You are on page 1of 52

TUGAS MAKALAH GEOFISIKA 4 BENTUK MUKA BUMI DAN PENYEBABNYA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geofisika Dosen Pengampu : Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd

Oleh: Etty Herfiyana Susanti (K2309020)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

BENTUK MUKA BUMI DAN PENYEBABNYA Bumi yang kita tempati, antara satu tempat dengan tempat yang lain tidaklah sama bentuk kenampakan alamnya. Pada umumnya bumi terdiri atas daratan dan lautan, dimana luas lautan lebih besar daripada daratan. Wilayah daratan dengan lautan masingmasing memiliki keanekaragam bentuk yang berbeda-beda. Bentuk muka bumi yang menjadi tempat tinggal manusia akan memberikan beberapa kemungkinan sebagai penunjang kehidupan yang terdapat di suatu wilayah. Bentuk muka bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi itu sendiri maupun tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga yang berasal dari dalam bumi disebut tenaga endogen. Sedangkan tenaga yang berasal dari luar bumi disebut tenaga eksogen. Akibat adanya kedua tenaga itulah yang menyebabkan permukaan bumi memiliki bentuk yang tidak sama. Ada yang berupa gunung, pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, bukit, lembah, dan sebagainya. Perbedaan tinggi rendah permukaan bumi itu disebut relief
A. Teori Pembentukan Relief Bumi

Permukaan bumi kita tidak rata seperti kertas, melainkan beragam mulai dari rata(datar), bergelombang, berbukit hingga bergunung, bahkan banyak juga dijumpai adanya lembah seperti Ngarai Sihanok, lembah Baliem, Lembah Dieng, dan beberapa bentuk permukaan bumi lainnya. Demikian pula di permukaan bumi dijumpai beberapa gunung yang ketinggiannya sampai mencapai 8000 meter sebagai bukti konkret dahulu kala ada suatu proses yang menyebabkan terbentuknya permukaan bumi seperti sekarang ini. Seperti halnya pembentukan bumi, pembentukan permukaan bumi juga mengalami proses evolusi pengetahuan. Beberapa pendapat tentang teori pembentukan permukaan bumi adalah sebagai berikut: 1. Teori Kontraksi Teori kontraksi (Contraction Theory) atau disebut juga Theory of a Shrinking Earth diformulasikan oleh James Dana di AS tahun 1847 dan Elie de Baumant di Eropa tahun 1852. Secara ringkas mereka berpendapat bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena bagian dalamnya mengalami pendinginan

sebagai akibat konduksi panas sehingga permukaan bumi menjadi tidak rata. Bumi dianggap sama seperti halnya buah apel yang apabila bagian dalamnya mongering maka kulitnya mengerut dan tidak rata atau halus lagi Teori ini mendapat berbagai macam kritik, misalnya bahwa bumi tidak akan mengalami penurunan suhu yang sedemikian drastic sehingga mengakibatkan terbentuknya pegunungan tinggi dan lembah-lembah di permukaan bumi. Di dalam bumi terdapat banyak unsure radioaktif yang senantiasa memancarkan panas sehingga reaksi-reaksi kimia antara mineralmineral di dalam bumi akan menghasilkan panas, pergeseran-pergeseran kerak bumi menimbulkan panas, dan sebagainya. 2. Teori Laurasia-Gondwana Eduard Zuess dalam bukunya The Face of The Earth (1884) dan Frank B. Taylor (1910) mengemukakan teorinya bahwa mula-mula ada dua benua yang berlokasi di kedua kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentia (Laurasia) dan Gondwana, kemudian keduanya bergerak ke arah Equator secara pelan-pelan, terpecah membentuk benua-benua yang ada sekarang. Dahulu kala Amerika selatan, India, Afrika, dan Australia bergabung menjadi satu dalam Gondwanaland, sedangkan benua lainnya termasuk dalam Laurasia. Pandangan ini banyak diyakii oleh ahli-ahli geologi dengan melihat bentuk-bentuk setangkup dari benua-benua sehingga bila disambungkan tampaknya tepat. Akan tetapi, yang menjadi tanda tanya apa yang menyebabkan bumi ini terpecah-pecah.
3. Teori Pergeseran Benua (Continental Drift Theory)

Tahun 1915 Alferd Wegener dalam bukunya The Origin o Continents and Oceans, mengemukakan teorinya yang sangat terkenal di kalangan geolog sampai tahun 60-an. Wegener berpendapat bahwa dahulu mula-mula hanya ada satu benua yang disebut Pangaa (Pangeae). Kemudia pada permulaan Mesozoikum benua tersebut mulai bergeser perlahan-lahan ke arah equator dan barat sampai terpecah dan mencapai posisi seperti yang ada sekarang ini.

Teorinya diperkuat dengan keterang-keterangan bentuk setangkup antara benua-benua, misalnya antara Amerika selatan dan Afrika, serta kesamaan facies litologi dan palaeontologi periode Cretaceus di kedua daerah tersebut. Adapun penyebab gerakan tersebut dikemukakan akibat rotasi yang dihasilkan gaya sentrifugal menyebabkan kecenderungan gerakan kea rah equator, serta adanya gaya tarik antara bumi dan bulan sehingga menghasilkan gerakan kea rah barat seperti halnya pada gelombang pasang (bulan bergerak dari arah barat ke timur dalam gerakannya mengorbit bumi). Akan tetapi, pada periode tahun 1960-an muncul kritik yang mempertanyakan bagaimana mungkin massa benua yang begitu besar dan berat bergeser di atas dasar lautan yang keras.
4. Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa ada aliran konveksi di dalam lapisan atmosfer yang agak kental, dimana pengaruhnya sampai ke kerak bumi yang ada diatasnya. Kemudian diperluas lagi oleh ahli lainnya bahwa aliran konveksi ini merambat ke dalam kerak bumi yang menyebabkan batuan kerak bumi menjadi lunak. Gerak aliran dari dalam ini menyebabkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Salah seorang pengikut teori ini adalah Harry H. Hess dari Princenton University pada tahun 1962. Dalam bukunya History of the Ocean Basin ia mengemukakan hipotesisnya tentang aliran konveksi yang sampai kepermukaan bumi di Midoceanic Ridge. Di puncak Midoceanic Ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke kedua sisinya, membeku, dan membentuk kerak bumi baru 5. Teori Pergeseran Dasar Laut Ahli geologi dasar laut AS, Robert Diesz kemudian mengembangkan hipotesis Hess. Perkembangan penelitian topografi dasar laut membawa buktibukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggungan dasar laut ke kedua sisinya. Kenyataan seperti itu terlihat pula oleh Ekspedisi Glomar Challenger tahun 1968.

Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung hipotesis tersebut, dimana semakin jauh dari punggungan dasar laut maka umurnya semakin tua sehingga ada gerakan yang arahnya dari punggungan dasar laut. Beberapa contoh punggungan dasar laut tersebut adalah Mid-Atlantic Ridge, East Pasific Rise, Atlantic-Indian Ridge, dan Pasifi-Atlantic Ridge. 6. Teori Lempeng Tektonik Tahun 1967 ahli geofisika dari Inggris, Dan Mc Kenzie & Robert Parker, menampilkan hipotesis baru yang menyempurnakan teori-teori sebelumnya, seperti teori pergeseran benua, sea-floor spreading, dan teori konveksi sebagai satu kesatuan konsep yang sangat berharga dan diterima luas oleh kalangan geolog di seluruh dunia. Kerak bumi bersama lapisan lithosfer mengapung di atas lapisan astenosfer dan dianggap satu lempeng yang saling berhubungan. Adanya aliran konveksi yang keluar di Midoceanic yang kemudian menyebar ke kedua sisinya, berarti ada tambahan materi kerak bumi. Akan tetapi, ternyata menurut penelitian J. Tuzo Wilson tidak ada tambahan materi kerak bumi karena dibagian lain akan masuk kembali ke lapisan dalam dan lebur bercampur dengan materi tadi merupakan patahan yang biasanya ditandai oleh deretan palung laut dan pulau vulkanis.Pada transform fault ini aktivitas gempa bumi sangat banyak akibat pergeseran kerak bumi yang berlangsung terus-menerus. Demikianlah lempeng kerak bumi dapat dibagi-bagii atas beberapa lempeng dengan perbatasan berupa patahan dan rangkaian punggungan besar dasar laut tadi. Ada 6 atau 7 lempeng besar yang masing-masing lempeng itu masih dapat dibagi-bagi lagi atas beberapa lempeng Eurasia, Afrika, Amerika, Pasifik, Australia/Hindia, dan Antartika. B. Akibat Pergerakan Lempeng Tektonik Teori tentang pergerakan dua lempeng tektonik di bumi kita ini ada beberapa kemungkinan, yakni Kecepatan sama tinggi Kecepatan tinggi dan yang satu lambat

Kecepatan sama-sama rendah. Keragaman pergerakan akan menimbulkan bentukan permukaan bumi yang berbeda-beda. Berikut ini beberapa ilustrasi tentang bentukan permukaan bumi akibat pergeseran lempeng tektonik, yaitu
1. Batas Menyebar (Divergent Boundaries)

Bentuk permukaan bumi yang termasuk dalam menyebar adalah perbatasan lempeng dimana lempeng-lempeng bergerak ke arah yang berlawanan atau saling menjauhi. Perbatasan ini biasanya merupakan rangkaian punggung dasar laut.
2. Batas Terpusatkan (Convergent Boundaries)

Bentuk permukaan bumi batas terpusatkan (Convergent Boundaries) adalah perbatasan lempeng yang bergerak dari arah yang berlawanan atau memusat. Di perbatasan ini lempeng saling bertumbukan sehingga terjadi patahan-patahan yang memudahkan timbulnya gunung api dan palung laut yang sejajar dengan perbatasan itu. Salah satu lempeng akan menjorok ke dalam dan disebut subduction zone dan merupakan daerah pusat gempa bumi karena selalu mengalami pergerseran-pergeseran.
3. Batas Mengguntingn (Shear Boundaries)

Bentuk permukaan bumi yang termasuk dalam menggunting (shear boundaries) adalah perbatasan lempeng dimana gerak lempeng sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan itu atau seperti gerakan menggunting.
C. Factor Pembentuk Muka Bumi Di Daratan Dan Lautan

Untuk mempelajari bentuk muka bumi, maka geomorfologi adalah ilmu yang tepat dalam mengkaji berbagai kenampakan bentuk muka bumi. Geomorfologi berasal dari kata geomorf yang berarti bentuk lahan dan logos yang berarti ilmu. Jadi geomorfologi adalah ilmu atau uraian mengenai bentuk muka bumi. Cooke (1974) mengatakan bahwa geomorfologi adalah studi bentuk lahandan proses-proses yang

mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya. Sedangkan menurut Verstappen (1983) geomorfologi adalah ilmu pengetahuan alam tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Permukaan bumi selalu dan akan selalu mengalami perubahan sebagai akibat geomorfologi. Proses perubahan ini dapat berupa proses endogen (dari dalam bumi), proses eksogen ( dari luar bumi), maupun ekstraterestrial (angkasa, contoh meteor jatuh). Antara proses endogen dan eksogen saling berhubungan dimana apabila proses endogen terjadi (misal gunung meletus) maka proses eksogen akan menyertainya. Berikut ini akan dijelaskan lebih detail mengenai proses-proses yang bertugas mengubah bentuk muka bumi. Ketiga proses tersebut adalah
1) Tenaga Endogen

Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga ini pada umumnya memberikan berbagai bentuk relief kulit bumi dan bersifat membangun. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer). Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Tenaga ini dapat berupa gerak tektonik, vulkanisme, dan gempa bumi.
a. Gerak tektonik

Gerak tektonik adalah gerak yang berasal dari dalam bumi karena magma mengalami gerakan secara terus- menerus .gerakan magma ini berasal dari inti bumi menuju keluar atau bergarak kesamping dan berpengaruh terhadap gerak bumi sehingga ikut bergerak. Berdasarkan kecepatan gerak lurus dan luas

daerahnya, gerak tektonik dibedakan menjadi dua yaitu tektonik orogenetik dan tektonik epirogenetik 1) Gerak tektonik orogenetik Gerak tektonik orogenetik adalah gerakan pada lapisan kulit bumi yang meyababkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung relative cepat daripada gerakan epirogenetik serta meliputi daerah yang sempit. Gerak orogenetik menyebabkan adanya tekanan horizontal atau vertikal pada kulit bumi sehingga terjadilah peristiwa dislokasi, baik dalam bentuk lipatan maupun patahan. pelipatan pada kulit bumi meyababkan terbentuknya pegunungan pegunungan gerak orogenetik. a. Lipatan Lipatan adalah suatu kenampakan yang diakibatkan oleh tekanan horizontal dan tekanan vertikal pada kulit bumi yang plastis, sehingga kulit bumi mengalami pengerutan. Lapisan yang melengkung membentuk lipatan yang besar, punggung lipatan atau antiklinal dan lembah lipatan atau sinklinal. Lembah sinklinal yang sangat luas disebut geosinklinal. Daerah ladang minyak bumi di Indonesia umumnya terletak pada daerah geosinklinal yang oleh J.H.F Umgrove disebut idiogeosinklinal. Bagian-bagian yang membentuk struktur lipatan antara lain:

sehingga orogenetik sering disebut juga tenaga

pembentuk pegunungan. Sebagian besar pegunungan di dunia disebabkan oleh

Antiklin, adalah bagian dari struktur lipatan yang berbentuk cembung ke atas. Sinklin, adalah bagian dari struktur lipatan yang berbentuk cekung ke atas. Sayap adalah bagian dari struktur lipatan yang terletak miring, mulai dari puncak suatu antikilin sampai titik paling bawah suatu siklin.

Gambar antiklinal dan sinklinal Deretan semacam itu masingmasing disebut antiklinorium dan sinklinorium. Lipatan (fold) terdiri atas berbagai bentuk, di antaranya sebagai berikut.

Lipatan tegak (symmetrical fold) terjadi karena pengaruh tenaga Lipatan miring (asymmetrical fold) terjadi karena arah tenaga

radial, kekuatannya sama atau seimbang dengan tenaga tangensial. horizontal tidak sama atau tenaga radial lebih kecil daripada tenaga tangensial.

Lipatan rebah (overturned fold) terjadi karena tenaga horizontal Lipatan menutup (recumbent fold) terjadi karena hanya tenaga Lipatan menggantung, yaitu lipatan yang kemiringan sayap dan Lipatan isoklin, yaitu lipatan dengan posisi kedua sayap hampis Lipatan monoklin, yaitu suatu pencuraman setempat pada suatu

berasal dari satu arah. tangensial saja yang bekerja. kecuramannya sudah melalui poros vertical sejajar. Bidang porosnya bias tegak lurus maupun miring daerah yang umumnya ditandai oleh kemiringan yang sangat landai

Gambar beberapa macam lipatan

b. Patahan atau Retakan Patahan adalah gejala retaknya kulit bumi yang tidak plastis akibat pengaruh tenaga horizontal dan tenaga vertikal. Gerak patahan pada umumnya tidak hanya terjadi pada suatu bidang, akan tetapi terjadi pada suatu daerah yang disebut zona patahan. Daerah retakan atau patahan seringkali mempunyai bagian-bagian yang terangkat atau tenggelam. Jadi, selalu mengalami perubahan dari keadaan semula, kadang bergeser dengan arah mendatar, bahkan mungkin setelah terjadi retakan, bagian-bagiannya tetap berada di tempatnya.

Gambar patahan Berdasarkan arah pergeserannya patahan dapat dibedakan atas


Patahan normal (normal fault), terbentuk karena adanya tenaga atau Patahan naik (Reserve fault), terjadi karena adanya tenaga yang saling

tarikan sehingga atap patahan bergerak relative turun terhadap alas patahan. mendorong sehingga atap patahan bergeser relative ke atas terhadap alas patahan.

Patahan mendatar (strike slip fault), adalah patahan yang memiliki arah

gerakan dominan horizontal

Gambar beberapa macam patahan

10

Bagian muka bumi yang mengalami patahan antara lain


Horst adalah lapisan tanah yang terletak lebih tinggi dari daerah

sekelilingnya atau bagian kulit bumi yang terangkat,, akibat patahnya lapisan-lapisan tanah sekitarnya
Graben (slenk) adalah lapisan tanah yang terletak lebih rendah dari

daerah sekelilingnya atau bagian kulit bumi yang mengalami pemerosotan atau penurunan, akibat patahnya lapisan sekitarnya karena tenaga endogen.

Dekstral terjadi jika kita berdiri potongan yang berada di depan kita bergeser ke kanan.

Sinistral, jika kita berdiri di potongan sesar yang satu dan potongan di depan kita bergeser ke arah kiri.

Block mountain terjadi akibat tena ga endogen yang membentuk retakanretakan di suatu daerah, ada yang naik, ada yang turun, dan ada pula yang bergerak miring sehingga terjadilah satu kompleks pegunungan patahan yang terdiri atas balok-balok litosfer.

11

2) Gerak tektonik epirogenetik

Gerak tektonik epirogenetik adalah gerakan pada lapisan kulit bumi yang menyebabkan pengangkatan dan penurunan bumi. Gerak tektonik epirogenetik berlangsung dengan sangat lambat atau dalam waktu yang lama, serta meliputi wilayah yang sangat luas. Sebagai contohnya adalah pembentukan kontinen atau benua. Tanda-tanda yang kelihatannya jelas dari gerak epirogenetik dapat dibedakan menjadi dua. a. Epirogenetik positif (perubahan permukaan laut positif) adalah gerak turunnya suatu daratan sehingga permukaan air laut kelihatan naik.

b. Epirogenetik negatif (perubahan permukaan laut negatif) adalah gerak naiknya suatu daratan sehingga permukaan air laut kelihatan turun.

b. Vulkanisme Vulkanisme adalah peristiwa naiknya magma dari bagian dalam bumi sehingga sebagian magma muncul ke permukaan bumi, dan sebagian lagi menyusup ke dalam lapisan kerak bumi. Vulkanisme merupakan gejala yang ditunjukkan gunung api.magma dapat bergerak naik karena magma memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energy untuk mendorong batuan yang ada diatasnya. Didalam kerak bumi magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Umumnya
12

makin dalam dapur magma dari permukaan bumi makin kuat letusan yang ditimbulkan. Material vulkanik yang dikeluarkan dari gunung berapi ada yang berbentuk cair yaitu Lava, yaitu aliran magma di permukaan bumi yang menutup permukaan

sekitarnya.

Gambar lava gunung berapi Lahar, yaitu aliran lumpur panas yang merupakan campuran lava dan air. Sedangkan yang berbentuk padat adalah Elfata serta bentuk uap air, belerang, asam arang, dan karbon monooksida. Elfata adalah material vulkanik yang berbentuk api, pasir vulkanik, dan abu vulkanik . Gunung api yang dihasilkan oleh aktifitas vulkanisme dipengaruhi oelh jenis atau tipe magma dan tipe letusan. Tipe magma dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Magma basaltic (basaltic magma) Adalah magma yang relative sifatnya encer, dihasilkan dari letusan yang relative tenang karena gas dalam magma dikeluarkan dengan cepat melalui celah atau retakan. Magma ini mengandung kadar siklika yang rendah. Terdapat di samudra dimana lempeng saling berpisah dan menjauh, ditemui di daratan vulkanik serta plato. Bertemperatus 9000 C 12000 C dengan kecepatan mencapai 200 km/jam. Tipe yang dihasilkan oleh magma basaltic adalah tipe perisai.

13

Gambar magma basaltic b. Magma silica Magma ini mengandung silica yang tinggi dan bersifat kental. Magma ini menghasilkan batuan beku granit. Temperature magma lebih rendah dari pada magma basaltic. Bentukan yang dihasilkan berupa kubah yang berbentuk bulat pada lubang kepundan gunung api maar. Magma tipe ini menghasilkan tipe gunung api komposit atau strato dan maar. Gerakan magma dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Intrusi magma Intrusi magma adalah proses penerobosan magma diantara lapisan batu-batuan, tetapi tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma dapat dibedakan menjadi empat yaitu Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup

diantara dua lapisan batuan, mendatar dan parallel dengan lapisan batuan tersebut. Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan bumi

paling atas, bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi. Gang korok, yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup

dan membeku disela-sela lipatan (korok)


14

Diatroma adalah lubanng (pipa) diantara dapur magma dan

kepundan gunung berapi bentuknya seperti silinder memanjang.

b. Ekstrusi magma Ekstrusi magma disebut juga erupsi magma, aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya Erupsi adalah fenomena keluarnya magma dari dalam bumi. Magma balastik dan magma silica dikeluarkan dari bentuk lubang yang bergerak, perbedaan bentuk lubang menyebabkan perbedaan jenis erupsi. Berdasarka bentukkan tersebut erupsi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1) Erupsi linier Terjadi pada lubang yang berbentuk memanjang. Magma yang dikeluarkan bersifat encer dan menutupi wilayah yang cukup luas. Contoh tipe erupsi terdapat di suatu gung di Eslandia 2) Erupsi Areal Terjadi pada lubang yang berupa suatu wilayah yang berukuran luas dan besar. Terjadi karena posisi dapur magma berada pada dekat permukaan. Contohnya adalah Dieng

15

Gambar erupsi linier dan areal

3) Erupsi Sentral Terjadi pada lubang erupsi berbentuk pipa yang relative kecil dan sempit. Materi vulkanik yang dihasilkan berbentuk kerucut vulkanik. Tipe ini menghasilkan tiga bentuk gunung api yaitu: Gunung api maar

Bentuk hasil eksplosif atau ledakan, gunung api yang memiliki dapur magma yang relati kecil dan dangkal. Ketinggian gunung ini relative rendah dan memiliki kemiringan yang cukup curam. Contohnya adalah gunung lamongan Gunung api perisai

Terbentuk karena sifat magmanya cair dengan erupsi efusit/aliran. Magma yang dihasilkan mengalir ke segala arah dengan ketebalan lapisan yang sangat tipis dan ketinggian yang rendah. Contoh gunung api mauna loa di hawai. Gunung api strato

Dihasilkan dari letusan eksplosif dan efusi secara bergantian. Gunung api ini berbentuk kerucut yang tinggi dengan lereng yang curam. Dari 129
16

gunung aktif di Indonesia, sebagian besar merupakan tipe gunung strato misalnya gunung tangkuban perahu, kerinci dan merbabu. Tanda-tanda akan terjadi letusan gunung api adalah sebagai berikut Kenaikan suhu udara disekitar gunung secara drastis. Sering terjadi gempa sebagai aktivitas gunung api Bau belerang lebih menyengat dari biasanya Tumbuhan disekitar gunung pada layu Munculnya yap air panas Karbon dioksida muncul lebih banyak

c. Gempa bumi Gempa bumi adalah getaran kerak bumi yang disebabkan oleh kekuatankekuatan dari dalam bumi. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh adanya pelepasan kekuatan yang berada dari dalam bumi, yaitu sentakan asli yang bersumber dari dalam bumi merambat melalui permukaan lalu menerobos permukaan kulit bumi karena keseimbangannya yang terganggu. Batuan kulit bumi menjadi bergeser sampai tercapainya keseimbangan kembali. Penyebab timbulnya gangguan keseimbangan itu di antaranya adalah karena tenaga dari dalam bumi, peristiwa vulkanisme, tektonisme, dan tanah runtuh. Klasifikasi gempa Gempa bumi dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu berdasarkan proses terjadinya, bentuk episentrumnya, kedalaman hiposentrumnya, jaraknya dan lokasinya.
a.

Menurut proses terjadinya

17

Menurut proses terjadinya, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi lima. Berikut klasifikasi gempa tersebut

Gempa Vulkanis

Gempa vulkanis adalah gempa yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Apabila gunung api akan meletus, maka timbulah tekanan gas dari dalam. Tekanan ini menyebabkan terjadinya getaran yang kita sebut gempa bumi. Gempa vulkanis hanya terdapat di daerah gunung api yang akan, sedang, atau sesudah meletus. Bahaya gempa ini relatif kecil, tetapi sangat terasa di sekitarnya. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung berapi saat akan meletus, saat meletus, dan setelah terjadi letusan. Gempa Tektonik

Gempa tektonik adalah gempa yang terjadi akibat adanya tumbukan lempeng-lempeng di lapisan litosfer kulit bumi oleh tenaga tektonik. Gempa tektonik disebabkan oleh gerak tektonik yang merupakan akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang seringkali mengalami gempa tektonik adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu rangkaian Pegunungan Mediterania dan Sirkum Pasifik. Bahaya gempa ini sangat besar sekali sebab akibat gempa yang timbul, tanah dapat mengalami retakan, terbalik bahkan dapat bergeser. Gempa Runtuhan (Terban)

Gempa runtuhan atau longsoran adalah gempa yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energy potensial yang besar untuk runtuh. Gempa runtuhan dapat terjadi karena gugurnya atau runtuhnya tanah di daerah tambang yang berbentuk terowongan atau pegunungan kapur. Pada umumnya di pegunungan kapur terdapat gua yang disebabkan oleh korosi. Jika gua atau lubang tersebut runtuh, maka timbullah gempa bumi. Namun, bahaya yang ditimbulkan gempa bumi ini relatif kecil.

18

Gempa Jatuhan

Gempa jatuhan adalah gempa yang terjadi akibat adanya benda langit yang jatuh ke bumi, misalnya meteor. Seperti kita ketahui bahwa ada ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfer bumi, bahkan terkadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan. Gempa seperti ini jarang sekali terjadi. Gempa Buatan

Gempa buatan adalah gempa yang memang sengaja dibuat oleh manusia. Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograf seluruh permukaan bumi tergantung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat local. b. Menurut bentuk episentrum

Menurut bentuk episentrumnya, gempa dapat dikelompokkan menjadi dua jenis. Berikut ini kedua jenis gempa tersebut:
o

Gempa sentral, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk Gempa linear, yaitu gempa yang episentrumnya berbentuk garis

titik.
o

c.Menurut kedalaman Hiposentrum Menurut kedalaman hiposentrumnya, gempa dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

Gempa bumi dalam, yaitu gempa dengan kedalaman hiposentrum

lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi.

19

Gempa bumi menengah, yaitu gempa dengan kedalaman Gempa bumi dangkal, yaitu gempa dengan kedalaman

hiposentrum berada antara 60-300 km dibawah permukaan bumi. hiposentrum kurang dari 60 km di bawah permukaan bumi.
d.

Menurut Jarak Episentrum

Menurut jarak episentrumnya, gempa dapat di bagi menjadi tiga kelompok, yaitu

Gempa sangat jauh, yaitu gempa yang jarak episentrumnya lebih Gempa jauh, yaitu gempa yang jarak episentrumnya sekitar Gempa local, yaitu gempa yang jarak episentrumnya kurang dari

dari 10.000 km 10.000 km 10.000 km e.Menurut Lokasi Episentrum Menurut lokasi episentrumnya, gempa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

Gempa daratan, yaitu gempa yang lokasi episentrumnya berada Gempa lautan, yaitu gempa yang lokasi episentrumnya berada di

di daratan. dasar laut. Gempa jenis inilah yang dapat berpotensi menimbulkan tsunami Lokasi episentrum (pusat gempa) pada suatu tempat dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa cara:
1.

Menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista.

Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami atau mencatat gelombang primer pada waktu yang sama.

20

2. 3.

Menggunakan tiga sismograf yang ditempatkan pada sebuah Menggunakan tiga tempat yang telah diketahui jarak

stasiun gempa. episentralnya. 2) TENAGA EKSOGEN Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi. Tenaga ini bersifat merusak dan mengikis kulit bumi, terutama pada bagian-bagian yang tinggi, tetapi sebaliknya tenaga eksogen mengisi bagian-bagian yang rendah. Proses eksogen berlangsung pada permukaan bum idan tenaganya berasal dari luar kulit bumi. Faktor yang berperan sebagai tenaga eksogen adalah air, angin, organisme, sinar matahari, dan es. Tenaga eksogen bisa menyebabkan terjadinya pelapukan ( weathering), erosi, denudasi, tanah longsor, dan tana h menjalar (soil creep). Tenaga yang menggerakkan dapat berupa air mengalir, air tanah, gelombang, dan arus tsunami, angin dan gletser. Berdasarkan proses yang bekerja pada permukaan bumi dikenal proses fluvial, marin, eolian, glasial, pelapukan dan gerakan massa batuan. Akibat bekerjanya proses tersebut terjadilah proses gradasi yang terdiri atas degradasi dan agradasi. Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Pada proses degradasi tercakup proses pelapukan, gerak massa batuan dan erosi. Berlangsungnya proses eksogen tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi (jenis batuan, struktur geologi, sikap perlapisan), iklim, topografi, vegetasi, dan tanah. Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:

Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin. Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan

laut, gletser, dan sebagainya.

manusia. A. Pelapukan

21

Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa: 1. Sinar matahari 2. Air 3. Gletser 4. reaksi kimiawi 5. kegiatan makhluk hidup (organisme) Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu: 1) Pelapukan fisik atau mekanik. Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada celah batu. Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu: a) Adanya perbedaan temperatur yang tinggi. Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak. b) Adapun pembekuan air di dalam batuan Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batubatuan menjadi rusak atau

22

pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat. c) Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai

. Contoh pelapukan fisik atau mekanik 2) Pelapukan organik Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan danmanusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.

23

Contoh pelapukan organis 3) Pelapukan kimiawi Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.

Contoh pelapukan kimia Gejala atau bentuk bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya:

Dolina, yaitu lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegununga kapur di jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan seribu.

24

Gua dan sungai di dalam Tanah, di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubanglubang, karena pengaruh larutan.Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.

Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam gua.

Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabunan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.

B. Erosi Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan prose salami yang mudah dikenali, namun di kebayakan tempat kejadian ini, diperparah oleh aktivitas manusia pada hutan, kegitan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Dampak dari erosi adalah melemahnya lapisan permukaan tanah dibagian atas yang akan menyebabkan menurunnya kemamppuan lahan (degradasi lahan). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan

25

mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya akan mengendap di sungai yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Jenis-Jenis Erosi a. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu : 1) Erosi Air Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.

a) Tahapan dalam Erosi Air Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.

Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya berkurang.

26

Pengkikisan lembar ditandai oleh :


warna air yang mengalir berwarna coklat warna air yang terkikis menjadi lebih pucat kesuburan tanah berkurang

Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur pada tanah sebsgai tempat mengalirnya air Erosi parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan aliran air. Bila erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah sudah rusak.

b) Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan : 1. Tebing sungai semakin dalam 2. Lembah semakin curam 3. Pembentukan gua 2) Abrasi Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang Terjadi secara terus menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut playform. Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi.
27

Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.

Gambar contoh Abrasi Akibat Abrasi Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Dinding pantai yang curam Relung ( lekukan pada dinding tebing) Gua pantai Batu layar Cliff Notch Gua di pantai

3) Erosi oleh angin Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikelpartikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai. Pengikisan oleh angin ( erosi angin biasanya terjadi di gurun ) dapat mengakibatkan :

28

Batu jamur Ngarai

Gambar contoh erosi angin 4) Erosi oleh es/gletser Erosi oleh gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah pegunungan. Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akkibatnya lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, yaitu pantai dengan dinding yang berkelok kelok.

5) Erosi Akibat Gaya Berat Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan bencana longsor.

Gambar contoh erosi akibat gaya berat


29

6) Erosi oleh sungai Proses erosi sungai dapat menentukan tingkat usia sungai, antara lain:

Stadium muda (young stream) Sungai dikatakan dalam stadium muda apabila terjadi ketidakseimbangan antara proses erosi dan sedimentasi, di mana erosi jauh lebih besar dibandingkan dengan sedimentasi. Tanda-tandanya adalah proses erosi sangat aktif, baik erosi ke bawah maupun erosi ke samping. lembahnya mempunyai lereng yang terjal (berbentuk huruf V)
banyak dijumpai air terjun (waterfall)

pengikisan vertikal lebih kuat dibandingkan dengan pengikisan horizontal

Stadium dewasa (mature stream) Sungai dikatakan dalam stadium dewasa apabila sudah terdapat keseimbangan antara proses erosi dan sedimentasi. Tanda-tandanya adalah kecepatan alirannya berkurang lerengnya tidak tidak terlalu tajam (berbentuk huruf U) erosi ke bawah sudah tidak begitu kuat

Stadium tua (old stream) Sungai dikatakan dalam stadium tua apabila pada bagian hilirnya terjadi pengendapan yang sangat besar, sedangkan di bagian hulunya hanya terjadi sedikit sekali atau sama sekali sudah tidak ada erosi. Tanda-tandanya adalah besar terdapatnya dataran banjir (flood plain), yaitu daerah di kiri dan sungai mengalami banjir akan tergenang dan terdapat endapankanan sungai apabila endapan material, sewaktu air telah surut endapan material tersebut tertinggal
30

proses erosi sangat kecil, sedangkan proses sedimentasi sangat

dijumpai adanya meander

Gambar contoh erosi sungai b. Berdasarkan bentuk erosi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.

Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengakutan lapisan tanah yang merata

tebalnya dari suatu permukaan tanah. Kekuatan butiran-butiran hujan dan aliran permukaan yang merata diatas permukaan tanah merupakan penyebab erosi ini. Karena kehilangan lapisan dipermukaan tanah seragam tebalnya, maka bentuk erosi ini tidak segera nampak.

Gambar erosi lembar


2.

Erosi alur (rill erosion) adalah erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi

dan mengalir pada tempat tempat tertentu dipermukaan tanah, sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat aliran permukaan terkonsentrasi. Biasanya alur erosi yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.

Gambar erosi lembar

31

3.

Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya mirip dengan erosi alur,

namun saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Erosi parit dapat berbentuk V atau U, tergantung pada kepekaan erosi substratanya.

Gambar erosi parit


4.

Erosi tebing sungai (river bank erosion) terjadi sebagai akibat pengikisan

tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan aliran sungai yang kuat pada belokan sungai.

Gambar contoh erosi tebing sungai C. Sedimentasi ( pengendapan ) Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya dibedakan menjadi yaitu a. Pengendapan air ( akuatik) 1) Meander Meander merupakan sungai yang berkelok kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air

32

mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisandan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yangterjadi secara terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentuk oxbow lake.

Gambar contoh meander 2) Delta Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta. Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang disepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga , pantai harus

33

dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

Gambar contoh delta 3) Dataran banjir dan tanggul alam Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut,bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.

Gambar contoh dataran banjir


b. Pengendapan air laut ( sedimen marine)

34

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, Antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu Disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.

Gambar tombolo

Gambar spits

35

c. Pengendapan Angin (sedimen aeolis)

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di sua tu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
d. Pengendapan oleh gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Gambar contoh pengendapan oleh gletser Dampak positif tenaga eksogen antara lain: o Memunculkan habitat. o Memperluas daratan di bumi. o Memperdekat barang tambang ke permukaan bumi. Meskipun begitu tenaga eksogen juga mempunyai dampak negatif yang bisa merugikan manusia. Dampak negatif tersebut antara lain:
36

Kesuburan tanah bisa berkurang (dampak dari erosi). Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara sungai mengakibatkan pendangkalan dasar sungai. Abrasi dapat menghilangkan garis pantai hilang dihantam D. DENUDASI Denudasi adalah proses pengelupasan batuan induk yang telah mengalami proses pelapukan atau akibat pengaruh air sungai, panas matahari, angin, hujan , embun beku dan es yang bergerak ke laut. Pada umumnya denudasi terdapat pada lereng- lereng pegunungan yang dipengaruhi oleh gaya berat dan erosi sehingga bagian terluar terangkat dan daerah tersebut akan mengalami ketandusan karena tidak mempunyai lapisan tanah lagi. Pada daerah kapur terjadi pelapukan kimiawi (bukan organis) , daerah kapur berupa daerah pegunungan dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Proses denudasi ini akan menghasilkan beberapa fenomena antara lain Lereng puing Tebing atau lereng gunung terdenudasi sehingga menghasilkan lereng puing di kaki gunung Longsoran bukit Selain lereng puing, denudasi juga menghasilkan materi longsoran yang bias saja menimbulkan rockfall dan landslide. E. MASS WASTING Dalam kajian geomorfologi, mass wasting merupakan gerak massa batuan dalam menuruni lereng karena pengaruh adanya gaya gravitasi bumi. Batuan yang berada di muka bumi dapat berpindah secara missal dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Perpindahan tersebut disebabkan oleh pengaruh gravitasi atau mass wasting sering disebut longsor. Dalam proses gerak massa batuan air juga memegang peranan sebagai pembantu. Pada batuan yang banyak mengandung air, gerakan masa batuan akan lebih cepat daripada batuan kering. Pada proses gerak massa batuan, air hanya sebagai pemicu dan jumlahnya sedikit serta fungsinya sebagai pengangkut, melainkan hanya membantu

37

melancarkan gerakan. Dalam kaitannya dengan geomorfologi, mass wasting dapat mempercepat maupun memperlambat proses terbentuknya suatu bentang lahan karena gerakannya ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Mass wasting dapat terdiri dari rayapan. Solifluksi, longsorang, runtuhan, jatuhan, dan sebagainya. Faktor Penyebab Mass Wasting Longsoran yang menyebabkan terjadinya gerakan massa tersebut adalah topografi, litologi, struktur geologi, iklim dan penggunaan lahan. Factor tersebut saling kait mengkait dan dalam proses untuk mencapai keseimbangan baru, akan terjadi berbagai proses baik proses erosi maupun proses gerakan massa. Dalam kenyataan bahwa aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup selalu merubah factor topografi, litologi, stratigrafi dan kemungkinan struktur geologinya. Misalnya aktivitas manusia yang banyak menambang batuan untuk bahan bangunan, jalan dan bangunan lainnya telah menambah beban yang dapat mengakibatkan atau memacu terjadinya gerakan massa. Biasanya kejadian gerakan massa itu bersamaan dengan musim penghujan yaitu pada saat intensitas curah hujan tinggi dalam waktu relative lama. Dalam gerakan massa, air memegang peranan bukan sebagai tenaga tetapi merupakan factor pemacu yaitu menjadi bidang pelican dan menambah berat massa hancuran batuan. Selain itu air dapat berfungsi sebagai wahana dalam mempercepat gerakan massa hancuran karena menyebabkan massa tersebut menjadi lebih encer. Jenis-Jenis Longsoran Longsoran merupakan bagian dari gerakan tanah yang menyebabkan berpindah atau bergesernya massa tanah dari daerah energy potensial tinggi ke daerah dengan energy potensial rendah. Longsorang merupakan hal umum sejak bumi ada. Jadi longsoran adalah fenomena alam yang biasa dalam sejarah bumi. Secara umum longsorang dikelompokkan menjadi 5 tipe longsoran, yaitu:

38

a. Jatuhan Jatuhan adalah gerak bebas material yang berasal dari lereng curam seperti bukit. Tipe ini memiliki asal kata jatuh, yang membedakan dengan tipe lain adalah keadaan dimana material jatuh bebas dari lereng mengalami tumbukan berulang dengan lereng yang berada dibawahnya dengan kecepatan tinggi. Lebih mudahnya adanya sebuah pecahan batuan yang jatuh dari sebuah lereng yang menggelinding dan menerjang serta merusakkan apa saja yang dilewatinya. Diantara tipe jatuhan ini adalah bukit curam, dimana bukit curam tersusun oleh batuan bersifat getas yang mengalami erosi gelombang laut pada bagian bawahnya yang menyebabkan terjadinya jatuhan. Tipe longsoran jatuhan ini juga harus di waspadai pada daerah pemukiman yang berada dibawah lereng yang memiliki batu-batu besar dan terpisah-pisah. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah membangun pagarpagar kawat atau dengan mengikat batu yang membahayakan. b. Rubuhan Rubuhan adalah gerak rotasi ke depan dari massa batuan, runtuhan atau tanah dengan sumbu yang berhimpit pada lereng bukit. Rubuhan merupakan gabungan dari gerak jatuhan dengan gelinciran tetapi bergerak tanpa adanya tumbukan. Gerakan ini terjadi akibat tekanan interaksi antar blok kolom. Blok-blok tersebut terjadi akibat adanya bidang perlapisan iregular, belahan, kekar atau retakan tension dengan arah jurus relatif sejajar dengan arah jurus lereng. Rubuhan mungkin hanya terdiri dari satu fragmen dengan volume 1 m3 hingga 109 m3. Perubahan umumnya terjadi di batuan schist dan gamping tetapi juga terdapat pada batuan sedimen tipis dan juga batuan beku dengan kekar kolom. Retakan pada batu gamping yang sejajar dengan jurus kemiringan lereng menyebabkan terjadinya rubuhan ini. c. Longsoran Gelinciran Longsoran gelinciran merupakan bencana yang sering terjadi di indonesia dan intensif terjadi pada musim penghujan. Longsorn gelinciran ini dikenali dengan adanya retakan di permukaan. Pergerakan ini dikenali dengan bentuk

39

permukaan berupa lingkaran atau bentuk sendok. Setelah terjadi kerusakan massa dengan adanya gawir longsoran di permukaan pada bagian mahkota longsoran, longsoran gelincir ini mulai bergerak dan akan membagi dalam beberapa blok yang terpisahkan. Pada daerah kepala blok ini akan menggelincir ke bawah dan membentuk daerah datar. Bagian paling bawah akan bergerak muncul ke atas membentuk lidah di permukaan. Gelinciran ini dapat terjadi dengan kecepatan beberapa centimeter per tahun hingga beberapa meter per bulan bahkan dapat terjadi tiga meter dala satu detik. Rayapan tanah merupakan indikator adanya pergerakan longsoran gelinciran yang ditunjukkan dengan keadaan vegetasi yang membengkok. Daerah seperti ini semestinya tidak diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman penduduk. d. Sebaran lateral Sebaran lateral adalah perluasan lateral dari batuan kohesif atau masa tanah akibat deformasi massa yang dikontrol bagian dasar yang bersifat plastis. Sebaran ini adalah hasil dari deformasi plastis yang dalam massa batuan yang menyebabkan perluasan di permukaan. Gerakan ini disebabkan oleh tekanan gravitasi. Berbeda antara batuan dan tanah adalah dampak dan periode waktu. Umumnya morfologi sebaran lateral ini dicirikan dengan adanya pari-parit yang memisahkan massa batuan tersebut e. Aliran Aliran dalam gerakan permukaan adalah berpindahnya partikel yang bergerak dalam pergerakan massa. Material tersebut mungkin merupakan batuan dengan retakan yang banyak dan menghasilkan runtuhan yang tertanam dalam matrik atau materi yang berukuran halus. Longsoran ini terjadi pada tanah atau pasir yang memiliki kandungan air yang besar. Longsoran ini terjadi terus-menerus seperti air yang mengalir dalam jumlah besar dengan densitas cairan. Densitas yang tinggi inilah yang sangat berbahaya, karena dapat mengapungkan batu-batu besar dan tentunya bangunan beton yang dilewatinya. Aliran lahar merupakan contoh pada tipe

40

ini. Longsoran ini jarang terjadi, tetapi jika terjadi hal ini akan sangat merusakkan. D. Bentuk Muka Bumi 1. Bentuk Muka Bumi Di Daratan Bumi banyak mengandung air. Permukaan daratan pun ada yang tergenang air dan ada yang kering. Bagian daratan yang kering adalah padang pasir, dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Bagian daratan yang tergenang air, misalnya rawa, danau, dan sungai. a. Dataran rendah Dataran rendah merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara tempat yang satu dan tempat lainnya. Daerah ini mempunyai ketinggian mencapai 200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak kita jumpai wilayah dataran rendah yang terjadi dari hasil sedimentasi material (tanah) yang dibawa oleh sungai-sungi ke muara. Oleh karena itu, daerah ini juga disebut dataran aluvial. Misalnya dataran alluvial di Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur serta Irian Jaya bagian barat dan utara. Di pulau-pulau lain juga terdapat aluvial, tetapi ukurannya sempit. Daerah dataran aluvial memiliki penduduk lebih padat jika dibandingkan dengan daerah pegunungan karena dataran aluvial biasanya merupakan daerah subur. Penduduk di daerah dataran rendah yang mengolah lahan pertanian memanfaatkan awal musim penghujan untuk pengolahan tanah pertanian. Hal ini karena kondisi lahan di daerah dataran rendah sangat bergantung dengan musim. Seperti juga pada penduduk di daerah dataran rendah biasanya menggunakan pakaian yang tipis, karena suhu di daerah ini panas. Rumahrumah di dataran rendah juga dibuat banyak ventilasinya dan atap dibuat dari genting tanah untuk mengurangi suhu yang panas ini. Kemudahan transportasi dan banyaknya pusat-pusat kegiatan di daerah dataran rendah menarik penduduk untuk menetap disana. Oleh karena itu,
41

penduduknya semakin bertambah dan kebutuhan tempat tinggal serta tempat usaha juga meningkat. Lahan-lahan seperti sawah dan hutan sebagai penyangga keseimbangan alam semakin berkurang digantikan oleh tumbuhnya bangunan bertingkat. Semakin berkurangnya lahan-lahan penyangga ini mengakibatkan daerah resapan air berkurang sehingga timbul beberapa masalah seperti banjir di musim hujan dan kekeringan yang dahsyat di musim kemarau. Selain itu menimbulkan pula masalah-masalah sosial, seperti penganggguran, polusi, dan penyakit masyarakat lainnya.

Gambar contoh daerah dataran rendah

b. Dataran tinggi

Suatu daerah yang mempunyai ketinggian lebih tinggi dari daerah sekitarnya dan terbentuk dari lapisan- lapisan batuan yang horizontal disebut dataran tinggi (plato). Seperti halnya daerah pegunungan, sukar untuk menentukan batasan berapa ketinggian suatu daerah untuk dapat disebut plato. Dataran tinggi biasanya lebih rendah dari pegunungan yang mempunyai ketinggian sekitar 700 m. misalnya Dataran Tinggi Lembang, Dataran Tinggi Bandung, dan Dataran Tinggi Dieng. Dataran tinggi biasanya dijadikan sebagai daerah tangkapan air hujan (catchment area). Selain dapat memenuhi kebutuhan air tanah di wilayah sekitar, daerah tangkapan air hujan dapat mencegah terjadinya banjir pada daerah bawah. Dataran tinggi yang ditumbuhi pepohonan besar dengan

42

kondisi hutan yang masih terjagaberfungsi mencegah erosi, digunakan sebagai suaka margasatwa, cagar alam, atau bahkan tempat wisata. Relief daratan dengan banyak pegunungan dan perbukitan, tanah yang subur, dan udara yang sejuk sangat dinikmati penduduk yang kegiatan utamanya di bidang pertanian. Sebagian besar penduduk juga masih banyak tergantung pada alam dan memanfaatkan hasil dari alam. Penduduk daerah pegunungan juga banyak yang memanfaatkan suhu udara yang dingin untuk menanam sayuran dan tanaman perkebunan. Selain itu, relief daratan yang demikian juga memiliki potensi menjadi daerah pariwisata. Beberapa kawasan yang dijadikan tempat kegiatan wisata alam dan memberikan penghasilan penduduk sekitarnya adalah kawasan Puncak di Bogor, Kaliurang di Yogyakarta, Lembang bandung, dan Batu Malang. Pada wilayah dataran tinggi, suhu udara jauh lebih dingin dibandingkan dengan dataran rendah maupun daerah pantai. Tingkat kelembapan udara dan curah hujan yang berlangsung juga cukup tinggi. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di daerah tersebut biasanya mempunyai pola makan dan cara berpakaian yang berbeda dengan daerah lainnya. Untuk menghangatkan tubuhnya mereka banyak mengkomsumsi makanan yang hangat dan lebih tertutup dalam cara berpakaian . Suhu yang dingin dan intensitas matahari sedikit menyebabkan rumah di daerah ini berventilasi sedikit dan atapnya terbuat dari seng. Ventelasi yang sedikit mengakibatkan udara dingin tidak masuk ke dalam rumah. Atap terbuat dari seng agar panas matahari yang diterima dapat disimpan dan dapat menghangatkan bagian dalamnya. Pola pemukiman penduduk sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tingkat kesubuan tanah. Pola pemukiman penduduk di daerah dataran tinggi biasanya menyebar mengikuti lereng dan mengelompokan pada daerah yang mempunyai lahan subur dan relatif data

43

Gambar contoh daerah dataran tinggi c. Pegunungan Jika gunung-gunung terdapat dalam suatu kelompok, maka bentang alam itu disebut pegunungan, misalnya Pegunungan Kapur Utara, Pegunungan Kendeng, Pegunungan Schwaner, Pegunungan Kap uas Hulu di Kalimantan, Pegunungan Alpen di Australia, dan Pegunungan Himalaya di India bagian utara yang berbatasan dengan RRC.

Gambar contoh pegunungan d. Rawa Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibatdrainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis. Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau

44

buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa , yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegahpolusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya

Gambar contoh rawa


e. Danau

Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan olahraga. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas. Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan : danau tektonik yaitu danau yang terbentuk akibat penurunan

muka bumi karena pergeseran / patahan

danau

vulkanik yaitu

danau

yang

terbentuk

akibat

aktivitas vulkanisme / gunung berapi


45

danau danau

tektovulkanik yaitu bendungan

danau

yang danau

terbentuk yang

akibat

percampuran aktivitas tektonisme dan vulkanisme

alami yaitu

terbentuk

akibat lembah sungai terbendung oleh aliran lava saat erupsi terjadi

danau karst yaitu danau yang terbentuk akibat pelarutan tanah danau glasial yaitu danau yang terbentuk akibat mencairnya es / danau buatan yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia

kapur

keringnya daerah es yang kemudian terisi air

Gambar contoh danau f. Sungai Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata airyang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam

46

sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS). Perlu juga dikemukakan bahwa sodetan sungai kini telah tergolong sebagai alternatif yang primitif jika ditinjau dari konsep ekohidrologi, serta tidak selaras dengan kesepakatan dunia pada KTT Bumi (Earth Summit) di Johannesburg bulan September 2002 yang mengklasifikasikan sodetan sungai (river diversion) sebagai pembangunan yang tidak berkelanjutan. Sungai menurut jumlah airnya dibedakan :
1.

Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun

relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2.

Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan

airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3.

Sungai intermittent atau sungai episodik yaitu sungai yang pada

musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
4.

Sungai ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat

musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

47

Sungai menurut genetiknya dibedakan :


1. Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan

kemiringan lereng
2. Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan

sungai konsekwen
3. Sungai

obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya

berlawanan arah dengan sungai konsekwen


4. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat

oleh lereng daratan


5. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah

dengan sungai konsekwen

Gambar contoh sungai 2. BENTUK MUKA BUMI DI LAUTAN Bentuk muka bumi di lautan juga tidak rata. Relief dasar laut tidak begitu besar variasinya dibandingkan dengan relief daratan. Hal ini disebabkan karena lemahnya erosi dan sedimentasi. Relief dasar laut terdiri dari bentukan-bentukan berupa:

48

a. Palung laut atau trog adalah daerah ingressi di laut yang bentuknya memanjang. Contohnya, Palung Mindanau (10.830 meter), Palung Sunda (7.450 meter), dan sebagainya. b. Lubuk laut atau basin terjadi akibat tenaga tektonik, merupakan laut ingressi dan bentuknya bulat. Contohnya, Lubuk Sulu, Lubuk Sulawesi, Lubuk Banda, dan sebagainya. c. Gunung laut adalah gunung yang kakinya ada di dasar laut. Kadang-kadang puncak gunung laut muncul tinggi di atas laut. Contohnya, Gunung Krakatau, Maona Loa di Hawaii. d. Punggung laut merupakan satuan atau deretan bukit di dalam laut. Contohnya, punggung laut Sibolga.
e. Ambang laut atau drempel adalah punggung laut yang memisahkan dua bagian

laut atau dua laut yang dalam. Contohnya, Ambang Laut Sulu, Ambang Laut Sulawesi, Ambang Laut Gibraltar, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di bawah ini

Bentuk-bentuk muka bumi di dasar laut adalah sebagai berikut. a. Bentuk relief dasar lautan utama

Continental shelf (landas kontinen) ialah relief dasar laut paling tepi yang mengalami penurunan landai mulai dari pantai ke arah tengah lautan. Kemiringan ke arah laut umumnya kurang dari satu derajat. Beberapa

49

lembah sungai continental shelf merupakan bukti bahwa suatu ketika continental shelf merupakan massa daratan yang kemudian tenggelam dan mempunyai kedalaman antara 0-200 m.

Continental slope (lereng benua) ialah relief dasar laut yang letaknya berbatasan dengan continental shelf, ke arah laut lerengnya menjadi curam membentuk continental shelf. Sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari lima derajat dan zona ini mencapai kedalaman antara 200-2.000 m.

Deep sea plain (abysal plain ) ialah relief dasar laut yang letaknya berbatasan dengan continental slope. Relief di zona ini bentuknya bervariasi, mulai dari yang rata sampai yang berpegunungan atau berbentuk plato. Kadang-kadang juga terdapat puncak vulkanik yang muncul di atas permukaan laut. Daerah ini meliputi dua pertiga dari seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman antara 2.000-3.000 m. The deeps ialah relief dasar laut yang paling dalam dan dikarakterisasikan dengan adanya palung yang mencapai kedalaman lebih dari 6.000 m.

Sumber: Buku Arthur Beiser. 1970. The Earth. Canada: Simultaneously Published Evi Rine Hartuti. 2009. Buku Pintar Gempa. Yogyakarta: Diba Press

50

Moch. Munir. 2003. Geologi Lingkungan. Malang. Bayumedia Publishing Sheldon Judson and L. Doon Leet. 1954. Geology Physical (Second Edition). New Jersey : Prentice-hall, Inc Susanti, Dini. 2005. Kompetensi IPS GEOGRAFI. Bandung: Penerbit Yrama Widya Walter Brown and Norman Anderson. 1977. Earth Science a Search For Understanding. USA: J. B Lippincott company Internet http://adikadarmesta-adika.blogspot.com/2011/02/dataran-rendah-dan-datarantinggi.html http://aguspekanbaru.blogspot.com/2012/01/bentuk-bentuk-muka-bumi.html http://devoav1997.webnode.com/news/pengertian-erosi-abrasi-sedimentasi/ http://geografi-geografi.blogspot.con/2011/06/vulkanisme.html http://herugio1.blogspot.com/2010/01/bentuk-muka-bumi-definisi-bumi-yang.html http://haristepanus.wordpress.com/2011/08/07/tenaga-eksogen-pelapukan-erosisedimentasi/ http://id.wikipedia.org/wiki/daratan_rendah/ http://id.wikipedia.org/wiki/daratan_tinggi/ http://id.wikipedia.org/wiki/Danau/
http://ilhamnugrohosp.blogspot.com/2010/11/karakteristik-dataranrendah.html

http://klastik.wordpress.com/2006/12/02/bentuk-muka-bumi-di-lautan/ http://klastik.wordpress.com/2008/01/12/pelapukan/ http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/erosi-pengertian-dan-macamnya.html http://smkn20.ucoz.com/news/bentuk_permukaan_bumi/2012-01-30-7 http://uzifaufau.blogspot.com/2011/10/bentuk-muka-bumi-daratan-dan-lautan.html

51

http://wahyuaskari.wordpress.com/umum/bentuk-bentuk-erosi/

52

You might also like