator alami yang dibuat dari bahan alam,
sedangkan sampel yang digunakan adalah tiga indikator alami, yaitu indikator
daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang yang dibuat segar ketika
akan digunakan.

D. INSTRUMEN PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan seperangkat bahan dan alat sebagai berikut :
1. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kristal asam oksalat dihidrat (H
2
C
2
O
4
. 2H
2
O) f. Kayu secang
b. Kristal NaOH p.a buatan E. Merck g. Indikator pp
c. Asam cuka pekat p.a E. Merck h. Alkohol 70%
d. Daun kubis ungu i. Akuades
e. Daun rhoeo discolor

2. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Labu Erlenmeyer g. Labu ukur
b. Pipet volum h. Timbangan analitik
c. Buret i. Gelas arloji
d. Statif dan klem j. Kuvet
e. Pipet tetes k. Spektrofotometer sinar tampak
f. Tabung reaksi





15
E. PROSEDUR PENELITIAN
1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan Standar Primer Asam
Oksalat (H
2
C
2
O
4
)
a. Menimbang 1,26 gram H
2
C
2
O
4
. 2H
2
O, melarutkan dalam 10 ml akuades.
Kemudian memasukkan dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan
akuades dengan pipet tetes sampai tanda batas.
b. Menimbang 2,1 gram NaOH, melarutkannya dalam akuades, memasukkan
ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkannya dengan akuades sampai
tanda batas.
c. Memasukkan 5 ml larutan NaOH ke dalam Erlenmeyer dan menambahkan
1 tetes indikator pp lalu titrasi dengan larutan asam oksalat 0,1 M hingga
warna pink hilang.
d. Melakukan prosedur 1.c sebanyak 5 kali dan mencatat volum asam oksalat
yang diperlukan untuk mengubah warna pink menjadi tidak berwarna.

2. Pembuatan Larutan Asam Asetat 5% (0,87427 M)
Mengambil 5 mL asam asetat pekat ( 1,05 kg/L, kadar 100% atau 17,4854 M)
dan mengencerkannya dengan akuades sampai tanda batas.

3. Pembuatan Indikator Daun Kubis Ungu (Janice van Cleave, 1991 : 192).
a. Mengisi botol gelas bertutup dengan 10 gram daun kubis ungu yang sudah
dipotong kecil-kecil.
b. Memanaskan akuades hingga mendidih, lalu mengangkat dan menuang 100
mL akuades panas ke dalam botol gelas yang berisi potongan-potongan
daun kubis ungu tadi.
c. Menutup botol gelas & membiarkan sampai dingin (mencapai suhu kamar).
d. Menyaring dengan kertas saring ke wadah bertutup lainnya. Indikator kubis
ungu siap digunakan.
e. Menguji warna indikator daun kubis ungu tersebut dengan cara meneteskan
pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.




16
4. Pembuatan Indikator Daun Rhoeo discolor
a. Membersihkan daun rhoeo discolor dari kotoran. Mengiris kecil-kecil
dengan pisau sebanyak yang diperlukan.
b. Mengeringkan dalam oven, setelah kering dimasukkan dalam botol gelas
dan menuangkan alkohol 70% ke dalamnya. Tutup botol rapat-rapat.
c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan
filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap
digunakan sebagai indikator.
d. Menguji warna indikator daun rhoeo discolor dengan cara meneteskan
pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

5. Pembuatan Indikator Kayu Secang
a. Mengiris kecil-kecil kayu secang dengan pisau sebanyak yang diperlukan.
b. Memasukkan ke dalam botol gelas dan menuangkan alkohol absolut ke
dalamnya. Tutup botol rapat-rapat.
c. Membiarkan semalam. Saring dengan saringan teh untuk mendapatkan
filtratnya. Bila kurang bersih disaring dengan kertas saring. Filtrat siap
digunakan sebagai indikator.
d. Menguji warna indikator kayu secang tersebut dengan cara meneteskan
pada larutan buffer universal dalam berbagai pH. Catat warna yang terjadi.

6. Titrasi Asam Asetat dengan Titran NaOH
a. Mengambil 5 ml larutan asetat 5% (0,87427 M) dengan pipet transfer.
b. Memasukkan dalam labu ukur 25 ml lalu menambahkan akuades hingga
tanda batas.
c. Mengambil 5 ml larutan asam cuka yang sudah diencerkan dengan pipet
volum dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 ml dan menambahkan 1
tetes indikator pp.
d. Mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai tepat
terbentuk warna pink.
e. Melakukan percobaan sebanyak 10 kali dan mencatat volum NaOH yang
diperlukan hingga terbentuk warna pink.

17
f. Mengulangi percobaan a - e, tetapi indikator pp diganti berturut-turut
dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu secang.

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data penelitian yang diperoleh berupa volum asam oksalat yang digunakan
untuk standarisasi larutan NaOH dan volum NaOH yang digunakan untuk titrasi
sampel asam cuka. Adapun data yang diperoleh sebagai data dasar dalam peneli-
tian ini disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut ini :

Tabel 2. Volum H
2
C
2
O
4
yang Diperlukan dalam Standarisasi NaOH
Percobaan Volum NaOH (mL) Volum H
2
C
2
O
4
(mL)
1 5,00 2,40
2 5,00 2,50
3 5,00 2,40
4 5,00 2,40
5 5,00 2,40
Rata-rata 5,00 2,42

Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi NaOH berdasarkan standarisasi
sebesar 0,0968 M (lihat Lampiran ....) ???? Saya tdk ngerti asal ngitungnya !

Tabel 3. Volum NaOH yang Diperlukan pada Titrasi Asam Cuka dengan
Indikator pp, Daun Kubis Ungu, Daun Rhoeo Discolor , dan Kayu
Secang

No. Volum NaOH 0,1 M (mL)
Indikator
pp
Indikator Daun
Kubis Ungu
Indikator Daun
Rhoeo Discolor
Indikator
Kayu Secang
1. 1,70 1,65 1,70 1,60
2, 1,70 1,65 1,70 1,60
3, 1,70 1,65 1,70 1,60
4, 1,70 1,65 1,70 1,60
5, 1,70 1,65 1,70 1,60
6, 1,70 1,65 1,70 1,60
7, 1,70 1,65 1,70 1,60
8, 1,70 1,65 1,70 1,60
9, 1,70 1,65 1,70 1,60
10, 1,70 1,65 1,70 1,60
Rata-rata 1,70 1,65 1,70 1,60


18
Rerata volum NaOH yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi,
baik yang menggunakan indikator pp maupun ketiga indikator alami tersebut
digunakan untuk menghitung kadar asam cuka.

E. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Perhitungan Kadar Asam Cuka
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu
melihat ketepatan dan kecermatan ketiga indikator alami sebagai penentu titik
akhir titrasi (titik ekivalensi) dengan membandingkan kadar asam cuka yang
ditentukan dengan indikator pp. Untuk keperluan analisis ini, maka mula-mula
dihitung kadar asam cuka dalam g/100 ml untuk tiap sampel dengan rumus :
a x M x x
Vs
x v v
NaOH
5
25 100
1000
1
/ % =

Keterangan :
Vs = volum asam cuka yang diambil dari sampel
a = volum NaOH yang diperlukan hingga titik akhir titrasi.
25/5 = faktor pengenceran

2. Penentuan Kecermatan (Presisi)
Jika suatu pengukuran diulang-ulang, sedangkan variasi hasilnya kecil,
maka dapat dikatakan bahwa kecermatan pengukuran tersebut tinggi. Kecermatan
dinyatakan dalam besar kecilnya simpangan baku. Hal ini dapat diperoleh dengan
cara melakukan analisa satu contoh secara berulang-ulang, kemudian dihitung x
dan S. Kecermatan biasanya dinyatakan dalam simpangan baku atau simpangan
pukul-rata, yaitu dihitung dengan rumus (Soekeni S & Soedigdo, 1977 : 16 17) :
Simpangan Baku (S) =
1
) (

E

N
x x

Simpangan pukul rata
N
l x lx
d

E
= ) (
Keterangan :
x = nilai masing-masing pengamatan / pengukuran

19
x = nilai pukul rata setiap pengamatan / pengukuran
N = banyaknya pengamatan / pengukuran
Kecermatan dinyatakan dalam batas 95% dengan rumus : x t. S, dimana
harga t dapat dilihat pada tabel t dengan menggunakan derajat kebebasan (DB).

3. Penentuan Ketepatan (Akurasi)
Ketepatan suatu pengukuran ialah besar atau kecilnya penyimpangan yang
diberikan oleh hasil pengukuran itu dari harga yang sesungguhnya. Untuk
mengetahui ketepatan / keakuratan hasil pengukuran, dihitung nilai galat mutlak
dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara nilai kadar asam cuka dengan
indikator pp dan nilai kadar asam cuka dengan tiap-tiap indikator alami. Adapun
rumusnya sebagai berikut (Day, Underwood,1989 : 12) :
Galat relatif = 100
%
X
pp dgn cuka asam
mutlak galat


4. Uji Beda Dua Rerata Hasil Pengukuran
Untuk menguji hasil pengukuran yang diperoleh dengan metode analitik
yang baru dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil itu dengan hasil
yang diperoleh dari metode kedua (metode baku yang menjadi acuan). Bila kita
memiliki dua rataan x
1
dan x
2
dengan simpangan baku yang sama secara
bermakna, maka suatu taksiran gabung untuk simpangan baku dapat dihitung dari
masing-masing simpangan baku s
1
dan s
2
dengan menggunakan rumus (Miller, JC
& miller, JN,1991: 49 - 50) :

{ }
) 2 (
) 1 ( ) 1 (
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
=
n n
s n s n
s
Berdasarkan perhitungan s gabung, maka dapat dihitung t sebagai berikut :

2 1
2 1
/ 1 / 1
) (
n n s
x x
t
+

=


Bila harga t-hitung lebih kecil daripada nilai t-tabel, berarti tidak ada perbedaan
pengukuran dengan kedua metode. Hal ini berarti metode analitik yang baru dapat
digunakan, karena mampu memberikan hasil yang sama dengan metode baku
yang menjadi acuan.

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
Setelah ketiga jenis indikator alami selesai dibuat, yaitu indikator daun
kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang, maka dilakukan uji warna
dengan cara meneteskan ketiga jenis indikator pada larutan buffer universal yang
telah dibuat sebelumnya dalam berbagai pH. Adapun pH larutan buffer yang
digunakan untuk uji warna ini berturut-turut sebesar 2,2; 3,2; 4,0; 5,0; 6,0; 6,4;
7,0; 7,8; 9,0; 10,2; dan 12,4. Hasil ujicoba warna ketiga indikator alami tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Indikator

Gambar 7. Warna Indikator Daun Kubis Ungu dalam Berbagai pH


2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 6,4 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4

Gambar 8. Warna Indikator Daun Rhoeo Discolor dalam Berbagai pH



2,2 3,4 4,0 5,0 6,0 7,0 7,8 9,0 10,2 12,4 Indikator

Gambar 9. Warna Indikator Kayu Secang dalam Berbagai pH

21
Setelah dilakukan ujicoba warna ketiga indikator pada berbagai pH, maka
selanjutnya dapat ditentukan warna yang akan dihasilkan pada titik akhir titrasi
(titik ekivalensi). Untuk lebih jelasnya berikut ini gambar warna yang terbentuk
pada suasana asam, netral, dan basa dari ketiga indikator alami tersebut.


Pada indikator daun kubis ungu, dalam suasana asam berwarna pink, semakin
mendekati netral warna pink berubah menjadi biru, dan dalam suasana basa
berwarna hijau. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan titran NaOH
ditandai dengan terbentuknya warna biru muda.

Pada indikator daun rhoeo discolor, dalam suasana asam berwarna pink, semakin
mendekati netral warna pink berubah menjadi hijau, dan dalam suasana basa
berwarna hijau kekuningan. Dengan demikian titik akhir titrasi asam cuka dengan
titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna hijau.


Pada indikator kayu secang, dalam suasana asam berwarna kuning, semakin
mendekati netral warna kuning berubah menjadi kuning orange, dan dalam

22
suasana basa mengarah ke warna merah. Dengan demikian titik akhir titrasi asam
cuka dengan titran NaOH ditandai dengan terbentuknya warna kuning orange.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang perubahan warna pada berbagai pH
tersebut, dapat dilihat pada Lampiran 2.
Setelah diketahui warna ketiga indikator alami pada titik akhir titrasi,
maka selanjutnya dilakukan titrasi terhadap asam cuka (asam asetat) dengan
pentitran NaOH. Setiap indikator alami digunakan untuk titrasi sebanyak 10 kali
dan sebagai kontrol dilakukan titrasi dengan inidikator pp. Adapun rerata volum
NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi 5 mL asam cuka (asam asetat) sbb :

Tabel 4. Rerata Volum NaOH dalam Titrasi dengan Berbagai Indikator
Indikator
V
NaOH

pp Daun Kubis
Ungu
Daun Rhoeo
Discolor
Kayu
Secang
Rerata 1,70 1,65 1,70 1,60

B. PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan,
kecermatan, dan dapat tidaknya ketiga indikator alami dalam penentuan kadar
asam cuka dengan indikator pp sebagai kontrol. Berdasarkan tujuan tersebut,
maka setelah diketahui rerata volum NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk titrasi
asam cuka dengan volum yang sudah tertentu, selanjutnya dilakukan perhitungan
kadar asam cuka yang dinyatakan dalam % v/v, dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 5. Kadar Asam Cuka Berdasarkan Titrasi dengan Berbagai Indikator
Indikator Kadar Asam Cuka (% v/v)
pp
Daun Kubis Ungu
Daun Rhoeo Discolor
Kayu Secang

Pada penelitian ini kadar asam cuka sebenarnya sudah ditentukan secara
kuantitatif, yaitu sebesar 5% v/v. Hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa
tepatnya penentuan kadar asam cuka tersebut, baik menggunakan indikator pp
sebagai kontrol, maupun ketiga indikator alami. Adapun asal perhitungan kadar
asam cuka tersebut adalah sebagai berikut :

23
Dari mbak Tutik ada perhitungan ini, saya tidak ngerti maksudnya. Jadi bagian ini
mbak Tutik yang bahas dan menguraikan ya. (Apa sebaiknya diletakkan di
Lampiran 3 sebelum perhitungan galat mutlak dan galat relatif ??)
Molaritas 1 mL asam asetat mula-mula= 0,87427 M
Molaritas 5 mL asam asetat encer = (0,87427 M)/25 = 0,034971M
Jumlah mol 5 mL asam asetat encer = 5 mL x 0,034971 M = 0,174854
mmol
Volum NaOH 0,0968 M yang dibutuhkan untuk mentitrasi 0,174854 mmol asam
asetat adalah 0,174854 mmol/0,0968 M = 1,806343 mL
(Saya tahunya, kalau titrasi asam basa, volum titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalensi, digunakan utk menentukan konsentrasi yg dititer,
dlm hal ini asam cukanya. Tp pd penelitian ini kan volum & konsentrasi
asam cuka sdh ditetapkan, saya bingung, sy dijelaskan ya mbak, error nih)
Untuk menentukan kecermatan, maka dari data hasil titrasi dengan
mengunakan ketiga indikator alami sebagai penentu titik akhir titrasi selanjutnya
dicari besarnya simpangan baku maupun simpangan pukul rata. Berdasarkan
perhitungan, ternyata harga simpangan baku dan simpangan pukul rata data volum
NaOH untuk keempat indikator adalah 0 (nol). Hal ini menyatakan bahwa
pengukuran mempunyai kecermatan yang tinggi dan hasil pengukuran tidak
bervariasi.
Penentuan ketepatan / keakuratan hasil pengukuran dilakukan dengan
menghitung nilai galat mutlak dan galat relatif. Galat mutlak adalah selisih antara
harga kadar asam cuka dengan indikator pp dan harga kadar asam cuka dengan
indikator kubis ungu. Adapun hasil pengukuran galat mutlak dan relatif ketiga
indikator alami dan indikator pp sebagai kontrol adalah :

Tabel ... Hasil Perhitungan Galat Mutlak dan Galat Relatif
Indikator Rata-rata
V
NaOH
(mL)
V
NaOH
teoritis
(mL)
Galat
Mutlak
Galat
Relatif (%)
pp 1,70 1,806343 0,106343 5.887199
Daun Kubis Ungu 1,65 1,806343 0,156343 8.655222
Daun Rhoeo discolor 1,70 1,806343 0,106343 5.887199
Kayu Secang 1,60 1,806343 0,206343 11.42325
(Perhitungan selengkapnya lihat Lampiran 4)

24
Oleh karena harga simpangan baku dari dari ketiga indikator alami dan
juga indikator pp sebagai kontrol sama dengan o (nol), maka untuk perhitungan
uji beda tidak dapat dilakukan. Hal ini berarti data hasil pengukuran tidak
bervariasi, sehingga dengan melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran dengan ketiga indikator alami tidak berbeda secara signifikans dengan
hasil pengukuran menggunakan indikator pp.
Berdasarkan penentuan kecermatan, ketepatan, dan tidak adanya beda
antara hasil pengukuran dengan indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor,
dan kayu secang dibandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan indikator
pp menunjukkan bahwa ketiga indikator alami tersebut dapat digunakan sebagai
pengganti indikator pp, khususnya pada penentuan kadar asam cuka secara titrasi
asam-basa.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi guru-
guru kimia SMA khususnya, dan guru-guru kimia pada berbagai tingkat
pendidikan tentang dapatnya indikator alami digunakan sebagai pengganti indi-
kator pp, bukan hanya sekedar penentu sifat asam, basa, dan netral suatu larutan,
tetapi lebih dari itu dapat digunakan sebagai penentu titik akhir titrasi. Selain itu,
hasil penelitian ini juga dapat membuka wawasan guru-guru kimia tentang
pemanfaatan berbagai bahan alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sumber belajar. Dengan kata lain, sumber belajar kimia tidak selalu harus yang
ada di laboratorium, di kelas, tetapi dapat diambil dari alam sekitar.
Hasil penelitian ini sangat memerlukan pengembangan lebih lanjut dalam
hal penentuan senyawa apa yang sebenarnya terkandung dalam ketiga indikator
alami tersebut, sehingga ia dapat memberikan warna yang berbeda dalam suasana
asam, basa, dan netral.








25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga indikator
alami, masing-masing indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, kayu
secang :
1. tepat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.
2. cermat digunakan dalam penentuan kadar asam cuka.
3. tidak ada perbedaan kadar asam cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa
yang menggunakan ketiga indikator alami dengan indikator pp.


B. SARAN
Melihat ketepatan, kecermatan, dan tidak adanya perbedaan kadar asam
cuka hasil pengukuran secara titrasi asam-basa yang menggunakan ketiga
indikator alami dengan indikator pp, maka disarankan bagi guru-guru kimia yang
sarana laboratoriumnya tidak lengkap, khususnya ketersediaan indikator tidak
mampu terpenuhi untuk mencoba menggunakan indikator alami sebagai penggan-
tinya. Selain itu diharapkan guru-guru kimia SMA (khususnya) muncul kreati-
vitasnya dengan mencoba berbagai tanaman di sekitar yang paling mudah
dijumpai yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator alami dengan melaku-
kan ujicoba ketepatan dan kecermatannya terlebih dahulu seperti langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian ini.













26
DAFTAR PUSTAKA

Conny Semiawan, dkk. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta : Gramedia.

Day, Underwood. (1989). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia

H. M. Hembing Wijayakusuma, dkk. (1993). Tanaman Berkhasiat Obat Di
Indonesia. Jakarta : Pustaka Kartini.

J. Bassett. (1978). Vogels Textbook of Quantitative Inorganic Analysis. Great
Britain : Longman Group.

Janice van Cleave. (1991). Gembira Bermain dengan Ilmu Kimia. Jakarta :
Temprint.

Miller, JC & Miller, JN.(1991). Statistika untuk Kimia Analitik. Bandung : ITB

Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A. (1998). Contemporary Chemical
Analysis. USA : Prentice-Hall Inc.




















27



























28
Lampiran 1.

PERHITUNGAN MOLARITAS ASAM OKSALAT DAN NAOH

Massa molekul relatif asam oksalat (Mr H
2
C
2
O
4
) = 126 g/mol
Massa asam oksalat yang ditimbang = 1,26 g
Volum larutan = 100 mL = 0,1 L
Molaritas asam oksalat (M H
2
C
2
O
4
) =
L
mol g g
1 , 0
/ 126 / 26 , 1

= 0,1 M

Berdasarkan hasil titrasi diperoleh rerata volum H
2
C
2
O
4
sebesar 2,42 mL. berarti 5
mL NaOH setara dengan 2,42 mL H
2
C
2
O
4
0,1 M atau 0,242 mmol

H
2
C
2
O
4
(aq) + 2 NaOH (aq) Na
2
C
2
O
4
(aq) + 2 H
2
O (l)

sehingga menurut persamaan reaksi di atas, 0,242 mmol H
2
C
2
O
4
bereaksi dengan
0,484 mmol NaOH. Jadi, M
NaOH
sebesar 0,484 mmol / 5 mL = 0,0968 M atau
dibulatkan menjadi 0,1 M.















29
Lampiran 2.

PERUBAHAN WARNA KETIGA INDIKATOR ALAMI
PADA BERBAGAI pH

Indikator Daun Kubis Ungu
pH Warna pH Warna
2,2 pink tua 6,4 pink kebiruan
3,4 pink 7,0 biru ungu
4,0 pink 7,8 biru ungu
5,0 pink muda 9,0 biru
6,0 pink bening 10,2 biru
12,4 biru kehijauan

Indikator Daun Rhoeo Discolor
pH Warna pH Warna
2,2 pink 6,4 pink kehijauan
3,4 pink 7,0 hijau muda
4,0 pink 7,8 hijau muda
5,0 pink bening 9,0 hijau muda
6,0 pink sangat bening 10,2 hijau kekuningan
12,4 hijau kekuningan

Indikator Kayu Secang
pH Warna pH Warna
2,2 kuning bening 7,0 kuning orange
3,4 kuning bening 7,8 orange kemerahan
4,0 kuning tua 9,0 merah muda
5,0 kuning tua 10,2 merah
6,0 kuning tua 12,4 merah










30
Lampiran 3.

PERHITUNGAN VOLUM NAOH SECARA TEORETIS













































31
Lampiran 4.

PERHITUNGAN GALAT MUTLAK DAN GALAT RELATIF

Indikator Rata-rata
V
NaOH
(mL)
V
NaOH
teoritis
(mL)
pp 1,70 1,806343
Daun Kubis Ungu 1,65 1,806343
Daun Rhoeo discolor 1,70 1,806343
Kayu Secang 1,60 1,806343

Galat mutlak pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar :
1,806343 - 1,70 = 0,106343
Galat relatif pengukuran volum titran dengan indikator pp sebesar
(0,106343 / 1,806343 ) x 100% = 5.887199 %

Perhitungan galat mutlak dan galat relatif pengukuran volum titran dengan
indikator daun kubis ungu, daun rhoeo discolor, dan kayu secang dilakukan
dengan cara yang sama dengan perhitungan pada indikator pp (Day, Underwood,
1989 : 19).

You might also like