You are on page 1of 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan komplikasi Sasaran Target Waktu Hari / Tanggal Tempat Penyuluh : Penyakit Diabetes Melitus : Pencegahan terjadinya : Lansia dan keluarga lansia : Lansia dan keluarga lansia : 30 menit : Jumat, 6 Maret 2009 : Jalan Tukad Yeh Ayung no 26 : Mahasiswa PSIK FK-UNUD

LATARBELAKANG
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang menyerang kurang lebih 12 juta orang. 7 juta dari 12 juta penderita diabetes tersebut sudah terdiagnosis; sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya (health people 2000, 1990). Menurut Survey WHO, 8,6% dari jumlah masyarakat Indonesia telah terdiagnosis Diabetes Melitus, Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar setelah India, China, Amerika Serikat. Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan populasi umum. Separuh dari keseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih dari 65 tahun di rawat di rumah sakit setiap tahunnya. Komplikasi yang serius dan

dapat membawa kematian sering turut menyebabkan peningkatan angka rawat inap bagi para penderita diabetes. I. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit diabetes mellitus peserta penyuluhan dapat mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui pendekatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) sehingga komplikasi pada DM dapat dicegah. II. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, masyarakat diharapkan mampu : 1. Menyebutkan pengertian DM 2. Menjelaskan penyebab DM 3. Menjelaskan cara pencegahan dan komplikasi DM 4. Menjelaskan pengobatan yang bisa dilakukan pada pasien dengan Penyakit DM 5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai peran serta keluarga dalam merawat lansia yang menderita DM dengan komplikasi terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan. III. Kegiatan belajar Mengajar No 1 Tahap Pembukaan Waktu 5 menit Kegiatan penyuluh
a. Salam b. Perkenalan c. Menjelaskan tujuan pertemuan d. Kontrak waktu e. Apersepsi 20 menit a. Menyebutkan pengertian DM Menjawab Memperhatikan penjelasan perawat dari

Kegiatan peserta Media


Menjawab salam Mendengarkan

Isi materi

leaflet

b. Menyebutkan
penyebab DM

c. Menjelaskan

tentang pencegahan

cara Memperhatikan dan

komplikasi DM

d. Menjelaskan
tentang pengobatan yang dapat apabila terkena DM dilakukan ada oleh masyarakat masyarakat yang

Memperhatikan

Memperhatikan

e. Menjelaskan kepada keluarga mengenai peran serta lansia menderita dengan komplikasi terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan. 3 Penutup 5 menit a. Memberikan
kepada masyarakat b. Menyimpulkan kegiatan telah disampaikan. c. Memberikan Menjawab salam yang Memperhatikan Menjawab

keluarga yang DM

dalam merawat

audio aid

pernyataan lisan pertanyaan

salam penutup

IV. Metode 1. Diskusi 2. Tanya jawab V. Media Leaflet VI. Evaluasi 1. Jenis evaluasi : pernyataan lisan 2. Waktu Soal Evaluasi 1. Apa itu penyakit Diabetes Melitus? Jawab 2. Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus? Jawab 3. Bagaimana cara pencegahan melitus ? Jawab : 4. Bagaimana pengobatan penderita penyakit Diabetes Melitus? jawab : 5. Bagaimana peran serta keluarga dalam merawat lansia yang menderita DM dengan komplikasi terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan.? jawab dan komplikasi terjadinya penyakit Diabetes : akhir kegiatan

LAMPIRAN MATERI A. Pengertian

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi. Kelainan ini akibat gangguan sekresi insulin oleh sel pankreas atau gangguan produksi, gangguan pengambilan glukosa darah oleh sel otot dan sel hati, atau produksi glukosa berlebihan dari hati.

B. Etiologi Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia (Jeffrey) : 1. Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin. 2. Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler. 3. Obesitas, banyak makan. 4. Aktivitas fisik yang kurang 5. Penggunaan obat yang bermacam-macam. 6. Keturunan 7. Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress Selain itu, diabetes tipe 2 yang sering di derita oleh lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan kegagaln glukoneogenesis hepatic. Epidemiologi: Pendapat umum menyatakan bahwa pada usia lanjut kita hanya berhadapan dengan Diabetes tipe II (DM-2). Memang sebagian besar benar demikian, tetapi kini ada tendensi lain karena Diabetes tipe I (DM-1) di usia lanjut bertambah, ditambah pula dengan insulin requring cases, LADA. Meskipun ada impared immunological response, kerusakan sel beta primer (DM-1) masih mungkin terjadi pada usia lanjut. Di usia lanjut terdapat 5% IGF ringan atau berat (Marble, 1985). Di Barat 1/6

populasi di atas 60 tahun DM dan diatas 85 tahun -nya diabetes (Goldberg, 1987). Di USA 10,6% usia di bawah 40 tahun menderita diabetes, sedang di atas 80 tahun 40% diabetes. Pada usia sehat sehingga umur 73 tahun, disimpulkan oleh Coon (1992) bahwa sensitivitas insulin dan toleransi glukosa dipengaruhi terutama oleh distribusi lemak regional (WHR), dan bukannya oleh usia, obesitas ataupun VO2 max (Coon,1992). Pada lansia, jumlah diabetes tipe 2 terhitung 90 % kasus C. Klasifikasi Diabetes dapat terjadi dalam dua bentuk utama: tipe 1, diabetes mellitus yang bergantung insulin, dan yang lebih prevalen tipe 2, diabetes mellitus yang tiding tergantung insulin. Pada lansia, diabetes tipe 2 paling banyak diderita, sekitar 90% Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistan terhadap insulin, yang mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu , pelepasan insulin dari sel beta pancreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiperglikemia. Pada pasien lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia D. TANDA DAN GEJALA lansia) dehidrasi. Kehilangan selera makan Inkontinesia Penurunan penglihatan Konfusi atau derajat delirium Konstipasi atau kembung pada lambung Retinopati atau pembentukan katarak Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek dan kebas Hipotensi ortostatik. Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala khas pada

kerusakan sirkulasi perifer; tugor kulit buruk dan membrane mukosa kering akibat

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :

Katarak Glaukoma Retinopati Gatal seluruh badan Pruritus Vulvae Infeksi bakteri kulit Infeksi jamur di kulit Dermatopati Neuropati perifer Neuropati viseral Amiotropi Ulkus Neurotropik Penyakit ginjal Penyakit pembuluh darah perifer Penyakit koroner Penyakit pembuluh darah otak Hipertensi

E. KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria diagnostik DM menurut PERKENI 2006 atau yang dianjurkan ADA (A merican Diabetes Association) yaitu bilatredapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah dibawah ini: 1. Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl

2. 3.

Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : 1. Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa yang memberikan diagnosis definitive diabetes. Akan tetapi, pada lansia, pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi glukosa oral lebih membentu menegakkan diagnosis karena lansia mungkin memiliki kadar glukosa puasa hamper normal tetapi mengalami hiperglikemia berkepanjangan setelah makan. 2. Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA1c ), yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum 3 bulan sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi antidiabetik. 3. Fruktosamina seru, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indicator yang lebih baik pada lansia karena kurang menimbulkan kesalahan.
G. PENATALAKSANAAN

Menurut Steven diperkirakan 25 50% dari DM lansia dapat dikendalikan dengan baik hanya dengan diet saja. 3% membutuhkan insulin dan 20 45% dapat diobati dengan oral anti diabetik dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lansia adalah tipe II, dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan kasus perkasus, cara hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, adanya penyakit lain yang menyeertai serta ada/tidaknya komplikasi DM. Obesitas, penurunan aktivitas fisik, penyakit yang sudah ada dan kebiasaan makan yang buruk meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada lansia. Pada geriatric yang dapat menurunkan resiko menderita diabetes dengan : 1. Mempertahankan berat badan dalam kisaran ideal terhadap tinggi badan, usia dan jenis kelaminnya.

2. Membatasi lemak 20 % sampai 30 % dalam dietnya 3. Olahraga secara teratur 4. Menjaga gangguan lain yang mungkin diderita lansia tetap di control. Pedoman penatalaksanaan DM lansia adalah : 1. Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya. 2. Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia (quality of life) seperti rasa haus, sering kencing, lemas, gatal-gatal. 3. Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200-220 mg/dl) post prandial dan tidak sampai normal betul karena bahaya terjadinya hipoglikemia. Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemia.

H. Komplikasi
1. Makroangiopati (aterosklerosis), mikroangiopati, dan neuropati perifer (biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau nyeri dan kemungkinan lesi kulit), neuropati otonom (biasanya terjadi mualdan rasa penuh setelah makan, hal ini disebabkan oleh keterlambatan pengosongan lambung, diare nocturnal, dan impotensi). 2. Koma hiperosmolaritas dimana glukosa darah didapatkan sangat tinggi (>600 mg/dL) 3. Hipernatremia, osmolaritas tinggi (>350 m Osm/L) 4. Hipoglikemia adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang diobati dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin disebabkan oleh pemberian insulin berlebih, asupan kalori yang tidak adekuat, konsumsi alcohol, atau olahraga yang berlebiha

Daftar Pustaka Donna, D.I. Et al. 1995. Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Carpenito LJ. 2000. Dokumentasi dan Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

FKUA, 1984. Pedoman Diagnosis dan Ilmu Penyakit Dalam. FKUA, Surabaya

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

Sylviana. 1996. Kapita Selekta Kedokteran Buku 1. EGC. JAkarta

10

You might also like