You are on page 1of 121

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

ENERGI HAYATI SEBAGAI SOLUSI KRISIS ENERGI:


PELUANG DAN TANTANGANNYA DI INDONESIA

SURAKARTA, 8 APRIL 2006

KETUA PANITIA:
DR. SUGIYARTO, M.SI.

JURUSAN BIOLOGI
FMIPA UNS SURAKARTA
PROSIDING SEMINAR NASIONAL

ENERGI HAYATI SEBAGAI SOLUSI KRISIS ENERGI:


PELUANG DAN TANTANGANNYA DI INDONESIA

SURAKARTA, 8 APRIL 2006

ii
DAFTAR ISI

SEMINAR NASIONAL “ENERGI HAYATI SEBAGAI SOLUSI KRISIS ENERGI;


PELUANG DAN TANTANGANNYA DI INDONESIA”

SURAKARTA 8 APRIL 2006

SAMBUTAN KETUA PANITIA iii

MAKALAH UTAMA
1. Makalah Kunci: Prospek Pemanfaatan Kekayaan Hayati sebagai Sumber Energi 1
Utama Masa Depan oleh Prof. Dr. Ir. Martin Djamin, M.Eng (Staf Ahli Menteri
Riset dan Teknologi RI/Peneliti BPPT)
2. Makalah I: Prospek Pengembangan Industri Biodiesel di Indonesia Ditinjau 9
dari Aspek Ilmiah dan Bisnis oleh Dr. Ir. Tatang Hernas Soerawidjaja (Ketua
Forum Biodiesel Indonesia/Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia ITB)
3. Makalah II: Kebijakan Pertamina dalam Pengembangan Biodiesel oleh Ir. Mutia 16
Ekasari (PT PERTAMINA)
4. Makalah III: Potensi dan Kendala Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit 20
untuk Sumber Energi Hayati oleh Dr. Siswanto, DEA APU (Peneliti BPBPI
Bogor)
5. Makalah IV: Menggagas Rehabilitasi Hutan dan Lahan dengan Komoditas 24
Tanaman Sumber Energi di DAS Solo oleh Dr. Ir. Harry Santosa (Direktur
Pengelolaan DAS Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutaan, Departeman
Kehutanan RI)
6. Makalah V: Merintis Pemanfaatan Bahan Organik sebagai Sel Surya di Daerah 30
Tropis, Kendala dan Harapan ke Depan oleh Dr. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc
(Peneliti Sel Surya; Pengajar Jurusan Fisika FMIPA UNS)
7. Makalah VI: Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Pemanfaatannya untuk 38
Sumber Energi oleh Prof. Drs. Sutarno, M.Sc.Ph.D (Penelitia Biodiversitas/
Pengajar Jurusan Biologi FMIPA UNS)

MAKALAH PENUNJANG
1. Fermentasi Etanol dari Pati Singkong oleh Saccharomyces cerevisiae yang diko- 43
kultur dengan Rhizopus oryzae oleh Tjahjadi Purwoko, M.Si (Jurusan Biologi
FMIPA UNS)
2. Fotodegradasi Fenol dengan Katalis Titanium Oksida dan Titanium Silikat 47
Mesopori-Mesostruktur oleh Hari Sutrisno, Retno Arianingsih dan Ariswan
(Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta)

iii
3. Identifikasi Asam Lemak Hasil Hidrolisis Asam Klorida pada Berbagai Metode 51
Preparasi Minyak dari Biji Jarak Pagar (Ricinus communis Linn.) oleh Padmono
Citroreksono, Rizal Alamsyah, & Djumhawan Ratman Permana (Pusat Penelitian
Bioteknologi, LIPI, Cibinong-Bogor)
4. Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan 57
Konsentrasi KOH pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa oleh
Triana Kusumaningsih, Pranoto, dan Ragil Saryoso (Jurusan Kimia FMIPA UNS
Surakarta)
5. Biodisel yang Harus Dikembangkan dan Upaya-upaya yang Perlu Dilakukan 64
Pemerintah untuk Mendorong Pemanfaatannya di Indonesia oleh Hendrawan
Abdillah (Mahasiswa UGM Yogyakarta)
6. Identifikasi Potensi Produksi Biogas dari Limbah Cair Tahu dengan 72
Menggunakan Reactor Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) oleh Wagiman
(Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM
Yogyakarta)
7. Pemanfaatan Energi Hayati dalam Pembuatan Genteng dan Bata di Desa 77
Pejaten, Kediri, Tabanan-Bali oleh I Dewa Putu Darma & Siti Fatimah Hanum
(Kebun Raya Eka Karya Bali)
8. Studi Pemanfaatan Proses Biokonversi Sampah Organik sebagai Alternatif 84
Memperoleh Biogas oleh Agung Nugroho Catur Saputro, Sri Yamtinah, Budi
Utami, & Lina Mahardiani (P. Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta)

MAKALAH POSTER
1. Fermentasi Tepung Ganyong (Canna edulis Ker.) untuk Produksi Etanol oleh 90
Aspergillus niger dan Zymomonas mobilis oleh Susanti Eni Purwantari, Ari
Susilowati, Ratna Setyaningsih (Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta)
2. Fermentasi Etanol Sari Buah Semu Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) 95
oleh Zymomonas mobilis dengan Penambahan Urea oleh Etrin Sapariantin,
Tjahjadi Purwoko, Ratna Setyaningsih (Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta)
3. Fermentasi Etanol dari Limbah Padat Tapioka (Onggok) oleh Aspergillus niger 101
dan Zymomonas mobilis oleh Siti Juariah, Ari Susilowati, Ratna Setyaningsih
(Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta)
4. Fermentasi Etanol dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas) oleh Kultur Campuran 107
Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cerevisiae oleh Dian Aryani, Tjahjadi
Purwoko, Ratna Setyaningsih (Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta)
5. Energi Alternatif FAME 818 (Biodiesel) oleh Immanuel Sutarto (PT Eterindo 113
Wahanatama Tbk. Jakarta)

iv
SAMBUTAN KETUA PANITIA

Energi dapat diibaratkan sebagai ‘ruh’ dari yang melimpah, Indonesia juga termasuk negara
ekosistem bumi beserta seluruh komponen- ‘megabiodiversity’ terbesar ketiga yang berfungsi
komponennya, termasuk manusia. Semakin sebagai ‘lumbung energi hayati’. Sumberdaya
terbatasnya energi sebagai penopang hayati (biomassa) selain berfungsi sebagai
keberlanjutan kehidupannya, maka semakin penyimpan energi, juga dapat difungsikan
besar upaya yang dilakukan untuk sebagai agen untuk menangkap, mengatur dan
mengantisipasinya. Pada hakekatnya manusia meningkatkan efisiensi sumber energi non-hayati
diberi ‘amanah’ untuk menjaga kelestarian lainnya. Kelebihan utama sumberdaya hayati
ekosistem bumi ini. Hal inilah yang sebagai sumber energi adalah sifatnya yang
menyebabkan munculnya gejolak sosial yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga manusia
luar biasa ketika terjadi krisis energi, terutama dapat mengelolanya sesuai dengan kebutuhan.
yang berasal dari bahan bakar minyak (BBM). Penelitian-penelitian maupun aplikasi
Harga BBM yang selalu naik dan terjadinya pemanfaatan energi hayati untuk berbagai
krisis energi sebenarnya hanyalah suatu akibat kepentingan hidup manusia sudah dimulai sejak
dari ‘kesalahan paradigma’ yang digunakan lama, namun ‘pamor’ dan gaungnya sangat
manusia selama ini, terutama setelah dimulainya rendah. Produksi biogas, bioethanol dan
eksploitasi sumberdaya alam berupa fosil biodiesel dalam skala industri menengah dan
(sebagai bahan baku BBM) secara besar-besaran besar sudah dirintis dan mulai mendapatkan
untuk berbagai kepentingan kehidupan manusia. pasar yang mapan. Industri-industri yang
Fosil sebagai ‘deposit’ energi di bumi yang menggunakan bahan baku bahan organik,
berstatus sebagai ‘unrenewable resources’ telah misalnya kelapa, kelapa sawit, tapioka, gula dan
dianggap sebagai sumber energi utama, sebagainya, juga intensif menggalang kemitraan
sedangkan sumber energi lainnya yang untuk mengolah limbahnya agar menjadi produk
umumnya berstatus ‘renewable resources’ berguna, termasuk biogas dan biodiesel.
dianggap sebagai sumber energi alternatif. Agar Teknologi biomembran juga sudah menjadi
tidak terjadi kesalahan yang ke-sekian kalinya, pilihan untuk peningkatan efisiensi produksi
sudah saatnya manusia mengubah paradigma pada berbagai perusahaan. Terakhir juga sudah
energi: fosil sebagai sumber energi alternatif, dan dikenal dan mulai dilakukan penelitian secara
sumber energi lainnya sebagai sumber energi intensif tentang penggunaan bahan organik
utama. tumbuhan sebagai ‘solar sel’ yang diharapkan
Di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, dapat digunakan sebagai penangkap energi
kekayaan sumberdaya alam yang dapat surya secara langsung secara berkelanjutan.
digunakan sebagai sumber energi jumlahnya Banyak faktor yang berpotensi menjadi
luar biasa. Selain memiliki keragaman dan kendala dalam peningkatan pemanfaatan energi
kekayaan sumber energi non-hayati, misalnya hayati, baik dari aspek politis, kelembagaan,
panas bumi, angin, ombak dan sinar matahari ekonomis, sosial-budaya, teknis hingga dasar-

v
dasar ilmiahnya. Kepedulian pemerintah untuk kepentingan mulai dari hulu sampai hilirnya.
memberikan arah kebijakan dan prioritas Untuk itu maka pada “Seminar Nasinal Energi
program yang tepat dalam hal ini masih jauh Hayati sebagai Solusi Krisis Energi; Peluang dan
dari harapan yang pada gilirannya akan Tanatangannya di Indonesia” ini diundang
berpengaruh sangat dominan pada pembicara-pembicara utama dari instansi
tatanan/sistem perokonomian dan sosial budaya pemerintah, akademisi dan praktisi serta
masyarakatnya. Kesiapan lembaga-lemabaga pembicara-pembicara penunjang yang terdiri
terkait, baik sebagai produsen maupun dari para peneliti, praktisi maupun pengguna
distributor dan konsumen perlu dipetakan dan energi hayati. Seminar Nasional ini bertujuan
ditingkatkan koordinasinya. Penguasaan IPTEK untuk: (1) menyampaikan informasi
tentang energi hayati masih perlu ditingkatkan, perkembangan IPTEK di bidang energi hayati
baik dari penguasaan ilmu dasar, teknologi terkini dan arah kebijakan pemerintah terkait
proses produksi maupun penggunaanya, energi; (2) menjalin kerjasama antar lembaga
termasuk pengembangan rancang bangun untuk untuk peningkatan ‘pamor’ energi hayati; dan (3)
mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas sosialisasi/promosi produk-produk energi hayati
seoptimal mungkin. bagi para pengguna.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
maka diperlukan peningkatan upaya
penyebaran-luasan informasi (sosialisasi) Surakarta, 8 April 2006
penggunaan energi hayati sebagai sumber energi
utama yang berkelanjutan, terutama di daerah Ketua Panitia,
tropis. Guna memberikan informasi yang utuh-
menyeluruh (‘comprehenships’), sosialisasi perlu
dilakukan dari berbagai sudut pandang dan Dr. Sugiyarto, M.Si.

vi
PROSPEK PEMANFAATAN KEKAYAAN HAYATI SEBAGAI
SUMBER ENERGI

MARTIN DJAMIN

Staf Ahli Menristek Bidang Energi Alternatif dan Terbarukan. www.ristek.go.id

LATAR BELAKANG
PROVED OIL RESERVES AT END 2004
• Cadangan energi fosil terbatas
• Kebutuhan meningkat, cadangan menipis
• Indonesia sudah menjadi net oil importer
• Harga minyak mentah meningkat
• Tahun 2002 konsumsi minyak diesel
Indonesia 24.2 jut kl, 40% impor
• Tahun 2005 kebutuhan premium 16,05 juta kl
• Pencemaran udara akibat kendaraan
bermotor : Kontribusi NOx sekitar 30%;
Kontribusi CO dan HC lebih dari 90%
• Indonesia kaya dengan sumber hayati

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI


POTENSI ENERGI NASIONAL 2004 NASIONAL

DISTRIBUTION OF PROVED (OIL)


RESERVES 1984,1994, 2004
Source: Markal Study, BPPT June 2005

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI PER


SECTOR

Source: Markal Study, BPPT June 2005

1
• Kebutuhan energi didominasi oleh sektor RENEWABLE ENERGY RESOURCES
kelistrikan dan transportasi
• Sektor Transportasi dan Rumahtangga akan
meningkat 3 kali
• Indikasi penting: sektor kelistrikan akan
meningkat 5 kali pada tahun 2025

PROYEKSI NERACA MINYAK BUMI

Source: DGEEU-Directorate General for Electricity and


Energy Utilization
* By the Year 2003
** Green Energy Policy Document-DEMR -
Department of Energy and Mineral Resources
*** National Energy Management Blueprint (BP-
PEN) 2005-2025, DEMR

MAJOR GOALS OF NATIONAL ENERGY


POLICY
BAURAN ENERGI UNTUK PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN • Pengurangan/pencabutan subsidi
• Rasionalisasi harga energi
• Ratio kelistrikan 90% pada tahun 2020
• Peningkatan share EBT (especially
geothermal, biomass and micro/mini hydro)
• Peningkatan pemanfaatan batubara
termasuk yang berkualitas rendah
• Perbaikan efisiensi energi
• Peningkatan local content, termasuk SDM

ALTERNATIF BIOENERGI

2
BIOMASS CONVERSION REFINING AND PROCESSING
TECHNOLOGY ENGINEERING CENTER -
BPPT

TANAMAN YANG BERPOTENSI


UNTUK BIOFUEL (> 50 SPESIES) TECHNOLOGY STATUS

• Tanaman Pangan • Important Milestones


• Leguminosa (a.l. kedelai, kacang tanah) o Construction of Biodiesel Plants with
• Umbi-umbian (a.l. singkong, ubi jalar) capacities of 1.5 tons/day (batch) and 3
• Biji-bijian (a.l. jagung, tan. serealia, tons/day (continuous in Puspiptek Serpong
bunga matahari) o Construction of 8 tons/day continuous
biodiesel Plant in Riau is projected on line in
• Tanaman Perkebunan
2006.
• Palma (a.l. kelapa, k. sawit, sagu) o Those Biodiesel Plants designed to produce
• Tebu standard quality Biodiesel
• Tanaman Non-Pangan o Feed stock : CPO base oils and other various
• Jarak pagar (Jatropha curcas L.) plant oils
• Jarak kepyar • Future Work
• Kapuk randu o Engineering Design of Biodiesel Commercial
Plant cap. 30.000 ton/year
o Further Testing of Biodiesel performance at
various blends
BIODISEL (METHYL ESTER)

Adalah bahan bakar cair yang diformulasikan


khusus untuk mesin diesel, terbuat dari minyak BIODIESEL DEVELOPMENT
hayati, tanpa perlu modifikasi mesin.
Pemakaian Biodiesel dapat digunakan 100%
(pure Biodiesel) sebagai Bahan Subsitusi pada
petrodiesel maupun campuran 5-20%.

1.5 Tons/day Prototype Plant

3
ROAD TEST

• Sosialisasi Biodiesel sebagai bahan bakar


alternatif minyak diesel
• Gambaran umum performance mesin diesel :
o Emisi (Regulasi dan Non regulasi)
o Fuel Consumption
o Power dan Torsi
o Efek terhadap minyak pelumas
o Efek terhadap ketahanan Mesin

ROAD TEST I (2002)

TOYOTA KIJANG LX 2.5 L (2001)


UJI EMISI
JAKARTA-PEKANBARU,
5000 KM

KESIMPULAN ROAD TEST I

• Biodiesel dapat menurunkan emisi gas


buang secara signifikan
• Biodiesel merupakan bahan bakar yang
cukup efisien
• Perlu dilakukan pengujian yang lebih detail
dalam emisi, performa, dan rating/metrologi
kompenen mesin

ROAD TEST II
PADA 23 BUS BPPT HASIL UJI SMOKE NUMBER

KESIMPULAN ROAD TEST II

• Hasil uji emisi menunjukkan penurunan


yang nyata
• Hasil quisioner pada pengemudi
menunjukkan hasil positif
• Penggunaan Biodiesel pada Bis BPPT telah
dilanjutkan dan menjadi program BPPT

4
ROAD TEST III 2004 Pengujian kendaraan pada chassis
dynamometer, meliputi pengukuran torsi, daya,
ISUZU PANTHER LV 2.5 L (2004) konsumsi bahan bakar, dan emisi regulasi
JAWA-BALI (EURO II). Dilakukan pada 0 km dan 20.000 km.
20.000 KM

ROAD TEST 20.000 KM


PROPERTY TEST

Note: Acceptable Value is taken from ASTM Standards


for Biodiesel and Pertamina Diesel Oil Specification

ROAD TEST 20.000 KM


CHASSIS DYNAMOMETER

Piston condition after 20.000 km. Rating scale : 8 - 9

70 15.0

65
14.0

60
13.0
55

12.0

Torq ue (kg.m )
50
P ow er (kW )

45 11.0

40 10.0

35
9.0

30
8.0
25

7.0
20

15 6.0
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Engine Speed (rpm)


ADO Power 0 km B30 Power 0 km
ADO Torque 0 km B30 Torque 0 km

Engine Power and Torque, 0 km

5
ROAD TEST 20.000 KM KONSUMSI BAHAN PRODUCT TESTING BTMP - BPPT
BAKAR DI CHASSIS DYNAMOMETER

Konsumsi bahan bakar dan efisiensi termal jarak 20.000 km


55 450

50 400

Spec. Fuel Consump., SFC (gr/kW.hr


45 350
Thermal Efficiency, TE (%)

40 300

35 250

30 200

25 150

20 100
500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Engine Speed (rpm)


TE Solar 20rb km TE B30 20rb km SFC Solar 20rb km SFC B30 20rb km

ROAD TEST 20.000 KM Balai Termodinamika dan Motor Propulsi


(BTMP) of BPPT is focusing its work on diesel
engine bench and non-stationary operation tests
for performance and emissions of biodiesel.

Uji emisi

• Torque and Power


• Fuel consumption
Uji Kebisingan, tidak terdapat perubahan
yang signifikan • Noise
• Emission

6
PENGEMBANGAN SELANJUTNYA • Process Research and Optimization
• Road Test
2006-2007 Desain enjiniring pabrik biodiesel • Socialization & Commercialization
kap. 30.000 ton/year

BAHAN BAKU BIO-ETHANOL

• Starch contained materials: Sorghum grains


(corn, cantel), hanjeli, sago, sweet potato,
cassava/gaplek (dried cassava), ganyong,
garut), dahlia tuber.
• Sugar contained materials: nira (sap) and
sugar cane plants, sap of nipa palm, sap of
sweet sorghum, essence of cashew, sap of
siwalan, sap of sugar palm.
Artist Drawing: Biodiesel Plant Cap. 30.000 ton/year • Cellulose contained materials (ligno cellulose):
wood, straw, bark of banana tree, bagas, etc.

INTEGRATED BIODIESEL PLANT


ANHYDROUS ETHANOL

• Ethyl Alcohol : CH3CH2OH or C2H5OH


• Secara kimiawi: senyawa hidrokarbon
berupa larutan jernih tak berwarna, dengan
bau yang dapat diterima, merupakan gugus
hydroxyl (-OH) dengan 2 atom karbon (C)
• Anhydrous;tidak mengandung air. mengacu
pada alkohol yang telah di-dehidrasi supaya
tidak mengandung air, untuk keperluan
khusus, termasuk bahan bakar

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
BIOETANOL (BPPT, LIPI, SWASTA)

PRODUKSI BIOETANOL DI INDONESIA

7
→ Semuanya menggunakan bahan baku tetes 100KG/HR BIO-OIL PILOT PLANT
tebu: 650.000 ton/th.
Etanol yang diproduksi adalah technical
grade dan raw spirit (high impure ethanol) 95-96
% v/v

ROAD TEST BIOETHANOL (GASOHOL)

Description Literature Assessment BTG


PH 2.8-3.8 4.2 2.8
Viscosity [cP] 25-1000 59 29
Density [kg/m³] 1110-1250 1124 1168
Heating Value [MJ/kg] 15-35 30-32 17-19

SASARAN PENGEMBANGAN ENERGI


TERBARUKAN

Jenis
Satuan 2010 2015 2020 2025
Energi
Kilo
Biodiesel 720.000 1.500.000 4.700.000
liter
Kilo
Gasohol 550.000 850.000 1.500.000
liter
Kilo
Bio oil 400.000 700.000 900.000
liter
Panas bumi MW 3.442 4.600 6.000 9.500
Angin MW 25,6 255
Surya MW 24,8 50,4 67,5 78,6
Mikrohidro MW 169 298 488

BIO-OIL
ACTION PLAN SAMPAI TAHUN 2010
• Directly from the crops producing vegetable
oil: palm oil, jatropha oil, coconut oil • 25 unit pabrik biodiesel harus dibangun
- straight vegetable oil to replace or mix dibeberapa tempat yang berbeda, dan
diesel oil tergantung ketersediaan bahan baku (misal
- alternative fuel for cooking to replace or CPO di Sumatra, Jatropha curcas di NTT &
mix kerosene NTB, kelapa di Sulawesi). Setiap pabrik
• Indirectly be produced from biomass waste mempunyai kapasitas rata-rata 30,000 ton
such as rice husk, coconut shell, bagasse by per tahun.
using the technology of fast pyrolysis • 25 pabrik bioethanol harus dibangun di
- alternative fuel for steam generation or berbagai provinsi dengan kapasitas masing-
heating to replace fuel oil (heavy oil) masing 60 kilolitres per hari.
- replace or mix kerosene • 91.000 ha perkebunan singkong akan
menyerap 650,000 tenaga kerja
• 30 pabrik bio-oil dengan kapasitas produsi 30
ton/jam harus dibangun didekat pabrik CPO
yang mempunyai kapasitas produksi 30-90
ton/jam.

8
PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI
BIODIESEL DI INDONESIA

TATANG HERNAS SOERAWIDJAJA

Kepala Pusat Penelitian Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung, dan Ketua Forum Biodiesel Indonesia

BIODIESEL Biodiesel dapat menjadi pensubstitusi


unggul bagi solar !.
• Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester
metil/etil asam-asam lemak.
JIKA TARGET PEMANFAATAN BIODIESEL ≡
• Dibuat dari minyak-lemak mulus (≡ minyak
720.000 KL PADA TAHUN 2009 (2% DARI
goreng) dengan proses metanolisis/ etanolisis.
KONSUMSI NASIONAL SOLAR), MAKA:
• Atau dari asam lemak bebas (≡ produk
samping pemulusan minyak-lemak) via • Sekitar 25 pabrik biodiesel berkapasitas rata-
proses esterifikasi dgn metanol/etanol. rata 30 ribu m3/tahun harus sudah
• Kompatibel dengan solar, berdaya lumas berproduksi pada tahun itu.
lebih baik. • Jika diandaikan bahan mentahnya minyak
• Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < sawit, akan dibutuhkan ≈ 650.000 ton CPO;
15 ppm. ini dihasilkan dari 210 ribu ha kebun sawit.
• BXX = camp. XX%-vol biodiesel dengan (100- Î 70 ribu tenaga kerja di perke-bunan +
XX)%-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. 5000 orang di produksi CPO + biodiesel.
• Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi • Jika 1 pekerja menanggung 3 anggota keluarga,
kendaraan diesel pada level B2 !. maka 225 ribu orang dapat ‘terhidupi’.
• Impor 720.000 kL solar dapat dihindarkan; →
menghemat 288 juta US$ devisa (asumsi
MENGAPA INDONESIA MEMERLUKANNYA?
harga solar di pasar curah = US$0.40/liter).
• Seiring dengan kian langkanya minyak
bumi, harga sejati Bahan Bakar Minyak BAHAN MENTAH UTAMA/TULANG-PUNGGUNG?
(BBM) makin tinggi.
• Indonesia sudah mengimpor solar ≈ 7 milyar • Mestinya adalah minyak-lemak non-pangan:
liter/tahun (≈ 30% kebutuhan nasional) !. Æ jarak pagar, kapok/randu, malapari, nimba,
Keterjaminan penyediaan solar di dalam nyamplung, dan lain-lain.
negeri kian rawan. • Yang paling potensial/populer sekarang,
• Negara ini kaya dengan sumber bahan jarak pagar (Jatropha curcas); produktif, dapat
mentah biodiesel: di lahan kering.
o Salah satu penghasil minyak sawit dan • Pada kondisi normal, minyak-lemak pangan
kelapa terbesar di dunia (2 tumbuhan (sawit, kelapa, kacang, dan lain-lain.) tak
minyak paling produktif). akan dapat bersaing, karena harga minyak-
o Memiliki puluhan tumbuhan penghasil lemak mentahnya lebih ditentukan oleh
minyak-lemak yang belum termanfaatkan permintaan dari sektor pangan (harga tinggi,
dengan baik (paling potensial: jarak karena pangan ≡ kebutuhan paling vital).
pagar, kapok/randu, malapari). • Tetapi industri biodiesel dapat menjadi
• Negara tropik kita ini juga berkawasan darat pendukung keuletan daya saing industri
relatif amat luas. minyak pangan nasional, menampung surplus
• Teknologi produksi biodiesel relatif tidak minyak-lemak pangan di kala pasokan
rumit. Perangkat lunak dan kerasnya mudah melonjak tinggi di atas permintaan.
dikembangkan & dikuasai bangsa kita.

9
Tabel 1. Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak.

Nama Nama Latin Sumber Kadar,%-b kr P / NP


Jarak kaliki Ricinus communis Biji (seed) 45-50 NP
Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40-60 NP
Kacang suuk Arachis hypogea Biji 35-55 P
Kapok/randu Ceiba pentandra Biji 24-40 NP
Karet Hevea brasiliensis Biji 40-50 NP
Kecipir Psophocarpus tetrag. Biji 15-20 P
Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60-70 P
Kelor Moringa oleifera Biji 30-49 P
Kemiri Aleurites moluccana Inti biji (kernel) 57-69 NP
Kusambi Sleichera trijuga Daging biji 55-70 NP
Nimba Azadirachta indica Daging biji 40-50 NP
Saga utan Adenanthera pavonina Inti biji 14-28 P
Sawit Elais guineensis Sabut + Dg buah 45-70 + 46-54 P
Akar kepayang Hodgsonia macrocarpa Biji ≈ 65 P
Alpukat Persea gratissima Dg buah 40-80 P
Cokelat Theobroma cacao Biji 54-58 P
Gatep pait Samadera indica Biji ≈ 35 NP
Kepoh Sterculia foetida Inti biji 45-55 NP
Ketiau Madhuca mottleyana Inti biji 50-57 P
Malapari Pongamia pinnata Biji 27-39 NP
Nyamplung Callophyllum inophyllum Inti biji 40-73 NP
Randu alas/agung Bombax malabaricum Biji 18-26 NP
Seminai Madhuca utilis Inti biji 50-57 P
Siur (-siur) Xanthophyllum lanceatum Biji 35-40 P
Tengkawang tungkul Shorea stenoptera Inti biji 45 -70 P
Tengk. terindak Isoptera borneensis Inti biji 45 -70 P
Wijen Sesamum orientale Biji 45-55 P
Bidaro Ximenia americana Inti biji 49-61 NP
Bintaro Cerbera manghas/odollam Biji 43-64 NP
Bulangan Gmelina asiatica Biji ? NP
Cerakin/Kroton Croton tiglium Inti biji 50-60 NP
Kampis Hernandia peltata Biji ? NP
Kemiri cina Aleurites trisperma Inti biji ? NP
Labu merah Cucurbita moschata Biji 35-38 P
Mayang batu Madhuca cuneata Inti biji 45-55 P
Nagasari (gede) Mesua ferrea Biji 35-50 NP
Pepaya Carica papaya Biji 20-25 P
Pulasan Nephelium mutabile Inti biji 62-72 P
Rambutan Nephelium lappaceum Inti biji 37-43 P
Sirsak Annona muricata Inti biji 20-30 NP
Srikaya Annona squamosa Biji 15-20 NP
Kenaf Hibiscus cannabinus Biji 18-20 NP
Kopi arab (Okra) Hibiscus esculentus Biji 16-22 NP
Rosela Hibiscus sabdariffa Biji ≈ 17 NP
Kayu manis Cinnamomum burmanni Biji ≈ 30 P
Padi Oryza sativa Dedak ≈ 20 P
Jagung Zea Mays Germ ≈ 33 P
Tangkalak Litsea sebifera Biji ≈ 35 P
? Taractogenos kurzii Inti biji 48-55 NP
Kursani Vernonia anthelmintica Biji ≈ 19 NP
Keterangan: kr ≡ kering; P ≡ minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP ≡ minyak/lemak Non-Pangan (nonedible
fat/oil). ⊗ Hanya beberapa dari puluhan tumbuhan ini (misalnya: sawit, kelapa, kacang suuk) sudah
termanfaatkan sebagai sumber komersial minyak/lemak !.

10
Tabel 2. Produktifitas berbagai sumber minyak-lemak nabati

Nama Indonesia Nama Inggris Nama Latin kg-/ha/thn


Sawit Oil palm Elaeis guineensis 5000
Kelapa Coconut Cocos nucifera 2260
Alpokat Avocado Persea americana 2217
K. Brazil Brazil nut Bertholletia excelsa 2010
K. Makadam Macadamia nut Macadamia ternif. 1887
Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas 1590
Jojoba Jojoba Simmondsia califor. 1528
K. pekan Pecan nut Carya pecan 1505
Jarak kaliki Castor Ricinus communis 1188
Zaitun Olive Olea europea 1019
Kanola Rapeseed Brassica napus 1000
Opium Poppy Papaver somniferum 978

KEKONTRASAN SISTEM PRODUKSI DAN PASOKAN SOLAR DENGAN BIODIESEL

Setiap kabupaten di Indonesia dapat memiliki pabrik biodiesel untuk memasok kebutuhannya sendiri !.

Sembarang surplus atau minyak ‘off-spec’ dari industri minyak-lemak pangan dapat ditampung
oleh industri biodiesel !.

Prospek lain: peningkatan kesejahteraan rakyat banyak via pengem-bangan UKM-UKM pemasok
minyak-lemak mentah

11
Jika koperasi petani memiliki sendiri unit pemerah (+ ekstraksi) minyak, bungkil dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan biogas (bahan bakar lokal) dan unsur hara (anorganik)
dikembalikan untuk melestarikan daya dukung tanah.

Pembangkitan biogas dari bungkil memungkinkan produsen minyak-lemak mentah


memaksimalkan penjualan produk tsb. (tidak menggunakan minyak-lemak mentah sebagai bahan
bakar rumah-tangga pengganti minyak tanah).

Industri biodiesel berbasis IPTEK ≡ minimal mampu mencampur-campur aneka minyak-lemak


(bahan mentah) guna menghasilkan biodiesel yang tepat memenuhi persyaratan standar
kualitas/mutu. Æ ¾ Jadi akan juga mampu menampung minyak-lemak yang diperah/ diekstraksi
dari biji-biji limbah industri makanan-minuman maupun biji-biji pohon penghias atau peneduh.
Produksi minyak-lemaknya dapat menjadi lahan bisnis Usaha Kecil Menengah !.

MANFAAT PEMASUKAN BIODIESEL KE • Mengurangi ketimpangan pendapatan antar


DALAM LIQUID FUEL MIX DI INDONESIA individu dan antar daerah.
• Meningkatkan kemampuan nasional dalam
• Mengurangi impor ADO (Automotive Diesel Oil). teknologi pertanian dan industri.
• Menguatkan security of supply bahan bakar diesel. • Meningkatkan kemampuan dan volume
• Memperbesar basis sumber daya bahan produksi barang modal.
bakar cair. • Memupuk komoditi ekspor baru.
• Mempertangguh struktur dan keuletan • Mengurangi kecenderungan pemanasan
(resiliency) daya saing industri sawit dan global dan pencemaran udara (bahan bakar
kelapa dalam negeri. ramah lingkungan).
• Meningkatkan kesempatan kerja.

12
KEBUTUHAN LAHAN UNTUK • Tetapi produsen-produsen CPO kini
MENGHASILKAN 1 LITER BIODIESEL? berminat membuat biodiesel dari CPO untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, karena
• Sangat bergantung pada produktifitas mereka harus membeli solar dengan harga ≈
tanaman minyak !. Rp. 6000,- per liter (harga solar industri).
• Untuk jarak pagar (belum ada budidaya dan
riset ekstensif), 4 ton biji per hektar (sesudah
tahun ke-4), 0,3 m3 minyak mentah per ton UPAYA MEREALISASIKAN PROSPEK:
biji, 0,95 liter biodiesel per liter minyak
mentah. Î ≈ 0,9 hektar/m3-biodiesel !. • Tahun 2002: Forum Biodiesel Indonesia (FBI)
• Untuk sawit (sudah ada budidaya dan riset dibentuk dan berpromosi ke DPR,
ekstensif), 15-20 ton TBS per hektar (mulai Kementerian-Kementerian, dan GAIKINDO.
tahun ke-4), 0,20-0,22 m3 minyak mentah, • Tahun 2003, menyusun peta aneka kegiatan
0,95 liter biodiesel per liter CPO. Æ ≈ 0,3 ke arah komersialisasi biodiesel di Indonesia.
hektar/m3-biodiesel (3 m2/liter-biodiesel) !. • Berbagai lembaga litbang dalam negeri
• Afrika Selatan mentargetkan mencapai kemudian aktif dalam pembuatan biodiesel
produktifitas 12 ton biji jarak pagar per dan pengujiannya pada mesin.
hektar pada tahun 2012 !. • Dilakukan demonstrasi penggunaan rutin B5
dan B10 pada kendaraan pribadi maupun
HARGA? instansi dan road-test jarak jauh; hasil-
hasilnya memuaskan.
• Jika harga eceran biodiesel jarak pagar Rp.
• 2005: DJLPE-DESDM melakukan sosialisasi
4300/liter (sama dengan harga solar PSO di
penggunaan B10 pada kendaraan dinas
SPBU-SPBU), harga minyak jarak pagar
DESDM, bus-bus Perum DAMRI, dan mobil-
mentah Rp. 2800-3000 per liter, dan harga biji
mobil anggota FBI.
jarak kering Rp. 600-700 per kg.
• Standar mutu biodiesel disiapkan dan
• Produksi biodiesel dari CPO untuk
diajukan. Kini sudah disahkan Kepala BSN
penjualan di SPBU masih belum menarik
(tanggal 22 Februari 2006).
bagi para pengusaha sawit, karena harga
• Biodiesel Technology Roadmap 2005-2025
pasar (permintaan) CPO tak berbeda jauh
disusun dan disertakan ke dalam Cetak-biru
dari Rp. 4300/liter (sekalipun harga pokok
Pengelolaan Energi Nasional DESDM.
produksi CPO cukup jauh di bawah ini).

PETA ANEKA KEGIATAN KE ARAH KOMERSIALISASI BIODIESEL DI INDONESIA

Komersialisasi

Demonstrasi Teknologi
Skala Besar Pabrik Skala Formulasi
(Eksis 1-3 SPBU Demonstrasi Biodiesel
Penjualan)
Standar dan
Metode Uji Resmi
Biodiesel Penelitian
Eksplorasi dan
Demonstrasi Penelitian Skala Pengembangan
Skala Kecil (1-5 Pabrik Aditif
Mobil) Percontohan

Standar dan Penelusuran/


Metode Uji Budidaya dan Penemuan
Tentatif Biodiesel Ekstraksi Minyak Kembali
Non-Sawit yang Tumbuhan
Analisis Mutu dan Sudah Dikenal Potensial yang
Penelitian Skala
Bench Test pada Terlupakan
Laboratorium
Mesin

PERUMUSAN STANDAR & PEMBENTUKAN PENEGAKAN TEKNOLOGI DIVERSIFIKASI BAHAN MENTAH


METODE UJI BIODIESEL PASAR PRODUKSI BIODIESEL

13
PERSYARATAN MUTU BIODIESEL DI INDONESIA (SNI-04-7182-2006)

Parameter dan satuannya Batas nilai Metode Uji Metode setara


Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 850-890 ASTM D 1298 ISO 3675
Viskos. kinem. pd 40 oC, mm2/s (cSt) 2,3-6,0 ASTM D 445 ISO 3104
Angka setana min. 51 ASTM D 613 ISO 5165
Titik nyala (mangkok tertutup), oC min. 100 ASTM D 93 ISO 2710
Titik kabut, oC maks. 18 ASTM D 2500 ?
Korosi bilah tembaga (3 jam, 50 oC) maks. no. 3 ASTM D 130 ISO 2160
Residu karbon (%-b),
- dalam contoh asli maks. 0,05 (maks. 0,3) ASTM D 4530 ISO 10370
- dalam 10% ampas distilasi
Air dan sedimen,%-vol. maks. 0,05 ASTM D 2709 ?
Temperatur distilasi 90%, oC maks. 360 ASTM D 1160 ?
Abu tersulfatkan,%-b maks. 0,02 ASTM D 874 ISO 3987
Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 100 ASTM D 5453 prEN ISO 20884
Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 AOCS Ca 12-55 FBI-A05-03
Angka asam, mg-KOH/g maks. 0,8 AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03
Gliserol bebas,%-b maks. 0,02 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Gliserol total,%-b maks. 0,24 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Kadar ester alkil,%-b min. 96,5 dihitung FBI-A03-03
Angka iodium,%-b (g-I2/100 g) maks. 115 AOCS Cd 1-25 FBI-A04-03
Uji Halphen negatif AOCS Cb 1-25 FBI-A06-03

SNI-04-7182-2006 disusun dengan mengacu pada Standar-Standar Syarat Mutu Biodiesel Di A.S.,
Eropa, dan Australia serta memperhatikan kondisi Indonesia. Contoh: Persyaratan Uji Halphen hanya
pada pada SNI-04-7182-2006, karena ada beberapa sumber daya khas Indonesia yang masih harus
diteliti cermat.

ROADMAP TEKNOLOGI BIODIESEL (sesuai dengan Perpres No. 5 Tahun 2006)

Year 2005 - 2009 2010 -2015 2016 - 2025


Pemanfaatan Biodiesel Pemanfaatan Biodiesel
Pemanfaatan Biodiesel
Sebesar 2% Konsumsi Sebesar 3% Konsumsi
Sebesar 5% Konsumsi
Market Solar
720.000 kL
Solar
1.5 juta kL
Solar
4.7 juta kL

STANDARD BIODIESEL NASIONAL

Product Biodiesel
Sawit
Biodiesel Sawit,
Jarak Pagar, Tumbuhan lain.
High/superior performance
Biodiesel
(angka setan tinggi,
& Jarak Pagar Etanol dari (ekses) gliserin titik tuang rendah)

Commercial Plant Commercial Plant “High Performance


Technology Kapasitas 30.000 s/d
100.000 Ton/tahun
Kapasitas >
100.000 Ton/tahun
Biodiesel Product
Commercial Plant”

Biodiesel Plant Test Property,


dari minyak Desain Performance
sawit, Enjiniring &
R&D jarak pagar &
tumbuhan lain
Test
standarisasi

Optimasi
Property, &
Performance Modifikasi
Dan Desain plant
Teknologi standarisasi
Blending,
Teknologi
(bio-)
Pembuatan
teknologi
aditif
(ekses)
gliserin Sumber : ESDM, 2005

14
SEBAGIAN BESAR BIODIESEL MENCAPAI pada kapasitas-kapasitas kecil (≤ 15
KONSUMEN AKHIR DALAM BENTUK ton/hari). Untuk mampu berkompetisi
CAMPURAN DENGAN SOLAR (SAMPAI dengan teknologi luar negeri, perlu
B10): dibuktikan pada 100-400 ton/hari.
• Bahan-bahan mentah yang paling tersedia:
• Andaikan harga biodiesel = Rp6000,-/liter minyak-minyak sawit, kelapa, dan inti sawit.
(dari minyak sawit mulus atau RBDPO; dari Tetapi, ketiganya minyak pangan (tidak
bahan mentah lain seperti jarak pagar akan kompetitif jika permintaan dari sektor
lebih murah !). pangan sedang tinggi).
• Pada harga solar Rp4300/liter, maka harga
B10 = (0,9 x Rp4300,- + 0,1 x Rp6000) =
Rp4470/liter ≈ Rp4500/liter. BAHAN-BAHAN MENTAH NON-PANGAN
• Masih dalam jangkauan promosi para PALING POTENSIAL: MINYAK2 JARAK-
pengusaha untuk ‘membujuk’ konsumen PAGAR, KAPOK, DAN MALAPARI
agar mau membelinya (kualitas lebih baik,
emisi lebih bersih, produk dalam negeri, dan • Minyak jarak pagar: Perkebunan baru
lain-lain). Renungkan perbedaan harga dimulai; pasokan minyak belum ada. Bibit
Pertamax dgn premium !. unggul belum ada. Teknik-teknik pembibitan
FBI (didukung oleh Kementerian Ristek, dan budidaya relatif belum dikenal.
Pertanian, In-dustri, dan Perdagangan) • Minyak kapok: sumber (beberapa
mendesak pemerintah (cq Kementerian ESDM) perkebunan) ada, tetapi minyak kapok (dan
menyatakan (1). B10 sebagai bahan bakar sah biodiesel kapok) bereaksi positif terhadap uji
kendaraan diesel dan (2). Solar yang menjadi Halphen. Bagaimana menanggulanginya
basis pembuatan B10 adalah solar (hidrogenasi dan lain-lain.)?.
bersubsidi/PSO. • Minyak malapari (dari Pongamia
pinnata/glabra): minyak mengandung pula
bahan-bahan potensial untuk insektisida dan
KEBIJAKAN BARU PEMERINTAH obat-obatan, tetapi pohon relatif tak dikenal
oleh kebanyakan rakyat (India sudah mulai
• Dipicu oleh kenaikan drastis harga minyak mengeksploitasinya).
mentah tahun lalu.
• PerPres. No. 5/2006: pada 2025, bahan bakar • Teknik pembuatan biodiesel langsung dari
hayati (biofuel) harus ≥ 5% dari pasokan total (biji) sumber harus dikembangkan untuk
bahan bakar. memanfaatkan sumber yang mengandung ≤
• InPres No. 1/2006: Menteri2 dan gubernur2 30% minyak (termasuk bungkil perahan).
harus mendukung dan mempromosikan • Dibutuhkan upaya kreatif untuk
industri bahan bakar hayati domestik. mengeksploitasi (hampir) semua sumber
• Direktur Jenderal MIGAS baru-baru ini (17 daya minyak nabati agar dapat dicampurkan
Maret 2006) menerbitkan spesifikasi baru dengan bahan-bahan mentah utama seperti
solar yang a.l. mengizinkan solar minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar.
mengandung sampai 10%-volume biodiesel. • Contoh: kebanyakan biji yang dibuang
Æ B2, B5, B10 dapat dijual di SPBU-SPBU. Æ industri sari buah (sirsak, jambu, pepaya,
¾Gong awal peniagaan resmi sudah rambutan, dan lain-lain) mengandung cukup
dipukul. Dunia usaha dapat banyak minyak-lemak.
memanfaatkannya !. • Jika semua tantangan di atas dapat diatasi,
industri biodiesel dapat membantu
pembangunan ekonomi semua propinsi
TANTANGAN-TANTANGAN SEKARANG: (pulau) di Indonesia.

• Kebijakan baru pemerintah membuka lebar


peluang bisnis, tetapi juga menyodorkan
tantangan-tantangan teknologi.
• Teknologi domestik untuk memproduksi
biodiesel sampai sekarang baru terbukti

15
KEBIJAKAN PERTAMINA DALAM PENGEMBANGAN BIODIESEL

MUTIA EKASARI

PT. Pertamina Jakarta

LATAR BELAKANG • Departemen ESDM (Dirjen Migas). Standar


Dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Minyak
• Tingginya harga minyak dunia Solar 48 dan minyak Solar 51 yang
• Cadangan energi fosil terbatas mengandung FAME maksimum 10 %
• Konsumsi bahan bakar yang semakin
meningkat. Kebutuhan Solar Indonesia saat
ini 65.000 kilo liter per hari atau 23,7 jt kilo PENGEMBANGAN PROYEK BIODIESEL
liter per tahun (30 % import) BERBAHAN DASAR MINYAK JARAK
• Program Pemerintah Dalam Pemanfaatan
Biodiesel • PT PERTAMINA (PERSERO)
• INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)
• PT REKAYASA INDUSTRI
KEBIJAKAN PEMERINTAH Tanggal 18 Agustus 2005

• PERPRES No. 5 Tahun 2006 Tentang Kebijakan


Energi Nasional PERJANJIAN POKOK:
• INPRES No. 1 Tahun 2006 Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) • PT PERTAMINA (PERSERO)
Sebagai Bahan Bakar Lain o Sebagai penyandang dana pembangunan
• Menginstruksikan dan memberi tugas yang pabrik.
spesifik o Sebagai pembeli Biodiesel (B10).
1. Menko Perekonomian o Sebagai distributor Biodiesel (B10).
2. Menteri ESDM • PT REKAYASA INDUSTRI
3. Menteri Pertanian o Sebagai pengelola perkebunan dan
4. Menteri Kehutanan o EPC kontraktor
5. Menteri Perindustrian • INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
6. Menteri Perdagangan o Sebagai Technology Licensor
7. Menteri Perhubungan
8. Meneg Ristek
9. Meneg Koperasi PEMBANGUNAN AWAL PABRIK
10. Meneg BUMN BIODIESEL PERTAMINA
11. Menteri Dalam Negeri
12. Menteri Keuangan • 1 unit kapasitas 15.000 M3/hari
13. Menteri LH • Desain dibuat oleh PT Rekayasa Industri
14. Gubernur bersama Dit. Pengolahan Pertamina
15. Bupati dan Walikota • Lokasi Indramayu (berdekatan dengan
• Road map biodiesel pada buku Blue Print kilang UP-VI Balongan)
Pengelolaan Energi Nasional yang • Rencana selesai pertengahan tahun 2007.
dikeluarkan oleh ESDM • Sosialisasi penyediaan lahan (pertanian dan
• Badan Standardisasi Nasional (BSN). pabrik) dan bibit dengan Bupati Indramayu,
Spesifikasi Biodiesel SNI 04-7182-2006 Subang dan Manajemen Pertamina UP VI
Tanggal 22 Pebruari 2006 Balongan.

16
Perbandingan harga BBM nonsubsidi Maret-
• PT Rekayasa Industri telah menanam pohon April 2006 (Rp/liter)
jarak pagar diatas lahan seluas 150 hektar
(5,55%) di Indramayu dan pembibitan di
Ciawi
• Lahan yang diperlukan 2700 hektar. Lokasi
lahan yang tersedia : Subang : 400 hektar;
Indramayu : 5000 hektar
• Pembangunan selanjutnya disesuaikan
dengan perkembangan tersedianya bahan
baku
Sumber: Pertamina. Ket. * transportasi, ** industri

ROADMAP TEKNOLOGI BIODIESEL (sesuai dengan Perpres No. 5 Tahun 2006)

Year 2005 - 2009 2010 -2015 2016 - 2025


Pemanfaatan Biodiesel Pemanfaatan Biodiesel
Pemanfaatan Biodiesel
Sebesar 2% Konsumsi Sebesar 3% Konsumsi
Sebesar 5% Konsumsi
Market Solar
720.000 kL
Solar
1.5 juta kL
Solar
4.7 juta kL

STANDARD BIODIESEL NASIONAL

Product Biodiesel
Sawit
Biodiesel Sawit,
Jarak Pagar, Tumbuhan lain.
High/superior performance
Biodiesel
(angka setan tinggi,
& Jarak Pagar Etanol dari (ekses) gliserin titik tuang rendah)

Commercial Plant Commercial Plant “High Performance


Technology Kapasitas 30.000 s/d
100.000 Ton/tahun
Kapasitas >
100.000 Ton/tahun
Biodiesel Product
Commercial Plant”

Biodiesel Plant Test Property,


dari minyak Desain Performance
sawit, Enjiniring &
R&D jarak pagar &
tumbuhan lain
Test
standarisasi

Optimasi
Property, &
Performance Modifikasi
Dan Desain plant
Teknologi standarisasi
Blending,
Teknologi
(bio-)
Pembuatan
teknologi
aditif
(ekses)
gliserin Sumber : ESDM, 2005

17
PABRIK BIODIESEL DI LUAR NEGERI

ENERGEA:

1 Biodiesel is an ecologically friendly fuel.


2 Biodiesel is produced from renewable materials.
3 Biodiesel contains practically no sulfur (0.001%)
4 Biodiesel considerably decreases soot emissions (up to 50%)
5 When burnt, biodiesel emits the same amount of CO2 as the plants absorb in growth (closed CO2 cycle).
6 Biodiesel contains no benzole or other carcinogenic polyaromatic components
7 Biodiesel easily decomposes biologically and in the case of an accident no harm is done to the soil or ground water.
8 Biodiesel is not considered a hazardous material (flashpoint above 110°C).
9 Biodiesel has superior lubrication capabilities and increases engine life.
10 Biodiesel is an ecologically beneficial alternative to conventional diesel fuel.

ENERGEA PLANT

18
PABRIK BIODIESEL DI DUNIA

Germany: MUW Bitterfeld - 150.000 t (rapeseed)

Slovakia: EkOil-50.000 t (rapeseed + recycled oils)

France: Diester / Grand Couronne - 250.000 t (rapeseed)

19
POTENSI DAN KENDALA PEMANFAATAN LIMBAH INDUSTRI
KELAPA SAWIT UNTUK SUMBER ENERGI HAYATI

SISWANTO

Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Jl. Taman Kencana No. 1, Bogor, Telp. 0251-348921

PENDAHULUAN Kenaikan harga BBM dunia beberapa waktu


yang lalu telah menimbulkan kepanikan bagi
Indonesia merupakan negara yang kaya akan masyarakat, dan dunia industri. Pemerintah
sumber energi, namun ironisnya rakyat masih sangat serius dalam menanggapi hal tersebut
mengalami kesulitan untuk mendapatkan terbukti bahwa pada tgl. 25 Januari 2006, telah
minyak tanah. Seperti dilaporkan oleh diterbitkan Peraturan Presiden No. 5/ 2006
Departemen ESDM, sebetulnya Indonesia tentang kebijakan energi nasional dengan tujuan
memiliki potensi sumber daya energi non fosil untuk keamanan pasokan energi dalam negeri.
yang cukup melimpah, namun hingga saat ini Pada saat yang bersamaan juga diterbitkan
kapasitas terpasang masih jauh lebih rendah Instruksi Presiden No.1/2006 yang ditujukan
dibanding potensinya (Tabel 1). Mikrohidro, kepada sejumlah menteri terkait, Gubernur dan
tenaga angin, tenaga matahari, panas bumi, dan Bupati untuk melaksanakan percepatan dalam
biomassa adalah sebagian dari potensi energi penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati
terbarukan yang melimpah di Indonesia. (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.
Sementara batu bara yang dicairkan maupun Sasaran Kebijakan Energi Nasional pada
pengolahan gas metan dari lapisan batu bara Tahun 2025, bahwa jenis energi bahan bakar
menjadi sumber mineral yang diperhitungkan nabati (biofuel) diharapkan dapat mencapai 5%
juga melimpah dan bernilai ekonomis amat dari kebutuhan energi nasional (Tabel 2).
tinggi. Sumber energi hayati yang berasal dari
biomassa memiliki potensi 50.000 MW, namun Tabel 2. Sasaran Kebijakan Energi Nasional Tahun
kapasitas terpasang hanya 302 MW (Ariati, 2001). 2025 (Perpres No.5/2006)

Tabel 1. Potensi dan kapasitas terpasang dari energi Jenis Energi % ase
terbarukan di Indonesia (Ariati, 2001) Minyak bumi < 20%
Gas bumi > 30%
Kapasitas Batubara > 33%
Sumber energi Potensi (MW) terpasang Bahan bakar nabati (biofuel) > 5%
(MW) Panas bumi > 5%
Large Hydro 75.000 MW 4.200 Energi baru & terbarukan (biomassa, nuklir, > 5%
Panas bumi 20.000 MW 812 tenaga air, tenaga surya & tenaga angin)
Mini/micro hydro 459 MW 54 Batubara dicairkan (liquefied coal) > 2%
Energi surya 4.5 kWh/m2/hari 5
Energi angin 3-6 m/detik 0,5
Biomassa 50.000 MW 302 Potensi bahan baku untuk pengembangan
Total 5.373,5 bahan bakar nabati (biofuel) yang bersifat
terbarukan, a.l.: minyak sawit, dan jarak pagar
untuk biodiesel serta singkong, ubi dan tetes
Pemakaian BBM yang cukup besar memaksa tebu untuk bioetanol. Untuk energi terbarukan,
Indonesia juga menjadi negara importir BBM. biodiesel berbasis minyak sawit diprediksi
Walaupun nilai ekspor minyak mentah Indonesia menjadi primadona baru karena ketersediaannya
mencapai 514.000 barrel per hari, tetapi nilai yang cukup dibanding jarak pagar.
impornya mencapai 487.000 barrel per hari.

20
Pemanfaatan limbah padat industri kelapa sawit 2005), (b) produksi makanan ternak (Khair, 1998),
untuk sumber energi hayati (c) media jamur konsumsi (Awang et al., 1998;
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Siswanto, 2005 unpublished), (d) pembuatan
Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2003 pulp kertas (Eriksson et al, 1990; Away et al.,
mencapai lebih dari 5,2 juta ha, dengan total 1997), (e) dan produksi etanol (Eriksson et al.,
produksi lebih dari 9,8 juta ton minyak sawit 1990).
yang dihasilkan dari 320 pabrik kelapa sawit Di setiap pabrik kelapa sawit, kebutuhan
yang sebagian besar terdapat di Sumatera (258 listrik untuk operasional pabrik umumnya dapat
pabrik), dan lainnya di Kalimantan, Sulawesi dan tercukupi menggunakan boiler 1-2 MW dengan
Jawa (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004). bahan bakar serabut buah sawit. Namun
Untuk mendapatkan minyak dari tandan kebutuhan serabut buah sawit untuk boiler
buah segar (TBS) dilakukan proses fisik melalui tersebut tidak terlalu banyak sehingga masih
berbagai tahapan sebagai berikut: perebusan, tersisa. Pada dasarnya limbah padat sawit di
pembantingan, penghancuran, pengempaan, Indonesia sebanyak ± 43 juta ton/tahun (TKKS,
klarifikasi dan pemecahan biji. Proses serat buah sawit, dan tempurung inti sawit)
pengolahan tersebut menghasilkan limbah padat tersebut dapat juga dimanfaatkan sebagai
dan limbah cair dalam jumlah yang besar. sumber energi pembangkit listrik boiler di
Setiap ton TBS yang diproses di pabrik untuk wilayah pedesaan di sekitar pabrik.
menghasilkan minyak sawit, maka akan Seperti halnya tempurung kelapa,
dihasilkan limbah padat TKKS sebanyak 230 kg, cangkang kelapa sawit termasuk bahan
serat buah sawit 120 kg, tempurung inti sawit 60 berlignoselulosa yang berkadar karbon tinggi
kg dan LCPKS 6-7 m3. Dengan demikian jika dan mempunyai berat jenis yang lebih tinggi
luas areal TM (Tanaman Menghasilkan) sawit daripada kayu sehingga karakteristik ini
pada tahun 2005 mencapai ± 5,2 juta Ha dan memungkinkan bahan tersebut baik untuk
produksi rata-rata ± 20 ton TBS/Ha/tahun, maka dijadikan briket arang, karbon aktif dan
total produksi yang diperoleh sebanyak 104,8 diperoleh asap cair sebagai hasil samping. Balai
juta ton TBS dan akan dihasilkan limbah padat Penelitian Karet Sembawa, Palembang telah
sebanyak ± 43 juta ton terdiri dari TKKS memproduksi asap cair ”Diorub” skala
sebanyak 24,1 juta ton, serat buah sawit 12,6 juta komersial sebagai bahan pembeku karet dan
ton, tempurung inti sawit 6,3 juta ton dan limbah sekaligus dapat menghilangkan bau dengan
cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) sebanyak 63 harga ± Rp. 6.500,-/liter Asap cair juga dapat
juta m3. digunakan sebagai bahan pengawet makanan
Selain TKKS, limbah padat kelapa sawit juga yang tidak berbahaya sebagai pengganti formalin
berasal dari batang dan pelepah batang yang seperti ikan, daging, bakmi, tahu dan lain-lain.
biasanya tidak dimanfaatkan dan hanya dibakar Namun penggunaan yang berlebihan dapat
atau dibenamkan di kebun. TKKS umumnya menyebabkan bau asap. Setiap ton cangkang
tidak dimanfaatkan secara maksimal dan kadang sawit dapat menghasilkan ± 250 kg briket atau
hanya ditebar di sekitar pohon sawit atau karbon aktif serta ± 250 L asap cair.
dibuang di sekitar pabrik sebagai land fill yang Kendala yang dihadapi para investor untuk
memerlukan biaya dan tenaga yang cukup besar bergerak dibidang energi hayati adalah karena
atau dibakar dalam insinerator yang harga BBM yang masih disubsidi, serta
menyebabkan polusi asap. Padahal batang dan lambannya penerbitan peraturan pemerintah
pelepah batang sawit tersebut juga berpotensi tentang regulasi dan insentif bagi industri yang
untuk dimanfaatkan sebagai sumber selulosa memproduksi energi hayati. Subsidi silang BBM
dalam ransum pakan ternak sapi. memungkinkan terbentuknya pasar dalam
Tandan kosong kelapa sawit terdiri dari tiga negeri untuk memacu pengembangan energi
komponen utama, yaitu lignin, selulosa dan alternatif. Saat ini para investor masih menunggu
hemiselulosa. Lignin merupakan polimer kebijakan regulasi dari Pemerintah terutama
kompleks fenilpropan yang berikatan silang mengenai policy harga untuk dapat bersaing
secara kuat dengan selulosa dan hemiselulosa. dengan BBM yang disubsidi dan standar
Oleh karena itu hidrolisis lignoselulosa adalah produksi
proses yang sangat kompleks. Berbagai teknologi
telah dikembangkan untuk pemanfaatan TKKS
antara lain untuk: (a) produksi kompos (Goenadi
et al., 1998) dan kompos bioaktif (Siswanto dkk,

21
Pemanfaatn limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) lagoon) dengan volume inlet ± 4 m3/hari dan
untuk produksi biogas masa tinggal 25 hari di PT. Pinago Utama
Produksi minyak dari tandan buah segar Palembang (Siswanto dkk, 2005), dapat diperoleh
(TBS) dihasilkan limbah cair dalam jumlah besar. biogas sebanyak 50 m3/ hari. Biogas yang
Produksi satu ton minyak kelapa sawit diperoleh mengandung gas metan 55-60% dan
menghasilkan 2,5 ton limbah organik cair yang CO2 40-45%, sedikit uap air dan H2S.
berasal dari proses separasi, klarifikasi dan Menurut perhitungan project FELDA di
sterilisasi (Loebis dan Tobing 1989). Proses Malaysia potensi 1m3 LCPKS dapat
pengolahan tersebut menghasilkan LCPKS yang menghasilkan = 24 m3 biogas. Jika LCPKS di 1
berasal dari air kondensat rebusan 36 persen pabrik tersebut sebanyak 700 m3/hari maka akan
(150-175 kg/ton TBS), 60 persen, air drab dihasilkan biogas = 700 m3/ hari x 24 m3 biogas =
klarifikasi (350-450 kg/ton TBS) dan 4 persen air 16.800 m3 biogas/hari. Jika 1m3 biogas ekuivalen
hidrosiklon (100-150 kg/ton TBS). Sebagai contoh dengan 0,7 L bahan bakar minyak, maka
sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas pengolahan limbah dengan sistem covered
olah 45-50 ton TBS/jam menghasilkan limbah lagoon tersebut akan menghasilkan energi
cair sebanyak 700 m3 per hari dan diperlukan sebanyak 16800 m3 biogas X 0.7 Liter = 11760
kolam pengolah limbah seluas ± 10 Ha. LCPKS Liter BBM x Rp. 5500,- = Rp. 64.680.000,-/ hari.
tersebut dengan pH rendah, konsentrasi BOD, Biogas yang diperoleh dari kolam sudah
COD, TS dan SS yang tinggi sehingga berpotensi diujicobakan untuk:
mencemari air sungai, mengurangi kadar 1. Kompor pengganti LPG. Untuk
oksigen terlarut, menurunkan kesehatan ikan memanaskan air 2 L dengan LPG atau biogas
dan udang pada badan air permukaan diperlukan waktu ± 8 menit, konsumsi biogas
sekitarnya. sebanyak 2 bar dari tabung biogas ukuran 35 L.
2. Untuk kompresor merk Honda 1,5 pk.
Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Kompresor dapat tetap hidup jika aliran bahan
Sawit (LCPKS) bakar bensin ditutup penuh dan digantikan
dengan Biogas. Kompresor tersebut digunakan
Parameter Rata-rata
untuk mengkompres gas metan kedalam tangki
pH 4,2
5000m3 sehingga dapat diangkut ke pabrik karet
BOD (mg/L) 25.000
COD (mg/L) 50.000 di PT. Pinago untuk diujicobakan sebagai
TS (mg/L) 40.000 pengganti burner/ alat pemanas yang biasanya
SS (mg/L) 18.000 menggunakan LPG atau di bengkel las serta
Lemak (mg/L) 6.000 pembangkit listrik.
3. Bengkel las di pabrik yang biasanya
menggunakan LPG dapat digantikan
Penanganan LCPKS di Indonesia sampai saat sepenuhnya dengan biogas.
ini biasa diolah dengan sistem kolam dan
umumnya dibedakan ke dalam tiga tahap yakni
kolam pengendapan, kolam anaerob dan kolam DAFTRA PUSTAKA
aerob. Penanganan limbah dengan metode
demikian membutuhkan lahan luas dan biaya Ariati R, 2001. Indonesian Energy Policy: Towards Greater
Local Manufacturing for Renewable Energy. Asean
tinggi, tanpa ada manfaat lain diperoleh. Di
energy bulletin, 3rd Quarter 2001, Vol. 5, No. 3: 4-6.
samping itu gas metana, CO2 dan emisi gas Awang MR, Atan Y, Omar M, Hashim A, Kume T, &
rumah kaca lain dari limbah kolam terbuka Hasimoto S. 1998. Biodegeneration of oil palm empty
berdampak negatif terhadap meningkatnya fruit bunch by composite microorganisms. JSNM, 16, 1:
(abstract)
pemanasan global dan perubahan iklim. Ironis
Away Y, Goenadi DH & Pasaribu RA. 1997. Optimum
Indonesia telah meratifikasi Protokol Kyoto sejak incubation period of EFBOP biolignification for medium-
1998, sehingga upaya pemerintah untuk paper pulping. Menara Perkebunan 65:43-52.
mengurangi emisi gas rumah kaca dalam Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik
Perkebunan. Dit.Jend.Bina Produksi Pertanian.
kegiatan pembangunan patut didukung.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Biogas merupakan salah satu alternatif Eriksson KEL, Blanchette RA & Ander P.1990. Microbial and
sumber energi terbarukan yang dapat diproduksi enzymatic degradation of wood components. pp. 407.
dari LCPKS melalui fermentasi anaerob dengan Goenadi DH, Suswanto & Romli M. 1998. Kajian aspek tekno-
ekonomi produksi kompos bioaktif tandan kosaong
bioreaktor UASB maupun sistim kolam. Hasil
kelapa sawit di PSK Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara
percobaan skala 100 m3 kolam tertutup (covered VIII. Warta Penelitian Biologi perkebunan 4:29-41.

22
Instruksi Presiden No.1/2006, tentang penyediaan dan Peraturan Presiden No. 5/ 2006 tentang kebijakan energi
pemanfaatan bahan bakar nabati (Biofuel) sebagai bahan nasional, tanggal 25 Januari 2006: 8 pp.
bakar lain, tanggal 25 Januari 2006: 6 pp. Shi-Zong Li., Engineered Bacteria for Ethanol Production
Khair N. 1998. Upgrading of oil palm wastes by radiation from Lignocellulose. Center for biomass Engineering,
processing-project over view. Nuclear Science Journal of China Agricultural University.
Malaysia, Vol. 16, 7 pp. Siswanto, S. Marsudi, Suharyanto, E. Mahajoeno, Isroi. 2005.
Loebis, B. dan P.L. Tobing. 1989. Potensi pemanfaatan limbah Pemanfaatan Limbah Padat dan Cair Pabrik Kelapa Sawit
kelapa sawit. Buletin Perkebunan, 20:49-56. untuk Produksi Kompos Bioaktif & Gas Bio. Laporan akhir
RUK 2005. Jakarta: KMNRT.

23
MENGGAGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DENGAN
KOMODITAS TANAMAN SUMBER ENERGI DI DAS SOLO

HARRY SANTOSO

Direktur Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen
Kehutanan

ini masih sangat menggantungkan pada energi


PENDAHULUAN minyak, gas bumi dan batubara.
5. Dalam pada itu kegiatan rehabilitasi
1. Kebijakan Energi Nasional sebagai hutan dan lahan yang selama ini telah
pedoman dalam pengelolaan energi nasional dilaksanakan di wilayah DAS Solo, selain
telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 mengintrodusir teknik konservasi tanah dengan
Tahun 2006 tertanggal 25 Januari 2006 dalam metoda sipil teknik yaitu pembuatan bangunan
rangka menjamin keamanan pasokan energi konservasi tanah dan air berupa dam
dalam negeri serta guna mendukung pengendali, dam penahan, gully plug dan sumur
pembangunan berkelanjutan. Pada tanggal yang resapan, juga dilakukan dengan metoda vegetatif
sama juga telah diterbitkan Instruksi Presiden yaitu pembuatan tanaman terutama jenis kayu-
No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan kayuan dan tanaman unggulan lokal (multi
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (biofuel) purpose tree species/MPTS) melalui kegiatan
Sebagai Bahan Bakar Lain. hutan rakyat, hutan kota, turus jalan di luar
2. Sebagaimana diuraikan dalam Perpres kawasan hutan, serta reboisasi dikawasan hutan.
tersebut di atas, biomassa merupakan salah satu 6. Guna mengkaji sejauh mana upaya
sumber energi yang berasal dari sumber daya rehabilitasi hutan dan lahan tersebut dapat
alam selain minyak dan gas bumi, batubara, air, diintegrasikan dengan upaya pengembangan
panas bumi, gambut dan lain-lain. baik secara sumber energi dari biomassa dan bahan baku
langsung maupun tidak langsung dapat untuk bahan bakar nabati lanilla, tulisan ini
dimanfaatkan sebagaii energi. Secara khusus sebagai kontribusi untuk menjawab pertanyaan
biomassa dan bahan bakar nabati (biofuel) juga tersebut, sekaligus sebagai tindak lanjut Perpres
digolongkan sebagai sumber energi terbarukan dan Inpres yang telah ditetapkan tersebut di atas,
yang dihasilkan dari sumberdaya energi yang dengan fokus bahasan di wilayah DAS Solo.
secara alamiah tidak akan habis dan dapat
berkelanjutan jika dikelola dengan baik, selain
panas bumi, aliran air sungai, panas surya, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
angin, biogas, ombak laut dan lain-lain. SUMBER
3. Komoditas tanaman sumber energi pada
dasarnya dapat berasal dari biomassa yaitu 7. Apabila dieksplorasi, kayu yang
tanaman kayu-kayuan dan bahan baku untuk digunakan untuk bahan baku energi di wilayah
bahan bakar nabati (biofuel) misalnya tanaman DAS Solo dapat bersumber dari:
pagar. a. Areal lahan yang ditanami dalam bentuk
4. Sehubungan dengan itu, telaahan tegakan, limbah eksploitasi, dan hasil
tentang potensi pengembangan sumber-sumber pembukaan lahan (land clearing); dan
energi terbarukan berupa tanaman kayu-kayuan b. Limbah proses industri pengolahan kayu
dan tanaman pagar tersebut akan bermanfaat seperti penggergajian kayu, kayu lapis dan lain-
dalam mendukung upaya mewujudkan lain.
keamanan pasokan energi nasional yang dewasa 8. Dari areal lahan, sumber kayu tegakan
dapat berasal dari: (i). lahan produktif, seperti

24
kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani, numerik maupun spatial. Sedangkan dari hasil
atau di luar kawasan hutan yaitu lahan milik analisis tahap kedua akan diperoleh informasi
berupa tegalan, kebun, talun, pekarangan atau di tentang jenis-jenis tanaman tertentu dari
tanggul sawah; dan (ii). lahan non produktif, beberapa alternatif jenis yang sesuai untuk
seperti lahan kritis, tanah kosong, atau alang- ditanam pada areal yang dianalisis yang
alang. memberikan keuntungan ekonomi (economic
9. Dari limbah industri, sumber kayu dapat return) untuk diusahakan secara komersial.
berasal dari industri hulu misalnya kayu lapis,
penggergajian kayu dan lain-lain. serta industri
hilir seperti meubel, komponen rumah dan lain- POTENSI WILAYAH
lain., dengan jenis limbah sebagai bahan energi
yang dapat berbentuk serbuk, sebetan, serpihan 12. Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit
dan potongan kayu. Landsat s/d tahun 2003 (Baplanhut, 2005),
10. Kegiatan pembinaan sumber energi ini satuan wilayah pengelolaan (SWP) DAS Solo
agar lebih terencana dan terarah, memerlukan mencakup areal seluas 1.986.829 Ha meliputi 15
langkah-langkah: kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
a. Inventarisasi dan identifikasi, untuk Sebaran luas penutupan vegetasi (lampiran peta -
mengetahui lebih akurat tentang potensi dan 2) didominasi oleh areal sawah 26,65%, hutan
kondisi saat ini, guna menentukan pembinaan tanaman 24,19%, pertanian lahan kering 18,45%,
selanjutnya; kegiatan yang perlu dilakukan pertanian lahan kering campuran 16,70% dan
antara lain adalah: pengumpulan data luas areal permukiman 9,74%
lahan yang tersedia, data konsumsi biomassa 13. Dari sebaran fungsi kawasan (lampiran
untuk berbagai keperluan (industri, rumah peta-3) wilayah DAS Solo didominasi oleh areal
tangga, bahan bangunan, arang, tenaga listrik diluar kawasan hutan seluas 77,88%, hutan
dan lain-lain.), memantau kerusakan (degradasi) produksi 19,90%, dan sisanya hutan lindung
sumber yang terjadi karena bencana alam, 1,71%, hutan produksi terbatas 0,23%, kawasan
aktivitas manusia dan lain-lain.; dan data upaya hutan konservasi 0,02% dan tubuh air 0,27%
penanaman jenis komoditi yang telah dilakukan 14. Sebaran lahan kritis di wilayah DAS Solo
(realisasi dan tingkat keberhasilan); (lampiran peta– 4) meliputi areal potensial kritis
b. Peningkatan mutu sumber, untuk seluas 535.633 Ha (26,96%), agak kritis 447.984
mengembangkan potensi tegakan melalui Ha (22,55%), areal kritis 86.561 Ha (4,36%) dan
pemilihan jenis bibit dan pemeliharaan tanaman sangat kritis 4.360 Ha (0,22%). Apabila sasaran
serta pemangkasan dan penjarangan. pengembangan tanaman biomassa dan tanaman
c. Penelitian dan pengembangan, untuk pagar diarahkan pada lahan agak kritis, kritis
mengarahkan efisiensi dan efektivitas dan sangat kritis, maka total luas areal yang
pengusahaan sumber energi, dengan menelaah dapat digarap adalah 588 905 Ha. Untuk
dari aspek teknis, sosial ekonomi dan lingkungan mendapatkan areal neto sasaran pengembangan,
11. Khusus untuk pengumpulan data luas maka angka luas potensial lahan kritis tersebut
lahan yang tersedia untuk pengembangan jenis- perlu dikurangi luas areal yang telah
jenis tanaman, agar lebih akurat perlu diawali direhabilitasi baik melalui kegiatan Gerakan
dengan analisis penilaian kesesuaian lahan (land Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN
suitability assessment) di wilayah DAS Solo. RHL/GERHAN) dan kegiatan lainnya sejak
Analisis ini secara lengkap mencakup 2 (dua) tahun 2003 hingga 2005.
tahap yaitu (i). penilaian kualitatif yaitu
penilaian kesesuaian tanaman secara agro/sylvo-
ekologi (agro/sylvo ecological crop suitability KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN
assessment); dan (ii). penilaian kuantitatif yaitu
penilaian kesesuaian tanaman secara agro/sylvo- 15. Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi
ekonomi (agro/sylvo economic crop suitability Hutan dan Lahan (GN RHL/GERHAN) yang
assessment). Dari hasil analisis tahap pertama dilaksanakan di wilayah DAS Solo sejak tahun
tersebut akan dihasilkan informasi detail tentang 2003 hingga 2005 dapat dikatakan sebagai upaya
luas sebaran kesesuaian lahan (di lahan kritis) di rehabilitasi lahan kritis yang bersifat masal. Total
DAS Solo untuk penanaman sumber energi luas realisasi penanaman tanaman kayu-kayuan
khususnya jenis-jenis komoditi biomassa dan dan tanaman unggulan lokal (multi purpose tree
bahan baku untuk bahan bakar nabati baik species/MPTS) melalui kegiatan hutan rakyat

25
(murni dan pengkayaan tanaman) adalah seluas peralatan tepat guna dan kultur yang sesuai
83 214 Ha dengan rincian tahun 2003 seluas 25 terutama pada masyarakat di perdesaan. Untuk
764 Ha, tahun 2004 seluas 41 340 Ha dan tahun sektor industri, memerlukan energi dalam
2005 seluas 16 110 Ha (lampiran tabel-1). Apabila bentuk panas, listrik atau tenaga penggerak yang
tingkat keberhasilan diperkirakan rata-rata membutuhkan pula rekayasa peralatan yang
sebesar 70%, maka areal penanaman pada lahan sesuai untuk menghasilkan kapasitas produksi
kritis melalui GN RHL/GERHAN tahun 2003 yang optimal. Pada sektor transportasi, energi
s/d 2005 adalah seluas 58 498 Ha. kayu untuk tenaga penggerak sangat dibutuhkan
16. Apabila diasumsikan bahwa kegiatan baik di perdesaan maupun di areal
rehabilitasi lahan non GN RHL/GERHAN yang pertanian/perkebunan/perikanan.
berhasil sejak tahun 2003 adalah seluas 10% dari
luas areal penanaman GN RHL/GERHAN yaitu
seluas 5 850 Ha, maka total luas penanaman
pada lahan kritis s/d tahun 2005 termasuk GN POLA PENGEMBANGAN TANAMAN
RHL/GERHAN adalah 64 348 Ha. Dengan
mengurangkan angka dari butir 7 di atas, maka 20. Pengembangan tanaman biomassa
lahan kritis yang tersedia di DAS Solo sebagai dalam GN RHL/GERHAN yang diuraikan pada
sasaran pengembangan tanaman biomassa dan butir 17 di atas, pada tahun 2003 dan 2004
bahan baku untuk bahan bakar nabati masih dilakukan dengan komposisi jenis tanaman
cukup luas yaitu 524 557 Ha. pokok (kayu-kayuan) 70% dan MPTS 30%,
17. Adapun jenis komoditi yang telah sedangkan tahun 2005 berubah menjadi tanaman
ditanam melalui GN RHL/GERHAN tahun 2003 pokok 60% dan MPTS 40%.
s/d 2005 di DAS Solo meliputi (i). kayu-kayuan 21. Khususnya pengembangan bahan baku
sebanyak lebih dari 30 juta batang tersebar di 14 untuk bahan bakar nabati seperti tanaman Jarak
kabupaten meliputi Jati, Mahoni, Suren, Pinus, pagar (Jatropha curcas L), ada beberapa alternatif
Gmelina, Accacia mangium, Sengon laut, yang dapat dilaksanakan dalam rangka
Sonokeling, Eucalyptus, Mindi, Accacia rehabilitasi hutan dan lahan sbb.:
auriculiformis, Angsana, Filisium, Rhizophora, a. Reboisasi di kawasan hutan, pada areal
Aviecenia, dan Bruguiera; (ii). MPTS sebanyak hutan rusak, alang-alang dan semak belukar,
lebih dari 4 juta batang meliputi Kemiri, dapat ditanam secara murni dengan jarak tanam
Belimbing, Nangka, Mete, Mangga, Durian, 2 x 2 m (2 560 btg/Ha); hal ini perlu dibahas
Rambutan, Apokat, Melinjo, Sukun, Sawo, dengan Perum Perhutani sebagai pengelola
Jambu, Pete, Matoa, Duku, Srikaya, Klengkeng kawasan hutan;
dan lain-lain. Hasil-hasil penanaman ini sudah b. Hutan rakyat pada tanah yang dibebani
tentu merupakan input nyata bagi mendukung hak, Jarak pagar sebagai tanaman MPTS dapat
pengembangan energi biomassa sesuai ditanam pada anggelan teras, pematang atau
kepentingannya. pada batas pemilikan tanah;
c. Alternatif lain, Jarak pagar dapat
ditanam dalam kegiatan percontohan (model)
BENTUK PASOKAN ENERGI KAYU sebagai tanaman pengisi, tanaman sela, tanaman
tepi dan tanaman pagar dari hamparan tanaman
18. Kayu yang diolah untuk energi dapat pokok yang ditanam.
berbentuk padat, cair atau gas. Yang berbentuk 22. Departemen Kehutanan c/q Ditjen
padat antara lain kayu bakar, serpih (chip), pelet Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, mulai
atau briket dan arang. Untuk yang berbentuk tahun 2005 dengan dana DIPA kegiatan Social
cairantara lain minyak kayu, tar dan alkohol. Forestry telah mengembangkan model
Sedangkan yang berbentuk gas adalah gas kayu penanaman Jarak pagar di Kab. Lombok Timur
yaitu CO, CH4 dan lain-lain. Macam energi yang (NTB) seluas 300 Ha. Pada DIPA 2006
dihasilkan dari bahan-bahan tersebut dapat dialokasikan penanaman seluas 1200 Ha tersebar
berupa panas, listrik dan tenaga mekanis. di NTB (350 Ha), NTT (350 Ha), Sulsel (250 Ha),
19. Penggunaan bahan energi tersebut dapat dan Sulteng (250 Ha).
untuk sektor rumah tangga, sektor industri,
sektor transportasi dan perdagangan. Di sektor
rumah tangga misalnya untuk memasak dan
untuk penerangan, memerlukan pengembangan

26
TINDAK LANJUT PENGEMBANGAN c. Khusus untuk pengembangan Jarak
pagar, yang perlu disiapkan dengan baik adalah
23. Beberapa aspek kiranya perlu rencana aksi dan payung hukum yang jelas serta
ditindaklanjuti agar program pemerintah untuk kelembagaan budidaya, pemasaran, dan
mewujudkan keamanan pasokan energi kesiapan teknologi pengolahan agar tidak
mendatang dapat tercapai, namun dilain pihak terulang kegagalan fatal dan tragis yang terjadi
juga memberikan manfaat ganda baik dalam dalam rencana pengembangan Rice Estate pada
rangka keberhasilan rehabilitasi dan konservasi lahan gambut 1 juta Ha di Kalimantan Tengah.
lahan maupun untuk meningkatkan nilai tambah
bagi masyarakat perdesaan khususnya dan para
usahawan ybs.: DAFTAR PUSTAKA
a. Perencanaan yang akurat memerlukan
tersedianya data dasar yang juga harus akurat Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 tahun 2006
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar
tentang peta sebaran lokasi yang potensial untuk Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
sumber biomassa dan bahan baku untuk bahan Laporan Penyelenggaraan GN RHL/GERHAN Tahun 2003
bakar nabati baik dengan menggunakan s/d 2005. BP DAS Solo.
teknologi penginderaan jauh maupun ground Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional
check dalam rangka species site matching;
b. Analisis suplai dan demand energi dari
kayu di perkotaan/ perdesaan harus dilakukan
agar diperoleh data aktual kondisi sekarang;

PETA PENGELOMPOKAN WILAYAH


DAS SOLO
TUBAN GRESIK
110 26' 52.79'' BT
O
112 O 40' 5.79'' BT

6 45' 16.2'' LS
6 45' 16.2'' LS

PETA KEDUDUKAN KABUPATEN TERHADAP W ILAYAH SWP DAS SOLO


Laut Jawa
O
WILAYAH KERJA BALAI PENGELOLAAN DAS SOLO O

Tuban
Tuban # TUB AN
#
Se
Gresik l
NGAWI

at
Ma
KARANGANYAR

du
ra
SUB DAS T EM UL US SOL OAN
K. Ke
ni
ng

SRAGEN
K. N

ga b
SUB DAS K ENING u
r

CEPU

SURAKARTA
g

#
an

Cepu
ond

DAS JRATUN SELUNA


K.G

Lamongan
Lamongan LAMONGA N
K. G

DAS LAMONG

(JAWA TENGAH) Bojonegoro


ro bo g

BLORA Bojonegoro
BOJ ONEG ORO
an

# %
K. W ul un g K.G
t
a pe

Surabaya
K. G

on

K.K
da
K. J

il i ng

ng

ng
i

g on g
a ca l

Wd. PRIJI RAN Mojokerto


K .P
K. K ed

. Bes k i
u
ut

K . P ara ng

BOYOLALI
K
ce t

SUB DAS P ACAL S EMA R MENDE M


.P a

LAMONGAN
K

g
an
ngg

SUB DAS BANB AN TIDU S. La mo ng


K . Pa

SUB DAS K EDUNGDOW O


Be nga
BENGAWAN wa n So loS OLO
K.
Bu nt a
la n
N
B
K.

ran
gk al i

Sragen
Sragen NGAW I
# Ngawi Wd. PACAL
SUB DAS SAW UR
#
at an

W E
ur

Kab.Semarang
Kab.Semarang SRAGEN
Sa w
K . K en

K. C m
K.

e mor be
l em

o
i si

K . W at ug al h

SUB DAS K ENAT A N


i
K.Bb

G.MERBABU SUB DAS B LE MBE M


K .B

KAB .SEMARA NG G.PAND AN


311 9 m
g
K. Jl

on

$ A nd
$
am

K.
pran

SUB DAS GROMPOL

S
g

G.L ILI RAN


ng

$ Boyolali $
BOJONEGORO
ne

Mu
BOYOL AL I pe K.
K. P e
#
G.MERAPI
SURAKARTA SUB DAS PEPE
il
go

r in

301 1 m
on

K.T

s oa n
Ke K.Je r
K.
K. Sr

a
SURAKARTA ng
oy o

g Te
%
SUB DAS B RAM BA NG

K. B r amb an g Karanganyar
Karanganyar G.DO RO WATI
K
.J u
ra n

LEGENDA :
$
DAS BRANTAS
K. K en ar
i KARA NGANY AR
#
K. S am
SUB DAS S AM IN
in

$ 326
G.L AWU % Madiun
Madiun
MADIUN

Klaten
Klaten K. Gaw e K. Ran ji n g
$
5m
#
MAG ET AN
K. Go nd ang
SUB DAS MADI UN
(JAWA TIMUR) % Kotamadya
SUB DAS DE NGKENG Magetan
Magetan K. Ke
nt e
# KL ATEN # Sukoharjo
SUKOHARJO
Sukoharjo K. Jl an t ah
G.JO BOL ARANGAN
229 8 m
ng
K. C
at ur
# Kabupaten
iun
Jalan Kereta Api
MADIUN
ad
M
aw a n

G.KUKU SAN
g
B en

K. D en gk en g
SUB DAS JL ANT A H
l ki a
K. W a n $ K. B en gga
ng
G.MANYUTAN
Jalan Raya
SLEMAN G.BL EGO $
WONOGI RI $ G.G IYONO
. Gal a
K
h
K. A si
n
Wd. NGEBEL

# $ Batas DAS
s

Wonogiri
Wonogiri
eme

SUB DAS W AL I KA N G.PATAKBANTEN G


GUNUNG KIDUL
K . Tr

$
K. W at en

KLATEN
id er

K
.
M
#
PONOROGO Batas Propinsi
$
K. K
ed u
an g a

Ponorogo
p ur n K.M n ga n

Ponorogo
m ung ku
e
.T
K
G.G ADINGARGO
SUB DAS W URYBOYO
ANTO RO

K. W ur Wd.GAJAHM UNGKUR
SUB DAS KEDUW ANG
MAGETAN Batas Kabupaten
ro

yan t o

K. W ir o ko

SUKOHARJO K. N
growo

K. Je m p
t
G.L IMBUNG
$
Ke y
K.
ang
Waduk
ri

SE UB DAS WI ROK O
Ben
gaw
an
S ol o
Hu l
u
Sungai
SUB DAS ALANG NGUNGGAHAN
K . N gl er e p

SUB DAS T EM ON

G.BADU D
DEPARTEMEN KEHUTANAN $ Gunung Berapi
WONOGIRI i nd ul u
$ a mb i

PONOROGO
r

K. S
DIREKTORAT JENDERAL REHABI LITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
K.G

8 16' 43.2'' LS

G.SUR OLO YO
$ BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAH SUNGAI SOLO DAS SOLO HULU
8 16' 43.2'' LS

SUB SO LO HULU

DAS OPAK PROGO K


al d
en Pacitan DAS LOROG
DAS SOLO TENGAH
K.

(D.I.JOGJAKARTA)
PACI TAN
# DA S GRIN DUL U
SU MBER DATA :
DAS BAS OKO 1. Peta Topografi Skala 1 : 50.000 Tahun 1972 DAS SOLO HILIR
K . Lo rog

O 2. Peta Administra si Kabupaten Skala 1: 50.000


Tahun 1999
Samudera Indonesia
110 O 26' 52.79'' BT 112 O 40' 5.79'' BT
PACITAN

27
28
29
MERINTIS PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI SEL
SURYA DI DAERAH TROPIS: KENDALA DAN HARAPAN KE
DEPAN

ARI HANDONO RAMELAN

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

teknik. Untuk mendapatkan bahan sel tersebut


PENDAHUHULAN diperlukan beaya yang tidak murah juga proses
pembuatannya tidak sederhana. Jika ada
Krisis moneter yang dialami Indonesia alternatif lain untuk mendapatkan bahan dan
dewasa ini secara langsung akan membawa teknik pembuatan sel yang relatif mudah dan
dampak yang semakin nyata terhadap berbagai dapat dilakukan di Indonesia maka akan
program pemerintah seperti distribusi semakin besar peluang dapat memfabrikasi sel
penggunaan tenaga listrik ke seluruh wilayah surya sehingga akan terjadi kompetisi yang
Indonesia dan berbagai pengembangan teknologi konstruktif bagi pengembangan teknologi
lainnya termasuk di dalamnya program riset tersebut. Dalam penelitian ini akan diusulkan
yang merupakan embrio bagi lahirnya revolusi pembuatan sel surya dengan menggunakan
teknologi. Dengan realita tersebut maka bahan organik. Bahan organik relatif mudah
pengembangan listrik tenaga surya yang berbasis diperoleh di Indonesia dengan harga yang relatif
kepada efek photovoltaic dari piranti sel surya murah mengingat sumber alam yang melimpah
(solar cell) sebagai salah satu sumber tenaga yang ada perlu untuk dioptimalkan
listrik yang murah, bebas polusi, dan alami penggunaannya. Selain itu teknik yang
menjadi suatu pilihan yang tepat. Namun realita dipergunakan untuk mengendapkan lapisan tipis
yang ada sekarang ini penggunaan sel surya (thin film) bahan tersebut adalah menggunakan
sebagai sumber listrik masih sangat minim dan teknik yang relatif sederhana, tidak memerlukan
belum dapat diandalkan sebagai suatu sumber teknologi yang rumit sehingga diharapkan dapat
tenaga alternatif yang dapat mengganti tenaga memberikan gambaran bagi variasi
listrik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pengembangan pembangkit listrik tenaga surya
seperti: kemampuan sel surya yang belum (PLTS) di Indonesia.
optimal dalam menghasilkan tenaga listrik, Lebih dari 90% modul sel surya sekarang ini
proses pembuatan sel surya yang memerlukan dibuat dari silikon. Meskipun pasar sel surya
operasi pembiayaan yang mahal, apalagi jika sel mengalami pertumbuhan yang kontinu, tetapi
surya tersebut masih harus diimpor bagi penggunaan sel surya yang lebih luas sangat
pembuatan modul sel surya [1], dan lain dibatasi oleh tinggi harga modul sel surya yang
sebagainya. dibuat dari bahan silikon. Kita harus
Berbagai bahan inorganik telah dibuat untuk mengembangkan sel surya dengan teknologi
piranti sel surya seperti Si, GaSb/GaAs, AlGaSb, yang mudah dilakukan dan biaya yang murah.
ZnO, dan lain-lain dengan struktur yang Selain biaya produksi, maka faktor lain yang
komplek [2-7]. Desain sel tersebut biasa penting diperhitungkan adalah efisiensi dan
dilakukan dengan menggunakan teknik umur pakai dari sel surya. Keunggulan sel surya
pemendapan bahan thin film (lapisan tipis) menggunakan bahan organik adalah umur
seperti Metal Organic Chemical Vapour Deposition pemakaian yang lama.
(MOCVD), Molecular Beam Epitaxy (MBE) dan Selama beberapa puluh tahun yang usaha-
lain-lain [8]. Tentu saja beberapa keuntungan dan usaha pengembangan sel surya berbahan organik
kerugian akan diperoleh untuk masing-masing telah dilakukan. Pengembangan sel surya bahan

30
organik dilakukan karena beberapa surya dari 15% menjadi 20%. Ketiga mendesain
keunggulannya, yaitu lebih ringan dibandingkan dan memfabrikasi sel surya dengan cara yang
dengan sel surya inorganik (silikon, germanium mudah dan biaya yang murah serta bahan yang
dan lain-lain.), biaya pembuatan yang murah, mudah didapat di Indonesia.
celah energi yang dapat diubah (tuneable)
dengan sintesis kimia, dan pembuatan dengan Prospek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di
cara mudah ukuran yang besar serta dapat Indonesia
disesuaikan dengan bentuk. Tetapi efisiensi sel Energi baru dan terbarukan mulai mendapat
surya berbahan organik yang masih rendah perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia
dibandingkan dengan sel surya inorganik. Hal yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu
ini disebabkan karena rendahnya efisiensi adalah energi surya. Energi itu dapat berubah
fotogenerasi dari muatan (carriers) dan juga menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan
resistivitas yang tinggi dari bahan organik menggunakan silikon yang tipis. Sebuah kristal
(disebabkan densitas bahan yang rendah dan silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan
mobilitas muatan juga rendah). Sampai saat ini Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu
efisiensi sel surya berbahan organik tertinggi berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris
yang dicapai adalah sebesar sekitar 3% [9,10] itu dipotong stebal 0,3 mm, akan terbentuklah
sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga
dengan sel surya fotovoltaik. Sel-sel silikon itu
PERMASALAHAN dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam
sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau
Pada asasnya sel surya fotovoltaik baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau
merupakan suatu dioda semikonduktor yang plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel
berkerja dalam proses tak seimbang dan itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu
berdasarkan efek fotovoltaik. Dalam proses itu terkena sinar matahari maka pada sambungan
sel surya menghasilkan tegangan 0,5-1 volt itu akan mengalir arus listrik. Besarnya
tergantung intensitas cahaya dan zat arus/tenaga listrik itu tergantung pada jumlah
semikonduktor yang dipakai. Sementara itu energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas
intensitas energi yang terkandung dalam sinar permukaan sel itu.
matahari yang sampai ke permukaan bumi Sinar matahari dapat diubah menjadi arus
besarnya sekitar 1000 Watt. Tapi karena daya listrik dengan melalui sel surya (sel
guna konversi energi radiasi menjadi energi photovoltaic). Sel surya ini selama satu abad
listrik berdasarkan efek fotovoltaik baru terakhir ini juga mengalami perkembangan yang
mencapai 10%, maka produksi listrik maksimal pesat. Sehingga dengan mudah diperoleh arus
yang dihasilkan sel surya baru mencapai 100 listrik langsung dari foton sinar matahari. Sel-sel
Watt per m2. Dari sini terlihat bahwa PLTS itu ini dirakit satu sama lain dalam apa yang disebut
membutuhkan lahan yang luas. Hal itu modul atau bidang modul. Satu bidang modul
merupakan salah satu penyebab harga PLTS mampu mengubah sinar matahari yang
menjadi mahal. Ditambah lagi harga sel surya ditampung langsung menjadi beberapa watt arus
fotovoltaik berbentuk kristal mahal, hal ini listrik.
karena proses pembuatannya yang rumit. Sel surya itu terdiri dari lapisan yang terbuat
Namun, kondisi geografis Indonesia yang dari keping-keping bahan kristal silikon dengan
banyak memiliki daerah terpencil sulit garis tengah 10 sentimeter. Setiap keping dapat
dibubungkan dengan jaringan listrik PLN. menghasilkan arus listrik 1 watt, dari sinar
Kemudian sebagai negara tropis Indonesia matahari yang diterimanya. Jadi kalau 30 keping
mempunyai potensi energi surya yang tinggi. kristal silikon dirakit dalam satu modul, akan
Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar menghasilkan sekitar 30 watt listrik. Selanjutnya
4,5 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan jika sejumlah besar modul dihubungkan dalam
fotovoltaik di masa mendatang cukup cerah. kemasan bidang modul, akan mampu
Untuk itulah perlu diusahakan menekan harga membangkitkan beberapa kilowatt, bahkan
fotovoltaik misalnya dengan cara sebagai dapat sampai megawatt.
berikut. Pertama menggunakan bahan Energi listrik yang berasal dari energi surya
semikonduktor lain seperti Galium Antimoni pertama kali digunakan untuk penerangan
(GaSb) dan Galium Arsenik (GaAs) yang lebih rumah tangga dengan sistem desentralisasi yang
kompetitif. Kedua meningkatkan efisiensi sel dikenal dengan Solar Home System (SHS),

31
kemudian untuk TV umum, komunikasi dan besar dan harga per kWh listrik yang
pompa air. Sementara itu evaluasi program SHS dibangkitkan relatif tinggi, karena memerlukan
di Indonesia pada proyek Desa Sukatani, subsistem yang terdiri atas baterai, unit pengatur
Bampres, dan listrik masuk desa menunjukkan dan inverter sesuai dengan kebutuhannya.
tanda-tanda yang menggembirakan dengan PLTS dengan sistem sentralisasi artinya
keberhasilan penerapan secara komersial. pembangkit tenaga listrik dilakukan secara
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai terpusat dan suplai daya ke konsumen dilakukan
tahun 94 jumlah pemakaian sistem fotovoltaik di melalui jaringan distribusi. Sistem ini cocok dan
Indonesia sudah mencapai berkisar 2,5-3 MWp ekonomis pada daerah dengan kerapatan
[11]. Pemakaiannya meliputi kesehatan 16% ; penduduk yang tinggi. Contohnya PLTS di Desa
hibrida 7% ; pompa air 5% ; penerangan Kentang Gunung Kidul mempunyai kapasitas
pedesaan 13% ; Radio dan TV komunikasi 46,6% daya 19 kWp, kapasitas baterai 200 volt dan
dan lainnya 11,8%. Kemudian dari kajian awal beban berupa penerangan yang terpasang pada
BPPT diperoleh proyeksi kebutuhan sistem PLTS 85 rumah. Sementara itu PLTS dengan sistem
diperkirakan akan mencapai 50 MWp. Sementara individu daya terpasangnya relatif kecil yaitu
itu menurut perkiraan yang lain pemakaian sekitar 48-55 Wp. Jumlah daya sebesar 50 Wp per
fotovoltaik di Indonesia 5-10 tahun mendatang rumah tangga diharapkan dapat memenuhi
akan mencapai 100 MW terutama untuk kebutuhan penerangan, informasi (radio) dan
penerangan di pedesaan. Sedangkan permintaan komunikasi.
fotovoltaik diperkirakan sudah mencapai 52 Melihat kencenderungan harga sel surya yang
MWp. semakin menurun dan dalam rangka
memperkenalkan sistem pembangkit yang
Pembangkit Listrik Sistem Fotovoltaik ramah lingkungan, pemanfaatan PLTS dengan
Komponen utama sistem surya fotovoltaik sistem individu semakin ditingkatkan. Pada
adalah modul yang merupakan unit rakitan tahap pertama direncanakan akan dipasang
beberapa sel surya fotovoltaik. Untuk membuat 36.000 unit SHS selama tiga tahun dengan
modul fotovoltaik secara fabrikasi dapat prioritas 10 propinsi di kawasan timur Indonesia.
menggunakan teknologi kristal dan thin film. Paling tidak ada 5 keuntungan pembangkit
Modul fotovoltaik kristal dapat dibuat dengan dengan surya fotovoltaik. Pertama energi yang
teknologi yang relatif mudah, sedangkan untuk digunakan adalah energi yang tersedia secara
membuat sel fotovoltaik diperlukan teknologi cuma-cuma. Kedua perawatannya mudah dan
tinggi. Modul fotovoltaik tersusun dari beberapa sederhana. Ketiga tidak terdapat peralatan yang
sel fotovoltaik yang dihubungkan secara seri dan bergerak, sehingga tidak perlu penggantian suku
paralel. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat cadang dan penyetelan pada pelumasan.
modul sel surya yaitu sebesar 60% dari biaya Keempat peralatan bekerja tanpa suara dan tidak
total. Jadi, jika modul sel surya itu dapat berdampak negatif terhadap lingkungan,
diproduksi di dalam negeri berarti akan dapat sedangkan kelima dapat bekerja secara otomatis
menghemat biaya pembangunan PLTS. Untuk [13].
itulah, modul pembuatan sel surya di Indonesia
tahap pertama adalah membuat bingkai (frame), Material Organik Untuk Sel Surya
kemudian membuat laminasi dengan sel-sel Material elektronik organik adalah suatu zat
yang masih diimpor. Jika permintaan pasar padat terkonjugasi dimana serapan optik dan
banyak maka pembuatan sel dilakukan di dalam transport muatan didominasi oleh sebagian orbit
negeri. Hal ini karena teknologi pembuatan sel terdelokasi π dan π * . Bahan-bahan organic
surya dengan bahan silikon single dan poly yang digunakan untuk aplikasi sel surya terdiri
kristal secara teoritis sudah dikuasai. Dalam film krsital atau polikristal dengan molekul kecil,
bidang fotovoltaik yang digunakan pada PLTS, yaitu dengan berat molekul sekitar 100, film
Indonesia ternyata telah melewati tahapan amorf dengan molekul kecil yang dihasilkan
penelitian dan pengembangan dan sekarang dengan cara deposisi vakum atau proses cairan,
menuju tahapan pelaksanaan dan instalasi untuk atau film polimer terkonjugasi atau oligomer
elektrifikasi untuk pedesaan. Teknologi ini yang dihasilkan dari proses cairan (solution) dan
cukup bersih, mudah dipasang dan dioperasikan juga kombinasi dari bahan organik dan bahan
dan mudah dirawat. Sedangkan kendala utama inorganik.
yang dihadapi dalam pengembangan energi
surya fotovoltaik adalah investasi awal yang

32
Material organik untuk sel surya berbeda spektrum sinar matahari membatasi arus yang
dengan bahan semikonduktor inorganik seperti disebabkan foton (photocurrent) (iv) Piranti
berikut ini: dengan lapisan bahan organik yang tipis akan
• Eksitasi fotogenerasi (exciton) secara kuat menyebabkan interferensi (v) Arus-foto
terikat dan tidak secara spontan terdesosiasi (photocurrent) adalah sensitif terhadap
(terputusnya ikatan) menjadi pasangan temperatur melalui transport loncatan.
muatan electron-hole. Energi disosiasi yang
digunakan untuk bahan organik adalah Prinsip Operasi Sel Surya Organik
sekitar 100 meV, sedangkan untuk bahan Struktur yang paling sederhana dari sel surya
semikonduktor inorganik hanya beberapa adalah bahan organik di kedua permukaan
meV. Hal ini berarti bahwa terjadi muatan dilapisi dengan bahan konduksi yang berbeda,
tidak harus dari hasil serapan sinar. yaitu biasanya ITO (indium tin oxide) dan bahan
• Transport muatan terjadi karena loncatan mental dengan fungsi kerja yang rendah seperti
(hopping) antara tingkat keadaan energi yang Al, Ca atau Mg. Seperti ditunjukkan pada
terlokalisir (localised state) dan bukan karena Gambar 1. Beda fungsi kerja (work function)
transpor muatan pada pita energi. Oleh antara kedua elektroda akan menyebabkan
karena itu mobilitas muatan dalam bahan medan listrik yang akan menyebabkan terjadinya
organik sel surya sangat kecil. pemisahan muatan (elektron-hole) menuju
• Rentangan spektra serapan optik sangat masing-masing elektroda seperti terjadi pada
sempit dibandingkan dengan spektrum silikon amorf dengan konfigurasi p-i-n. Medan
cahaya matahari. listrik yang terjadi jarang cukup kuat untuk
• Koefisien serapan sangat tinggi ( ~ 10 7 cm −1 ) memisahkan pasangan elektron-hole (exciton).
sehingga densitas optik yang tinggi dapat Sebagai gantinya, eksiton akan terdifusi didalam
dicapai pada panjang gelombang puncak lapisan organik sampai mencapai elektroda
didalam film organik dengan ketebalan 10 dimana eksiton tersebut akan terputus untuk
nm. menambah jumlah muatan atau terekombinasi.
• Sebagian besar bahan organik mudah Karena panjang difusi dari eksiton pendek, yaitu
terdegradasi karena oksigen atau air. sekitar 1-10 nm, maka difusi eksiton membatasi
Bahan organik untuk sel surya ikatan antar- terjadi muatan pembawa (carriers) didalam sel
molekul gaya van der Waals sangat lemah surya. Oleh karena itu terjadi ”photocarrier”
dibandingkan dengan ikatan kristal bahan merupakan fungsi dari serapan optik dan adanya
semikonduktor inorganik. Sebagai akibatnya mekanisme disosiasi eksiton. Faktor lain yang
maka semua keadaan elektronik (electronic states) menyebabkan terjadi muatan pembawa adalah
terlokalisir pada molekul tunggal dan tidak terjadinya rekombinasi non-radiasi pada antar-
membentuk pita. Bahan organik juga muka dan adanya jebakan muatan (trapped
mempunyai mobilitas yang rendah karena charges).
karena derajad ketidak-aturan (disorder) yang
tinggi. Transisi optik disebabkan energi foton
dari cahaya tampak karena transisi dari π dan
π * . Kebanyakan bahan zat padat terkonjugasi
menyerap cahaya biru atau hijau, sedangkan
serapan untuk sinar merah dan sinar infra-merah
sangat sulit terjadi. Bagaimanapun lebar pita
serapan tergantung dari derajad konjugasi dan
sensitivitas dapat dicapai didalam molekul
pewarna (dye) terkonjugasi.
Sifat-sifat tersebut diatas menyebabkan
terbatasnya piranti sel surya dengan bahan
organik: (i) Gaya yang besar seperti medan listrik
dibutuhkan untuk memutuskan exciton yang
terjadi karena fotogenerasi (ii) Mobilitas
pembawa muatan yang rendah membatasi
kegunaan ketebalan dari piranti sel surya bahan Gambar 1. Diagram pita energi dari sel surya yang
organik (iii) Serapan cahaya yang terbatas dari terdiri dari bahan organik dengan elektroda di kedua
permukaannya.

33
Sel surya dengan lapisan tunggal seperti
dijelaskan diatas hanya mempunyai efisiensi Perkembangan sel surya bahan organik
quantum (QE) sekitar 1% dan efisiensi mengalami suatu loncatan yang besar pada
pengubahan daya sekitar 0,1%. Sedangkan QE pertengahan tahun 1990 dimana bahan yang
didefinisikan sebagai ratio jumlah elektron yang dapat memberikan (donor) elektron dan bahan
dialirkan ke rangkaian dengan jumlah foton pada yang menerima (akseptor) elektron dicampur
panjang gelombang tertentu yang jatuh di menjadi satu. Bila panjang campuran kedua
permukaan sel surya. QE yang tinggi sangat bahan tersebut adalah sama dengan panjang
dibutuhkan untuk mendapatkan efisiensi sel difusi dari eksiton, kemudian bilamana eksiton
surya dengan efisiensi yang tinggi. Pada sel tereksitasi secara ”photogeneration” pada kedua
surya dengan bahan inorganik nilai efisiensi material tersebut, maka akan terdifusi dan
quantum (QE) dapat mencapai 80-90%. terputus di antar-mukanya. Bila lintasan eksiton
Pengembangan dari sel surya bahan organik tersebut selalu ada pada setiap bahan dari antar-
berdasarkan pada hubungan tidak sama muka (interface) ke masing-masing elektroda,
(heterojunction) donor-akseptor. Pada antar- maka pembawa muatan (elektron dan hole) akan
muka dari dua bahan yang berbeda, gaya bergerak ke kontak dan akan mengalirkan arus
elektrostatik terjadi dari perbedaan didalam listrik seperti ditampilkan pada Gambar 3.
afinitas elektron dan potensial ionisasi. Jika Fenomena ini juga dilaporkan dari hasil kajian
kedua-duanya (afinitas elektron dan potensial yang dilakukan oleh beberapa peneliti lainnya
ionisasi) adalah lebih besar didalam satu material [14-16] untuk bahan organik yang terdiri 2
(akseptor elektron) dibandingkan dengan campuran bahan yang berbeda (bahan organik
material lainnya (donor elektron), maka medan donor dan akseptor). Bahan organik campuran
listrik yang terjadi di antar-muka (interface) akan tersebut dapat meningkatkan efisiensi sel surya
menyebabkan pemisahan muatan seperti sekitar 3-4% dibandingkan bila bahan tersebut
ditampilkan pada Gambar 2. Medan listrik lokal tidak dicampur yang hanya mempunyai
yang kuat dan akan memutus eksiton foto- efisiensinya sekitar 1%. Pada waktu yang sama
generasi dengan syarat bahwa adanya perbedaan Yu et.al. [17] melaporkan suatu kajian bahan
potensial energi dari energi ikat eksiton. Pada sel yang mempunyai efisiensi quantum (QE) sebesar
surya dengan hubungan tidak-sama 29% untuk campuran bahan pembawa hole (hole
(heterojunction), antar-muka dari bahan organik transporter), PPV dan turunan dari C60, dimana
donor-akseptor akan memisahkan eksiton secara bahan C60 bertindak sebagai komponen yang
efisien dibandingkan untuk lapisan tunggal. dapat mengalirkan elektron. Kemudian
Pemisahan eksiton ini akan menyebabkan kemajuan lainnya adalah peningkatan efisiensi
kenaikan efisiensi sel surya organik. quantum (QE) dicapai dari campuran dengan
kristal inorganik dan kristal bahan pewarna
organik [18].

Gambar 2. Pita energi sel surya organik dengan


struktur hubungan tidak-sama (donor-acceptor Gambar 3. Bahan organik donor dan akseptor
heterojunction). dicampur menjadi bahan heterojunction terdispersi.

34
Proses Kerja Sel Surya Organik mendapatkan bahan organik (polimer) dengan
Proses operasi dari sel surya organik terdiri celah energi (band-gap) yang nilainya kecil.
dari 3 tahapan, yaitu (a) absorpsi cahaya surya Molekul pewarna (dye) termasuk
(energi foton), (b) terjadinya pemisahan muatan merocyanine, dan metallophtalocyanine
(electron dan hole) pada permukaan antara merupakan bahan-bahan organik yang sangat
donor-akseptor, dan (c) aliran dari kedua muatan menjajikan dijadikan bahan pembuatan sel surya.
tersebut didalam bahan organik (bulk) ke kedua Keunggulan dari bahan ini organik dengan berat
elektrodanya. Syarat yang harus dipenuhi untuk molekul (molecular weight) yang kecil adalah
mendapatkan efisiensi yang tinggi, pengubahan mempunyai nilai koefisien serapan yang tinggi
energi foton (cahaya) menjadi arus listrik adalah (> 105 cm-1) dengan spektrum cahaya matahari,
bahwa elektron dan hole tidak terjadi sedangkan sifat transport pembawa muatan
rekombinasi (bersatu) sebelum dibawa/dialirkan (transport properties) mempunyai korelasi yang
ke rangkaian eksternal. Untuk mengurangi kuat dengan kristalinitas bahan organik. Efisiensi
proses rekombinasi electron-hole, maka electron sel surya lebih besar dari 3% dengan intensitas
dan hole ditransportasikan (dibawa) oleh bahan iluminasi sebesar 150 mW/cm2 telah dibuat
yang yang berbeda. Sebagai contoh untuk piranti dengan cara evaporasi vakum dengan
donor-akseptor, maka material akseptor menggunakan bahan Cu-pthalocyanine/C60
mempunyai sifat konduktivitas elektron yang telah dibuat [21].
baik. Sebaliknya untuk bahan donor mempunyai
konduktivitas hole yang baik. Oleh karena itu Sel Surya Berbahan Organik
bahan organik yang mudah menghasilkan Prinsip dari sel surya berbahan organik terdiri
pasangan electron-hole dan bahan organik dari suatu komponen/bahan yang melepaskan
mobilitas muatan yang tinggi adalah merupakan electron (sebagai donor) karena sinar yang
faktor yang penting dalam menentukan besarnya datang pada bahan tersebut dan material lainnya
efisiensi sel surya bahan organic. yang akan menerima elektron (sebagai akseptor).
Karena kebutuhan transport muatan didalam Setelah terjadinya pasangan electron-hole pada
piranti organik, maka adanya hubungan yang sisi antar muka (interface) donor-akseptor, maka
kuat antara efisiensi dan morfologi. Kualitas dan muatan listrik akan mengalir ke kedua
homogenitas bahan organik yang digunakan elektrodanya sebagai arus listrik yang lebih
akan menyebabkan efisiensi yang semakin tinggi dikenal sebagai “photocurrent”, arus listrik yang
dari sel surya. Bahan organik sel surya yang terjadinya karena cahaya yang jatuh pada
tidak homogen dengan lapisan yang terdapat permukaan bahan semikonduktor.
lubang-lubangnya dan resistivitas seri (serial Pada tahun 2001 [22-23] dilaporkan bahwa sel
resistivity) akan menyebabkan “faktor pengisi” surya yang dibuat dengan menggunakan
(FF: fill factor) kecil, penguatan kecil dan polimer (PPV) dan molekul acceptor berupa C60
tegangan terbuka (VOC). Sebagai tambahan telah menghasilkan suatu bahan sel surya
bahwa dengan semakin tipis ketebalan piranti organik dengan efisiensi sebesar 3% dengan
(devices) pada nilai optimum, maka efisiensi sel kondisi iluminasi AM1,5. Masih rendahnya
surya dapat naik dengan nilai yang cukup berarti efisiensinya sel surya ini karena absorpsi yang
[19]. Untuk mendapatkan suatu lapisan tipis relatif kecil dari 2 komponen bahan organik yang
bahan organik untuk sel surya, maka proses digunakan untuk pembuatan sel surya.
deposisi dengan kontrol yang baik harus Sel surya bahan organik dibuat dari film yang
dilakukan. bersifat semikonduktor dan lapisan elektroda
Hasil kajian yang baru-baru ini dilakukan dideposisikan pada ke-2 permukaan lapisannya.
menyatakan bahwa efisiensi kuantum (efisiensi Bila sinar datang ke sel surya tersebut, maka
pengubahan cahaya menjadi elektron) diatas 50% elektron akan tereksitasi dan akan meninggalkan
dan juga efisiensi daya sebesar 2,5% pada kondisi partikel positif yang disebut “holes”. Sebagai
penyinaran AM1,5 (80 mW/m2) telah dicapai akibatnya adalah terjadi medan listrik diantara
untuk sel surya dengan bahan polimer ke-2 elektrodanya dan selanjutkan akan terjadi
heterojunction [20]. Meskipun efisiensi sel surya arus listrik bila kedua elektroda tersebut
sebesar 2,5% adalah nilai yang besar untuk dihubungkan.
efisiensi sel surya bahan organik, kesepadanan Pada polimer elektron terikat sangat kuat
antara nilai spektrum serapan bahan organik dengan “hole” dan untuk bahan-bahan organik
dengan spektrum cahaya matahari adalah sedikit mempunyai suatu struktur jebakan (traps) yang
kecil dan selanjutnya juga sangat sulit akan menghalangi mobilitas elektron dalam

35
bahan organik tersebut. Sebagai tambahan dijadikan produk industri yang dapat
bahwa bahan organik sangat kecil mengabsorpsi dipasarkan. Dengan beberapa faktor tersebut di
sinar matahari yang datang di permukaan bahan atas diharapkan juga akan semakin mendorong
organik tersebut. Sejauh ini sel surya yang para peneliti Indonesia di bidang ini untuk lebih
terbuat dari bahan plastik baru mencapai memfokuskan kemampuan membuat sel surya
efisiensi sebesar 2,5% dibandingkan dengan secara nyata yang kompetitif dengan berbagai
bahan semikonduktor inorganik (Si, GaAs dan cara termasuk mencari terobosan baru yang
GaSb) yang mempunyai efisiensi sebesar 17%. sesuai dengan kondisi di Indonesia.
Akan tetapi karena bahan polimer/plastik sangat Sel surya berbasis bahan organik mempunyai
murah pembuatannya dan dapat dilakukan pada efisien sangat rendah (sekitar 4%) dibanding
suhu kamar dibandingkan dengan bahan sel dengan sel surya berbahan semikonduktor
surya inorganik yang pembuatan sangat sulit anorganik (Si, GaAs, GaSb dan lain-lain) yang
dan mahal (pada suhu tinggi dan sangat efisiensinya mencapai 27%. Hal ini yang menjadi
komplek), maka sel surya dengan bahan organik kendala pengembangan sel surya berbahan
adalah merupakan hal yang sangat prospektif organik, terutama sumber energi lain masih
untuk dikembangkan. tersedia dalam jumlah banyak. Harapan ke
Dari hasil kajian yang telah dilakukan [24], depan pengembangan sel surya berbahan
bahwa tingkat kemurnian dari bahan-bahan organik, yaitu bahan dasar banyak tersedia di
pembuatan sel surya akan mempengaruhi sifat- daerah tropis, biaya produksi relatif murah dan
sifat listriknya. Untuk menghindari ketidak- teknologi lebih sederhana. Selain itu sifat dari
murnian lapisan sebagai bahan aktif sel surya, bahan organik yang fleksibel dan ringan
maka material yang akan digunakan dapat memungkinkan untuk digunakan bermacam-
dideposisikan dengan menggunakan thermal macam keperluan.
evaporasi system vakum. Sebagai contoh adalaha
bahan Zn-Phthalocyanine and C60 dapat
digunakan sebagai pasangan donor-akseptor. Sel DAFTAR PUSTAKA
surya berbahan organik (polimer) dibuat
menggunakan proses cetakan yang 1. Zuhal,1995, Policy & Development Programs on Rural
Electrication for the Next 10 Years, Ditjen. Listrik &
memungkinkan modul sel surya baru. Lapisan Pengembangan Energi, Departemen Pertambangan dan
fotoaktif dari sel surya mempunyai ketebalan 100 Energi, Jakarta.
nm, sekitar 1/200 dari ketebalan rambut. Karena 2. A.H. Ramelan, K.S.A. Butcher, E.M. Goldys, (2002).
polimer dicetak dalam bentuk lembaran tipis, Conference on Optoelectronic and Microelectronics Materials
and Devices, 11-13 December 2002, Sydney, NSW.
maka modul sel surya dengan bahan organik 3. A.H. Ramelan and E.M. Goldys, (2002). Journal of Applied
sangat ringan dan dapat dibuat untuk berbagai Physics-USA, 92, 6051 (2002).
bentuk sesuai dengan penggunaannya. 4. A.H. Ramelan, K. Drozdowicz-Tomsia, E.M. Goldys, T.L.
Schmidt-Mende et. al. [25] mengembangkan Tansley (2001). Journal of Electronic Materials-USA, 30, 965
(2001).
sel surya dari bahan organik berupa dye 5. A.H. Ramelan, K. Drozdowicz-Tomsia, E.M. Goldys, T.L.
perylene yang lebih dikenal dengan HBC-PhC12, Tansley, (2000). Conference on Optoelectronic and
yang berbentuk kristal cair. Bila sinar surya jatuh Microelectronics Materials and Devices, 6-8 December 2000,
pada bahan tersebut, maka akan terjadi generasi Melbourne, Victoria.
6. A.H. Ramelan, K. Drozdowicz-Tomsia, E.M. Goldys, T.L.
pasangan elektron-hole yang selanjutnya akan Tansley, (2000). Eleventh Conference on Semiconducting and
menimbulkan arus listrik. Bahan ini hanya baik Insulating Materials, 3-7 July 2000, Canberra, ACTU.
untuk konversi efisiensi pada jenis sinar biru- 7. Wilson W. Wenas, A. Setiawan, F. Adriyanto, and H.
hijau, padahal sel surya yang baik harus Sangian. The Conference Optoelectronic and Microelectronic
Materials and Devices (COMMAD 1998), Perth, Western
mempunyai respons pada rentangan sinar Australia, 14th to 16th December 1998.
tampak. 8. A.H. Ramelan, (2001). PhD. Thesis, Division of
Information and Communication Sciences, Macquarie
University, Sydney, Australia.
9. Kuwat Triyana, T. Yasuda, K. Fujita, and T. Sutsui.
PENUTUP Japan.J.Appl.Physics. 44, 4A, 100 (2005).
10. J. Rostalki dan Meissner, Sol. Energy. Mater. Sol. Cells, 61,
Teknologi sel surya merupakan salah satu 87 (2000).
jenis teknologi masa depan yang hingga kini 11. Lima puluh tahun Pertambangan dan Energi dalam
membangun, Deptamben RI, Agustus 1995, Jakarta.
para peneliti dari berbagai negara berlomba-
12. Publikasi Ilmiah "Peranan energi dalam menunjang
lomba untuk memperoleh piranti sel surya yang pembangunan berkelanjutan", Direktorat teknologi energi
murah dengan kualitas yang rasional serta dapat BPPT, Mei 1995, Jakarta.

36
13. Wilson Walery Wenas, Teknologi Sel Surya: 20. S.E. Shaheen, C.J. Brabec, F.Padinger, T.Fromherz,
Perkembangan Dewasa Ini dan yang akan Datang, Elektro J.C.Hummelen, N.S. Sariciftci, App.Phys.Lett. 78 (2001)
Indonesia No. 12, 1996. 841.
14. Yu G. and Heeger A.J., J. Appl. Phys. 78 (1995) 4510-5. 21. P. Pneumas and S.R. Forrest, Appl.Phys.Lett. 78 (2001) 841.
15. Halls J.J.M., Walsh CA, and Greenham MC. Nature 376 22. C..J.Brabec, N.S.Sariciftci,and J.C.Hummelen, “Plastic
(1995) 498-500. Solar Cells”, Adv. Funct. Mater. 2001,11,No.1,February,
16. Yoshino K., Tada K., and K. Fuji. IEEE pp. 15-25.
Trans.Electron.Dev. 44 (1997) 1315-24. 23. S.E.Shaheen, C.J.Brabec, N.S.Sariciftci, F.Padinger, T.
17. Yu G., Hummelen JC., and Wudl F. Science 270 (1995) Fromherz, J.C.Hummelen, “2.5% Efficient Organic Solar
1789-91. Cells ”, Appl.Phys.Lett.78:841-843 (2001).
18. Petritsch K, Dittmer JJ., and Marseglia EA. Sol. Energy 24. P. Peumans, S.R. Forrest, Appl. Phys. Lett. 79 (2001) 126.
Mater Sol Cells 61 (2000) 63-67. 25. Schmidt-Mende, L. et al. Self-organized discotic liquid
19. T. Fromherz, F. Panginer, D. Gebeyehu, C. Brabec, J.C. crystals for high-efficiency organic photovoltaics. Science,
Hummalen, N.S. Sariciftci, Sol. Energy Mater.Sol.Cells, 63 293, 1119-1122, (2001).
(2000) 61.

37
KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA DAN
PEMANFAATANNYA UNTUK SUMBER ENERGI

SUTARNO DAN SUGIYARTO

Jurusan Biologi FMIPA dan Prodi Biosains PPs UNS Surakarta


Peneliti pada Puslitbang Bioteknologi dan Biodiversitas UNS Surakarta

guna mengurangi ketergantungan terhadap


PENDAHULUAN pupuk kimia yang dalam pembuatannya
tergantung pada energi fosil. Produksi biogas,
Negara Indonesia yang luasnya hanya sekitar bioethanol dan biodiesel dalam skala industri
1.3 persen dari keseluruhan luas permukaan menengah dan besar sudah dirintis dan mulai
bumi memiliki keanekaragaman hayati yang mendapatkan pasar yang mapan. Teknologi
sangat tinggi, di antaranya: Indonesia memiliki biomembran juga sudah menjadi pilihan untuk
10 persen dari jenis tanaman berbunga di dunia, peningkatan efisiensi produksi pada berbagai
12 persen spesies mamalia dunia, 16 persen perusahaan. Bahan organik tumbuhan juga telah
spesies reptilia dan amfibia dunia, 17 persen mulai dilirik untuk dimanfaatkan sebagai ‘solar
spesies burung di dunia, dan bahkan mencapai sel’ yang diharapkan dapat digunakan sebagai
25 persen dari spesies ikan di dunia, serta penangkap energi surya secara langsung yang
memiliki keanekaragaman jenis pohon palm berkelanjutan.
tertinggi di dunia. Letak geografis negara
Indonesia yang sangat menguntungkan ini
mampu mendukung habitat-habitat untuk KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA
tumbuh suburnya berbagai jenis flora fauna.
Namun demikian, keanekaragaman yang Negara Indonesia yang terletak di daerah
berlimpah ini belum digali dan dimanfaatkan tropis memiliki keuntungan tersendiri dalam
secara optimal, serta belum diterapkannya kaitannya dengan kekayaan keanekaragaman
teknologi yang memadai dalam pemanfaatan, hayati. Indonesia yang memiliki luas sekitar 1.3
pengelolaan maupun usaha pelestariannya. Salah persen dari keseluruhan luas permukaan bumi
satu potensi besar pemanfaatan kekayaan ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
sumberdaya alam yang luar biasa tersebut tinggi, diantaranya: Indonesia memiliki 10
adalah sebagai sumber energi. Selain memiliki persen dari jenis tanaman berbunga di dunia, 12
keragaman dan kekayaan sumber energi non- persen spesies mamalia dunia, 16 persen spesies
hayati, misalnya panas bumi, angin, ombak dan reptilia dan amfibia dunia, 17 persen spesies
sinar surya yang melimpah, Indonesia termasuk burung di dunia, dan bahkan mencapai 25
negara ‘megabiodiversity’ terbesar ketiga yang persen dari spesies ikan di dunia (Haeruman,
berfungsi sebagai ‘lumbung energi hayati’. Selain 1993). Indonesia juga merupakan negara yang
berfungsi sebagai penyimpan energi, memiliki keanekaragaman jenis pohon palm
sumberdaya hayati (biomassa) juga dapat tertinggi di dunia, memiliki lebih dari 400 jenis
difungsikan sebagai agen untuk menangkap, spesies dipterocarp, suatu jenis tanaman kayu
mengatur dan meningkatkan efisiensi sumber yang bernilai komesial tinggidi Asia Tenggara,
energi non-hayati lainnya. Masyarakat sejak lama dan diperkirakan terdapat sekitar 25.000 jenis
telah menggunakan bahan organik (kayu bakar, tanaman berbunga, seperti disajikan pada tabel 1
sekam padi, tempurung dan lain-lain) sebagai berikut.
bahan bakar. Selain itu penggunaan pupuk hijau
serta pupuk kandang dalam system pertanian
terbukti mempunyai andil yang sangat besar

38
Tabel 1. Perkiraan jumlah spesies komponen biotik Ketersediaan lahan yang sangat luas di
utama di Indonesia dan dunia. Indonesia, dan ketersediaan sinar matahari yang
berlimpah di daerah tropik Indonesia ini, maka
peluang untuk menyediakan bahan mentah
bersumber pada tumbuhan yang
ketersediaannya dapat diperbarui menjadi
sumber energi alternatif merupakan kemudahan
tersendiri bagi Negara Indonesia. Kemudahan
syarat tumbuh bagi tanaman tertentu, seperti
jarak pagar, yang bahkan dapat tumbuh dengan
baik di daerah-daerah lahan kritis sekalipun,
sangat menjanjikan untuk dikembangkan
menjadi energi alternatif di Indonesia.
Dibandingkan negara lain, Indonesia sebenarnya
Sumber: Mc Neely dalam Haeruman 1993 mempunyai banyak keunggulan dalam
memproduksi biofuel seperti bioethanol dan
Kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia biodiesel karena mempunyai sarana lahan yang
tersebut sebagian besar merupakan sumber daya luas, dapat ditumbuhi berbagai tanaman
alam yang memiliki nilai ekonomi penting, penghasil bahan baku hayati seperti pohon jarak,
bahkan beberapa diantaranya bernilai ekonomi kelapa, kelapa sawit, jagung, tebu, ketela pohon
penting secara nasional maupun internasional. dan lainnya serta mempunyai banyak tenaga
Diperkirakan terdapat 6000 spesies tanaman dan kerja/petani (Purnama dalam Sulistyo, 2006).
hewan digunakan oleh penduduk Indonesia Di beberapa negara telah menggunakan jenis
untuk kebutuhan sehari-hari baik yang tumbuhan tertentu untuk dijadikan sumber
bersumber dari flora-fauna alami maupun yang energi ini, antara lain: Amerika Serikat,
dibudidayakan. Banyak sekali jenis tanaman dan menggunakan jagung sebagai sumber untuk
hewan alami yang dimanfaatkan untuk memproduksi ethanol. Produksi etanol di
kebutuhan domestik dan komesial sebagai bahan Amerika serikat pada tahun 1996 mencapai
pangan, obatobatan, kerajinan, bahan bangunan sekitar 7,6 miliar liter dengan menggunakan
maupun bahan bakar. teknik fermentasi. pemanfaatan hasil panen
jagung ini, disamping dapat menghasilkan
energi alternatif yang sangat besar perannya
SUMBERDAYA HAYATI POTENSIAL dalam mendukung kebutuhan energi nasional
SEBAGAI SUMBER/PENGHASIL ENERGI yang tergantung pada minyak import, juga dapat
meningkatkan pemasukan hasil ekonomi
Kebutuhan dan ketergantungan dunia akan pertanian serta mengurangi polusi udara. Brazil,
bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menggunakan tanaman tebu sebagai sumber
menipis dan tidak dapat diperbarui, telah untuk memproduksi ethanol. Negara ini telah
menjadikan masalah ini menjadi masalah yang mencanangkan program bahan bakar ethanol
secara internasional perlu dicarikan alternatif dalam skala besar sejak terjadinya krisis minyak
penyelesaiannya. Penggunaan bensin dalam pada tahun 1970-an. Bagian tanaman yang tidak
berbagai jenis peruntukan dapat diganti dengan digunakan dalam produksi gula / ethanol, yakni
ethanol, sedangkan penggunaan solar dapat bagasse, digunakan pula sebagai bahan bakar
digantikan dengan biodisel. Ethanol dapat dibuat untuk distilasi ethanol dan untuk menghasilkan
melalui proses fermentasi jenis-jenis bahan dari listrik.
tanaman tertentu seperti singkong, tebu, jagung Di Indonesia, telah dimulai beberapa tahun
dan lain sebagainya, sedangkan biodiesel dapat yang lalu untuk mencari sumber bahan mentah
dibuat melalui esterfikasi asam lemak pada yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk
minyak nabati, seperti dari biji jarak pagar, pembuatan energi alternatif. Kementerian Riset
rambutan, sirsak, kelapa sawit, dan kelapa. dan Teknologi dan Badan Pengkajian dan
Kesemua jenis tumbuhan ini, serta tanaman lain Penerapan Teknologi telah menemukan 60 jenis
yang berpotensi untuk dimanfaatkan untuk tanaman potensial penghasil energi alternatif
penghasil ethanol dan biodisel ini, banyak yang bisa diproduksi secara komersial,
tumbuh secara alami maupun dibudidayakan di diantaranya adalah tanaman penghasil biodiesel
Indonesia. atau solar di antaranya sawit, kelapa, dan jarak

39
pagar (Jatropha curcas), serta tanaman yang bisa Fungsi sumberdaya hayati untuk me’manage’
diolah menjadi bioetanol atau premium misalnya energi di bumi bisa dibedakan menjadi beberapa
singkong beracun dan tebu. Untuk tanaman bentuk, yaitu:
pangan yang bisa menjadi bioetanol, antara lain 1. Ekosistem atau komunitas berperan sebagai
leguminosa (kacang tanah, kedelai dan ‘modifier’ energi; dalam arti ekosistem yang baik
sejenisnya), umbi-umbian (singkong, ubi jalar akan meningkatkan efisiensi penggunaan energi
dan sejenis), serta biji-bijian (jagung, tan, serealia, melalui pengurangan energi yang terbuang,
dan bunga matahari). Tanaman perkebunan mengatur fungsi energi angin, panas bumi dan
yang bisa menjadi biodiesel dan bioetanol, yaitu sebagainya
jenis palma, seperti kelapa, kelapa sawit, sagu 2. Tumbuhan-hewan berperan sebagai
serta berbagai tanaman berjenis tebu. Kelapa ‘deposit’ energi karena tumbuhan dapat
sawit memiliki produktivitas yang jauh lebih mengkonversi energi matahari dan kimia
tinggi daripada tumbuhan sejenis yang juga menjadi energi tersimpan di dalam biomassanya
memproduksi minyak lemak. Kelapa sawit sendiri maupun pada hewan yang memakannya
mengkonversi energi cahaya menjadi minyak melalui rantai makanan. Enwergi tersimpan ini
dengan efisiensi transformasi yang amat tinggi. bias dimanfaatkan langsung oleh manusia,
Tanaman non pangan yang potensial menjadi misalnya untuk makanan, bahan bakar, pupuk
biodiesel, antara lain jarak pagar, jarak kepyar dan lain-lain atau dimanfaatkan secara tidak
dan kapuk randu. Tanaman lontar, juga dapat langsung setelah menjadi produk tertentu
dijadikan sebagai tanaman sumber energi misalnya bioetanol, biodiesel, biogas, biofertilizer
alternative di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara dan lain-lain.
Timur. Nusa Tenggara Timur dikenal sebagai 3. Mikrobia berperan sebagai
"kepulauan lontar" karena di kepulauan ini pelepas/pembebas dan pemroses energi
terdapat ratusan ribu pohon lontar dengan tersimpan menjadi energi termanfaatkan melalui
pemanfaatan yang masih sangat rendah, yaitu proses fermentasi
sekitar sebagai 1-2 persen saja untuk gula lontar Dengan demikian bisa kita lihat bahwa
dan minuman beralkohol pemanfaatan sumberdaya hayati untuk sumber
Sebelum membahas masalah potensi energi bagi kepentingan manusia dapat dilihat
sumberdaya hayati, penting untuk diketahui dari nilai ekonomi maupun nilai ekologinya.
tentang definisi energi. Kata energi berasal dari Atau dapat dikatakan energi hayati dapat
bahasa Yunan, en berarti dalam dan ergon yang dinikmati secara langsung dalam bentuk
berarti kerja. Energi dapat didefinisikan sebagai makanan, bahan bakar (kayu bakar, biogas,
kemampuan untuk memberikan pengaruh atau biodiesel, bioethanol, dan lain-lain) serta secara
akibat, baik itu berupa panas yang ditimbulkan tidak langsung (sebagai ecosystem engineer, pupuk
maupun berupa akibat mekanik (Sugito, 1993). dan lain-lain).
Energi dapat dibedakan menjadi energi primer
(energi matahari, panas bumi), energi sekunder Tumbuhan sebagai sumber energi
(energi angin, listrik, biomassa, fosil dan lain- Pada prinsipnya semua jenis tumbuhan dan
lain) dan energi tersier (pupuk, mikrobia berkhlorofil berpotensi sebagai sumber
herbisida,insektisida, mesin-mesin dan lain-lain). energi, karena memiliki biomassa, namun
Semua energi yang memasuki system hidup, demikian karena kandungan biomassa dari
baik sel, individu organisme, populasi atau berbagai jenis tanaman berbeda-beda, maka
ekosistem dapat dianggap sebagai energi peluangnya untuk dijadikan sebagai sumber
tersimpan atau terlepaskan serta dapat diubah energipun bervariasi. Energi biomassa pada
dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dasarnya adalah energi matahari yang ditangkap
dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan. oleh tanaman melalui proses fotosintesis dan
Konservasi energi di ekosistem bumi dapat disimpan secara kimiawi dalam sel-sel tanaman.
dilakukan dengan cara peningkatan efisiensi Jenis-jenis tanaman tertentu menghasilkan biji/
pemakaiannya, yaitu melalui cara (a) buah/ umbi/ batang dengan kandungan jenis
meningkatkan intensitas konversi dan (b) karbohidrat tertentu yang tinggi, sedangkan jenis
mengadakan penghematan input energi, baik yang lain memiliki kandungan jenis lemak nabati
dengan cara mengurangi pemborosan input tinggi, sementara jenis tumbuhan lain ada yang
maupun diversifikasi. memiliki kandungan protein tinggi. Dari bahan
yang dihasilkan inilah, dengan
mempertimbangkan berbagai faktor lain yang

40
mempengaruhi produksi energi yang terkait umumnya pemanfaatan hasil samping dari
dengan proses teknologinya serta pertimbangan- peternakan berskala rumah tangga atau
pertimbangan untung ruginya, maka peluang subsisten. Akan tetapi sebenarnya fungsi hewan
jenis-jenis tumbuhan untuk dijadikan sebagai sebagai sumber energi juga cukup penting
sumber energi menjadi sangat bervariasi. misalnya sebagai penghasil bioarang, biogas
Sebagai penghasil energi, berbagai jenis maupun sebagai penghasil pupuk kandang
tumbuhan dapat dimanfaatkan antara lain (Setiawan, 1996). Dalam hal pembuatan biogas
untuk: bahan bakar langsung, bahan biodiesel, dari kotoran ternak hanya bias dilakukan untuk
bahan bioetahnol, bahan biogas dan bahan peternakan skala besar atau dalam system
pupuk/pestisida organik. Semua tumbuhan peternakan kolektif yang banyak dilakukan di
berkayu dapat dimanfaatkan langsung sebagai Daerah Istimewa Jogyakarta akhir-akhir ini.
kayu bakar. Kelompok tumbuhan ini merupakan Adapun peran terbesar penggunaan hewan
penyumbang terbesar biomassa tumbuhan di dalam menghasilkan energi adalah
bumi. Kelompok tumbuhan ini didominasi oleh difungsikannya kotoran hewan sebagai pupuk
keluarga Dypterocarpaceae, Anacardiaceae, organic yang secara tidak langsung akan
Apocynaceae, Leguminoceae (Prosea, 1994). mengurangi penggunaan energi fosil (Sugito
Tanaman pangan yang menghasilkan produk dkk, 1995).
dengan kandungan karbohidrat tinggi meliputi
kelompok tumbuhan sereal (padi, jagung, Peran mikrobia dalam produksi energi hayati
sorgum), umbi-umbian/tuber crop (ubi jalar, ubi Perlu disadari bahwa proses pembuatan
kayu, uwi, garut, balitung, talas, gadung, dan energi yang berskala industri misalnya
gembili) dan berbagai jenis buah-buahan berserat bioethanol, biodiesel, pupuk organic maupun
merupakan sumber utama bahan pembuatan biogas tidak terlepas dari peran mikrobia sebagai
bioethanol. Singkong atau ubikayu merupakan decomposer atau fermentatornya. Kelompok
contoh produk ubi-ubian yang sangat melimpah, terbesar mikrobia yang berguna dalam proses-
selain dapat digunakan sebagai bahan makanan, proses tersebut adalah kelompok jamur, khamir
bahan baku industri maupun pakan ternak juga dan beberapa jenis bakteri. Peluang penggunaan
untuk sumber energi. Singkong mengandung air mikrobia ini untuk peningkatan efisiensi proses
sekitar 60%, pati (25-35%), protein, mineral, serat, industri sangat besar karena masih banyak hal
kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan yang belum diketahui. Hal ini akan lebih
sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi, prospektif lagi dengan berkembangnya
jagung, ubi jalar, dan sorgum (Somantri dkk, bioteknologi, khususnya di bidang rekayasa
2006). genetika akhir-akhir ini.
Berbagai jenis tumbuhan penghasil biji-bijian
dan buah-buahan berminyak adalah sebagai
sumber pembuatan biodiesel. Salah satu jenis PENUTUP
yang sudah sangat popular untuk kepentingan
industri ini adalah tanaman jarak (Jathropa sp, Didukung oleh posisi geografis dan karakter
Ricimus communis) dan kelapa sawit (Suntoro, geologisnya, Indonesia memiliki kekayaan hayati
2006). Dilihat dari karakternya diduga masih yang melimpah. Dengan melihat besarnya
banyak lagi jenis-jenis tumbuhan yang potensi sumberdaya hayati untuk menghasilkan
berpotensi sebagai sumber pembuatan biodiesel energi untuk kepentingan manusia, maka tidak
ini tetapi belum tereksploitasi, yaitu terutama selayaknya potensi tersebut dinomor-duakan
kelompok tumbuhan yang menghsilkan biji-biji sebagai sumber energi masa depan kita. Sudah
berminyak (Palmae dan Leguminoceae). Selain saatnya kita membangun paradigma: energi
itu sisa-sisa biomassa tumbuhan yang lainnya hayati sebagai energi utama dan energi fosil
adalah sumber pembuatan biogas maupun sebagai energi alternatif.
pupuk organik. Untuk keperluan pembuatan sel
surya dari bahan organic tumbuhan masih relatif
terbatas dan efisiensinya relatif rendah. DAFTAR PUSTAKA

Haeruman. H. (chairman). 1993. Biodiversity Action plan for


Hewan sebagai sumber energi. Indonesia. Ministry of National Development Planning,
Fungsi hewan sebagai penghasil energi Jakarta
memang relatif sedikit, terutama jika dilihat dari Prosea. 1992. Plant Resources of South-East Asia 2: Edible fruits
kacamata ekonomi maupun skala industri. Pada and nuts. Prosea.Bogor.

41
Prosea. 1994.. Plant Resources of South-East Asia 5: Timber trees: Sugito, Y. 1993. Energi dan Produksi Pertanian. Fakultas
Major commercial timbers. Prosea. Bogor. Pertanian UNIBRAW. Malang.
Somantri, I.H., Hasanah, M., Adisoemarto, S., Thohari, M., Sulistyo, H.S. 2006. Pertanian perlu Fokus pada Tanaman untuk
Nurhadi, A., dan Orbani, I.N. (2006). Mengenal Plasma Bioenergi. Detiknet.
Nutfah Tanaman Pangan. Biogen online, Komisi Nasional Suntoro. 2006. Potensi Pertanian dalam Mengatasi Krisis Energi.
Plasma Nutfah, 25 Maret 2006.. Orasi Ilmiah Dies Natalis XXX UNS. Surakarta.

42
FERMENTASI ETANOL DARI PATI SINGKONG OLEH Saccharomyces
cerevisiae YANG DIKO-KULTUR DENGAN Rhizopus oryzae
Ethanol fermentation from cassava starch by Saccharomyces cerevisiae grown in co-
cultures with Rhizopus oryzae

TJAHJADI PURWOKO

Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126. Tel & fax 62 271 663375, e-
mail tjahjadipurwoko@yahoo.co.id

adalah hanya menghasilkan air dan


ABSTRACT karbondioksida sebagai produk buangan.
Alkohol, khususnya etanol merupakan hasil
This experiment was to study ethanol fermentasi gula oleh khamir dan bakteri dalam
fermentation from cassava starch by Saccharomyces suasana anaerob. Kemampuan khamir dalam
cerevisiae grown in co-culture with Rhizopus oryzae.
memproduksi etanol telah lama dimanfaatkan
Media of 2, 4, 6, 8, 10 and 12% cassava starch were
separated using synthetic sponges. The bottom side oleh manusia. Khamir yang sering digunakan
of media was inoculated with S. cerevisiae and the dalam fermentasi etanol, adalah Saccharomyces
upper side with R. oryzae. The cultures were cerevisiae. Namun kemampuan S. cerevisiae dalam
incubated for 72 hours using shaker (60 rpm) at 30°C. menggunakan jenis-jenis karbohidrat terbatas
Starch consumptions, and concentrations of ethanol pada sakarida sederhana, misalnya glukosa,
of cultures were increased following increasing fruktosa, dan sukrosa. Glukosa, fruktosa, dan
fermentation times. The highest starch consumption
sukrosa merupakan karbohidrat paling banyak
was 63.30 g/L and obtained from 12% cassava starch
media. The highest ethanol concentration was 26.00
ditemukan di buah-buahan. Oleh karena itu, S.
g/L and obtained from 12% cassava starch media after cerevisiae dimanfaatkan dalam pembuatan
72 hours fermentation. alkohol dari buah-buahan. Alkohol yang berasal
dari buah, disebut wine.
Key words: co-culture, ethanol fermentation, Polisakarida, khususnya pati dan selulosa
Rhizopus oryzae, Saccharomyces cerevisiae merupakan komponen terbesar dalam umbi-
umbian dan daun. Sampai saat ini, umbi-umbian
hanya dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat
PENDAHULUAN penganti beras. Tumbuhan penghasil pati
terbesar adalah singkong. Kandungan pati dalam
Alkohol sebagian besar dimanfaatkan sebagai umbi singkong kering adalah 90%. S. cerevisiae
bahan makanan dan pelarut. Sebagai pelarut, tidak mampu memfermentasi pati menjadi
alkohol diminati karena mudah bercampur etanol. Beberapa usaha untuk memanfaatkan pati
dengan air, sehingga dapat diterapkan dalam sebagai substrat dalam pembuatan etanol, yaitu
pelarut obat-obatan. Selain itu, alkohol mengisolasi jenis-jenis khamir baru yang mampu
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Alkohol memfermentasi pati menjadi etanol (Sharma et
yang paling banyak dipakai sebagai sumber al., 2002), mengombinasi enzim amilolitik dengan
energi, adalah metanol. Namun tidak tertutup S. cerevisiae (Giordano et al., 2000), menyisipkan
kemungkinan etanol dapat menggantikan gen penghasil enzim amilolitik ke dalam DNA S.
metanol sebagai sumber energi. Etanol juga cerevisiae (Kim & Kim, 1996; Ma et al., 2000), dan
dipakai sebagai reaktan dalam menghasilkan mengombinasi mikroba amilolitik dengan
biodiesel yang berasal dari minyak nabati. dengan S. cerevisiae (Fuji et al., 2001; Ariani, 2004).
Keunggulan alkohol sebagai sumber energi

43
Kultur campuran yang mengandung khamir, Analisis pati. Sampel (50 mL) disentrifuse
lebih banyak menghasilkan etanol dibandingkan dengan kecepatan 3.000 rpm selama 5 menit.
kultur tunggal khamir (Athanasiadis et al., 2002). Bagian cair (supernatan) diambil dan ditambah
Beberapa mikroba penghasil enzim amilolitik 5.000 unit amilase (Westmont Pharmaceuticals,
adalah Rhizopus oryzae (Kondo et al., 2002) dan Bogor, Indonesia) dan dibiarkan selama 2 jam
Aspergillus awamori (Fuji et al., 2001; Farid et al., pada suhu kamar, kemudian disentrifuse dengan
2002). Di Indonesia, R. oryzae lebih populer kecepatan 6.000 selama 5 menit. Sampel (1 mL)
dibandingkan A. awamori karena R. oryzae sering diukur penyerapan cahaya (absorbansi) pada
dimanfaatkan sebagai inokulum dalam panjang gelombang 510 nm dengan UV-VIS
pembuatan makanan terfermentasi, misalnya spektrofotometer (Alexander & Griffiths, 1992).
tempe. Tujuan penelitian ini adalah untuk Nilai absorbansi dikonversi ke kadar pati
mengetahui produksi etanol dari pati singkong berdasarkan persamaan standar amilum.
oleh S. cerevisiae yang ko-kultur dengan R. oryzae. Analisis etanol. Sampel (50 mL) didestilasi
pada suhu 70°C selama 1 jam. Berat destilat
dibandingkan dengan berat air. Hasil
BAHAN DAN METODE perbandingan dikonversi ke kadar etanol
berdasarkan Tabel Konversi Etanol.
Rhizopus oryzae FNCC 6078 diperoleh dari Analisis data. Semua analisis dilakukan
PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada dengan 3 ulangan. Data yang diperoleh,
Yogyakarta. Saccharomyces cerevisiae diisolasi dari dianalisis menggunakan analis sidik ragam
ragi tape. Pati singkong diperoleh dari PT. (Anava) dengan tingkat kepercayaan 0,05.
Indofood Sukses Makmur, Indonesia.
Fermentasi ko-kultur. Variasi media pati
singkong masing-masing adalah 20, 40, 60, 80, HASIL DAN PEMBAHASAN
100, dan 120 g/L dan ditambah 0,25 g/L MgSO4,
0,1 g/L FeSO4, 2,5 g/L K2H2PO4, dan 10 g/L Penggunaan spons dalam penelitian
Amonium tartat. Media pati singkong (200 mL) dimaksudkan untuk memisahkan kultur aerob R.
dimasukkan pada bagian bawah fermentor oryzae dan anaerob S. cerevisiae. Selain itu, spons
berkapasitas 1 L. Spons sintetik setebal 2 cm berperan sebagai pembatas bagi S. cerevisiae,
dimasukkan ke dalam fermentor, sehingga sehingga S. cerevisiae tidak dapat melakukan
membagi media menjadi dua bagian (Gambar 1). respirasi. Namun spons tidak menghalangi difusi
Setelah disterilisasi (121°C, 15 menit), bagian atas nutrient, sehingga nutrient dapat tersebar merata
media diinokulasi dengan R. oryzae (± 108 cfu) dalam media.
dan bagian bawah diinokulasi dengan S. Konsumsi pati oleh S. cerevisiae dan R. oryzae
cerevisiae (± 108 cfu). Kultur diinkubasi pada suhu meningkat seiring bertambahnya waktu
30°C selama 72 jam di atas penggoyang dengan fermentasi pada semua media pati singkong
kecepatan 60 rpm. Analisis konsumsi pati dan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa sampai 3
kadar etanol dilakukan setiap 12 jam. hari fermentasi masih terdapat pertumbuhan dan
belum memasuki fase kematian. Konsumsi pati
juga meningkat seiring dengan bertambahnya
kadar pati singkong dalam media. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariyani
(2004). Pati dipecah oleh amilase R. oryzae
menjadi monomer glukosa. Selanjutnya, glukosa
dikonsumsi oleh S. cerevisiae dan R. oryzae untuk
pertumbuhan dan pembentukan energi.
Terdapat perbedaan pembentukan energi antara
S. cerevisiae dan R. oryzae. S. cerevisiae membentuk
energi via fermentasi, sedangkan R. oryzae
membentuk energi via respirasi dan fermentasi.
Konsumsi pati tertinggi diperoleh dari media
pati singkong 8-12% setelah 72 jam fermentasi,
Gambar 1. Desain fermentor ko-kultur S. cerevisiae (a)
yaitu 55.23-63.30 g/L.
dan jamur R. oryzae (b) dengan menggunakan spons
sintetik (c) sebagai pemisah.

44
Tabel 1. Konsumsi pati oleh S. cerevisiae yang diko-kultur dengan R. 2). Namun pada media pati singkong
oryzae pada media pati singkong. 4% terlihat bahwa produksi etanol
pada 72 jam fermentasi lebih kecil
Media pati singkong
daripada 60 jam fermentasi. Hal ini
Waktu 2% 4% 6% 8% 10% 12% Rerata
fermentasi (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) menunjukkan bahwa S. cerevisiae
12 jam 4.10 5.67 6.93 11.83 15.23 16.27 10.01a pada media pati singkong 4% telah
24 jam 10.60 13.33 13.10 17.37 20.37 22.17 16.16b memasuki fase stationer.
36 jam 13.73 16.03 21.50 33.20 30.77 33.57 24.80c Penggoyangan fermentor dengan
48 jam 18.13 23.60 28.00 42.30 40.63 42.40 32.51d kecepatan 60 rpm dimaksudkan
60 jam 20.50 32.73 42.83 48.30 49.77 52.87 41.17e untuk menunda S. cerevisiae
72 jam 23.83 31.10 46.60 56.77 55.23 63.30 46.14f memasuki fase stationer. Hal ini
Rerata 15.16p 20.41q 26.49r 34.96s 35.33s 38.43s karena penggoyangan 90 rpm dapat
Keterangan: a-f: Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan
mempercepat S. cerevisiae memasuki
perbedaaan nyata (α=0.05); p-s: Angka yang diikuti huruf berbeda
fase stationer setelah 48 jam
menunjukkan perbedaaan nyata (α=0.05)
fermentasi (Ariani, 2004).
Produksi etanol tertinggi
Tabel 2. Produksi etanol oleh S. cerevisiae yang diko-kultur dengan diperoleh dari media pati singkong
R. oryzae pada media pati singkong. 8-12% selama 72 jam fermentasi,
yaitu 24.00-26.00 g/L. Kultur
Media pati singkong campuran S. cerevisiae dan R. oryzae
Waktu 2% 4% 6% 8% 10% 12% Rerata pada media ubi jalar mampu
fermentasi (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) menghasilkan etanol sampai 22.5
12 jam 2.00 2.33 3.00 5.33 7.00 7.00 4.44a g/L (Ariyani, 2004), sedangkan
24 jam 4.33 5.67 5.67 8.33 9.00 10.67 7.28b
Kultur campuran S. cerevisiae dan A.
36 jam 6.00 7.00 10.00 15.67 14.33 15.67 11.44c
awamori mampu menghasilkan
48 jam 8.00 11.00 13.67 20.33 19.00 20.33 15.39d
60 jam 7.67 15.33 18.67 22.67 22.67 24.00 18.50e etanol sampai 25 g/L (Farid et al.,
72 jam 10.00 14.00 21.00 24.67 24.00 26.00 19.94f 2002). Jika S. cerevisiae disisipi gen
Rerata 6.33p 9.22q 12.00r 16.17s 16.00s 17.28s amilase, maka S. cerevisiae mampu
Keterangan: a-f: Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan menghasilkan etanol sampai 75 g/L
perbedaaan nyata (α=0.05); p-s: Angka yang diikuti huruf berbeda (Kim & Kim, 1996).
menunjukkan perbedaaan nyata (α=0.05) Efisiensi produksi etanol teoritis
adalah 50%, jika tidak terjadi
penambahan biomassa. Secara
Tabel 3. Efisiensi produksi etanol oleh S. cerevisiae yang diko-kultur
teoritis produksi biomassa dapat
dengan R. oryzae pada media pati singkong.
dihambat, jika waktu fermentasi
Media pati singkong
dipersingkat. Secara riil fermentasi
Waktu 2% 4% 6% 8% 10% 12% Rerata
fermentasi (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) (g/L) etanol selalu menghasilkan
12 jam 49.21 40.89 42.66 44.85 45.87 42.95 44.40ab biomassa. Efisiensi produksi etanol
24 jam 40.92 42.54 43.18 48.19 44.17 48.03 44.51ab pada penelitian ini cukup tinggi,
36 jam 43.81 43.53 46.50 47.13 46.60 46.70 45.71b yaitu di atas 40% (Tabel 3). Tidak
48 jam 44.05 46.61 48.78 48.07 46.81 47.95 47.05b maksimalnya efisiensi produksi
60 jam 37.51 46.84 43.64 46.94 45.54 45.40 44.31ab etanol karena sekitar 15% pati
72 jam 33.61 45.04 45.06 43.45 43.47 41.21 41.97a diubah menjadi biomassa dan
Rerata 41.52p 44.24pq 44.97q 46.44q 45.41q 45.37q energi. Biomassa R. oryzae lebih
Keterangan: a-b: Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan
tinggi daripada S. cerevisiae (data
perbedaaan nyata (α=0.05); p-q: Angka yang diikuti huruf berbeda
tidak ditampilkan).
menunjukkan perbedaaan nyata (α=0.05)
Laju produksi etanol oleh S.
cerevisiae yang diko-kultur dengan R.
oryzae pada media pati singkong 8-
Dalam melakukan fermentasi untuk
12% lebih tinggi dibandingkan pada media pati
membentuk energi, maka S. cerevisiae
singkong 2-6% (Gambar 2). Hal ini menunjukkan
menghasilkan etanol sebagai by product
bahwa secara umum S. cerevisiae mampu
fermentasi. Produksi etanol oleh S. cerevisiae yang
menghasilkan etanol dari media sekitar 10%
diko-kultur dengan R. oryzae meningkat seiring
(Farid et al., 2002). Stabilnya laju produksi etanol
dengan bertambahnya waktu fermentasi (Tabel
menunjukkan bahwa sistem fermentasi etanol

45
oleh S. cerevisiae yang diko-kultur dengan R. DAFTAR PUSTAKA
oryzae pada penelitian ini dapat diaplikasi dalam
industri, sehingga dapat menekan biaya Alexander, R.R. & J.M. Griffiths. 1992. Basic biochemical
methods. Ed ke-2. New York: John Wiley & Sons Inc.
produksi sekecil mungkin. Ariani, D. 2004. Fermentasi etanol dari ubi jalar (Ipomoea
batatas) oleh kultur campuran Rhizopus oryzae dan
Saccharomeces cerevisiae. Skripsi FMIPA UNS, Solo.
700 Athanasiadis, I., D. Boskou, M. Kanellaki, V. Kiosseoglou &
600 A.A. Koutinas. 2002. Whey liquid waste of the dairy
500 industry as raw material for potable alcohol production
by kefir granules. J Agric Food Chem. 50:7231-7234.
400
Farid, M.A., H.A. El-Enshasy & A.M.N. El-Deen. 2002.
300 Alcohol production from starch by mixed cultures of
200 Aspergillus awamori and immobilized Saccharomyces
100 cerevisiae at different agitation speeds. J Basic
Microbiol.42:162-171.
0
12 jam 24 jam 36 jam 48 jam 60 jam 72 jam Fuji, N., T. Oki, A. Sakurai, S. Suye & M. Sakakibara. 2001.
Ethanol production from starch by immobilized
M ed ia p at i sing ko ng
Aspergillus awamori and Saccharomyces pastorianus using
cellulose carriers. J Ind Microbiol Biotechnol. 27:52-57.
2% 4% 6% Giordano, R.L., P.C. Hirano, L.R. Goncalves & W.S. Netto.
8% 10% 12% 2000. Study of biocatalyst to produce ethanol from starch:
Coimmobilization of glucoamylase and yeast in gel. Appl
Biochem Biotechnol. 63:643-654.
Kim, T.G. & K. Kim. 1996. The construction of a stable starch-
Gambar 2. Laju produksi etanol oleh S. cerevisiae yang
fermenting yeast strain using genetic engineering and
diko-kultur dengan R. oryzae pada media pati rare-mating. Appl Biochem Biotechnol. 59:39-51.
singkong. Kondo, A., H. Shigechi, M. Abe, K. Uyama, T. Matsumoto, S.
Takahashi, M. Ueda, A. Tanaka, M. Kishimoto & H.
Fukuda. 2002. High-level ethanol production from starch
KESIMPULAN by a flocculent Saccharomyces cerevisiae strain displaying
cell-surface glucoamylase. Appl Microbiol Biotechnol.
58:291-296.
Produksi etanol tertinggi oleh S. cerevisiae Ma, Y.J.,.L.L Lin, H.R. Chien & W.H. Hsu. 2000. Efficient
yang diko-kultur dengan R. oryzae diperoleh dari utilization of starch by a recombinant strain of
media pati singkong 8-12%. Namun secara Saccharomyces cerevisiae producing glucoamylase and
isoamylase. Biotechnol Appl Biochem. 31:55-59.
individu produksi etanol tertinggi oleh S. Sharma, S., M. Pandey & B. Saharan. 2002. Fermentation of
cerevisiae yang diko-kultur dengan R. oryzae starch to ethanol by an amylolytic yeast Saccharomyces
diperoleh dari media pati singkong 12% selama diastaticus SM-10. Indian J Exp Biol. 40:325-328.
72 jam fermentasi, yaitu 26.00 g/L.

46
FOTODEGRADASI FENOL DENGAN KATALIS TITANIUM
OKSIDA DAN TINANIUM SILIKAT MESOPORI-MESOSTRUKTUR

HARI SUTRISNO1, RETNO ARIANINGRUM1, ARISWAN2

1) Jurdik Kimia, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta


2) Jurdik Fisika FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Sulaeman & Hermawan, 2002), sedangkan


ABSTRACT konsentrasi fenol yang ada dalam limbah cair
pada berbagai macam proses industri berkisar
The objective of this research is to study the 0,035-8,000 g/L. Senyawa fenol bersifat
fotodegradation of phenol by titanium dioxide and karsinogenik dan terurai sangat lambat oleh
titanium silicate mesoporous-mesostructure
sinar matahari. Fenol diperairan masuk ke dalam
accelerated by hydrogen peroxide (H2O2).
Photodegradations were carried out in stirred slurries tubuh manusia melalui ikan yang dimakan
of mesoporous-mesostructure titanium dioxide and manusia atau air minum yang diolah dari
titanium silicate: 0.15 g TiO2-layered macrostructure, perairan, kemudian terakumuliasi dalam tubuh
0.35 g TiO2/MCM-41 and 0,5 g Ti-MCM-41 in dan dapat mengganggu metabolisme tubuh. Efek
deionized water respectively. Phenol solution (0,5 toksik fenol terhadap manusia dengan
g/L) was illuminated by 160 W from mercury lamp at menyerang organ: ginjal, hati, limpa, pangkreas,
times various: 20, 40, 60 and 80 minute. The results
paru-paru dan otak (Ollis et al., 1986).
show that TiO2-layered mesostructure followed by
TiO2/MCM-41 are the two most active photocatalyst, Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi
while Ti-MCM-41 is not active photocatalyst. polutan fenol di atas, antara lain: dengan
Organic substances produced from phenol adsorpsi dengan karbon aktif, oksidasi kimiawi,
fotodegradation include phenol → p-benzoquinon, dan oksidasi secara biologi. Adsorbsi dengan
hydroquinon → catecol → maleat acid → asetat karbon aktif hanya menyerap polutan tetapi
aciddan formiat acid → water and carbon dioxide. tidak dapat menghilangkannya, oksidasi secara
biologi digunakan terbatas dan berlangsung
Keywords: photodegradation, phenol, mesoporous-
secara lambat, sedangkan oksidasi kimiawi
mesostructure, titanium dioxide, titanium silicate
hanya tepat untuk polutan yang memilki
konsentrasi tinggi padahal fenol dengan
PENDAHULUAN konsentrasi rendah sangat berbahaya. Fenol
dalam lingkungan perairan teroksidasi secara
Pencemaran perairan berbahaya umumnya sangat lambat oleh oksigen, sehingga untuk
berasal dari senyawa organik yang berasal mempercepat reaksi degradasi diperlukan suatu
rumah tangga dan industri. Detergent katalis yang efektif dan efisien untuk polutan
merupakan salah satu contoh jenis pencemar dengan konsentrasi rendah. TiO2 merupakan
kimia dari rumah tangga, sedangkan fenol dan senyawa semikonduktor yang stabil dan
turunannya berasal dari industri kimia, industri bertindak sebagai katalis untuk degradasi
pulp, kertas, kayu lapis, migas, plastik, tekstil senyawa organik dengan konsentrasi rendah,
dan rumah sakit. Grup fenol dan kresol karena melibatkan spesies radikal aktif.
merupakan salah satu grup senyawa dari Berdasarkan hal di atas, sangat menarik
sembilan grup senyawa organik yang sangat merekayasa struktural dan porositas TiO2 dan
diproteksi dilingkungan oleh United States EPA turunannya yang efektif dan efisien sebagai
(Environmental Protection Agency) (Ollis et al., pendegradasi polutan femol atau organik di
1986). Konsentrasi fenol yang dapat dibolehkan lingkungan perairan.
diperairan sebesar 0,005-0,010 g/L (Uyi Material mesopori-mesosruktur menjadi
perhatian para peneliti pada tahun 1990-an

47
setelah peneliti-peneliti dari group Mobil Oil diambil sebanyak 50 ml untuk analisis kuantitatif
menggunakan konsep baru dalam sintesis kadar fenol dengan kormatografi gas dan
material silikat berpori. Mereka menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Erlenmeyer kedua
surfaktan sebagai agen strukturasi dan berhasil yang berisi 100 mL larutan fenol, ditambahkan
mendapatkan material silikat dan alumino silikat sebanyak 0,15 g TiO2-layer mesostruktur dan
dengan struktur lapis (lamellar), heksagonal dan kemudian diaduk agar homogen selama 10
kubik (Alfredson et al., 1994; Kresge et al., 1992). menit. Selanjutnya dilakukan uji degradasi
Penemuan tersebut mendorong untuk melalui penyinaran dengan sinar UV selama 20
mengembangkan material mesopori- menit. Setelah penyinaran dengan sinar UV,
mesostruktur dari logam titanium oksida dan larutan disaring dan filtratnya diambil sebanyak
campuran titanium-silikon oksida (Hari Sutrisno, 50 mL untuk analisis kuantitatif kadar fenol
Retno Arianingrum dan Ariswan, 2005). dengan kormatografi gas dan spektrofotometer
Senyawa titanium oksida dan titanium silikat UV-Vis. Prosedur diatas diulang pada bagian
mesopori-mesostruktur yang dihasilkan tahap penyinaran dengan sinar UV masing-
diaplikasikan untuk degradasi senyawa fenol masing selama: 40, 60 dan 80 menit.
secara simulasi dan senyawa organik di Prosedur di atas diperlakukan juga untuk
lingkungan perairan. Berdasarkan latar belakang katalis lain: 0,35 g TiO2/MCM-41 dan 0,50 g Ti-
di atas penelitian ini bertujuan untuk MCM-41. Katalis TiO2/MCM-41 berisi sekitar
mempelajari fotodegradasi larutan fenol tanpa 30% berat TiO2, sedangkan katalis Ti-MCM-41
maupun adanya kehadiran hidrogen peroksida mengandung sekitar 5% berat TiO2.
(H2O2) dengan fotokatalis titanium oksida dan Uji degradasi dilakukan dalam reaktor
titanium silikat mesopori-mesostruktur. fotokatalitik (Gambar 1), dengan bantuan
penyinaran sinar UV dari lampu UV yang
berasal dari lampu merkuri 160 W merk Osram.
BAHAN DAN METODE Reaktor fotokatalitik berupa kotak kayu
berukuran 50x75x75 cm3 yang didalamnya
Bahan dan Alat dilapisi oleh aluminium foil.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam Analsis kadar fenol dilakukan melalui
penelitian ini: air, fenol, H2O2, kloroform, ekstraksi 50 mL filtrat dengan kloroform,
sedangkan alat-alat yang digunakan: peralatan kemudian dirotavapor hingga mendapatkan
gelas, sinar UV, penyaring Buchner, timbangan, fenol pekat. Sebelum diekstraksi dengan
pengaduk magnet, labu ukur, reaktor kloroform, pH filtrat larutan diturunkan hingga
fotokatalitik dilengkapi dengan lampu Hg (merk pH = 2 melalui penambahan H2SO4 pekat.
Osram, 160 watt), pompa vakum. Instrumen
yang digunakan untuk karakterisasi, meliputi:
spektrofotometer UV-Vis cair, dan GC (Gas
Chromatography).

Cara kerja
Degradasi fenol oleh TiO2-layer mesostruktur,
TiO2/MCM-41 dan Ti-MCM-41
Senyawa organik yang digunakan untuk
studi degradasi dengan katalis titanium silikat
dan titanium oksida mesopori-mesostruktur
yaitu fenol. Dibuat larutan fenol berkadar 0,5
g/L dengan cara dilarutkan 0,25 g fenol dalam
akuades 500 ml dalam labu ukur, ternyata
laarutan ini memiliki pH sebesar 5. Larutan
tersebut dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing Gambar 1. Reaktor fotokatalitik
sebanyak 100 ml dalam labu erlenmeyer
berukuran 100 ml. Erlenmeyer pertama yang Kehadiran hidrogen peroksida (H2O2) pada
berisi 100 ml larutan fenol, ditambahkan degradasi fenol dengan katalis TiO2-layer
mesostruktur, TiO2/MCM-41 dan Ti-MCM-41
sebanyak 0,15 g TiO2-layer mesostruktur dan
Studi pengaruh penambahan H2O2 pada
kemudian diaduk agar homogen selama 10
degradasi fenol dengan TiO2-layer mesostruktur,
menit. Selanjutnya larutan disaring dan filtratnya

48
TiO2/MCM-41 dan Ti-MCM-41 melalui prosedur lamanya penyinaran (Tabel 1). Berdasarkan hasil
yang sama sebagaimana pada studi degradasi kromatografi gas menunjukkan bahwa terjadi
felol di atas. Perbedaannya pada studi ini penurunan kuantitas larutan fenol secara tajam
dilakukan panambahan H2O2 dengan konsentrasi pada penggunaan katalis TiO2-layer
tertentu dalam larutan fenol yang berkadar 0,5 mesostruktur dan TiO2/MCM-41 dengan waktu
g/L. Sebanyak 0,25 g fenol dan 0,5 g larutan 30% penyinaran yang sama, sedangkan Ti-MCM-41
H2O2 dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL, penurunan yang sangat lambat.
kemudian ditambahkan akuades sampai tanda
dan selanjutnya larutan tersebut dibagi menjadi 5 Tabel 1. Konsentrasi dalam larutan setelah variasi
bagian, selanjutnya diperlakukan sebagaimana waktu penyinaran
prosedur di atas, melalui penyinaran dengan
Jenis Katalis TiO2-layer TiO2/MCM-41 Ti-MCM-41
sinar UV masing-masing selama: 0, 20, 40, 60 dan
Lama Kadar fenol Kadar fenol Kadar fenol
80 menit untuk masing-masing katalis: TiO2- Penyinaran dalam dalam larutan dalam
layer mesostruktur, TiO2/MCM-41 dan Ti-MCM- (menit) larutan (%) (%) larutan (%)
41. Karakterisasi hanya dilakukan dengan 0
100,0 100,0 100,0
spektrofotometer sinar UV, tidak dilakukan
20 95,6 91,2 96,7
dengan GC. 40 92,0 82,0 97,6
60 51,2 45,8 93,3
80 25,6 28,6 94,1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Spektra UV Pita absorbsi UV berupa dua puncak sekitar
Larutan fenol telah banyak digunakan oleh 270 nm pada waktu penyinaran 0 menit
berbagai peneliti sebagai tes fotokatalik dari sifat menunjukkan adanya larutan fenol, yang
katalis titanium oksida. Molekul ini merupakan teridentifikasi pada panjang gelombang 270 nm.
perwakilan yang baik sebagai polutan organik Kemunculan absorbsi pada panjang gelombang
aromatik di dalam air. Rekaman spektra UV 290 nm merupakan absorbsi dari campuran
pada berbagai waktu penyinaran untuk katalis senyawa p-bensokuinon, hidroksibensokuinoin
TiO2-layer mesostruktur, TiO2/MCM-41 dan Ti- dan hidrokuinon. Absorbsi hidrokuinon murni
MCM-41 dalam proses degradasi larutan fenol. terjadi antara 250 dan 310 nm dengan panjang
Semua spektra UV pada panjang gelombang 200- gelombang maksimal 285 nm, p-bensokuinon
500 nm untuk larutan fenol dengan konsentrasi mengabsorsi sangat kuat dibawah 260 nm dan
0,5 g/L sebelum dan sesudah penyinaran pada daerah dengan panjang gelombang
menunjukkan adanya pita absorbsi lebar antara maksimal 290 nm (Znaidi et al., 2001). Spektra
240 sampai 290 nm berupa dua puncak sekitar absorbsi yang sangat berbeda terjadi dengan
270 nm. katalis Ti-MCM-41 yaitu munculnya pita
Rekaman spektra UV pada berbagai waktu absorbsi sekitar 359 dan 810 nm. Hal ini
penyinaran untuk katalis TiO2-layer mengindikasikan terbentuknya suatu senyawa
mesostruktur, TiO2/MCM-41 dan Ti-MCM-41 antara (transisi) yang lain. Fotodegradasi fenol
dalam proses degradasi larutan fenol dengan oleh titanium oksida yang teremban silika
kehadiran H2O2. Degradasi fenol dengan katalis menghasilkan hidrokuinon, katekol, asam
TiO2-layer mesostruktur menunjukkan adanya maleat, selannjutnya teroksidasi menjadi asam
pita absorbsi UV yang lebar antara 240 sampai asetat dan asam formiat, kemudian berubah
290 nm berupa dua puncak sekitar 270 nm, menjadi air dan karbon dioksida.
sedangkan katalis TiO2/MCM-41, disamping Hubungan fenol yang tersisa dengan waktu
kemunculan dua puncak disekitar 270 nm, juga penyinaran digambarkan seperti pada Gambar 2.
suatu puncak sekitar 290 dan 359 nm. Pita Berdasarkan grafik tersebut, hubungan
absorbsi UV pada panjang gelombang sekitar konsentrasi fenol dengan waktu penyinaran,
270, 359 dan 381 nm diperoleh pada degradasi degradasi fenol dengan katalis TiO2-layer
fenol dengan katalis Ti-MCM-41. mesostruktur, TiO2/MCM-41, dan Ti-MCM-41
mengikuti persamaan adsorpsi Langmuir-
Kromatografi Gas Hinshelwood (Ollis et al., 1986). Proses yang
Analisis secara kuantitatif menggunakan terjadi pada waktu penyinaran hingga 40 menit
kromatografi gas menunjukkan adanya berjalan lambat karena adanya proses
penurunan konsentrasi fenol seiring peningkatan pembangkitan muatan-transfer muatan antar

49
muka dan degradasi fenol dipermukaan, MCM-41. Kecepatan degradasi fenol tanpa
sedangkan setelah waktu penyinaran 40 menit kehadiran H2O2, paling besar pada katalis TiO2-
berlangsung cepat akibat proses degradasi telah mesostruktur (TiO2-layer), diikuti TiO2/MCM-41
berlangsung dipermukaan dan dipori-pori. dan terkecil pada Ti-MCM-41 (non aktif). Reaksi
yang terjadi pada degradasi fenol dengan atau
tanpa kehadiran H2O2 meliputi: fenol → p-
bensokuinon, hidrokuinon → katekol → asam
maleat → asam asetat dan asam format → air dan
karbaon dioksida.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih


sebesar-besarnya kepada Dit. LITABMAS-Ditjen
DIKTI, Depdiknas melalui Proyek Penelitian
Hibah Bersaing tahun 2004/2005 dengan surat
Gambar 2. Hubungan konsentrasi fenol yang tersisa perjanjian penelitian:
(g/L) dengan waktu penyinaran (●: TiO2-layer, ■: TiO2/ 035/SPPP/PP/DP3M/IV/2005.
MCM-41, dan ▲: Ti-MCM-41) tanpa kehadiran H2O2
Perhitungan harga konstanta kecepatan reaksi
(k) degradasi fenol masing-masing dengan DAFTAR PUSTAKA
katalis TiO2-layer mesostruktur dan TiO2/MCM-
41 ditentukan berdasarkan waktu paruhnya. Alfredson, V., Keung, M., Monnier, A., Stucky, G, D., Unger,
Waktu paruh degradasi fenol dengan katalis K. K. & Schüth, F (1994). High-Resolution Transmission
TiO2-layer mesostruktur sebesar 57 menit, Electron Microscopy of Mesoporous MCM-41 Type
Materials. J. Chem. Soc. Chem. Commun. 921-922.
sedangkan dengan katalis TiO2/MCM-41 sebesar Hari Sutrisno, Ariswan & Retno Arianingrum (2005). Silikat
60,5 menit. Dengan demikian harga konstanta dan Titanium Silikat Mesopori-mesostruktur Berbasis
kecepatan reaksi (k) degradasi fenol dengan Struktur Heksagonal dan Kubik. Jurnal Matematika dan
katalis TiO2-layer mesostruktur dan TiO2/MCM- Sains (JMS), 10(2): 69-74.
Kresge, C. T., Leonowicz, M. E., Roth, W. J., Vartuli, J. C. &
41 secara berurutan:1,216 x 10-2 dan 1,145 x 10-2 Beck, J. S (1992). Ordered Mesoporous Molecular Sieves
menit-1. Berdasarkan kehadiran senyawa yang Synthesized by a Liquid-crystal Template Mechanism.
terjadi melalui karakterisasi dengan Nature (359): 710-712.
spektrofotometer UV, mekanisme reaksi Ollis, D.F., Pelizzetti, E., & Serpone, N (1986). Heterogeneous
Photocatalysis in the Environment: Application to Water
degradasi fenol dengan atau tanpa kehadiran Purification. Chemical Review. 18: 603-637.
H2O2 meliputi: fenol → p-bensokuinon, Sulaiman, U. dan D. Hermawan (2002). Degradasi
hidrokuinon → katekol → asam maleat → asam Fotokatalitik Fenol Dalam Sampel Air Sungai Donan
Cilacap. Prosiding Semnas Kimia 2002 dalam rangka Dies
asetat, asam format → air dan karbon dioksida.
Natalis 46 Jurdik Kimia FMIPA UNY. 84-88.
Znaidi, L., Seraphimova, R., Bocqouet, J.F., Colbeau-Justin, C.,
& Pommier, C (2001). A Semi-Continous Process for the
KESIMPULAN Synthesis of Nanosize TiO2 Powders and Their Use as
Photocatalysts. Materials research Bulletin (36): 811-825.
Fenol dapat terdegradasi menjadi senyawa
lain yang tidak berbahaya dengan katalis TiO2-
mesostruktur (TiO2-layer), TiO2/MCM-41 dan Ti-

50
IDENTIFIKASI ASAM LEMAK HASIL HIDROLISIS ASAM
KLORIDA PADA BERBAGAI PREPARASI MINYAK DARI BIJI
JARAK PAGAR (Ricinus communis L.)

PADMONO CITROREKSOKO1, RIZAL ALAMSYAH2, DJUMHAWAN RATMAN PERMANA3,♥

1Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Universitas Pakuan Bogor.


2BalaiBesar Industri Agro, BBIA, Bogor
3 Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI – Cibinong-Bogor

ABSTRACT energi ini merupakan energi masa kini maupun


mendatang agar dapat menggantikan sumber
Identifikasi asam lemak hasil hidrolisis asam energi fosil (minyak bumi, batu bara). Saat ini
yang diekstrak pada suhu preparasi minyak berbeda Indonesia merupakan salah satu negara
telah dilakukan, pertama biji jarak dioven pada suhu
pengekspor biji jarak. Sebagian besar biji jarak
600C selama 1 jam, kedua dikukus pada suhu 900C
selama 10 menit, dan ketiga biji jarak disangrai Indonesia diekspor dalam bentuk biji kering.
terlebih dahulu pada suhu 1200C selama 10 menit. Pada tahun 1997 ekspor biji jarak Indonesia
Setelah itu dipres menggunakan hidraulik pressing tercatat sebesar 75 ton dengan nilai ekspor US $
sehingga diperoleh minyak jarak kasar. Minyak 1462, di lain pihak kebutuhan minyak jarak
yang dihasilkan mengalami proses hidrolisis minyak dikenal dengan nama Castor Oil. Minyak tersebut
dengan HCL yang dilanjutkan dengan proses banyak digunakan untuk industri-industri
pemurniaan dengan urea terlebih dahulu
seperti cat, vernis, pelumas dan tinta cetak. Di
diesterifikasikan sehingga menghasilkan ester asam
lemak. Analisis ester asam lemak dilakukan dengan samping itu minyak jarak juga dimodifikasi
menggunakan kromatrografi gas. Hasil penelitian dengan proses lanjutan dan dapat digunakan
menunjukkan bahwa kadar air rata-rata minyak sebagai bahan baku tung oil. Produk hasil
jarak sebesar 3,43%, kadar asam lemak bebas sebesar oksidasi minyak jarak dapat digunakan sebagai
0,43%, bilangan iod sebesar 82,2019 dan bilangan bahan baku plastik dan nilon. Dalam jumlah
penyabunan 181,3872. Sementara contoh minyak kecil digunakan untuk pembuatan semir,
jarak hasil analisis kromotografi gas diperoleh
kosmetik dan lilin. Pesatnya perkembangan
komposisi asam lemak C8, C10, C12, C14, C16: 1, C16:
0, C18: 0, C18: 1, C18: 2 dan C18: 3. Diketahui peranan teknologi menyebabkan penggunaan minyak
urea untuk memurnikan asam lemak tak jenuh dari jarak dalam industri-industri tersebut semakin
asam lemak jenuh ditunjukkan pada minyak A dan meningkat pula. Menurut Deswert (1997), per-
B menghasilkan total PUFA dan MUFA yang lebih mintaan minyak jarak mengalami peningkatan
tinggi dibandingkan dengan minyak C. sebesar 5% pertahun, sedangkan produk dunia
belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut
Key words: identifikasi asam lemak, hidrolisis asam
Tanaman jarak (Ricinus communis L.)
klorida, metode preparasi minyak, biji jarak pagar.
termasuk dalam famili euphorbiceae, banyak
dijumpai dan tumgbuh di daerah tropik maupun
PENDAHULUAN subtropik, baik secara liar maupun terpelihara
dan dapat tumbuh pada ketinggian 0-800 m di
Minyak nabati belakangan ini di samping atas permukaan laut (Anonim, 1975). Menurut
sebagai sumber pangan (minyak sawit, kelapa, Biro Pusat Statistik, luas perkebunan jarak yang
bunga matahari, dan sebagainya) juga sebagai diusahakan oleh rakyat pada tahun 1985 seluas
bahan industri deterjen, pangan kesehatan, obat- 1.000 ha. Dari data ini pula diketahui bahwa
obatan dan yang terakhir sebagai sumber produk biji jarak pada tahun 1985 sebesar 400 ton
industri energi alternatif, dimana energi lebih biji jarak kering. Negara penghasil utama biji
mudah diperbaharui (renerable resources). Sumber jarak antara lain India, Brazil dan Argentina.

51
India dan Brazil mempunyai produk masing- Penetapan kadar air
masing setiap tahunnya sebesar 150.000 ton dan Cawan porselin dikeringkan terlebih dahulu
250.000 ton kering. Biji jarak berasal dari buah dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam
jarak yang beruang tiga dan berduri pada bagian kemudian didinginkan dalam desikator selama
luarnya. Biji jarak berbentuk oval dan pada 30 menit dan ditimbang. Selanjutnya 2g contoh
umumnya sama besar tetapi lebih besar dari biji- dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah
biji tanaman lain, sedangkan beratnya bervariasi diketahui bobotnya kemudian cawan diisi
antara 0,1-1,0 g. Kulit biji berwarna hita dengan contoh lalu dimasukkan ke dalam oven
berbintik-bintik dan ada juga yang cokelat selama 6 jam pada suhu 105oC sampai bobot
terang, tetapi ciri-ciri ini bervariasi tergantung konstan. Besarnya kadar air dapat dihitung
dari varietasnya. Biji jarak tidak dapat dimakan dengan menggunakan rumur sebagai berikut:
karena mengandung racun berupa asam
Kadar air =
a − b x 100%
risinoleat. Biji jarak terdiri dari 75% kernel a
(daging biji), dan 25% sisanya adalah kulit. a adalah bobot contoh basah (g) dan b bobot
Menurut Kirk et.al., (1964) menyatakan bahwa contoh kering (g).
komposisi biji jarak terdiri dari 5% air, 54%
minyak, 13% karbohidrat, 12,5% serat, 2,5% abu Penetapan kadar asam lemak bebas
dan 18% protein. Secara rinci komposisi minyak Kadar asam lemak bebas dinyatakan sebagai
jarak teridiri dari asam lemak dan gliserida. jumlah asam-asam lemak bebas yang terkandung
Asam-asam lemak tersebut terdiri dari palmitat, di dalam minyak atau lemak. Minyak atau lemak
stearat, oleat, linoleat, risinoleat dan dihidroksi- yang akan diuji ditimbang sebanyak 1-2g dan
stearat, sedangkan gliseridanya terdiri dari dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250ml lalu
trisinoleat, dirisinoleat saturated, dirisinoleat ditambahkan 50ml alkohol netral 95%
oleat dirisinoleat dihidroksistearat. Minyak jarak selanjutnya dipanaskan selama 10 menit di atas
terdiri dari sebagian besar asam risinoleat yang pemanas air sambil diaduk. Larutan didinginkan
merupakan asam lemak tidak jenuh dengan titik kemudian dititrasi dengan larutan 0,1N NaOH
lelehnya sebesar 5,5oC dan adanya ikatan dengan indikator 1% pp sampai terbentuk warna
rangkap menurunkan titik leleh atau sebaliknya merah jambu yang tidak hilang selama 10 detik.
menaikkan bilangan iod (Swern, 1979). Kadar asam lemak bebas dihitung dengan rumus
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi- sebagai berikut:
kasi asam lemak hasil hidrolisis yang diekstrak Kadar asam lemak bebas:
pada suhu preparasi minyak yang berbeda.
ml NaOH x N NaOH x 200 x 100%
=
1000 x berat contoh
BAHAN DAN METODE
Bilangan 200 adalah berat molekul asam
Bahan baku penelitian yaitu minyak jarak
risinoleat.
kasar dari biji (Ricinus communis Linn) berasal
dari Lombok. Bahan kimia yang diperlukan
Penetapan bilangan iod
adalah heksan teknis, N-heksan pa, klorofom,
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah iod
0,2M Na2HPO4, 0,2M NaH2PO4, 4% NaOH, KI,
yang diserap oleh 100g minyak atau lemak,
larutan Wijs, etanol, petroleum eter, NaCl kristal,
jumlah iod yang diserap membutuhkan
buffer fosfat, 0,1N HCl, 14%BF3/metanol, Na2SO4
banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak
anhidrat dan akuades.
jenuh. Bilangan iod dapat dihasilkan dari rumus
berikut:
Preparasi contoh
Biji jarak yang telah kering disortasi (dipilih (B - S) x N tio x 12,69
Bilangan iod =
biji yang baik) diambil masing-masing sebanyak g
2 kg. Selanjutnya biji jarak mengalami tiga B = jumlah ml natriumtiosulfat blanko 0,1N, S
perlakuan yang berbeda (dioven pada suhu 60oC = jumlah ml natriumtiosulfat contoh, dan
selama 1jam, disangrai pada suhu 90oC 10 menit g = gram contoh.
dan dikukus pada suhu 120oC selama 10 menit).
Setelah itu dipress menggunakan hidraulic Penetapan bilangan penyabunan
pressing sehingga diperoleh minyak jarak untuk Bilangan penyabunan dinyatakan sebagai
proses selanjutnya. jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk

52
menyabunkan Esterifikasi dan analisis kromatografi
1g minyak/lemak. Sebanyak 2g contoh minyak Sebelum analisis contoh diubah menjadi metil
yang akan diuji ditimbang di dalam erlenmeyer ester terlebih dahulu. Selanjutnya fraksi-fraksi
kemudian ditambahkan 50ml larutan KOH CHCl3 yang sudah jernih dipekatkan hingga
beralkohol 0,5N setelah itu erlenmeyer volume 1ml. Selanjutnya contoh siap disuntikkan
dihubungkan dengan pendingin tegak dan ke dalam kromatografi gas. Kromatografi gas
contoh dididihkan dengan hati-hati sampai yang dipergunakan adalah type KG HP 5890
semua contoh tersabunkan dengan sempurna, series II dilengkapi dengan FID, kolom kapiler,
yaitu jika diperoleh larutan yang bebas dari HP – FFAP 30 x 0,53mm x 50 μL, gas pembawa
butir-butir lemak, larutan kemudian didingin- Gas Nitrogen, gas pembakaran Oksigen, suhu
kan, dititrasi dengan 0,5N HCl dengan indikator injector 200oC, suhu detector 250oC, suhu kolom
1% pp sampai warna merah jambu. Perhitungan suhu terprogram 150oC, neik 10oC/menit hingga
penyabunan dapat dicari dengan rumus: suhu akhir 250oC (9 menit). Setelah semua
kondisi yang diperlukan dicapai, injeksikan
(A - B) x N HCl x 56,1 sebanyak 3μL standar pada injector dan ditekan
Bilangan penyabunan =
g run. Ditunggu hingga muncul peak pada layar
A = jumlah ml 0,5N HCl untuk blanko, B = monitor. Luas daerah contoh dan standar
jumlah 0,5N HCl untuk titrasi contoh, g = berat dihitung kemudian ditentukan asam lemak dari
contoh minyak (g) 56,1 = setengah dari berat minyak jarak dari standar masing-masing asam
molekul KOH. lemak.

Hidrolisis dengan HCl


Minyak kasar sebanyak 25ml dicampur HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan 100 ml buffer fosfat pH 7, lalu
Analisis lipida/minyak
ditambahkan asam askorbat sebagai antioksidan.
Hasil analisis lipida/minyak dengan metode
Sebanyak 50ml 5% HCl ditambahkan ke dalam
pengepresan diperlihatkan pada Tabel 1.
emulsi tersebut lalu diinkubasi pada suhu 40oC
selama 1,5 jam. Selanjutnya 10ml petroleum eter Tabel 1. Hasil pengepresan berbagai metode persiapan
ditambahkan untuk memisahkan bagian yang contoh biji jarak
tidak terhidrolisis. Dikocok beberapa saat dan Metode Bobot Contoh Hasil Minyak % (v/b)
dibiarkan hingga fase petroleum eter terpisah (g) (ml)
dari fase eqeus, lalu dipisahkan fase petroleum A 2000 600 30
eter dengan corong pisah. Kemudian fase eqeus B 2000 750 35
diasamkan dengan 5% H2SO4 4M ditambahkan C 2000 550 27,5
pula 2g NaCl untuk salting out fase organik. Keterangan: A: Biji jarak dioven pada suhu 60oC
Kedua lapisan atas dipisahkan masing-masing selama 1 jam, B: Biji jarak disangrai pada suhu 90oC
selama 10 menit, C: Biji jarak dikukus pada suhu 120oC
lapisan atas petroleum eter yang mengandung
selama 10 menit.
asam lemak dan lapisan bawah yaitu H2SO4.
Lapisan atas dievaporasi untuk mendapatkan
Dari Tabel 1 terlihat bahwa perlakuan
minyak yang telah dihidrolisis.
menghasilkan kandungan minyak jarak tertinggi
yakni 750ml/bb dibandingkan kedua perlakuan
Pemurnian dengan urea
lainnya. Hal ini disebabkan adanya faktor
Sebanyak 10 ml asam lemak dimasukkan
pemanasan suhu yang berbeda. Bahwa suhu
kedalam 25ml larutan 20% urea dalam etanol
pemanasan dengan metode penyangraian pada
panas 70%. Urea dan senyawa kompleks urea-
suhu 90oC memberikan hasil yang optimum
asam lemak dibiarkan mengkristal dengan cara
dalam proses pengeringan dimana molekul-
didinginkan pada suhu 40oC selama satu malam.
molekul air yang terkandung dalam biji jarak
Kristal dipisahkan dengan penyaringan vakum
dapat memecah, menguap dan juga disertai
menggunakan corong buchner dan filtratnya
lingkungan sekitarnya yang cukup mendukung.
dipekatkan. Filtrat ditambahkan dengan heksana
Kondisi metode penyanggraian mampu
dan HCl 0,1 sebanyak (1:1). Setelah bercampur
mengkonsentrasikan pada minyak biji jarak.
kedua cairan tersebut lalu HClnya dibuang
Sebaliknya kondisi ini berlawanan dalam sistem
kembali dan diuapkan.
pengukusan, dimana faktor kadar air dan kelem-

53
baban relatif memberikan pengaruh penurunan selama 10 menit menghasilkan kadar minyak
terhadap koloid lemak pada biji jarak tersebut. paling besar yaitu 23,2%. Namun demikian,
Kadar air minyak jarak kasar ternyata lebih pengurangan hasil ini dikarenakan pada saat
tinggi bila dibandingkan kadar air minyak jarak hidrolisis minyak turut terbuang dan minyak
netral yaitu 3,34%. Tingginya kadar air minyak tidak lagi sebanyak sebelum hidrolisis.
dapat menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis
yang akan menguraikan minyak sehingga Tabel 3. Hasil asam lemak hidrolisis dengan HCl.
membentuk asam lemak bebas dan gliserida.
Sedangkan penurunan kadar air disebabkan air Minyak Hasil hidrolisis (ml)*
menjadi media reaksi penyabunan dan A 21,5
B 22,7
membentuk larutan sabun yang pada akhirnya
C 23,2
membentuk emulsi dengan minyak sehingga
Keterangan: A: Minyak hasil pemanasan dari suhu
pada waktu pemisahan minyak, air akan turut oven 60oC selama 1 jam, B: Minyak hasil pemanasan
terbuang bersama larutan sabun. Pada Tabel 2 dari suhu sangrai 90oC selama 10 menit, dan C:
berikut hasil analisis minyak jarak. Minyak hasil pemanasan dari suhu kukus 120oC
selama 10 menit. *) Contoh minyak diambil 25ml
Tabel 2. Hasil analisis minyak jarak.
Pemurnian dengan Urea
Karakteristik Nilai Standar Penambahan urea dimaksudkan untuk
Kadar air 3,43% 5% memisahkan asam lemak tak jenuh dengan asam
Asam lemak bebas 0,43% 21% lemak jenuh. Proses ini akan terjadi
Bilangan iod 82,2019 82 – 88
pengendapan asam lemak jenuh yang terpisah
Bilangan penyabunan 181,3872 176 - 181
dari asam lemak tak jenuh dalam larutan, karena
urea dapat mengikat asam lemak jenuh bersama
Kadar asam lemak bebas pada minyak jarak
bentuk kristal putih dari urea. Sedangkan asam
kasar berkisar 0,43% (Tabel 2). Hasil ini
lemah tak jenuh akan berbentuk filtrat.
menunjukkan nilai yang rendah di bawah 1%,
Kandungan urea yang masih berada dalam asam
dimana bilangan asam yang kecil dikarenakan
lemak tak jenuh akan terurai oleh HCl sehingga
proses pemurnian minyak jarak tidak melalui
benar-benar tidak urea yang mengikat asam
proses netralisasi. Indikasi mutu minyak jarak
lemak tak jenuh. Hasil perolehan minyak setelah
juga ditentukan oleh bilangan iod karena
pemurnian dengan urea ditunjukkan pada Tabel
menyatakan derajat ketidakjenuhan suatu
4 di bawah ini.
minyak atau lemak. Hasil analisis bilangan iod
minyak jarak diperoleh 82,2019%, sedangkan
Tabel 4. Peroleh minyak setelah pemurnian dengan
berdasarkan standar bilangan iod adalah 82-88%. urea.
Dengan demikian hasil analisis bilangan iod
minyak jarak tergolong dalam mutu nomor 1. Minyak Hasil Pemurnian ( ml )*)
Hasil bilangan penyabunan sebagaimana A 3
diperlihatkan pada Tabel 2 akan tergantung B 2,8
kepada berat molekul minyak. Berat molekul C 3,5
tinggi akan mempunyai bilangan penyabunan Keterangan: A: Minyak hasil pemanasan dari suhu
yang lebih rendah daripada minyak yang oven 60oC selama 1 jam, B: Minyak hasil pemanasan
dari suhu sangrai 90oC selama 10 menit, dan C:
mempunyai berat molekul rendah. Tingginya
Minyak hasil pemanasan dari suhu kukus 120oC
bilangan penyabunan dapat disebabkan minyak selama 10. *) Untuk minyak diambil 10 ml.
mengalami penguraian pada rantai gliserida
menjadi rantai yang lebih pendek sehingga Hasil yang diperoleh pada minyak C lebih
menghasilkan senyawa berat molekul yang besar yaitu 3,5 ml. Pada contoh minyak di atas
rendah. yang diambil masing-masing sebanyak 10ml,
setelah dimurnikan dengan urea maka hasil yang
Asam lemak yang dihidrolisis HCl
diperoleh tidak sama dengan hasil contoh yang
Hasil hidrolisis dengan HCl memperlihatkan
pertama (Tabel 4).
hasil yang lebih rendah pada tiga perlakuan
dibandingkan dengan literatur yang mencapai
Komposisi asam lemak dengan kromatografi gas
35-55%. Sementara hasil dari tiga metode Dengan membandingkan luas puncak
tersebut maka dengan cara pengukusan 120oC kromatogram KG empat belas jenis standar asam

54
lemak yang digunakan dapat diidentifikasi
setiap asam lemak dari minyak jarak pada
berbagai contoh Hasil Hidrolisi minyak A
menghasilkan asam lemak linoleat dan
merupakan asam lemak tertinggi (18:2) yang
teridentifikasi yaitu sekitar 1,9 %, diikuti dengan
asam lemak linoleat (18:3) dengan kadar sebesar
1,8%, total PUFA sebesar 3,7%, total MUFA
sebesar 0,24% dan jumlah asam lemak yang
terkandung pada minyak A sebesar 5,38%. Hasil Gambar 7. Hasil Kromatografi Gas Minyak C.
inklusi area minyak A adalah terdapat 8 jenis
asam lemak, asam lemak stearat (18:0) adalah
salah satu asam lemak yang teridentifikasi Komposisi minyak C yang dihasilkan dari
tertinggi yaitu 2,47%, asam linoleat (18:2) dengan proses penyangraian pada suhu 120°C selama 10
kadar asam lemak sebesar 1,8%, total PUFA menit adalah terdapat delapan jenis asam lemak.
3,6%m, total MUFA 0,39%, dan jumlah asam Asam palmitat (16:0) salah satu asam lemak
lemak yang terkandung pada minyak A urea tertinggi 0,7%, asam lemak palmitoleat 0,7%,
sebesar 6,96% (Gambar 5). total PUFA 0,37%, total MUFA sebesar 0,7% dan
Sedangkan komposisi minyak B yang asam lemak minyak C sebesar 2,63%. Sedangkan
dihasilkan dari proses pengukuran 90°C selama minyak C hasil inklusi urea terdapat 10 jenis
10 menit. Hasil hidrolisis minyak B adalah asam lemak dengan komponen asam palmitat
terdapat 6 jenis asam lemak. Asam lemak (16:0) 0,7%, asam oleat (18:1) 0,5%, total PUFA
lenoleat (18:3) merupakan asam lemak yang 0,68%, total MUFA 0,73% dan asam lemak
tertinggi yaitu sekitar 1,6%, asam palmitoleat minyak C urea 2,92%. Komposisi minyak C yang
(16:1) sebesar 0,67%, total PUFA 1,6%, total berasal dari proses pengukusan 120°C selama 10
MUFA 0,24% dan jumlah asam lemak 3,08%. menit di antaranya menghasilkan asam ricinoleat
Minyak hasil inklusi maka tersusun atas 6 jenis 80%, asam oleat (18:1) 4-9%, asam linoleat 2-7 %,
asam lemak. Asam lemak stearat (18:0) asam palmitat 2-3%, asam olenat 2-7%, total
merupakan tertinggi yaitu 2,47%, asam linoleat PUFA 0,67%, total MUFA 0,84% dan jumlah
(18:3) 1,70%, total PUFA 1,7% dan jumlah asam asam lemak 2,63%. Sementara asam lemak yang
lemak yang terkandung pada minyak B urea dihasilkan melalui proses urea adalah asam
4,9% (Gambar 6). palmitat 0,7%, asam oleat 0,5%, asam
pentadekanoat 0,4%, asam linolenat 0,38%, asam
linoleat 0,3%, asam meristat 0,15%, asam kaproat
0,1%, tridekanoat 0,05%, total PUFA 0,68%, total
MUFA 0,88% dan jumlah asam lemak 2,92%
(Gambar 7).

KESIMPULAN

Kadar air rata-rata minyak jarak sebesar


3,34%, kadar asam lemak bebas 0,43%, bilangan
Gambar 5. Hasil Kromatografi Gas Minyak A.
iod 82,2019 dan bilangan penyabunan 181,3872.
Hasil analisis minyak jarak dengan kromatografi
gas contoh minyak A, B dan C diperoleh
komposisi asam lemak sebagai berikut C8, C10,
C12, C14, C16;0, C16;1, C18;0, C18;1, C18;2, dan
C18;3. Pemurnian dengan urea menghasilkan
kadar total asam dan total PUFA yang relatif
besar yaitu pada minyak A 6,96% dan 3,6%.
Hidrolisis minyak dengan menggunakan HCl
menghasilkan kadar asam lemak yang cukup
tinggi. Hidrolisis pada suhu 60°C selama 1 jam
Gambar 6. Hasil Kromatografi Gas Minyak B.
terhadap minyak A menghasilkan kadar asam

55
lemak sebesar 5,38% pada suhu pengukusan DAFTAR PUSTAKA
90°C selama 10 menit terhadap minyak B
menghasilkan kadar asam lemak 3,08%, Anonim. 1975. Enzyme at Work. Novo Katalog. Novo Industry.
Bagsuared.
sedangkan pada suhu penyangraian 120°C Setwert, 1997. Tinjauan Singkat Mengenai Tanaman Jarak.
selama 10 menit terhadap minyak C Lembaga Penelitian Tanaman Industri. Bogor. Indonesia.
menghasilkan kadar asam lemak 2,63%. Kirk, R,E and Othmer. 1964. Encyclopedia of Chemical
Technology, Vol 4. Intersience Encyclopedia Inc. New
York.
Swern, D, 1979. Bailey Industry Oil and Fat Product, Vol.1.
Fourth Edition. John Willey and Son.

56
PEMBUATAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI MINYAK JARAK;
PENGARUH SUHU DAN KONSENTRASI KOH PADA REAKSI
TRANSESTERIFIKASI BERBASIS KATALIS BASA

TRIANA KUSUMANINGSIH, PRANOTO, RAGIL SARYOSO

Jurusan Kimia FMIPA UNS Surakarta 57126

PENDAHULUAN
ABSTRAK
Biodiesel merupakan suatu bahan bakar
Telah dilakukan pembuatan biodiesel dari alternatif yang dapat digunakan secara langsung
minyak jarak melalui reaksi transesterifikasi. maupun dicampur dengan solar pada mesin
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu
disel. Biodiesel diproduksi dari minyak nabati
dan konsentrasi optimal katalis KOH pada reaksi
transesterifikasi minyak jarak untuk menghasilkan ataupun lemak hewani. Minyak nabati
produk dengan kandungan asam lemak tak jenuh merupakan bahan baku yang sangat potensial
terbanyak serta mempelajari sifat-sifat ester minyak sebagai sumber biodiesel karena keberadaannya
jarak berdasarkan spesifikasi bahan bakar mesin dapat diperbaharui. Minyak nabati yang dapat
disel. Transesterifikasi dilakukan dengan digunakan untuk produksi biodiesel antara lain:
mereaksikan minyak jarak dan metanol pada minyak jagung, minyak jambu monyet, minyak
perbandingan volume 1: 2 selama 2 jam berdasarkan
kelapa, minyak bunga matahari, minyak zaitun,
variasi suhu dan konsentrasi KOH. Variasi suhu
dilakukan pada suhu kamar, suhu 55 oC dan suhu minyak kedelai dan minyak jarak (Pflumm,
65oC. Variasi konsentrasi KOH dilakukan pada 0,2 g, 2001).
0,3 g, 0,4 g, 0,5 g, 0,6 g, 0,7 g, 0,8 g dan 0,9 g. Minyak jarak adalah minyak nabati yang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bilangan diperoleh dari biji tanaman jarak dengan cara
penyabunan minyak jarak adalah 180,455. Analisis pengepresan atau ekstraksi pelarut. Minyak jarak
dengan Gas Chromatography Mass Spectroscopy mempunyai sifat sangat beracun. Racun tersebut
(GC-MS) diperoleh metil ester oleat (Rt 15,45 menit
terdapat dalam bentuk risin (suatu protein),
dan SI 88), metil ester linoleat (Rt 13,250 menit dan SI
89), metil ester 11-oktadekenoat (Rt 13,333 menit dan risinin (suatu alkaloid) dan heat-stable allergen
SI 94) dan metil ester risinoleat (Rt 11,383 menit dan yang dikenal dengan CB-IA. Kandungan asam
SI 91) sebagai bentuk ester asam lemak tak jenuh lemak essensialnya juga sangat rendah sehingga
dominan yang terkandung dalam minyak jarak. tidak dapat digunakan sebagai minyak makan
Reaksi transesterifikasi minyak jarak dalam media dan bahan pangan (Ketaren, 1986). Formo (1962)
metanol mempunyai kandungan asam lemak tak melakukan analisis kandungan asam lemak
jenuh terbesar pada pada suhu 65oC dan konsentrasi
minyak jarak menggunakan kromatografi gas-
katalis KOH optimum pada 0,178 M (0,4 g). Analisis
menggunakan metode American Society for Testing cair diperoleh asam risinoleat 87%, asam palmitat
Materials (ASTM) dihasilkan nilai pour point –8oF, 2%, asam stearat 1%, asam oleat 7% dan asam
kinematic viscosity 16,324 cSt, water content linoleat 3%.
0,015%vol, conradson carbon residue 0,204%wt. Sifat- Asam lemak penyusun minyak jarak dapat
sifat tersebut sangat dekat dengan spesifikasi diubah menjadi ester-esternya untuk digunakan
minyak disel sehingga dapat digunakan sebagai sebagai biodiesel. Mutu biodiesel ditentukan
biodiesel.
oleh banyaknya fraksi minyak yang teresterkan
karena viskositasnya menjadi lebih rendah.
Kata kunci: minyak jarak, reaksi transesterifikasi,
biodiesel. Banyaknya asam lemak tak jenuh yang ada
menyebabkan minyak jarak mudah teresterkan
(Pflumm, 2001). Ester-ester ini dapat diperoleh
dengan mereaksikan trigliserida dan alkohol

57
fraksi ringan berkatalisis asam maupun basa. beberapa suhu untuk mengisolasi ester risinoleat.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi transesterifikasi Hasil dari reaksi transesterifikasi masih
yaitu reaksi pertukaran bagian alkohol dari suatu merupakan campuran ester dengan produk
ester yang bersifat dapat balik (reversible) dominannya adalah ester risinoleat. Naiknya
(Alloysius, 1999). suhu reaksi akan memperbesar kandungan ester
Reaksi transesterifikasi disebut juga reaksi risinoleat yang dihasilkan.
alkoholisis yang melibatkan peruraian atau Pembuatan biodiesel dari minyak jarak
pemaksapisahan (cleavage) oleh alkohol sehingga dengan pereaksi methanol dan katalis KOH
dibutuhkan alkohol dengan kereaktifan besar. belum pernah dilakukan. Pada penelitian ini
Menurut Bannon (1988), alkohol yang digunakan mempelajari pengaruh suhu dan konsentrasi
adalah metanol karena alkohol dengan jumlah katalis KOH optimum pada pembuatan bahan
atom karbon sedikit mempunyai kereaktifan bakar biodiesel dari minyak jarak.
lebih besar daripada alkohol dengan atom
karbon lebih banyak.
Eder et al (1982) melakukan transesterifikasi BAHAN DAN METODE
phospholipid dalam tabung sentrifuge 50 mL
dengan katalis sodium metoksida pada suhu Alat dan Bahan
kamar selama 1 jam diperoleh efisiensi metil Alat yang digunakan adalah: peralatan gelas
ester asam lemak 98%. Freedman (1984) lab., kromatografi gas (Hewlett Packard 5890
melakukan transesterifikasi minyak kedelai Series II), kromatografi gas spektrofotometer
dalam media metanol dengan perbandingan massa (Shimadzu QP-5000), sentrifuge (Hettich
volume minyak terhadap metanol adalah 1: 2 Zentrifuger EBA 30), kompor pemanas (Cole
menggunakan katalis NaOCH3 pada suhu 60oC Parmer 4658-02), timbangan elektrik (Sartorius
selama 1 jam. Ia menyimpulkan bahwa BP-110), termometer, stopwatch, seperangkat alat
penggunaan katalis pada reaksi transesterifikasi pengukur pour point (ASTM D-87), viscometer
minyak kedelai akan efektif pada jumlah 1-5% (SETA 83201-2), seperangkat alat pengukur water
berat minyak. Menurut Hart (1983), reaksi content (ASTM D-95), seperangkat alat pengukur
transesterifikasi berjalan lambat sehingga untuk conradson carbon residue (ASTM D-189), pH
mempercepat reaksi dipengaruhi oleh suhu dan meter (Corning 430).
jumlah katalisator yang digunakan. Kedua faktor Bahan yang digunakan adalah: HCl pekat p.a
tersebut berhubungan dengan energi aktivasi (E. merck), Aquades (Lab. Pusat Kimia F. MIPA
(Ea) reaksi yang bersangkutan. Suatu reaksi UNS), Dietil eter p. a (E. merck), Metanol p. a (E.
dapat berlangsung bila sudah melewati energi merck), Minyak jarak (Brataco), Na2SO4
aktivasinya (Irma, 1990). anhidrous p. a (E. merck), KOH anhidrous p. a
Persamaan Arrhenius menunjukkan bahwa (E. merck).
dengan naiknya suhu akan memperbanyak fraksi
molekul yang bertumbukan sehingga energi Cara Kerja
aktivasinya akan cepat tercapai (Irma, 1990).
Katalisator dalam suatu reaksi berperan Penentuan Bilangan Penyabunan
menurunkan harga energi aktivasi (Ea) sehingga Sampel minyak jarak ditimbang 5 gram dan
reaksi berjalan lebih cepat. Katalisator basa dimasukkan ke dalam labu ekstraksi 100 mL.
bekerja dengan cara menaikkan sifat Secara perlahan-lahan ditambahkan 50 mL KOH
nukleofilitas, biasanya digunakan logam alkali 0,5 M (1,4025 g dalam metanol) dengan pipet.
alkoksida (Hart, 1983). Labu ekstraksi dihubungkan dengan pendingin
Candra (2000) mempelajari pengaruh suhu tegak dan sampel dididihkan dengan hati-hati
dan konsentrasi katalis zeolit pada reaksi selama 2 jam. Ke dalam larutan ini ditambahkan
transesterifikasi untuk pembuatan biodiesel dari 1 mL larutan indikator phenolphtalein kemudian
minyak jarak. Ia menyimpulkan bahwa konversi dititer dengan HCl 0,5 M sampai warna merah
minyak jarak menjadi ester akan optimal dengan jambu hilang.
naiknya suhu dan konsentrasi katalis. Pada batas
suhu dan konsentrasi katalis tertentu, konversi Pengaruh Suhu Reaksi
tidak lagi bertambah walaupun kedua faktor Pembuatan Larutan Potasium Metanolat.
tersebut ditingkatkan. Parlan (1996) melakukan Sebanyak 40 mL metanol dimasukkan dalam
transesterifikasi minyak jarak dengan metanol labu alas bulat kapasitas 100 mL yang dilengkapi
menggunakan katalis natrium metoksida pada pengaduk magnet. Ke dalam metanol

58
dimasukkan KOH anhidrat sebanyak 0,4 g 10 mL dietil eter, terbentuk dua lapisan lagi yaitu
sambil dilakukan pengadukan sampai semua lapisan organik dan air. Lapisan organik
KOH larut. Mulut labu ditutup untuk mencegah kemudian dicuci dengan 10 mL akuades (2 kali)
penguapan. lalu ditambahkan Na2SO4 anhidrous secukup-
Transesterifikasi Minyak Jarak. Sebanyak 20 nya. Larutan disaring dan pelarut diuapkan pada
mL minyak jarak dimasukkan ke dalam 40 mL udara terbuka. Hasil yang diperoleh digunakan
larutan K-metanolat yang telah dibuat sebelum- untuk analisis menggunakan GC. Hasil analisis
nya, dimasukkan sedikit demi sedikit disertai dengan kandungan asam lemak tak jenuh
pengadukan. Suhu divariasi pada suhu kamar, terbanyak digunakan untuk pengukuran analisis
55oC dan 65oC. Selang waktu reaksi 2 jam di- sifat fisik biodiesel.
dinginkan kemudian dilakukan pemisahan hasil.
Pemisahan Hasil. Sampel yang berupa Pengukuran Sifat Kimia
campuran metil ester dan sisa-sisa reaktan Penentuan Bilangan Asam. Sebanyak 5 g
dimasukkan dalam corong pisah kapasitas 250 minyak jarak dimasukkan ke dalam erlenmeyer
mL, ditambahkan 10 mL akuades dan 100 mL kemudian ditambahkan 50 mL metanol.
ditambahkan 1 mL HCl 5 M. Lapisan yang Campuran dipanaskan selama 1 jam sambil
terbentuk yaitu lapisan atas (lapisan organik) distirer untuk melarutkan asam lemak bebasnya.
dan lapisan bawah (lapisan air) dipisahkan. Setelah dingin dilakukan titrasi dengan KOH 0,1
Lapisan organik yang masih mengandung ester M menggunakan indikator fenolftalein sampai
dan minyak diekstrak dengan 10 mL dietil eter, terbentuk warna merah muda.
terbentuk dua lapisan lagi yaitu lapisan organik Penentuan Asam Lemak Total. Sebanyak 5 g
dan air. Lapisan organik kemudian dicuci minyak jarak dimasukkan dalam erlenmeyer lalu
dengan 10 mL akuades (2 kali) lalu ditambahkan ditambahkan 50 mL larutan 0,5 M KOH dalam
Na2SO4 anhidrous secukupnya. Larutan disaring alkohol. Campuran dididihkan selama 2 jam.
dan pelarut diuapkan pada udara terbuka. Hasil Setelah dingin ditambahkan 2 tetes indikator
yang diperoleh dianalisis menggunakan GC, GC- fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 M
MS dan IR. Hasil analisis dengan kandungan dalam metanol yang sebelumnya untuk menge-
asam lemak tak jenuh terbanyak digunakan tahui sisa KOH yang tidak tereaksikan. Jumlah
untuk penentuan konsentrasi KOH optimal. KOH mula-mula diketahui melalui titrasi blanko
dengan cara sama tanpa cuplikan (minyak jarak).
Penentuan Konsentrasi Katalis KOH Optimal Pengukuran Parameter Biodiesel.
Pembuatan Larutan Potasium Metanolat. Pengukuran parameter biodiesel dilakukan pada
Sebanyak 40 mL metanol dimasukkan dalam minyak jarak sebelum reaksi transesterifikasi dan
labu alas bulat kapasitas 100 mL yang dilengkapi ester hasil reaksi transesterifikasi. Pengukuran
pengaduk magnet, kemudian dimasukkan KOH tersebut meliputi pour point, kinematic viscosity,
anhidrat bervariasi 0,2 g, 0,3 g, 0,4 g, 0,5 g, 0,6 g, water content dan conradson carbon residue.
0,7 g, 0,8 g dan 0,9 g sambil dilakukan
pengadukan sampai semua KOH larut. Mulut
labu ditutup untuk mencegah penguapan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Transesterifikasi Minyak Jarak. Sebanyak 20
mL minyak jarak dimasukkan ke dalam 40 mL Analisis Hasil Menggunakan GC-MS
larutan K-metanolat yang telah dibuat sebelum- Identifikasi hasil reaksi transesterifikasi
nya, dimasukkan sedikit demi sedikit disertai minyak jarak dengan GC-MS dilakukan untuk
pengadukan. Suhu diatur pada suhu optimal mengetahui jenis asam lemak yang terkandung
pada proses sebelumnya. Selang waktu reaksi 2 dalam minyak jarak. Kromatogram produk
jam didinginkan kemudian dilakukan pemisahan transesterifikasi ditampilkan pada Gambar 1.
hasil. Berdasarkan spektrum massa hasil GC-MS
Pemisahan Hasil. Sampel yang berupa maka puncak nomor 1 dengan waktu retensi
campuran metil ester dan sisa-sisa reaktan 11,383 menit adalah metil ester risinoleat dengan
dimasukkan dalam corong pisah kapasitas 250 rumus C21H38O4. Puncak nomor 2 dengan waktu
mL, ditambahkan 10 mL akuades dan 1 mL HCl retensi 13,250 menit adalah metil ester linoleat
5N. Lapisan yang terbentuk yaitu lapisan atas dengan rumus C19H34O2. Puncak nomor 3
(lapisan organik) dan lapisan bawah (lapisan air) dengan waktu retensi 13,333 menit adalah metil
dipisahkan. Lapisan organik yang masih ester 11-oktadekenoat dengan rumus C19H36O2.
mengandung ester dan minyak diekstrak dengan Puncak nomor 4 dengan waktu retensi 13,617

59
menit adalah metil ester stearat dengan rumus Jumlah katalis yang diusulkan oleh Freedman
C19H38O2. Puncak nomor 5 dengan waktu retensi (1984) dapat diterapkan pada prosedur
115,45 menit adalah metil ester oleat dengan selanjutnya karena kurang dari jumlah KOH
rumus C19H36O2. yang dibutuhkan pada bilangan penyabunan 20
mL minyak jarak.

Pengaruh Suhu Reaksi


Reaksi transesterifikasi dilakukan pada suhu
kamar, 55oC dan 65oC. Hasil reaksi dianalisis
dengan kromatografi gas dimaksudkan untuk
mengetahui jumlah komposisi asam lemak yang
terkandung dalam produk transesterifikasi
minyak jarak. Kromatogram pada Gambar 2
adalah kromatogram hasil reaksi transesterifikasi
pada suhu 65oC menggunakan KOH 0,4 g (0,178
M). Kromatogram pada suhu kamar dan suhu
Gambar 1. Kromatogram produk transesterifikasi 55oC tidak ditunjukkan karena puncak yang
dihasilkan mirip dengan kromatogram reaksi
pada suhu 65oC.
Penentuan Bilangan Penyabunan
Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa
mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan
sabun yang menyebabkan produk esternya tidak
dapat diterapkan dalam biodiesel. Faktor utama
yang menyebabkan terjadinya sabun adalah
jumlah KOH yang digunakan sebagai katalis
sehingga perlu diketahui jumlah KOH maksimal
yang digunakan agar pada reaksi
transesterifikasi tidak dihasilkan sabun.
Jumlah HCl yang dibutuhkan adalah 17,833
mL sehingga besarnya bilangan penyabunan dari
sampel minyak jarak adalah 180,455. Jumlah Gambar 2. Kromatogram hasil reaksi transesterifikasi
KOH pada reaksi transesterifikasi dengan pada suhu 65oC
perbandingan volume minyak jarak dan metanol
20 mL: 40 mL kurang dari 3,374 gram. Menurut Puncak 1 dan 2 pada kromatogram di atas
Freedman (1984), penggunaan katalisator basa merupakan puncak yang diberikan oleh dietil
pada reaksi transesterifikasi minyak nabati akan eter sebagai ekstraktan. Ekstraktan tersebut
efektif pada jumlah 1-5% dari berat minyak. dinolkan untuk keperluan analisis kuantitatif
Berat untuk 20 mL minyak jarak adalah 18,701 g. sehingga didapat data pada Tabel 1.
%kandungan ester

50

40

30

20

10

0
19.2 20.4 20.8 21.2 23.9 25.9 26.1 28.1 29.2 31.7 32.9 33.3 36.2
Waktu Retensi
Suhu kamar
Suhu 55
Suhu 65

Gambar 3. Perbedaan kandungan metil ester pada variasi suhu

60
Tabel 1. Persentase kandungan metil ester hasil kemungkinan terjadinya tumbukan semakin
transesterifikasi minyak jarak (%). besar.

Persentase kandungan ester minyak jarak Penentuan Konsentrasi KOH Optimal


Waktu
(%)
retensi Penentuan konsentrasi KOH optimal ini
Suhu kamar Suhu 55oC Suhu 65oC
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi KOH
19,2 8,008 10,401 10,758
20,4 0,057 0,069 0,053 terbaik dimana didapatkan kandungan asam
20,8 0,175 0,234 0,087 lemak tak jenuh yang paling banyak. Penentuan
21,2 tidak terdeteksi tidak terdeteksi 0,242 konsentrasi KOH optimal reaksi diamati pada
23,9 9,277 12,321 12,588 kisaran jumlah katalis 0,2 g, 0,3 g, 0,4 g, 0,5 g, 0,6
25,9 22,665 30,259 34,968 g, 0,7 g, 0,8 g dan 0,9 g. Pemisahan hasil pada
26,1 3,053 3,766 tidak terdeteksi penggunaan KOH sebanyak 0,5 g, 0,6 g, 0,7 g, 0,8
28,1 0,290 0,392 0,419 g dan 0,9 g terbentuk asam lemak yang ditandai
29,2 32,327 42,691 43,978
dengan warna zat hasil kuning keruh seperti
31,7 tidak terdeteksi 0,127 0,135
susu. Semakin banyak jumlah KOH yang
32,9 1,870 1,932 1,302
33,3 3,600 5,3430607 5,968 digunakan maka semakin keruh produk yang
36,2 0,272 0,372 0,388 dihasilkan mendekati warna pada pembentukan
sabun. Asam lemak terbentuk karena HCl
Perbedaan kandungan metil ester yang tersebut tidak dapat menetralkan ion hidroksida
diperoleh dari masing-masing suhu dapat dilihat yang dihasilkan sehingga diteliti pengaruh KOH
dengan jelas pada Gambar 3. pada kisaran 0,2 g (0,089 M), 0,3 g (0,134 M) dan
Paduan antara kromatogram hasil GC dan 0,4 g (0,178 M). Campuran metil ester yang
GC-MS menghasilkan informasi tentang metil dihasilkan dimurnikan kemudian dianalisis
ester dari asam lemak tak jenuh. Grafik di atas menggunakan kromatogafi gas (GC).
menunjukkan kandungan metil ester oleat Berdasarkan kromatogram yang dihasilkan
terbesar pada suhu 65oC (43,9786159%, waktu menunjukkan perbedaan yang signifikan.
retensi 29,243 menit), kedua pada suhu 55oC Kecilnya konsentrasi katalis (0,2 g dan 0,3 g)
(42,691053%, waktu retensi 29,196 menit) dan yang digunakan menyebabkan reaksi
yang paling rendah adalah pada suhu kamar transesterifikasi berjalan kurang cepat sehingga
(32,3268551%, waktu retensi 29,220 menit). banyak fraksi minyak yang tidak teresterkan.
Kandungan metil ester 11-oktadekenoat terbesar Adanya fraksi minyak yang tidak teresterkan
pada suhu 65oC (43,9786159%, waktu retensi juga dapat dilihat dari puncak-puncak yang
25,979 menit), kedua pada suhu 55oC tidak saling berimpit.
(42,691053%, waktu retensi 25,925 menit) dan Katalisator basa (:B-) menaikkan sifat
yang paling rendah adalah pada suhu kamar nukleofilitas alkohol (R′OH) dengan cara
(32,3268551%, waktu retensi 25,942 menit). mengubahnya dari nukleofil yang netral menjadi
Kandungan metil ester linoleat terbesar pada bermuatan negatif. Konsentrasi katalis yang
suhu 65oC (12,588%, waktu retensi 23,931 menit), digunakan kecil maka jumlah molekul-molekul
kedua pada suhu 55oC (12,321%, waktu retensi reaktan yang dinaikkan sifat nukleofilitasnya
23,876 menit) dan yang paling rendah adalah juga sedikit dan sebaliknya. Fenomena ini
pada suhu kamar (9,277%, waktu retensi 23,894 terlihat pada perbedaan kandungan metil ester
menit). Kandungan metil ester risinoleat terbesar minyak jarak di atas. Tetapi pada konsentrasi
pada suhu 65oC (10,758%, waktu retensi 19,143 katalis yang terlalu tinggi (>0,4 g), jumlah
menit), kedua pada suhu 55oC (10,401%, waktu nukleofil yang diaktifkan berlebih dibandingkan
retensi 19,141 menit) dan yang paling rendah pereaksi yang ada sehingga akan terbentuk asam
adalah pada suhu kamar (8,008%, waktu retensi lemak.
19,201 menit).
Hasil di atas menunjukkan bahwa suhu Penentuan Bilangan Asam
optimal reaksi transesterifikasi minyak jarak Bilangan asam minyak jarak sebesar 5,61 dan
dengan alkohol adalah 65oC. Fenomena tersebut setelah reaksi transesterifikasi terjadi penurunan
sesuai dengan persamaan Arrhenius bahwa menjadi 1,4. Adanya asam lamak bebas
dengan naiknya suhu reaksi maka konstanta mengindikasikan bahwa minyak jarak tersebut
kecepatan reaksi akan bertambah. Hal ini telah mengalami penurunan kualitas walaupun
disebabkan pada suhu tinggi kecepatan molekul- sangat sedikit. Hal ini tidak dapat dihindari
molekul reaktan bertambah besar sehingga karena minyak mudah mengalami autooksidasi

61
bila bereaksi dengan udara. Penurunan bilangan ester minyak jarak yang dihasilkan jauh lebih
asam setelah dilakukan reaksi transesterifikasi rendah daripada spesifikasi yang diperbolehkan.
mengindikasikan bahwa asam lemak bebas yang Rendahnya nilai pour point ini menunjukkan
terbentuk sebelumnya bereaksi dengan ion bahwa produk ester minyak jarak dapat
metoksida membentuk ester. Fenomena tersebut digunakan pada daerah yang sangat dingin.
memberikan informasi bahwa reaksi
transesterifikasi dapat mengurangi jumlah asam Pengukuran Kinematic Viscosity
lemak bebas sebagai penyebab kerusakan Bahan bakar disel yang terlalu rendah
minyak. viskositasnya akan memberikan pelumasan yang
buruk dan cenderung mengakibatkan kebocoran
Penentuan Asam Lemak Total pada pompa. Sebaliknya, viskositas yang terlalu
Jumlah asam lemak minyak jarak sebesar 0,58 tinggi akan menyebabkan asap kotor karena
g (11,6%) dan setelah reaksi transesterifikasi bahan bakar lambat mengalir dan lebih sulit
terjadi penurunan menjadi 0,23 g (4,6%). teratomisasi. Viskositas ester minyak jarak jauh
Penurunan jumlah asam lemak total lebih rendah daripada minyak jarak awal.
mengindikasikan terjadinya pemaksapisahan Menurut standar ASTM, viskositas ester minyak
asam lemak oleh alkohol menjadi ester. Masih jarak masih memenuhi standar minyak disel
adanya asam lemak dalam produk grade 4-D tetapi berdasarkan standar spesifikasi
transesterfikisi disebabkan adanya asam lemak minyak disel menurut Dirjen Migas No.
jenuh pada minyak jarak yang tidak dapat 002/P/DM/Migas/1979 viskositas ester minyak
diuraikan karena kereaktifannya sangat rendah. jarak masih jauh lebih tinggi. Tingginya
Asam lemak yang masih terkandung dalam ester viskositas ini disebabkan karena adanya asam
akan berpengaruh terhadap tingginya viskositas lemak yang masih terdapat dalam produk
produk transesterifikasi. Tingginya viskositas ini transesterifikasi dan tidak berubah menjadi metil
karena adanya gugus –COOH yang membentuk ester.
ikatan hidrogen sangat kuat.
Pengukuran Water Content
Pengukuran Parameter Biodiesel Kandungan air yang tinggi menyebabkan
Hasil pengukuran biodiesel dengan metode mesin sulit dinyalakan karena menghambat
ASTM meliputi pour point, kinematic viscosity, pengiriman bahan bakar ke piston. Air yang
water content dan conradson carbon residue terdapat pada minyak jarak mengakibatkan
disajikan oleh Tabel 2: terbentuknya asam lemak. Penambahan Na2SO4
anhidrat dapat menurunkan kandungan air pada
Tabel 2. Pengukuran Parameter Biodiesel ester minyak jarak. Kandungan air yang terdapat
pada ester minyak jarak jauh lebih rendah dari
Ester standar spesifikasi minyak disel menurut Dirjen
Parameter yang Metode Minyak
No. Minyak
diukur pengukuran Jarak Migas No. 002/P/DM/Migas/1979.
Jarak
1 Pour Point (oF) ASTM D 97 11 -8
2 Kinematic ASTM D 445 291,9 16,324
Pengukuran Conradson Carbon Residue
Viscosity, at 100oF Residu karbon bahan bakar yang tinggi
(cSt) menyebabkan silinder cepat terabrasi. Selain itu
3 Water Content ASTM D 95 0,03 0,015 akan menyebabkan terbentuknya deposit karbon
(%vol) dan zat yang kenyal pada piston silinder. Hal ini
4 Conradson ASTM D 189 0,325 0,204 dapat menyebabkan lekatnya ring piston dan
Carbon Residue valve stem. Residu karbon ester minyak jarak dan
(%wt) minyak jarak jauh lebih rendah daripada yang
disyaratkan. Rendahnya residu karbon yang
terdapat dalam ester minyak jarak
Pengukuran Pour Point
mengindikasikan rantai karbon ester minyak
Pour point adalah suhu terendah yang
jarak lebih pendek daripada rantai karbon
dinyatakan sebagai kelipatan 5oF dimana minyak
minyak jarak, sehingga memudahkan
yang diamati mengalir apabila minyak
pembakaran pada mesin.
didinginkan dan diperiksa pada kondisi tertentu.
Poir point yang tinggi akan mengakibatkan mesin
sulit dinyalakan pada suhu rendah. Pour point

62
KESIMPULAN Methanolysis of Triacylglycerols in the Analysis of Fatty
Acid Methyl Esters With High Accuracy and Realibility,
Journal of American Oil Chemist, vol. 65 no 2
Kandungan asam lemak tak jenuh terbesar Brady, J.E., and Humiston, G.E. 1975. General Chemistry
pada reaksi transesterifikasi minyak jarak dalam Principle and Structure, New York: John Wiley & Sons.
media metanol optimal suhu 65oC. Kandungan Candra S.S., 2000, Pembuatan Bio Diesel-Oil dari Minyak Jarak
asam lemak tak jenuh terbesar pada reaksi Sebagai Substitusi Minyak Diesel Asal Petroleum dengan
Katalis Zeolit Aktif. [Skripsi]. Yogyakarta: FTEKNIK-UGM.
transesterifikasi minyak jarak dalam media Eder, K., Rechlamays, L. and Kirchgessner, T.N., 1982, Studies
metanol optimal pada konsentrasi katalis KOH on the Methanolysis of Purified Phospholipids for Gas
0,178 M (0,4 g). Analisis menggunakan metode Chromatography Analysis of Fatty Acids Methyl Ester,
ASTM dihasilkan nilai pour point –8oF, Journal of Chromatography, vol. 607, 55-67.
Formo, M. N., Jungermann, E., Nornis, F. A., Sonntag, N. O.
kinematic viscosity 16,324 cSt, water content V., 1969, Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, vol. 1, 4th
0,015%vol, conradson carbon residue 0,204%wt. edition, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sifat-sifat tersebut sangat dekat dengan Freedman, B., 1984, Variables Affecting the Yield of Fatty
spesifikasi minyak disel sehingga dapat Esters from Transesterfied Soybeans Oils, Journal of
American Oil Chemist, vol. 61, No. 10.
digunakan sebagai biodiesel. Hart, H., 1983, Organic Chemictry, Sixth edition, Michigan:
Houghton Mifflin Co,.
Irma I.K., 1996, Kimia Fisika, Jilid 2, Edisi keempat, Erlangga,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta, Terjemahan Physical Chemistry, Atkins, P.W.,
1990.
Ketaren, S. 1986, Minyak dan Lemak Pangan, Jakarta: UI Press.
Alloysius H.P., 1999, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi ketiga,
Parlan, 1996, Mempelajari Reaksi-reaksi Oksidasi Asam Risinoleat
Terjemahan: Organic Chemistry, Fessendens, R.J. and
Hasil Isolasi dari Minyak Jarak (Castor Oil), [Tesis].
Fessendens J.S., Jakarta: Erlangga.
Yogyakarta: F MIPA-UGM.
American Society for Testing Materials, 1958, ASTM Standars
Pflumm, R., 2001, A 100% Soybean Oil-based Biodiesel Fuel,
on Petroleum Products and Lubricants, Balltimore. ASTM.
www.soygold.com
Bannon, C.D., Craske, J.D., and Norman, L.M. 1988,
Limitation of Ambient Temperature Methods for the

63
BIODIESEL YANG HARUS DIKEMBANGKAN DAN UPAYA-
UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN PEMERINTAH UNTUK
MENDORONG PEMANFAATANNYA DI INDONESIA

HENDRAWAN ABDILLAH

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

state expectation in fulfilling energy requirement.


ABSTRACT
Keywords: biodiesel
Biodiesel is potential to become diesel fuel blend
or substitute. The real fact is, its have used in other
countries, evensome countries have obliging to use PENDAHULUAN
it. Conditions in our country, especially in diesel fuel
supply condition, expressing that biodiesel is must Sudah banyak orang yang tidak meragukan lagi
be exploited to ensure security of diesel fuel supply. kehandalan biodiesel sebagai bahan bakar campuran
In this time, there have some company developing ataupun sebagai pengganti solar. Bukti nyata adalah
biodiesel usage in Indonesia. But unhappily they are
sudah banyak negara-negara lain seperti Jerman,
a lot of pursued because not yet the existence of
Austria, bahkan negara tetangga kita, Thailand, telah
policy supporting development of biodiesel usage in
Indonesia. May even some exist policy have the memanfaatkan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif
negative effect in biodiesel development. So that, ls pengganti atau campuran solar. Namun mengapa
need to be revealed constraints which are becoming pengembangan dan pemanfaatan biodiesel di
resistors of development biodiesel in Indonesia and Indonesia tidak seberkembang di negara-negara lain,
effort input which require to be done by government padahal biodiesel sangat potensial untuk
so that biodiesel usage can be impelled and expand dikembangkan di Indonesia yang memiliki lahan yang
on an ongoing basis later on can accommodate the luas dan daya dukung tanah yang baik.

Tabel 1. Pabrik Pembuat Biodiesel yang Didirikan di Berbagai Negara

Sumber: Engineering Center BPPT

64
Pemanfaatan biodiesel di negara-negara lain cukup sangat diperlukan karena tantangan biodiesel untuk
berkembang dengan pesat karena mereka memang tumbuh memang tidak mudah. Untuk tumbuh dan
melihat potensi yang besar pada biodiesel dan melihat berkembang, biodiesel harus bisa tampil bersama
bahwa biodiesel merupakan salah satu sumber energi dengan solar yang telah ada lebih dahulu.
yang dapat diandalkan untuk masa depan yang harus Nampaknya perlu dijelaskan sedikit disini tentang
dipersiapkan sejak dari sekarang. Dengan potensi strategis biodiesel sebagai bahan bakar
diketahuinya berbagai kendala yang mengahambat alternatif. Hal ini perlu dijelaskan agar dapat
pengembangan biodiesel di Indonesia diharapkan akan tergambarkan bahwa biodiesel mempunyai posisi
terumuskan beberapa solusi untuk mendorong yang sangat strategis terhadap keamanan pasokan
pemanfaatan biodiesel di Indonesia. energi di Indonesia di masa yang akan datang. Yang
pada akhirnya akan membawa pada suatu kesimpulan
bahwa pemanfaatan biodiesel menjadi suatu
BAHAN DAN METODE keharusan.
Biodiesel merupakan bahan bakar hayati yang
Penelitian dilakukan secara sintesis terfokus dapat dijadikan campuran solar dengan berbagai
(focused syntesis) dengan mencari sumber pustaka perbandingan. Atau juga dapat dijadikan pengganti
yang relevan. Juga dilakukan diskusi dengan berbagai solar dalam keadaan murni. Kemampuannya yang
kalangan, seperti dengan pakar perkebunan dari LRPI dapat langsung dijadikan subtitusi solar (direct-
(Lembaga Riset Perkebunan Indonesia), ahli teknologi substitutor), artinya tidak diperlukan modifikasi mesin
biodiesel dari BPPT (Balai Pengkajian dan Penerapan dalam pemanfaatannya, menjadi satu potensi kunci
Teknologi), pelaku pengembang biodiesel, PT Energi biodiesel sebagai pengganti solar. Yang berarti bahwa
Alternatif Indonesia, pihak-pihak terkait dalam biodiesel dapat juga dianggap sama dengan solar
pengembangan biodiesel, seperti Forum Biodiesel menurut sifat dan kedudukannya. Infrastruktur baru
Indonesia (FBI), serta dengan melihat langsung yang dibutuhkan dalam pendistribusianya relatif tidak
kondisi nyata di lapangan. Sehingga akan didapat dan dibutuhkan. Sehingga switching-cost dari solar ke
terumuskan kendala-kendala yang secara nyata telah biodiesel atau dari solar ke campuran solar-biodiesel
menghambatan pengembangan biodiesel di Indonesia. akan relatif kecil. Kehandalan biodiesel sebagai
Dari hasil diskusi dan pencarian sumber pustaka pengganti solar tidak perlu diragukan lagi, bukti
seperti melihat pengalaman negara lain, akan didapat paling nyata adalah sudah banyak negara yang telah
beberapa masukan bagi pemerintah dalam mendorong memanfaatkan biodiesel dan bahkan ada negara-
pemanfaatan biodiesel di Indonesia. negara yang telah mewajibkan pemanfaatannya. Dan
yang terakhir, biodiesel dapat dibuat dari berbagai
macam minyak nabati. Artinya, biodiesel tergolong
HASIL DAN PEMBAHASAN pada golongan sumber energi yang terbarukan
(renewable), sebuah sifat yang ideal sebagai andalan
Ketika penulis melakukan kerja praktek di PT sumber energi masa depan.
Namun, apalah arti potensi biodiesel yang begitu
Energi Alternatif Indonesia, salah satu
besar bila ternyata solar masih bisa diandalkan. Bila
perusahaan yang sedang mengembangkan
kondisi mengatakan bahwa solar bisa terus
biodiesel di Indonesia, yakni pada bulan februari diandalkan, maka biodiesel tidak akan mempunyai
2006, terdapat fakta bahwa hambatan yang posisi strategis apapun untuk saat ini maupun untuk
muncul dalam pengembangan pemanfaatan masa yang akan datang. Namun kenyataan kondisi
biodiesel ternyata banyak terkendala karena mengatakan lain, kondisi suplai-konsumsi solar di
tidak adanya dukungan kebijakan yang cukup Indonesia, juga untuk produk bahan bakar lain yang
untuk mendorong pengembangan biodiesel. berasal dari minyak bumi, sudah sampai pada kondisi
Bahkan saat ini, ada beberapa produk kebijakan yang perlu untuk diperhatikan dan untuk selanjutnya
yang justru mempunyai efek negatif terhadap perlu dilakukan langkah lebih lanjut untuk
pengembangan biodiesel.Yang pada akhirnya mengatasinya. Seperti yang ditunjukan data dari BP,
bila tidak ada perubahan pada kebijakan itu, perusahaan global pengeksplorasi minyak bumi,
dalam BP Statistical Review of World Energy 2005,
artinya kita membiarkan biodiesel untuk tumbuh
terungkap bahwa jumlah produksi minyak bumi
sendiri maka besar kemungkinan pemanfaatan
indonesia telah mencapai puncak (peak-oil). Dan saat
biodiesel tidak akan bisa berkembang. Padahal ini telah menunjukan indikasi penurunan tingkat
ibarat bayi yang baru dilahirkan, sudah produksi. Berikut adalah grafik suplai-konsumsi
seharusnya bila biodiesel ingin cepat tumbuh minyak bumi Indonesia dari tahun 1965 sampai 2004
dan berkembang tidak hanya harus dijaga dari hal-hal berdasarkan data dari BP
yang mengganggu pertumbuhannya saja, tetapi juga
harus diberi dukungan untuk memberi awalan agar
biodiesel bisa tumbuh sehat dan ceria. Dukungan ini

65
grafik produksi-konsumsi minyak bumi Indonesia
Dibawah ini adalah grafik keadaan suplai-konsumsi
solar Indonesia berdasarkan data dari ditjen migas.
1800
jumlah (ribu barrel per hari)

1600
1400 grafik produksi-konsumsi-impor solar
1200
1000 produksi
30000
800 konsumsi
25000

jumlah (kilo liter)


600
400 20000 produksi
200 impor
15000
0
konsumsi
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
10000

tahun 5000
0
Gambar 1. Suplai-konsumsi minyak bumi Indonesia

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

00

01

02

03
19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

20

20

20

20
dari tahun 1965 sampai 2004 (BP) tahun

Gambar 2. Keadaan suplai-konsumsi solar Indonesia


Seperti tampak pada grafik di atas, bahwa pada berdasarkan data dari ditjen migas
tahun 1977 produksi minyak Indonesia telah mencapai
puncak produksi. Terbukti, setelah tahun itu produksi
minyak Indonesia bergerak secara mendatar (stagnan). Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa
Dan mulai tahun 1993 telah terlihat adanya gejala konsumsi, produksi, dan impor minyak sama-sama
penurunan produksi minyak bumi. Bahkan dengan bergerak naik. Hanya saja untuk produksinya, sejak
pergerakan konsumsi yang terus naik, pada tahun tahun 2000 sudah terlihat gejala stagnasi. Sekarang
2004 terjadi cross point antara garis produksi dan bila kita lihat pergerakan impor solar, variabel ini
konsumsi, sehingga kini secara hitungan bersih negara menjadi indikator tingkat kemampuan produksi dalam
kita telah berstatus net-importir minyak bumi. negeri dalam memenuhi kebutuhannya, terlihat bahwa
Juga dari laporan BP, bahwa pada tahun 2004 pergerakan impor solar mempunyai trend yang terus
cadangan minyak bumi Indonsia yang terbukti adalah naik. Dari grafik ini mengarahkan pada suatu
sebanyak 4 miliar barrel. Sedangkan dari data ditjen kesimpulan bahwa ini bisa jadi merupakan suatu
migas, cadangan minyak Indonesia yang terbukti pada indikasi produksi dalam negeri memang sudah tidak
tahun 2004 juga sebesar 4 miliar barrel dan cadangan mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan solar.
minyak potensialnya sebanyak 4,4 miliar barrel. Bila Lebih jelas lagi pergerakan trend impor solar dapat
saja kita menganggap cadangan minyak potensial ini kita lihat seperti gambar dibawah ini.
benar-benar ada, sehingga jumlah cadangan minyak
yang kita punya adalah sebesar 8,8 miliar barrel. impor solar
Maka, bila kita mencoba memproyeksikan garis
12000
produksi dan konsumsi Indonesia beberapa tahun
kedepan dengan tingkat produksi-konsumsi tahun- 10000
jumlah (kilo liter)

tahun berikutnya sama dengan tahun 2004 (bergerak 8000


secara flat),maka dari proyeksi didapat bahwa 21 6000 impor solar
tahun lagi cadangan minyak Indonesia akan habis. 4000
Sebenarnya pada tahun 2004 pun, Presiden Susilo 2000
Bambang Yudhoyono telah diberikan memorandum
0
oleh Kelompok Kerja Pembaruan Agraria dan
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
00
01
02
03
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20

Pengelolaan Sumber Daya Alam (Pokja PA-PSDA) tahun


dan Koalisi Ornop Energi untuk Pembangunan
Berkelanjutan yang berjudul “Usulan Kebijakan Gambar 3. Pergerakan impor solar yang mempunyai
Energi Untuk Keamanan Pasokan Energi Untuk trend terus naik
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan”.
Memorandum ini mengatakan bahwa minyak bumi
Indonesia akan habis dalam waktu 15-20 tahun, gas Dari data konsumsi-produksi-impor dapat kita buat
alam dalam waktu 35-40 tahun dan batubara dalam sebuah grafik lagi untuk melihat pergerakan
waktu 60-75 tahun. pertumbuhan untuk tiaptiap variabel. Ini untuk melihat
Untuk solar sendiri, gejalanya pun sama dengan bagaimana sebenarnya keadaan pertumbuhan tiap-tiap
minyak bumi, karena solar sendiri adalah salah satu variabel. Grafik pergerakan pertumbuhan konsumsi,
produk dari minyak bumi. Namun untuk melihat lebih produksi, dan impor minyak terlihat seperti pada
jelas keadaan kondisi suplai-konsumsi solar, perlu kita gambar dibawah ini.
lihat pergerakan suplaikonsumsi solar di Indonesia.

66
grafik pergerakan pertumbuhan
mengandalkan impor solar untuk memenuhi
produksi-konsumsi-impor solar kebutuhan dalam negeri. Padahal, mengandalkan
impor juga masih memunculkan berbagai kerawanan
150%
pasokan. Selain beban devisa yang harus ditanggung
100% pemerintah, bagaimana bila pasokan dari luar
pertumbuhan

konsumsi
50% impor
terhambat atau memang sengaja dihambat?
produksi Melihat kondisi-kondisi suplai solar seperti ini dan
0%
potensi biodiesel yang begitu besar dalam
90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

00

01

02

03
19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

20

20

20

20
-50% menggantikan solar maka pemanfaatan biodiesel
tahun nampaknya kini telah menjadi suatu keharusan.
Selama tidak ada sumber energi lain yang lebih
Gambar 4. Pergerakan pertumbuhan konsumsi, potensial untuk dikembangkan sebagai andalan
produksi, dan impor minyak
pengganti solar. Lalu mengapa sampai saat ini
pengembangan biodiesel di Indonesia belum di
optimalkan.
Untuk grafik pergerakan pertumbuhan ini, yang Kita bersyukur bahwa ternyata dari saudara-
kita lihat bukan lagi trend-nya, tapi yang perlu saudara kita setanah-air telah ada yang menyadari
diperhatikan adalah ratarata pertumbuhan, range pentingnya pemanfaatan biodiesel ini dan saat ini
fluktuasi dari tiap-tiap variabel dan posisi titik yang sedang berusaha mengembangkan biodiesel. Namun
paling sering ditempati, yang semua tergambar bila sayangnya, ternyata saat ini, usaha mereka banyak
kita membuat distribusi nilai-nya. Ini akan terhambat karena belum adanya kebijakan-kebijakan
memberikan gambaran kondisi pertumbuhan dari tiap- yang mendukung dalam mendorong pemanfaatan
tiap variabel yang menjadi dasar untuk memprediksi biodiesel ini,. Bahkan ada beberapa produk kebijakan
pola pergerakan tiap-tiap variabel kedepan. yang justru mempunyai efek negatif terhadap
Rangkuman pertumbuhan tiap-tiap variabel yang telah pengembangan biodiesel di Indonesia. Sehingga
dibuat distribusi nilai-nya dapat dilihat dalam tabel nampaknya perlu dikemukakan tentang hal-hal yang
dibawah ini menghambat pengembangan biodiesel di Indonesia
juga beberapa hal yang diperlukan untuk mendorong
Tabel 1. Pertumbuhan tiap-tiap variabel yang telah
dibuat distribusi nilai-nya
pemanfaatan biodiesel di Indonesia Berikut adalah
beberapa kendala pengembangan pemanfaatan
biodiesel di Indonesia:

1. Belum disahkannya biodiesel sebagai bahan


bakar resmi di Indonesia
Hal pertama yang menjadi kendala pemanfaatan
biodiesel di Indonesia yaitu belum disahkannya
Untuk rata-rata pertumbuhan, variabel impor biodiesel sebagai bahan bakar resmi di tanah air. Ini
berada di urutan pertama yaitu sebesar 16%, lalu menyebabkan produsen biodiesel tidak bisa menjual
diikuti dengan konsumsi dan produksi sebesar 6% dan biodieselnya dalam konsep sebagai produk bahan
3,5%. Dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi yang bakar, seperti menjualnya lewat SPBU melalui
lebih besar daripada produksi, apalagi posisi level stasiun-stasiun pengisian. Yang banyak dilakukan
konsumsi juga di atas level produksi, maka secara sekarang adalah menjual biodiesel dengan konsep
empiris pergerakan variabel konsumsi akan terus sebagai zat additive. Konsekuensinya produk biodiesel
menjauh dari variabel produksi. Kemungkinan tingkat tersebut harus mempunyai kemasan dan berlabel.
konsumsi untuk tumbuh (pertumbuhan berada di range Sehingga membuat biodiesel menjadi lebih mahal dan
>0) juga lebih besar dibandingkan kemungkinan menjadi tidak kompetitif lagi.Dapat dipahami, bahwa
pertumbuhan, yaitu dengan kemungkinan sampai 0,72 untuk melindungi pengguna bahan bakar di tanah air
untuk konsumsi dan 0,08 untuk produksi. Sedangkan maka wajar saja bila ESDM mengeluarkan aturan
untuk pertumbuhan negatif (pertumbuhan berada bahwa bahan bakar yang boleh diperdagangkan adalah
dirange < 0) produksi dan konsumsi mempunyai bahan bakar yang telah memenuhi spesifikasi dari
range yang sama. Sehingga terbukti bahwa ESDM. Dan saat ini memang belum ada ketentuan
kemampuan produksi dalam negeri memang sudah resmi untuk spesifikasi biodiesel di Indonesia. Namun
tidak dapat mengimbangi pertumbuhan konsumsinya. sebenarnya ini bukanlah hal yang sulit, karena untuk
Apalagi jika ternyata ada kenyataan juga bahwa membuat standar dan metode uji apa yang dipakai kita
cadangan minyak terbatas. bisa mengadopsi standar dan metode uji dari luar,
Bila hal ini dibiarkan terus dan tidak ada langkah seperti. Kita bisa menggunakan standar dan metode uji
lanjut dalam mengatasinya, maka kondisi ini akan seperti yang ada diluar, seperti DIN E 51.606 yang
membawa Indonesia pada kerawanan suplai energi diberlakukan di Jerman. Jika memang diperlukan bisa
solar (security of supply). Apakah kita akan terus dilakukan beberapa penyesuaian sesuai dengan

67
kondisi yang ada di Indonesia. Dengan disahkannya 2. Membuat roadmap pengembangan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk biodiesel pemafaatan biodiesel dan
maka akan menjadi sebuah langkah besar dalam mensosialisasikannya
komersialisasi biodiesel di Indonesia. Namun ini Hal ini penting untuk memberikan arah
bukan berarti kita harus secepat-cepatnya mensahkan pengembangan pemanfaatan biodiesel yang jelas.
biodiesel sebagai bahan bakar resmi, asas kehati- Sehingga menjaga keamanan pasokan energi solar
hatian tetap perlu dipegang. Semua dampak dan akibat dapat terjaga. Maka, harus ada target-target yang jelas
perlu dikaji terlebih dahulu. Contohnya jangan sampai dalam pengembangan biodiesel yang tergambar dalam
bila nanti pasar biodiesel telah terbuka biodiesel akan roadmap pengembangan biodiesel. Sehingga
dikuasai oleh pemain asing yang relatif mempunyai perkembangan biodiesel bisa tumbuh secara
dukungan teknologi dan modal yang kuat. berkesinambungan yang seterusnya dapat menjaga
keamanan pasokan energi solar. Setelah roadmap
2. Subsidi solar menjadikan biodiesel menjadi terbentuk, maka perlu dilakukan sosialisasi-sosialisasi
tidak kompetitif dan penggerakan untuk mencapai target-target
Solar impor yang saat ini disubsidi pemerintah pengembangan yang telah dibuat di dalam roadmap.
menjadi suatu kendala besar dalam pengembangan Tanpa sosialisasi dan penggerakan, maka roadmap
pemanfaatan biodiesel. Hal ini membuta biodiesel tidak ada artinya apa-apa
menjadi tidak kompetitif lagi. Dengan asumsi harga
jual biodiesel Rp. 5.180 (hasil perhitungan Lembaga 3. Biodiesel diwajibkan sebagai campuran solar
Riset Perkebunan Indonesia, sudah termasuk pajak Ada banyak model yang bisa dibuat dalam
dan keuntungan sebesar 20%), maka biodiesel mekanisme pemanfaatan biodiesel. Untuk
menjadi tidak kompetitif lagi dengan harga solar yang mempermudah dalam mendorong pemanfaatan
saat ini Rp. 4.300. Apalagi solar merupakan barang biodiesel dan mempermudah dalam membuat
komoditi (non-brand good) sehingga bila biodiesel perencanaan dan pencapaian target-target
lebih mahal dari solar dan tidak mempunyai nilai lebih pengembangan biodiesel, maka akan lebih baik jika
apa-apa di mata konsumen, maka pengembangan pemanfaatan biodiesel dilakukan dengan mewajibkan
biodiesel akan sulit dilakukan. Dan saat ini, biodiesel sebagai campuran solar dengan kadar
keunggulan biodiesel yang ramah lingkungan belum tertentu (BXX). Seperti contohnya pada tahun 2010
menjadikan sesuatu yang berarti bagi konsumen di misalnya ditargetkan campuran biodiesel pada solar
Indonesia. Harga masih menjadi prioritas yang utama. mencapai 2%, pada tahun 2015 sebesar 3%, dan
seterusnya. Dasar untuk menggunakan mekanisme ini
3. Belum adanya kebijakan yang mendorong dalam pemanfaatan biodiesel yaitu:
pemanfaatan biodiesel a. Mempermudah dalam perencanaan
Sebagai industri baru tentu akan banyak beban- pengembangan dan pemanfaatan biodiesel. Seperti
beban yang berat di awal pengembangan, sehingga yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemanfaatan
untuk merangsang pertumbuhannya diperlukan biodiesel menjadi sesuatu yang harus dilakukan demi
kebijakan untuk meringankannya. Kebijakan yang keamanan pasokan solar (security of supply). Untuk
dibutuhkan antara lain keringanan pajak untuk mencapai tujuan ini, maka pemanfaatan biodiesel
kegiatan-kegiatan di bidang pengembangan biodiesel harus terencana dengan membuat target-target dengan
(bisa dibuat dalam jangka waktu tertentu), jadwal tertentu. Untuk memudahkan dalam
memberikan kemudahan kredit dan bunga kredit bagi penyusunan rencana pemanfaatan biodiesel maka
pengembang biodiesel dan memberikan penghapusan mekanisme mewajibkan biodiesel sebagai menjadi
pajak barang mewah untuk peralatan yang campuran solar menjadi pilihan yang cukup ideal.
menggunakan biodiesel. Karena dengan begini, akan diketahui seberapa
Selain kendala-kendala yang telah disebut diatas, seberapa banyak biodiesel yang harus diproduksi
ada beberapa upaya yang perlu dilakukan pemerintah dengan membandingkan dengan permintaan solar.
agar pemanfaatan biodiesel ini mempunyai manfaat Dengan mekanisme ini juga diharapkan pencapaian
yang sebesar-besarnya bagi rakyat dan bisa berjalan pemanfaatan biodiesel sebagai 100% pengganti solar,
secara berkelanjutan. Upaya-upaya yang perlu dimana saat itu solar sudah sulit didapat, akan berjalan
dilakukan yaitu: lancar.
b. Mempermudah dalam realisasi pemanfaatan
1. Membentuk tim nasional koordinasi biodiesel. Karena solar yang dipakai pengguna telah
pengembangan biodiesel tercampur biodiesel, maka dengan sendirinya
Pengembangan biodiesel akan sangat terkait pemananfaatan biodiesel telah terealisasikan.
dengan berbagai pihak sehingga diperlukan tim c. Mempermudah distribusi dan mengurangi
koordinasi untuk menyelaraskan gerak dalam pembangunan infrastruktur baru. Dengan mekanisme
mendorong pengembangan biodiesel. Tim inilah yang ini, maka relatif tidak dibutuhkan lagi stasiun
nantinya akan membuat roadmap (grand strategy) pengisian bahan bakar yang baru, karena
pengembangan biodiesel. mendistribusikan solar sama saja telah

68
mendistribusikan biodiesel tumbuh di lahan-lahan kritis dan tidak memerlukan
d. Mempermudah dalam pembuatan skenario perawatan yang intensif. Ini sangat mendukung
pemanfaatan bodiesel yang diinginkan dan terhadap ketersediaan bahan baku biodiesel.
mempermudah dalam pengontrolannya. Biodiesel Namun sayangnya sampai saat ini belum
merupakan komoditi strategis dipandang dari sudut ditemukan varietas jarak pagar yang unggul sehingga
security of supply dan mempunyai posisi strategis bila dibandingkan dengan sawit, produktivitas jarak
dalam kerangka potensinya yang mampu untuk menghasilkan minyak nabati masih lebih rendah
menggerakan perekonomian kerakyatan. Sehingga dibandingkan dengan sawit. Selain itu, juga belum ada
perlu dibuat perencanaan yang baik implementasinya kajian tentang penanaman jarak secara monokultur
yang ditujukan sebasar-besarnya untuk kepentingan sehingga mempunyai resiko besar terhadap bahaya
negara dan kesejahteraan rakyat. Dengan mekanisme hama dan penyakit. Sampai saat ini pun juga belum
solar wajib dicampur biodiesel maka akan lebih ada sertifikasi terhadap tanaman jarak. Padahal
mudah dalam membuat skenario yang diinginkan dan menurut UU NO 12/1992 tentang sistem budidaya,
juga mempermudah pengontrolannya. Penjelasan tanaman yang dijual haruslah telah tersertifikasi yang
skenario yang diinginkan, salah satu contohnya dapet telah jelas asal-usulnya.
dilihat seperti pada masukan upaya-upaya yang perlu Dengan kondisi yang seperti ini, strategi yang
dilakukan pemerintah di poin yang ke-5. dapat diambil adalah memanfaatkan keunggulan
e. Mempermudah mekanisme pemberian subsidi kedua tanaman ini untuk menutupi kekurangan dari
dan penetapan harga. Bila dipakai mekanisme keduanya. Dengan potensi jarak pagar yang tidak
pemanfaatan biodiesel dengan model pasar terbuka, terpengaruh oleh kebutuhan di sktor lain dan mampu
maka akan cukup sulit untuk menjalankan mekanisme ditanam dengan kondisi lingkungan yang minim maka
pemberian subsidi. Apakah yang disubsidi harus solar, jarak tetap sangat potensial untuk dijadikan tanaman
solar dengan campuran biodiesel sekian persen, andalan sumber energi. Namun sebelum itu, perlu
ataukah hanya biodiesel yang murni saja. Dengan dilakukan penelitian terhadap jarak terlebih dahulu
mengikuti mekanisme “solar wajib dicampur untuk menemukan jarak jenis unggul dan mengkaji
biodiesel” maka subsidi ke biodiesel dapat dilakukan berbagai macam kajian tentang jarak. Sementara jarak
dengan cara yang sama seperti pada subsidi solar. tidak dulu disebarluaskan sebagai tanaman energi, kita
bisa memanfaat potensi sawit sebagai bahan baku
4. Membuat roadmap bahan baku biodiesel biodiesel. Untuk mencapai target 2% campuran
Ketersedian bahan baku adalah sesuatu yang vital biodiesel pada tahun 2009, maka akan dibutuhkan
bagi ketersediaan biodiesel yang kemudian berujung biodiesel sebanyak 720.000 kl. Jumlah sebanyak ini
pada security of supply. Untuk itu perlu dibuat dapat dipenuhi dengan areal sawit seluas 216.000 ha
perencanaan skenario atau road map penggunaan (asumsi produktivitas sawit 3,5 kg CPO/ha/th, data
bahan bakunya. Memang banyak sekali tanaman yang dari Lembaga Riset Perkebunan Indonesia). Jumlah
dapat dijadikan sumber bahan baku biodiesel. Namun, ini hanyalah sebesar 3,8 % dari areal sawit yang
hendaknya dipilih satu jenis tanaman yang paling diproyeksikan pada tahun 2009 seluas 5.561.486 ha.
potensial untuk dijadikan andalan tanaman energi. Pemerintah perlu hati-hati dalam
Sehingga nantinya ketersediaan bahan baku akan bisa mensosialisasikan potensi jarak sebagai bahan baku
terkontrol dan terjamin. Tanaman yang dipilih biodiesel. Jangan sampai terjadi eforia penanaman
hendaknya harus bisa diandalkan untuk seterusnya jarak secara besar-besaran di masyarakat sebelum
sebagai sumber energi yang tidak terpengaruh oleh benar-benar telah dilakukan penelitian terhadap jarak
waktu dan keadaaan. dan ditemukannya jarak varietas unggul. Sampai
Saat ini ada dua jenis tanaman yang mempunyai kemudian ditandai dengan disertifikasikannya
potensi yang besar untuk dijadikan andalan tanaman tanaman jarak oleh departemen pertanian. Karena
sumber energi, yaitu tanaman sawit dan jarak pagar. eforia ini ini mempunyai resiko yang besar terhadap
Sawit sangat potensial sebagai sumber energi karena munculnya hal-hal yang tidak diinginkan dan bila
saat ini telah tersedia dalam jumlah yang cukup terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, petani juga pun
memadai. Apalagi saat ini juga telah ada varietas sawit yang akan terugikan. Asas kehati-hatian tetap perlu
dengan kualitas yang unggul dan telah tersertifikasi. dipegang dan sebenarnya undang-undang pun
Namun sayangnya, pemanfaatan sawit untuk bahan melarang perdagangan tanaman yang varietasnya
baku biodiesel dapat terganggu oleh pemanfaatan belum disertifikasi.
sawit untuk kebutuhan pangan, apalagi jika suatu saat Tanaman yang terpilih ini, nantinya perlu
harga CPO sedang dalam posisi yang tinggi. dilakukan penelitian yang berkelanjutan secara
Sehingga sawit kurang cocok untuk dijadikan intensif untuk lebih meningkatkan kemampuan
tanaman andalan sumber energi. Sehingga kini yang mensuplai bahan baku biodiesel. Sehingga nantinya
potensial untuk dijadikan tanaman andalan sumber tanaman jarak yang boleh dijual adalah jenis jarak
energi adalah tanaman jarak pagar. Pemanfaatan jarak yang telah disertifikasi yang mutunya telah terjamin
tidak akan terganggu karena jarak merupakan tanaman dan diharapkan akan terus meningkat. Sehingga
non-pangan (non-edible). Selain itu jarak juga mampu petanipun bisa menikmati hasil usaha taninya karena

69
mutu bibit yang dipakai terjamin mutunya dengan biodiesel secara bertahap yang berkesinambungan.
hasil panen yang dapat diperkirakan dan terjamin. Yaitu dengan membuat target secara bertahap yang
Dengan ini juga pasokan bahan baku biodieselpun disesuaikan dengan kemampuan SDM Indonesia
juga dapat terjaga. dalam mengikutinya, terutama untuk tahuntahun
Juga untuk menjaga kestabilan ketersediaan bahan pertama pengembangan biodiesel.. Misalnya untuk 5
baku, nampaknya pemerintah juga perlu ikut campur tahun pertama pengembangan biodiesel biodiesel
dengan menetapkan harga atas dan harga bawah untuk ditargetkan dapat menjadi campuran solar sebanyak
biji jarak. Kasus yang terjadi di lapangan dengan tidak 2%. Dan kemudian pengembangan biodiesel memang
adanya penetapan harga batas atas dan bawah jarak diarahkan hanya sampai untuk memenuhi target itu.
adalah ketika pertama kali ada perusahaan yang Maka untuk mencapai itu produksi biodiesel dapat
menawarkan akan membeli biji jarak dengan harga dilakukan oleh pabrikpabrik biodiesel berkapasitas
Rp.500 rupiah/kg, banyak petani yang tidak bergairah kecil yang harapannya dapat dilakukan oleh SDM dari
untuk menanamnya. Namun akhirnya ada yang dalam negeri. Untuk mendorong pembangunan pabrik
tergerak juga dengan terpaksa karena lahannya biodiesel skala kecil perlu dikeluarkan kebijakan-
memang kurang layak untuk ditanami tanaman lain. kebijakan yang mampu mendorong pembangunan
Namun ketika ada eforia pemanfaatan biji jarak pabrik biodiesel berkapasitas kecil. Yaitu dengan
sebagai bahan baku biodiesel, harga biji jarak memberi kemudahan kredit dan keringanan bunga
langsung melonjak bahkan pernah mencapai kredit untuk pembangunan pabrik biodiesel skala
Rp.8000/kg. Hal ini tentu akan menggangu kestabilan kecil. Juga perlu dikeluarkan kebijakan pelarangan
produksi biodiesel yang berujung pada kerawanan investasi pembangunan pabrik biodiesel dengan
pasokan. kapasitas produksi yang besar untuk tahun-tahun
Pengkhususan satu jenis tanaman sebagai pemasok pertama pemanfaatan biodiesel. Dengan cara ini
utama bahan baku biodiesel bukan dimaksudkan diharapkan SDM kita mampu mengikuti alur
bahwa bahan baku biodiesel hanya boleh dari satu pengembangan biodiesel dan kemudian bisa tumbuh
jenis tanaman saja. Tapi untuk memudahkan untuk dan menjadi pelaku utama pengelolaan biodiesel di
menjaga kestabilan pasokan. Pasokan bahan baku dari Indonesia. Dan target pengembangan biodiesel untuk
tanaman lain tetap mungkin dilakukan, seperti mencapai keamanan pasokan energi solar pun juga
misalnya untuk tanaman sawit. Biodiesel dapat dapat tercapai. Dengan pembangunan pabrik dengan
dijadikan buffer market bila produksi sawit berlebih. skala kecil ini pula kita dapat menghindari resiko yang
Begitu juga untuk tanaman yang lain. besar bila ternyata pemanfaatan biodiesel mempunyai
efek samping yang lain.
5. Mendorong pembangunan pabrik biodiesel Dengan upaya-upaya ini diharapkan pemanfaatan
kapasitas kecil di tahun-tahun pertama biodiesel di Indonesia bisa berkembang secara terarah
pemanfaatan biodiesel dan berkelanjutan serta dapat memenuhi kepentingan
Biodiesel merupakan komoditi strategis dipandang negara dan kesejahteraan rakyat. Yang tentunya
dari sudut security of supply dan mempunyai posisi menjadi harapan bagi kita semua.
strategis dalam kerangka potensinya yang mampu
menggerakan perekonomian kerakyatan. Sehingga
perlu dibuat skenario pengembangan biodiesel yang KESIMPULAN
ditujukan sebesar-besarnya untuk kepentingan negara
dan kesejahteraan rakyat. Pengembangan biodiesel di Indonesia ternyata
Untuk mencapai itu, walaupun biodiesel memang banyak terkendala oleh belum adanya dukungan dari
harus dimanfaatkan, namun jangan sampai kita terlalu pemerintah dalam bentuk kebijakan-kebijakan bahkan
terobsesi secara berlebihan untuk segera ada produk kebijakan yang justru mempunyai efek
memanfaatkan biodiesel ini. Perlu dibuat skenario negatif terhadap pengembangan biodiesel di
yang baik agar pengembangan biodiesel dapat Indonesia. Sehingga perlu diberikan masukan-
memenuhi kepentingan negara dan juga dapat masukan bagi pemerintah untuk mendorong
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk masa-masa pemanfaatan biodiesel. Upaya-upaya yang perlu
awal pemanfaatan biodiesel, sebaiknya kita tidak dilakukan pemerintah yaitu:
membuka pasar biodiesel terlalu bebas. Karena hal ini 1. mensahkan biodiesel sebagai bahan bakar resmi
akan memudahkan pihak dari luar yang telah di Indonesia ditandai dengan disahkannnya SNI
mempunyai teknologi dan modal yang kuat, untuk untuk biodiesel
mudah masuk dan menguasai pengelolaan biodiesel di 2. membentuk tim nasional koordinator pengembang
Indonesia, sementara SDM kita belum siap dalam biodiesel
menguasai teknologi biodisel. Walaupun sebenarnya 3. membuat roadmap pengembangan biodiesel dan
teknologinya relatif mudah. bahan bakunya
Perlu dibuat skenario pengembangan biodiesel 4. menunjuk 1 jenis tanaman sebagai tanaman utama
yang mampu mengakomodasi tujuan-tujuan itu. pemasok bahan baku biodiesel
Caranya dengan membuat target pengembangan 5. mewajibkan pencampuran solar dengan biodiesel

70
dengan konsep BXX Anonim. 2006. Prosiding Rumusan Seminar dan Dialog Tuntas;
6. merevisi subsidi pada solar dengan mensubsidi Biodiesel Kembalilah ke Jalan yang Benar. Jakarta: Lembaga
Riset Perkebunan Indonesia.
biodiesel atau campuran solar-biodiesel
Danim, S. 1997. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta:
7. mengarahkan pembangunan pabrik-pabrik Bumi Aksara
berskala kecil di tahun-tahun awal pemanfaatan Hermawan, Tj. 2006. Pembangunan Pilot Plant Biodiesel
biodiesel Berbahan Baku Kelapa Sawit. Jakarta: Lembaga Riset
8. mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu Perkebunan Indonesia.
mendorong pengembangan biodiesel di Indonesia www.bp.com. BP Statistical Review of World Energy 2005
www.esdm.go.id. Data Energi di Sektor Rumah Tangga,
Sektor Transportasi, Sektor Industri Energi Minyak Bumi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Kajian Kebijakan dan Kumpulan Artikel Penelitian


Biodisel. Jakarta: KMNRT

71
IDENTIFIKASI POTENSI PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH
CAIR TAHU DENGAN MENGGUNAKAN REACTOR UPFLOW
ANAEROBIC SLUDGE BLANKET (uasb)

WAGIMAN

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM Yogyakarta 55281

lain: (i) keterbatasan dana untuk membangun


ABSTRAK dan mengoperasikan IPAL, (ii) tidak tersedia
teknologi pengolahan limbah untuk industri
Limbah cair tahu mengandung bahan organik kecil, (iii) pengusaha tidak melihat kemanfaatan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pengolahan limbah cair, (iv) tingkat kesadaran
produksi biogas. Sebagai produk samping sistem
masyarakat terhadap lingkungan hidupnya
pengolahan limbah secara anaerobik, biogas masih
belum banyak dikaji nilai tambahnya. Penelitian ini masih rendah, (v) dampak pembuangan limbah
dimaksudkan untuk mengevaluasi potensi tersebut terhadap lingkungan tidak muncul spontan
dengan menggunkan reaktor Upflow Anaerobic sehingga masyarakat seakan resisten.
Sludge Blanket (UASB). Dari aspek teknik dilihat Untuk mengatasi masalah tersebut maka
laju produksi biogas dan laju degadasi bahan diperlukan pengembangan teknologi yang
organik (COD), sedangkan dari sisi ekonomis mengedepankan aspek nilai tambah bagi
dihitung nilai finansial kalor yang dikandung
pengusaha. Polutan di dalam limbah cair tahu
biogas. Penelitian menunjukkan bahwa biogas yang
dapat diproduksi sebesar 0,13 liter per gram COD terdiri dari air 90,74%, protein 1,8%, lemak 1,2%,
dengan waktu tinggal 4 hari dan volume reaktor 8,5 serat kasar 7,36% dan abu 0,32% (Rahardjo dalam
liter. Nilai tambah yang dihasilkan adalah 0,24 Trismila et al., 2001). Komposisi tersebut
rupih/l limbah/hari. Hasil lainnya adalah memungkinkan pengembangan biogas dari
peningkatan pH dari 3-4 menjadi 7,0-7,5 (netral) yang limbah cair tahu menjadi alternatif untuk
berarti juga meningkatkan keamanan efluen. industri kecil-menengah. Biogas dapat
dikonversi menjadi energi yang sangat
Kata kunci: Upflow Anaerobic Sludge Blanket
(UASB), Biogas, Chemical Oxygen Demand (COD)
dibutuhkan pada proses produksi tahu, ramah
lingkungan dan termasuk kategori energi
terbarukan. Dengan demikian, ada keuntungan
PENDAHULUAN ganda produksi biogas yaitu menghasilkan
energi bagi industri bersangkutan dan
Industri tahu telah berkembang secara turun menurunkan tingkat bahaya limbah cair.
temurun di berbagai wilayah Indonesia Produksi biogas di atas menggunakan UASB
khususnya Jawa pada skala mikro dengan proses dengan pertimbangan alat termasuk high-rate
produksi secara tradisional. Kondisi tersebut reactor dan efisiensinya tinggi yaitu 70-90%,
menyebabkan limbahnya sangat besar yaitu 12 waktu tinggal hirolik rendah, kebutuhan energi
m3 per ton kedelai (Zamroni, 2004) dan kecil, tidak memerlukan media, dan teknologi
kandungan bahan organiknya juga tinggi (COD: telah teruji. Teknologi UASB sudah tersebar di
5.000-8.000 mg/L, Wagiman, 2001). Sebagian seluruh dunia dan banyak dipakai untuk
besar limbah dibuang langsung ke lingkungan, penanganan berbagai macam limbah khususnya
misalnya di DIY industri tahu yang memiliki limbah industri pertanian seperti industri gula,
IPAL hanya 17,65% dengan pengoperasian yang pengolahan kentang, pengalengan daging,
tidak maksimal. kertas, sari buah, dan industri makanan
Beberapa penyebab industri tahu tidak (Laubscher et al., 2001). UASB juga sudah dipakai
melakukan pengolahan limbah cairnya antara

72
pada industri tahu di Indonesia dengan hasil hidrogen dan karbondioksida, dan konversi
yang cukup memuaskan (Sujarwo, 2004). asetat menjadi metan dan karbondioksida.
Pengolahan limbah secara anaerobik akan Metana merupakan hasil akhir proses anaerobik
menghasilkan biogas yang terdiri dari CO2 dan sehingga dapat digunakan sebagai parameter
CH4. Fraksi metana bervariasi tergantung atau indikator keberhasilan proses tersebut
substrat yang terkandung di dalam limbah (Michaud et al., 2002)
(Marchaim, 1992), tetapi pada umumnya berkisar Biogas merupakan hasil akhir dari proses
antara 0,2-0,7 (Anonim, 2004). Produksi gas juga anaerobik dengan komponen utama CH4 dan
tergantung pada kinerja bakteri metanogen yang CO2, H2, N2, dan gas lain seperti H2S. Nilai kalor
dipengaruhi oleh pH, suhu, kandungan nutrien, biogas lebih tinggi dibandingkan sumber energi
keberadaan faktor penghambat dan waktu lainnya, seperti batubara (586 K.cal/m3) ataupun
retensi. Menurut Mulligan et al (1993), untuk uap air (302 K.cal/m3), tetapi lebih rendah dari
pembebanan 36,5 kg COD/m3/hari dapat gas alam yaitu 967 K.cal/m3. Setiap satu meter
menghasilkan gas sebesar 12,0 m3/m3/hari. kubik biogas setara dengan setengah kilogram
Pengolahan limbah cair industri tapioka gas alam cair (liquid petroleum gases), atau
dengan menggunakan UASB dapat setengah liter bensin atau setengah liter minyak
menghasilkan metana 83,6% dari COD (Amatya, diesel. Biogas sanggup membangkitkan tenaga
1996). Gas metana dapat juga diproduksi dari listrik sebesar 1,25-1,50 kilo watt hour (kwh).
limbah cair industri pengolahan minyak zaitun, 1
liter limbah tersebut menghasilkan 15,1 ± 1,5 liter
gas metana. Tanticharoen, et.al (2003) berhasil BAHAN DAN CARA KERJA
memproduksi biogas dari limbah cair industri
tepung tapioka dan industri tepung beras Bahan
dengan menggunakan Anaerobic Fixed Film (AFF). Bahan utama untuk produksi biogas ini
Keuntungan yang diperoleh dari produksi biogas berupa limbah cair dari salah satu tahap di
untuk industri tepung beras dan tapioka masing- dalam pembuatan tahu yaitu proses
masing adalah 6,1 dan 14,4 juta bath/tahun, dan penggupalan. Bahan ini dikenal dengan sebutan
payback period 4 dan 3 tahun. Penambahan Biofilm whey dan mempunyai karakteristik pH 4-5, COD
Suport Systems (BSS) pada reaktor teraduk secara 6.000-10.000 mg/L.
kontinyu dapat meningkatkan produksi biogas
dari limbah cair industri susu. Produksi biogas Alat
juga mulai dikembang pada skala industri Reaktor didesain dalam bentuk UASB
seperti di Finlandia pada tahun 2000 ada 15 (Gambar 1) dengan volume operasional 8,5 liter,
pabrik penghasil biogas dari limbah domestik dibuat dari bahan paralon. Alat ini dilengkapi
maupun industri, pada tahun yang sama di dengan sistem sirkulasi dan penampung gas
Jerman berkembang 5 perusahaan biogas sejenis berupa erlenmeyer.
(Leinonen dan Kuittinen, 2001).
Anaerobik sangat cocok untuk mengolah
limbah cair yang mengandung bahan organik
kompleks seperti limbah dari industri makanan,
minuman, bahan kima dan obat-obatan (anonim,
2003). Bahan organik tersebut didegradasi
menjadi senyawa sederhana dan stabil melalui
empat tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis,
asetogenesis dan methanogenesis (Beteau, 1997).
Senyawa kompleks seperti lemak, polisakarida
dan protein dihidrolisis menjadi asam lemak,
monosakarida, dan asam amino. Pada tahap
asidogenesis, senyawa hasil hidrolisis dirubah
menjadi senyawa bermassa molekul sedang
seperti propionat, butirat, laktat dan etanol.
Metanogenesis sebagai tahap akhir, merupakan
konversi senyawa bermassa molekul sedang
menjadi metana dan karbondioksida.
Gambar 1. Skema konfigurasi UASB
Pembentukan metan dapat melalui konversi

73
Prosedur Pelaksanaan
Empat liter massa mikroorganisme yang telah
tumbuh (granular) kemudian dimasukkan ke
reaktor untuk start-up dan biasanya
membutuhkan waktu yang lama. Waktu start- up
dianggap cukup bila laju degradasi bahan
organik dan gas yang terbentuk sudah stabil.
Limbah dari industri tahu ditentukan COD-
nya berada pada kisaran 5000-8000 mg/L, pH
dijaga 4-5 kemudian dimasukkan ke reaktor
anaerobik mengikuti aliran seperti pada gambar
di atas. Ada dua sistem yang dilakukan yaitu
Sistem Batch Tanpa Sirkulasi (SBTS) dan Sistem
Batch Dengan Sirkulasi (SBDS). Sampel diambil
baik pada influen maupun efluen anaerobik
kemudian diuji kandungan bahan organik
(COD), dan nilai pHnya. Demikian juga volume
biogas dicatat setiap hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Biogas untuk SBTS dan SBDS


Sistem Batch Tanpa Sirkulasi (SBTS) adalah
metode yang memperlakukan limbah cair
tertampung dalam reaktor selama waktu tertentu
tanpa dilakukan sirkulasi. Untuk SBDS
menggunakan sirkulasi dengan tujuan
memperbesar frekuensi kontak antara bakteri
dengan bahan organik. Bahan organik kontak
paling banyak dengan mikroba saat pemasukan
influen ke dalam reaktor yang sudah berisi
Gambar 2. Produksi biogas dengan UASB untuk SBTS
lumpur mikroba sebanyak setengah reaktor. dan SBDS.
Produksi biogas pada SBTS ternyata lebih
tinggi dibanding SBDS (Gambar 2 (a)) meskipun
pada awalnya sama dan mencapai kondisi Volume biogas secara kumulatif bertambah
konstan setelah hari ke-8 dengan total produksi dalam jumlah besar sampai hari kedelapan
masing-masing 11,115 liter dan 6,575 liter atau kemudian laju produksi hanya 0,335 l/hari.
ada selisih 5.063 liter. Perbedaan tersebut Setelah 8 hari tersebut, total biogas yang
menunjukkan bahwa sirkulasi justru dihasilkan sebesar 11,115 liter atau 95,48% dari
menurunkan produksi biogas karena total total biogas yang dihasilkan selama 12 hari.
sirkulasi menjadi sangat tinggi. Dengan Menurut Yuli (2005), biogas mempunyai
terbentuknya biogas maka sirkulasi secara komposisi gas metana sebesar 54-70%. Sehingga
alamiah sudah cukup sehingga tidak perlu jumlah metana yang dihasilkan selama 8 hari
penambahan sirkulasi eksternal. berkisar 6,286-8,149 liter.
Sistem tanpa sirkulasi dapat menghasilkan Pada sistem pengolahan dengan sirkulasi laju
biogas tertinggi terjadi pada hari pertama yaitu produksi biogas tinggal 0,056 l/hari dalam
2,979 l/hari (Gambar 2 (b). Produksi biogas pada rentang waktu 8 hari. Produksi biogas sampai
hari kedua tidak berbeda jauh dibandingkan hari dengan hari kedelapan ini adalah 6,575 liter atau
pertama. Penurunan laju produksi biogas pada 99,96% dan metana yang dihasilkan 3,551-4,603
hari ketiga dan seterusnya sangat signifikans liter. Waktu 8 hari merupakan waktu efektif
yaitu 66,67-90,32% dan 41,39-86,25%. Penurunan untuk menghasilkan biogas tetapi peningkatan
tersebut disebabkan oleh kandungan bahan laju produksi dari hari keempat sampai dengan
organik tinggal sedikit yang ditandai dengan hari kedelapan relatif kecil sehingga hari
nilai COD yang rendah. keempat dapat digunakan sebagai dasar

74
penentuan waktu tinggal hidrolik untuk setelah itu biasanya pH akan stabil (Djarwanti et
produksi biogas. al., 1994).
Pada kedua sistem, pH limbah cair meningkat
Penyisihan Bahan Organik masing-masing sebesar 98,23% dan 84,75%
Penurunan COD yang sangat besar dari hari sampai hari keempat, kemudian relatif stabil
pertama sampai hari kedelapan yaitu 87,13% dan sampai hari keduabelas. Peningkatan tersebut
95,00% (Gambar 3) menunjukkan bahwa dalam karena senyawa hasil fermentasi maupun
rentang waktu tersebut banyak bahan organik asetogenesis sudah dikonversi menjadi H2, CO2,
yang dirombak oleh bakteri. Setelah 12 hari, H2O, dan CH4, serta pemecahan protein menjadi
sistem dengan sirkulasi dapat merombak 77,88 NH4+ yang kemudian mudah membentuk
kg bahan organik, sedangkan sistem tanpa senyawa yang bersifat basa. Menurut FAO
sirkulasi hanya sebesar 58,99 kg. Dengan (1996), pH pada sebuah digester biogas juga
demikian, meskipun dilihat dari persentase merupakan fungsi waktu tinggal. Pada periode
penurunan, sistem tanpa sirkulasi lebih baik awal cenderung rendah lalu naik pada periode
tetapi dari jumlah bahan organik yang dirombak berikutnya yang menunjukan bahwa proses
maka sistem dengan sirkulasi jauh lebih baik. asidogenesis dan metanogenesis berlangsung
secara terpisah (Bell dan Buckley, 2003).
10000 9400 Bakteri pembentuk metana mengkonsumsi
asam asetat dan mengubahnya menajdi metana
8000
dan CO2 (Boone, 1985) sehingga konsentrasi
Kons. COD (mg/l)

7000
SBDS
6000
SBTS asam asetat dalam air limbah turun dan pH naik
4000 (Anonim, 1994). Proses digesti yang berlanjut
2000 1380 1210
menyebabkan konsentrasi NH4+ meningkat
540 350 290 100 sehingga dapat menaikkan nilai pH di atas 8
0
1 4 8 12 (FAO, 1996). Ion NH4+ ini akan membentuk
Hari ke senyawa basa dan sekaligus menaikkan
alaklinitas dan pH sehingga pH dalam reaktor
Gambar 3. Penyisihan bahan organik (dinyatakan
menjadi netral (Suryandono, 2004). Produksi
dengan COD)
biogas optimum tercapai saat nilai pH input
Menurut Wilkie (2003), setiap kilogram COD dalam digester berkisar anatara 6 dan 7 (FAO,
akan dikonversi menjadi 0,35 m3 CH4 atau 1996). Penelitian ini menunjukkan bahwa
ekuivalen dengan 12.000 BTU. Berdasarkan produksi biogas mencapai maksimal pada hari
konversi tersebut, untuk sistem dengan sirkulasi pertama atau beberapa jam setelah penambahan
dihasilkan 27,257 m3 CH4 dan pada sistem tanpa influen, berarti proses hidrolisis dan asidifikasi
sirkulasi sebanyak 20,645 m3. Tidak semua asam- berlangsung cepat dan kenaikan pH menjadi 6
asam volatil hasil asedogensis dikonversi dan 7 terjadi pada hari itu juga. McLean (1995)
menjadi biogas tetapi sebagian menjadi bagian menyatakan bahwa waktu tinggal limbah dalam
atau komponen efluen (Leggett et al., 2005). UASB selama 8,5 jam dengan efisiensi
Penyebab sedikitnya bahan organik menjadi penurunan COD sebesar 70-90%. Reaksi
biogas kemungkinan terkait dengan sifat bakteri metanogenik tersebut dapat dideteksi dengan
pembentuk metana yang sangat peka dengan timbulnya biogas beberapa jam setelah
asam (pH rendah). penambahan influen.

Perubahan pH Potensi Produksi Biogas


Produksi metana oleh bakteri metanogenik Berdasarkan faktor laju produksi biogas, laju
terjadi dengan baik pada kisaran pH 5,5-8,3 degradasi bahan organik, nilai pH maka waktu 4
(Lettinga, 1980). Apabila pH limbah dalam hari dan sistem tanpa sirkulasi (SBTS)
reaktor anaerobik kurang dari 5,5 maka aktivitas merupakan pilihan terbaik untuk analisis potensi
mikrobia dalam mendegradasi bahan organik produksi biogas. Data-data yang digunakan
dan mengubah menjadi biogas kurang optimum dalam perhitungan antara lain: waktu tinggal 4
(Anonim,1994). Oleh karena itu bila limbah yang hari, volume reaktor UASB 8,5 liter, COD terolah
diolah terlalu asam maka dinaikkan dahulu 55,220 gram, biogas yang dihasilkan 8,754 liter.
pHnya dengan larutan kapur pada Dengan data tersebut maka dapat diketahui
permukaannya saja sampai kondisi steady state, efisiensi reaktor yaitu 92,81% dan biogas yang
dihasilkan sebanyak 0,13 liter per gram COD.

75
Nilai tersebut masih dibawah hasil penelitian Damanhuri, T.P., N. Halim, and S. Nurtiono. 1997. The Role
of Effluent recirculation in Increasing Efficiency of
Wilkie (2003) yaitu 0,21 l/g COD dengan asumsi
Anaerobic and Aerobic Wastewater Treatment of Tofu
kandungan CH4 sebesar 60%. Industry. Proceedings of the Indonesian Biotechnology
Jika suatu industri tahu mengolah 100 kg Conference, Jakarta.
kedelai per hari dan setiap kg kedelai Horn, M.A., C. Matthies, K. Kusel, A. Schramm, and H.L.
Draken. 2003. Hydrogenotrophic Methanogenesis by
menghasilkan 75-150 liter limbah cair
Moderately Acid–Tolerant Methanogens of a Methane-
(Damanhuri et al., 1997), maka dalam waktu 4 Emitting Acidic Peat. Applied Environmental Microbiology
hari akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 16 29 (1): 74-83.
615. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Lay, J.J., Y.Y. Li, T. Noike, J. Endo and S. Ishimoto. 1997.
Analysis of environmental factors affecting methane
limbah tahu sangat potensial digunakan sebagai
production from high-solids organic waste (abstrak).
bahan baku biogas baik dari sisi teknis maupun Water Science and Technology 36 (6-7): 493-500.
ekonomis. Leggett, J., R.E. Graves, and L.E. Lanyon. 2005. Anaerobic
Digestion: Biogas Production and Odor Reduction from
Manure. College of Agricultural Science, Amerika.
http://server.age.psu.edu., akses: 24 Oktober 2005.
KESIMPULAN Leinonen, S and V. Kuittinen. 2001. Finnish Biogas Register IV.
University of Joensuu, Karelian Institute.
Limbah tahu, sebagai salah satu produk Marchaim, U. 1992. Biogas Processes for Sutainable Development.
samping proses pengolah tahu, dapat dipakai MIGAL, Galilee Technological Centre, Kiryat Shmona,
Israel.
untuk bahan baku produksi biogas. Dengan Moo-Young, M. 1985. Comprehensive Biotechnology, vol. 4,
menggunakan reaktor UASB tanpa sirkulasi, Oxford: Pergamon Press.
biogas yang dihasilkan sebesar 0,13 liter per Sujarwo, A. 2004. Aplikasi Teknologi Pengolahan Limbah
gram COD limbah cair tahu. Nilai tambah yang Cair. Pelatihan Dasar Teknologi Tepat Guna Pengolahan
Limbah Cair. 7-16 Juni 2004. Yogyakarta: Pusteklim.
diperoleh dengan sistem tersebut adalah 0,24 Suryandono dan Wagiman. 2004. Laju produksi Biogas dari
rupiah/liter COD/hari. Limbah Cair Tahu. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM.
Tanticharoen, P., Nopharatana, A., Chayawattana, T.,
Wangnai, C., Rukruem, W., Kullavanijaya, P.,
Bhumiratana, S., and Chaiprasert. 2003. Thai Biogas Palnts-
UCAPAN TERIMA KASIH
High Rate Anaerobic Fixed Film Technology for Agroindustrial
Wastewater. Thonburi, Thailand: King Mongkut’s
Ucapan terima kasih disampaikan kepada University of Technology Thonburi (KMUTT).
Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta Wagiman dan Suryandono. 2004. Kajian Kombinasi Anaerobic
Baffled Reactor (ABR) dan Sistem Lumpur Aktif untuk
yang telah mendanai penelitian ini melalui Dana
Pengolahan Limbah Cair Tahu. Yogyakarta: Lembaga
Masyarakat Tahun Anggaran 2005. Penelitian UGM.
Wagiman, A.S. dan Jumeri. 2001. Optimasi Kebutuhan Lumpur
Aktif untuk Proses Pengolahan Limbah Cair pada Sentra
DAFTAR PUSTAKA Industri Tahu “Ngudi Lestari. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian UGM.
Wilkie, A.C. 2003. Anaerobic Digestion of Flushed Dairy
Ajit, P.A. and P.L. Amatya. 2000. UASB Treatment of Tapioca Manure. Proceeding of the Anaerobic Digester Technology
Starch Wastewater. Journal of Environmental Engineering. Application in Animal Agriculture, Water Environment
Desember, p: 1149-1152 Ferderation, Virginia, p. 350-354.
Amatya, P.L. 1996. Anaerobic Treatment of Tapioca Starch Wiloso, E.I, T. Basuki, and S. Aiman. 1995. Utilization of
Industry Wastewater by Bench Scale Upflow anaerobic Sludge Agricultural wastes for Biogas Production in Indonesia.
Blanket (UASB). [Thesis]. Bangkok, Thailand: AIT. Proceeding of the UNESCO-University of Tsukuba
Anonim. 2003. Dampak dari Sentra Industri Terhadap International Seminar on Traditional Technolgy for
Lingkungan Hidup. Environmental Conservation and Sustainble Development in
www.bi.go.id/sipok/lm/md/tempe_tahu/dampak_ling the Asia-Pasific Region, 11-12 December, Japan.
kungan.htm. akses 11 April 2003

76
PEMANFAATAN ENERGI HAYATI DALAM PEMBUATAN
GENTENG DAN BATA DI DESA PEJATEN, KEDIRI, TABANAN-
BALI

I DEWA PUTU DARMA & SITI FATIMAH HANUM

Kebun Raya “Eka Karya” Bali Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bedugul, Baturiti, Tabanan-Bali 82191

semakin meningkatnya kebutuhan bahan-bahan


ABSTRACT yang diperlukan untuk pembangunan rumah
seperti genteng dan bata. Genteng merupakan
Pejaten village is a well known tile producer in bahan potensial untuk atap sedangkan bata
Bali. The production of tile and brick have been dapat digunakan untuk tembok. Genteng dan
developed as home industry. Today the marketing of
bata mempunyai prospek dalam pengembangan
this product has reached Lombok island, Sumba,
Flores and Java. The Research is conducted by industri rumah tangga karena proses
quitionary and field survey methods to home pembuatannya sangat sederhana dan mudah
industry that produce tile and brick at Pejaten dilakukan oleh masyarakat, seperti yang sudah
Village. The production of tile and brick are still dilakukan masyarakat di Desa Pejaten. Desa
done traditionally by using fuel from the plant. The Pejaten terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten
quality of tile and brick that have been produced Tabanan, Provinsi Daerah Tingkat I Bali. Desa ini
determined by the process of tile and brick
cukup terkenal sebagai desa penghasil keramik
combustion. It is very determined by the type of the
fuel that have been used. The best fuel type for the dengan produksi gentengnya di Bali. Saat ini
making of tile is shell (40%), coconut fiber (35%), masyarakat di Desa Pejaten menggunakan bahan
mixture firewood (20%) and dadap (Erytrina bakar yang berasal dari tumbuhan dalam
hypaphorus) (5%) while for the making of brick, memproduksi genteng dan bata.
society use chaff (85%) and shell (15%). If we want to Jenis energi final yang digunakan di
use a single fuel, we must consider the type and Indonesia pada saat ini adalah Bahan Bakar
hardness of plant shares because it will give an effect
Minyak (BBM), gas bumi, Bahan Bakar Gas
to the quality of combustion of brick and tile but If
we want to use firewood as burn mixture, it is (BBG), Liquid Petroleum Gas (LPG), batu bara,
depend on the way of combining firewood types by briket, listrik, kayu dan arang. Kebutuhan energi
paying attention to the hardness and softness of pada tahun 2010, apabila rata-rata pertumbuhan
firewood structure. Agroforestry is one of the PDB tahun 2000–2010 diperkirakan sebesar 3%-
alternative solution for the continuity of raw material 7% pertahun maka permintaan energi final
as a fuelwood. komersial pada tahun 2010 diperkirakan akan
menjadi 600-900 juta SM. Pada pertumbuhan
Key word: Tile and brick production, bio energy,
agroforestry PDB yang moderat sebesar rata-rata 5%
pertahun, permintaan energi final tahun 2010
adalah 750 juta SBM (Anonim 2003). Keadaan ini
PENDAHULUAN dapat mengakibatkan krisis energi di masa yang
akan datang, mengingat sebagian besar
Seiring dengan pertambahan jumlah kebutuhan bahan bakar saat ini dipenuhi dari
penduduk, kebutuhan akan tempat tinggal bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.
semakin meningkat pula. Hal ini terlihat dari Bahan bakar ini tentu akan cepat habis karena
semakin banyaknya rumah yang dibangun, baik termasuk dalam sumber daya alam yang tidak
dalam bentuk komplek perumahan maupun dapat diperbaharui (unrenewable resources). Oleh
rumah individu. Keadaan ini berdampak pada karena itu maka usaha untuk memperoleh energi

77
dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui Pencetakan. Pada proses pencetakan genteng,
(renewable resources) semakin dibutuhkan. umumnya masyarakat mengunakan minyak
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pelumas yang berasal dari minyak tanah
beberapa tahun yang lalu mengakibatkan banyak dicampur dengan miyak kelapa sawit (1: 1)
industri yang harus gulung tikar, namun usaha dengan tujuan untuk memudahkan
dalam skala rumah tangga masih banyak yang mengeluarkan genteng dari cetakan sedangkan
bertahan. Salah satunya adalah industri rumah pada pencetakan bata tidak menggunakan
tangga pembuatan genteng dan bata di Desa minyak pelumas karena sudah ditaburi abu
Pejaten. Mereka berhasil bertahan karena sekam sebelumnya di atas tanah atau lantai
menggunakan bahan bakar yang berasal dari untuk memudahkan mengambil bata yang telah
tumbuhan. Pada kesempatan ini penulis ingin di cetak
menginventaris jenis–jenis tumbuhan yang Pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan
berpotensi sebagai penghasil energi hayati yang menyusun genteng atau bata sedemikian rupa
digunakan dalam pembakaran pada proses pada tempat yang telah disediakan. Pengeringan
pembuatan genteng dan bata di Desa Pejaten. dilakukan secara tradisional dengan cara
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mengangin-anginkan genteng dan bata yang
memberikan informasi kepada masyarakat dan sudah dicetak, yang oleh pengrajin setempat
pihak-pihak terkait tentang usaha pemanfaatan disebut kering angin. Setelah genteng atau bata
kekayaan hayati yang ada di sekitar kita. kering dilakukan proses pembakaran.
Pembakaran. Pada proses pembakaran, jenis
bahan bakar sangat berpengaruh terhadap mutu
BAHAN DAN CARA KERJA genteng dan bata yang dihasilkan. Para pengrajin
masih mengerjakan pembakaran genteng dan
Penelitian dilakukan dengan metode bata secara tradisional yaitu dengan
kuisioner dan pengamatan secara langsung di menggunakan tumbuhan sebagai sumber energi.
lapangan. Kuisioner diisi oleh penulis yang
melakukan wawancara terhadap sebagian Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sumber
pengrajin bata dan genteng di desa pejaten yang energi
berjumlah 20 orang kemudian hasilnya dianalisis Dari hasil inventarisasi jenis-jenis tumbuhan
secara deskriptif untuk mengetahui jenis yang digunakan oleh pengrajin sebagai bahan
tumbuhan terbaik yang dapat digunakan sebagai bakar genteng dan bata maka dalam
bahan bakar genteng dan bata di Desa Pejaten. pemanfaatannya dapat digolongkan menjadi dua
Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari jenis bahan bakar yaitu:
hingga Maret 2006. Bahan bakar tunggal yaitu bahan bakar yang
berasal dari satu jenis tumbuhan. Jenis dan
kekerasan bagian tumbuhan yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN menentukan panas yang dihasilkan dalam
pembakaran Jenis tumbuhan yang termasuk
Proses Pembuatan Bata dan Genteng bahan bakar tunggal yang sering digunakan oleh
Dari hasil pengamatan di lapangan, pengrajin adalah serabut kelapa, tempurung
pembuatan genteng dan bata di Desa Pejaten kelapa, kayu dadap (Erytrina hyphaporus) dan
termasuk dalam skala industri rumah tangga. sekam padi.
Proses pembuatannya terdiri dari 4 tahap yaitu Bahan bakar campuran yaitu bahan bakar
pembuatan adonan, pencetakan, pengeringan yang berasal lebih dari satu jenis tumbuhan.
dan pembakaran. Mutu genteng dan bata Komposisi kekerasan jenis kayu mempengaruhi
tergantung dari jenis tanah dan proses hasil panas yang dihasilkan. Jenis tumbuhan
pembuatannya. yang termasuk bahan bakar campuran yang
Pembuatan adonan. Pembuatan adonan sering digunakan oleh pengrajin adalah kayu
(luluh) dipilih dari tanah liat yang diaduk sampai hasil tebangan di ladang masyarakat seperti
halus. Semakin halus adonan tersebut kualitas lamtoro (Leucaena leucophala), Adpokat (Persea
genteng atau bata semakin baik. Bahan baku americana), gempinis/mindi (Melia azedarach),
berupa tanah liat diperoleh dari ladang-ladang di albasia (Albizia falcataria (L.) Fosberg.
sekitarnya bahkan sekarang sudah Hasil kuisioner menyebutkan bahwa hasil
mendatangkan tanah liat dari desa-desa yang pembakaran genteng terbaik adalah dengan
lain. mengunakan bahan bakar yang berasal dari

78
tempurung kelapa (40%) kemudian dikuti oleh dipakai dalam industri tradisional seperti
serabut kelapa (35%), kayu bakar campuran industri tahu tempe, pembakaran bata, genteng
(20%) dan kayu dadap (Eritrina hyphaporus) (5%) dan sebagainya yang pada waktu-waktu
Sedangkan untuk pembakaran bata 85% sebelumnya tidak banyak dijumpai.
masyarakat menyatakan menggunakan bahan Analogi dengan tempurung kelapa, kita dapat
bakar dari sekam padi dan 15% masyarakat mengunakan bahan bakar campuran untuk
menggunakan tempurung kelapa. memperoleh hasil genteng yang baik, tetapi
Dari hasil di atas terlihat bahwa mutu tergantung dari cara mengkombinasikannya,
genteng dan bata tergantung dari jenis dan yaitu dengan memperhatikan kekerasan kayu
bagian tumbuhan yang digunakan dalam proses bakar yang sangat ditentukan oleh jenis
pembakaran. Kayu kopi dan termpurung kelapa tumbuhan yang digunakan. Kayu bakar
kurang baik digunakan untuk membakar (firewood) merupakan salah satu energi hayati.
genteng dan bata, karena panasnya terlalu tinggi Menurut Soemarwoto (1985) dasar sumber daya
sehingga genteng atau bata yang berada dekat energi hayati adalah fotosintesis. Jadi Energi itu
dengan bara api akan meleleh atau hancur, merupakan energi matahari yang
sebaliknya kayu yang memiliki struktur lunak ditransformasikan menjadi energi kimia oleh
seperti kayu Albizia falcataria (L.) Fosberg tumbuhan hijau. Energi tersebut dapat
memberikan panas yang rendah dan dimanfaatkan langsung dari tumbuhan hijau
menghasilkan banyak asap. atau setelah ditransformasikan lebih lanjut
Tempurung kelapa merupakan bahan bakar menjadi energi manusia dan hewan. Termasuk
yang terbaik sebagai energi hayati yang dalam biomas semua bahan organik tumbuhan
digunakan untuk membakar genteng di Desa seperti kayu, ranting, daun serta pati, gula dan
Pejaten. Dari fakta tersebut dapat dianalisis getah susu yang terdapat dalam tubuh
sebagai berikut: tempurung kelapa memiliki dua tumbuhan. Biomas berupa kayu merupakan
komponen yaitu serabut dan tempurung. sumber energi yang telah digunakan oleh
Kombinasi keduanya menghasilkan panas yang manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Dari hasil
lebih ideal untuk pembakaran genteng. inventarisasi jenis tumbuhan yang digunakan
Tempurung dapat menghasilkan energi panas sebagai energi hayati untuk pembuatan genteng
yang tinggi sedangkan serabut menghasilkan dan bata di desa Pejaten, Kediri, Tabanan Bali
energi panas yang rendah dan banyak adalah sebagai berikut:
menghasilkan asap. Energi panas yang tinggi
dari tempurung dapat diredam oleh energi panas Kelapa (Cocos nucifera Linn)
yang rendah yang dihasilkan oleh serabut. Asap Kelapa adalah salah satu tumbuhan yang
dari serabut dapat membantu pendistribusian banyak dijumpai di daerah tropis. Kelapa
energi panas ke seluruh bagian ruang menurut Heyne (1987) paling baik tumbuh di
pembakaran. Tempurung kelapa merupakan dataran rendah. Seluruh bagian tumbuhan ini
bahan bakar tunggal yang pemakaiannya sebagai dapat dimanfaatkan oleh manusia. Menurut
sumber energi hayati ditentukan oleh jenis dan Rhumpius dalam Heyne (1987) akar kelapa hijau
bagian tumbuhan yang digunakan. banyak digunakan orang sebagai obat disenteri.
Pada pembakaran bata 85% masyarakat Batang kelapa berguna sebagai bahan bangunan
mengunakan sekam padi karena sekam gampang (kusen pintu), rusuk dan reng bangunan rumah
diperoleh dan abunya dapat digunakan dalam penduduk. Penyadapan pohon kelapa dapat
proses pencetakan bata. Sekam padi merupakan menghasilkan nira yang dapat diolah sebagai
limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai cuka atau arak dan gula. Sirip daunnya
sumber energi hayati yang mudah diperoleh digunakan untuk bermacam anyaman keperluan
karena di Desa pejaten banyak dijumpai rumah tangga yang bersifat sementara. Lidinya
penduduk yang bermata pencaharian sebagai dipakai untuk membuat sapu dan anyaman.
petani. Simon (1999) mengatakan bahwa Bunga kelapa yang masih muda dapat
penelitian yang dilakukan di desa-desa di Jawa digunakan untuk mengobati penyakit nanah.
Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta Bunga yang mekar menurut Roorda van Eysinga
menunjukkan bahwa peranan limbah pertanian dalam Heyne (1987) dipakai untuk mengobati
untuk bahan bakar rumah tangga selama kuda yang sakit batuk. Serabut buah yang tua
dasawarsa terakhir ini sudah cukup besar, yaitu dapat digunakan sebagai tali. Tempurungnya
dapat mencapai 50% dari seluruh kebutuhan dapat dibuat piala, geluk,centong. Tempurung
energi. Limbah pertanian malah sudah banyak yang dibakar menjadi arang sangat padat disukai

79
oleh pandai emas. Air kelapa diminum dapat Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp
menyegarkan tubuh. Air kelapa menururt Van Menurut Faridah Hanum et.al (1997) Gliricidia
der Burg dalam Heyne (1987) mempunyai daya sepium (Jacq.) Kunth ex Walp memiliki nama
penyembuh kematus paru-paru dan penyakit lokal gamal termasuk suku Fabaceae. Gliridicia
kelamin. Di Boorsma air kelapa terutama kelapa dianggap sebagai pohon multifungsi yang
ijo adalah obat spesifik terhadap keracunan dan banyak dibudidayakan setelah Leucaena
kolera. Daging kelapanya dapat digunakan leucocephala (Lamk) de Wit. Di waktu dahulu
sebagai kopra. Ampas kempaan kopra yang sering digunakan sebagai pohon naungan untuk
berupa bungkil bernilai tinggi dan dianggap tanaman pertanian, tetapi sekarang Gliricidia
sebagai makanan yang menguatkan bagi ternak menjadi pohon yang multi fungsi yang banyak
sapi. dibudidayakan secara bersama dalam beberapa
sistem pertanaman (cropping) seperti naungan di
Erythrina hypaphorus Boerl perkebunan teh, kakao, atau kopi, sebagai
Nama lokalnya adalah dadap termasuk suku tanaman penopang lada hitam, vanila dan ubi
Fabaceae. Tumbuhan ini berupa pohon deciduous, rambat (di Afrika Barat), sebagai pagar dan
tingginya mencapai 5-25 m dengan diameter pupuk hijau dalam sistem intercropping seperti
mencapai 60 cm. Di Indonesia saat ini masih alley cropping system. Tumbuhan ini ditanam
ditanam dalam skala kecil sebagai naungan di untuk menstabilkan tanah, mencegah erosi dan
perkebunan kakao, kopi, teh dan sebagai tempat untuk reklamasi lahan gundul atau lahan yang
bergantung batang sirih (piper betle L.), lada (piper dipenuhi oleh imperata cylindrica (L.) Raeuschel.
nigrum L.) dan vanila (vanila planifolia H. Kayunya sering digunakan sebagai kayu bakar,
Andrews). Daun yang sangat muda dikukus dan untuk produksi arang, atau sebagai tonggak,
dimakan sebagai lalap di Jawa. Kulit kayu dan membuat alat pertanian, furnitur, dan
daunnya dapat digunakan sebagai obat. Jamu- konstruksi. Daun, batang yang hijau dan kulit
jamuan yang berasal dari daun yang direbus kayu Gliricida dapat digunakan sebagai makanan
digunakan sebagai obat batuk. Kayunya ternak. Biji, kulit kayu, daun dan akar dapat
digunakan untuk membuat kano dan rakit. digunakan sebagai rodentisida dan pestisida
Daunnya merupakan makanan ternak yang setelah mengalami fermentasi. Jus daun, kulit
bagus tetapi bila dimakan kelinci dapat kayu dan akar digunakan sebagai anti
menyebabkan steril dan kematian. Potongan E dermatophyte tradisional untuk mengontrol eksema
hyphaporus menghasilkan pupuk hijau yang cepat dan untuk mengurangi penyakit gatal dan luka.
membusuk. Dalam berat kering /100 gram Inti kayu Gliricidia dibakar perlahan
terdapat N: 1,5-3g P: 0,2-0,35g; K: 1-2 g. menghasilkan bara api yang bagus dan
Tumbuhan ini tidak mudah terserang hama mengeluarkan sedikit asap dan bunga api. Nilai
dan penyakit. Merupakan salah satu pohon energinya 19.800-20.600 kJ/kg. Tumbuhan ini
naungan dan penyangga bagi beragam tanaman berupa pohon deciduous kecil yang tingginya
pertanian,cepat tumbuh, mengikat N dari dapat mencapai 12 m dengan diameter mencapai
atmosfir, menyediakan sampah yang mudah 50 cm, Gliricidia dapat tumbuh di tempat lembab
membusuk dan naungannya dapat memenuhi hingga curah hujan tahunan mencapai 3500 mm
kebutuhan tanaman pertanian utama. Tumbuhan tanpa diputuskan oleh musim kering. Gliricidia
ini mudah diperbanyak dengan setek. lebih toleran terhadap tanah yang asam dan
Menurut Heyne (1987) Erythrina hypaphorus miskin kesuburan daripada Leucaena leucocephala.
Boerl tumbuh pada tempat dengan ketinggian Tumbuhan ini tumbuh secara alami pada jenis
300-1500 m dpl. Baik sebagai pohon naungan vegetasi suksesi awal dan pertengahan di
untuk kebun kopi. Daun hasil gugurannya ketinggian mencapai 1500 m dpl. Tumbuhan ini
digunakan untuk penutup tanah yang baik mudah diperbanyak dengan biji dan setek.
hingga bunga tanah dapat mempertahankan/
mendapatkan kebaikan struktur longgar yang Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit
diharapkan. Tumbuhan ini menekan Menurut Faridah Hanum et. al (1997) Leucaena
pertumbuhan gulma pengganggu, pada akarnya leucocephala (lamk) de Wit memiliki nama lokal
terdapat bintil2 Nitrogen dan meninggikan lamtoro, petai cina termasuk suku Fabaceae.
produksi tanaman teh Leucaena merupakan pohon yang memiliki fungsi
serbaguna. Di Asia selatan hingga timur Leucaena
digunakan sebagai bahan kayu bakar, naungan,
makanan ternak, pupuk hijau, mulsa, tonggak,

80
makanan dan kadang kombinasi dari produk azedarach memiliki nilai energi 24.000-25.000
tersebut. Leucaena mungkin merupakan spesies kJ/kg.
yang digunakan dalam alley cropping yaitu Tumbuhan ini merupakan pohon deciduous
leucaena ditanam sebagai pagar di sepanjang yang memiliki ketinggian hingga 45 m dengan
kontur dengan interval 3-10 m dengan tanaman diameter 60 (-120) cm. Di bawah kondisi
pertanian diantaranya. Kegunaan yang lainnya optimum tumbuhan ini tumbuh cepat. Di
yaitu sebagai pagar, tempat penopang batang Uganda tumbuhan ini tumbuh tinggi 1,7 m tiap
yang menjalar seperti lada, vanila, ubi rambat; tahun selama beberapa tahun setelah
barisan peneduh; dan pohon naungan bagi kopi penanaman. Habitat alami M. Azedarach di hutan
dan kakao. Di daerah tropis Leucaena merupakan musiman, termasuk semak-semak bambu
komponen utama yang mengikat N di dataran umumnya ditemukan di ketinggian 0-1200 m.
rendah, tanah kosong dan hutan. Leucaena Pertumbuhan yang cepat dan ukuran yang kecil
merupakan sumber pengikat N di ekosistem. Di membuat M. Azedarach merupakan pilihan yang
Indonesia Leucaena kadang ditanam di baik untuk produksi bahan bakar bagi
pekarangan. Daunnya merupakan makanan kebutuhan rumah tangga. Kemampuannya
binatang pemamah biak dan dapat dicampur untuk tumbuh di bawah kondisi optimal
dengan makanan hijau ternak lainnya. Kayunya membuat m. Azedarach cocok untuk penanaman
dipanen untuk bahan bakar kayu dan digunakan reforestation dan reklamasi lahan marginal di
dalam rumah tangga dan industri seperti daerah semi arid di daerah dataran tinggi dan
keramik; dapat diubah menjadi arang. Di temperate.Tumbuhan ini biasa diperbanyak
Indonesia biji yang masak dimakan mentah atau dengan biji.
dimasak dan disajikan sebagai tambahan protein Menurut Heyne (1987) Tumbuhan ini
dan vitamin dari pekarangan. Tumbuhan ini merupakan pohon yang cepat pertumbuhannya.
diperbanyak dengan menebarkan biji secara Van Romburg dalam Heyne (1987)
langsung atau memindahkan semaian. Leucaena menganjurkannya sebagai pohon peneduh bagi
merupakan pohon yang cepat pertumbuhannya kebun kopi. Backer dalam Heyne (1987)
dan menghasilkan kayu bakar dan arang yang menganjurkan budidaya kayu melia azedarach
bagus. Nilai energi dari kayu 19.250 kJ/kg, arang linn sebagai kayu bakar. Kayunya cocok untuk
48.400 kJ/kg. Tumbuhan ini merupakan pohon kotak dan batang korek api
dengan ketinggian dapat mencapai 20 m.
Tumbuhan ini ditemukan hingga ketinggian 1000 Durio zibethinus Murr.
m. Menurut Heyne (1987) Pada budidaya kopi Menurut Heyne (1987) tumbuhan ini
tumbuhan ini dianggap sangat berjasa karena mempunyai nama lokal Durian termasuk suku
dalam bentuk pagar dapat menahan angin. bombacaceae. Tumbuhan ini merupakan pohon
buah tingginya sampai 30 m, tumbuh di daerah
Melia azedarach Linn pegunungan rendah dan di dataran rendah,
Menurut Faridah Hanum et. al (1997) Melia banyak ditanam orang di bawah ketinggian 1000
azedarach L mempunyai nama lokal mindi m dpl. Pembiakannya dilakukan khusus dengan
termasuk suku Meliaceae. Di Asia Selatan hingga biji. Akarnya berguna sebagai obat luar maupun
Timur penggunaan utamanya sebagai bahan obat dalam demam jujuh. Kayu digunakan
bakar kayu (seperti di filipina) dan juga ditanam sebagai perabot rumah murah dan papan,
sebagai pohon naungan bagi perkebunan kopi namun tidak awet. Baik sekali untuk dijadikan
dan abaka (Musa textilis Nee) dan sebagai pohon peti kemas. Orang bogor menggunakannya
pinggir jalan. Di asia selatan melia azedarach lebih sebagai bahan bangunan rumah bagian dalam.
dikenal untuk kegunaan obat. Beragam Buahnya dimakan, rasanya enak
bagiannya memiliki anthelmintic, antimalaria,
cathartica, emetic, emmenagogi dan digunakan Oryza sativa L.
untuk mengobati penyakit kulit. Beberapa bahan Padi menurut Faridah Hanum et.al (1997)
beracun terdapat dalam minyak biji, ditanam di seluruh daerah tropis yang lembab
memakannya secara langsung dapat dan beberapa subtropical dan daerah temperate
menyebabkan beberapa reaksi dan kadang dengan periode bebas beku lebih dari 130 hari.
kematian. Kayunya dapat digunakan untuk alat- Padi merupakan makanan pokok bagi 40%
alat pertanian furnitur, kereta, dan konstruksi populasi dunia dan makanan utama seluruh Asia
karena tahan terhadap rayap. Kayu Melia Selatan-Timur. Tepung dari beras digunakan
untuk makanan bayi, roti, kosmetik, produk

81
tepung, dan campuran kue. Bir, anggur, sehingga beragam tipe asosiasi tanaman
minuman keras diproduksi dari beras. Sekam agroforestry dapat ditemukan di daerah dengan
dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sekam jumlah penduduk yang tinggi dalam bentuk
yang hangus digunakan untuk menyaring pekarangan, tanaman perkebunan, dan kebun
kotoran dalam air, membuat media buat dengan strata yang berlapis. Menurut Arifin et. al
hidroponik. Batang padi dapat digunakan untuk (2000) penerapan sistem agroforestry di daerah
makanan hewan, media tumbuh jamur, untuk perdesaan terlihat dari pola pertanaman yang
penutup tanaman pertanian seperti bawang dilakukan masyarakat khususnya pada lahan
putih, bawang dan labu. darat. Pola pertanaman dengan sistem tumpang
sari, tumpang gilir, tanam campur antara
Albizia falcataria (L.) Fosberg tegakan tinggi tanaman tahunan dengan
Menurut Sastrapradja et al (1979) albizia tanaman semusim dan cara lainnya merupakan
falcataria memiliki nama lokal jeungjing, cara pemanfaatan energi yang optimal,
termasuk ke dalam suku mimosaceae. Umumnya mengurangi resiko kegagalan panen dan juga
hidup di tempat terbuka pada ketinggian hingga upaya mempertahankan jenis yang tinggi.
1600 m dpl. Pohonnya cepat tumbuh dapat Menurut Simon (1999) Jenis-jenis tanaman
mencapai ketinggian 45 m dan diameter yang cocok untuk dijadikan kayu bakar misalnya
batangnya sekitar 80 cm. Di Jawa Barat jenis ini Gliricidia maculata, acacia auriculiformis, Acacia
ditanam untuk diusahakan kayunya. Umumnya arabica, Clliandracalothirsus dan leucaena
jenis ini terdapat di dekat perkampungan, tepi leucocephala. Pohon-pohon pada umumnya
jalan, tepi sungai, ladang, pematang sawah, memerlukan nitrogen lebih sedikit dibanding
perkebunan teh, karet, kopi, maupun tegalan. dengan tanaman semusim. Jenis tanaman yang
Kayu jeungjing digunakan untuk papan, pagar, dapat mengikat N bebas dari udara adalah
tiang bangunan rumah, peti sabun, perabotan keluarga leguminoceae yang mampu berasosiasi
rumah tangga, bahan mainan, kayu lapis, bahan dengan bakteri dari genus rhizobium. Bakteri
pembungkus, tangkai dan kotak korek api, pulp, tersebut hidup bebas di dalam tanah melukai
kertas dan kadang-kadang digunakan juga akar rambut tanaman legum lalu berkembang
dalam pembuatan sampan biak akhirnya membentuk bintil-bintil akar.
Jenis-jenis tanaman pengikat N bebas ini
Peranan agroforestry sebagai alternatif penyedia biasanya mempunyai ciri-ciri multiple uses mulai
sumber energi hayati dari penghasil kayu perkakas, kayu bakar, bahan
Selama ini bahan bakar yang digunakan pulp, pupuk hijau, makanan ternak, sampai
dalam proses pembakaran genteng dan bata bahan makanan buat manusia. Jenis-jenis
diperoleh dari kecamatan-kecamatan di sekitar tanaman pengikat N bebas yang penting berasal
Kabupaten Tabanan. Demi kelangsungan dari genera Acacia, Amherstia, Alnus, Erythrina,
produksi genteng dan bata maka perlu Calliandra, Casuarina, Dalbergia, Delonix.
diperhatikan sumber ketersediaan bahan baku. Enterolobium, Gliridicia, Inga, Instia, Leucaena,
Ada baiknya apabila bahan baku tersebut dapat Mimosa, Parkia, Pterocarpus, Perisosia, Samanea dan
dihasilkan secara berkelanjutan sehingga tidak sesbandia
menyebabkan terjadinya kerusakan hutan. Salah
satu caranya adalah dengan menerapkan sistem
agroforestry di lahan pertanian penduduk. KESIMPULAN
Agroforestry menurut Lendgren dan Rantree
dalam Nair (1993) didefinisikan sebagai nama Pemanfaatan kayu bakar dalam proses
bersama bagi sistem penggunaan lahan dan pembakaran genteng yang berasal dari bahan
tekonologi dimana tanaman berkayu campuran tergantung dari cara
tahunan(pohon, semak, palem, bambu dan lain- mengkombinasikan jenis-jenis kayu bakar
lain) yang secara sengaja digunakan pada unti dengan memperhatikan kekerasan dan
pengelolaan lahan yang sama seperti lahan kelunakan struktur kayu bakar. Penggunaan
pertanian dan atau hewan dalam bentuk bahan bakar tunggal dalam pembakaran genteng
penyusunan ruang atau urutan yang sementara. dan bata sangat ditentukan oleh jenis dan
Dalam sistem agroforestry terdapat hubungan kekerasan bagian tumbuhan yang digunakan.
secara ekologi dan ekonomi diantara komponen Agar terjadi kesinambungan dalam produksi
yang berbeda. Kondisi iklim mendukung bata dan genteng serta lingkungan tetap lestari
sebagian besar pertumbuhan spesies tanaman maka disarankan agar penduduk yang memiliki

82
lahan menerapkan sistem agroforestry dalam plants. Backhuys Publishers. Leiden. The Netherland.
389p.
pengelolaannya.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I.
Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II.
DAFTAR PUSTAKA Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III.
Anonim, 2003. Status Lingkungan Hidup Indonesia, Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.
Kementerian Lingkungan hidup. Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer
Arifin,H.S., K. Sakamoto and K. Takeuchi. 2000. Struktur Academic Publishers. Dordrecht/Boston/London. 499p
lansap pedesaan berdasarkan kondisi bioklimat yang Sastrapradja, S.,K. Kartawinata, U. Soetisna, Roemantyo, H.
berbeda di Daerah Aliran Sungai Cisaokan, kabupaten Wiriadinata, S. Soekardjo, 1979. Kayu Indonesia.
CianJurusan Jawa Barat. Indonesia. Lokakarya Tahun III Lembaga Biologi Nasional-LIPI. 116 p
RUBRD-UT IPB. Bogor. 11p. Simon,H. 1999. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bagian
Faridah Hanum, I., Van der Maesen, L.J.G (editors) 1997. Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan.
Plant Resources of South-East Asia No 11. Auxiliary Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Soemarwoto, O. 1985. Ekologi: Lingkungan hidup dan
Pembangunan. 356 p

83
STUDI PEMANFAATAN PROSES BIOKONVERSI SAMPAH
ORGANIK SEBAGAI ALTERNATIF MEMPEROLEH BIOGAS

AGUNG NUGROHO CATUR SAPUTRO, SRI YAMTINAH, BUDI UTAMI, LINA MAHARDIANI

Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS Surakarta 57126

relatif setengah jumlah total sampah di kota


ABSTRAK Surabaya dan metode pengolahannya masih
konvensional (Sulistyo P, 2003). Menurut berita
Dengan meningkatnya tumpukkan sampah di di harian pagi Riau Pos, (3/1/2006),selama tahun
berbagai wilayah baik kota besar maupun daerah 2005 volume sampah yang dibuang ke Tempat
dan menjadi permasalahan yang sangat penting,
Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar mencapai
maka perlu dipikirkan solusi cara penanganannya
seperti dapat menjadikan sampah memiliki nilai 1.171 meter kubik per hari. Sementara itu,
tambah yang bermanfaat. Nilai tambah ini bukan dengan jumlah rumah tangga 150 ribu maka
hanya untuk memperlambat laju eksploitasi sumber diasumsikan akan ada sebanyak 0,015 meter
daya alam, seperti lewat konsep Reuse, Recycle, and kubik volume sampah per hari untuk setiap
Recovery, namun juga pemanfaatan sampah dari keluarga. Namun dari 2.250 meter kubik sampah
produk proses pengolahan sampah itu sendiri. rumah tangga, yang terangkut hanya 39 persen
Pemanfaatan sampah antara lain sebagai sumber
sedangkan 61 persen masih menumpuk. Kepala
pupuk organik, misalnya kompos maupun bahan
pembuat biogas dengan biokonversi oleh Bappeda Kota Pekanbaru, Ir Dedi Gusriadi MT,
mikroorganisme. Penulisan makalah ini bertujuan mengatakan bahwa sampah tidak mungkin lagi
untuk: 1). Mengetahui proses pembuatan Biogas dari dilakukan pembakaran karena akan
sampah organik, 2). Memprediksi prospek menimbulkan polusi udara dan tidak akan
penggunaan Biogas sebagai sumber energi alternatif, memberikan manfaat apapun bagi masyarakat.
3). Mengetahui desain teknologi pembuatan Biogas Dari 1.372,5 meter kubik sampah kota yang
dari proses biokonversi sampah organik.
belum terangkut, 70 persen adalah sampah
Kesimpulan dari tulisan ini adalah: 1). Biogas dapat
dibuat dari bahan-bahan organik yang dikonversi organik, 20 persen lagi sampah plastik, serta 10
oleh mikroorganisme secara anaerob.,2). Biogas persen adalah sampah pilihan seperti kaca,
mempunyai prospek baik untuk dikembangkan plastik, kertas, dan logam (www.riaupos.com).
sebagai sumber energi alternatif.,3). Teknologi Dengan meningkatnya tumpukkan sampah di
pembuatan Biogas cukup sederhana dan tidak berbagai wilayah tersebut, maka perlu dipikirkan
memerlukan biaya yang tinggi. solusi cara penanganannya seperti dapat
menjadikan sampah memiliki nilai tambah yang
Kata kunci: Biokonversi, sampah organik, biogas.
bermanfaat. Nilai tambah ini bukan hanya untuk
memperlambat laju eksploitasi sumber daya
PENDAHULUAN alam, seperti lewat konsep Reuse, Recycle, and
Recovery, namun juga pemanfaatan sampah dari
Sampah merupakan salah satu permasalahan produk proses pengolahan sampah itu sendiri.
utama dalam suatu wilayah. Jumlah sampah di Sampah apa pun jenis dan sifatnya,
kota-kota besar semakin banyak sedangkan mengandung senyawa kimia yang sangat
metode pengolahannya belum cukup optimum diperlukan manusia baik secara langsung
dalam mengatasi laju pertambahan sampah. Di maupun tidak langsung. Namun yang
kota Surabaya sampah yang dihasilkan pada terpenting, bagaimana kita dapat menggunakan
tahun 2002 rata-rata perhari mencapai 2.400 ton dan memanfaatkan sampah tersebut.
di mana 1.075,44 ton merupakan sampah Pemanfaatan sampah antara lain sebagai sumber
organik. Kota Bandung menghasilkan sampah pupuk organik, misalnya kompos yang sangat

84
dibutuhkan oleh petani, selain itu juga berfungsi (Sulistyo P, 2003)
sebagai sumber humus. Manfaat lain yang dapat
diambil dari sampah adalah bahan pembuat Dari Tabel di atas tampah bahwa dengan
biogas. Penggunaan sampah untuk penyediaan mengolah bahan organik dari sampah kota,
energi telah lama dicoba, misalnya saja sebagai maka permasalahan sampah dapat direduksi
bahan bakar untuk penggerak mesin pembangkit lebih dari 60% total sampah yang dibuang tiap
listrik. Sampah juga dijadikan bahan baku untuk harinya.
proses fermentasi non alkoholik dalam Berdasarkan beberapa data analisis yang telah
pembuatan biogas. dilakukan peneliti, kandungan kimia yang
Makalah ini merupakan studi pendahuluan terdapat di dalam sampah sisa tanaman
tentang bagaimana memanfaatkan proses (Sulistyo, 2003) adalah sebagai berikut:
biokonversi sampah organik sebagai sumber
biogas. Adapun tujuan dari penulisan makalah Tabel 2. Kandungan kimia dalam sampah sisa
tanaman (Sulistyo, 2003).
ini adalah untuk: (i) Mengetahui proses
pembuatan Biogas dari sampah organik, (ii)
Memprediksi prospek penggunaan Biogas Kandungan Persentase
sebagai sumber energi alternatif, (iii) Mengetahui Air 10-60%
desain teknologi pembuatan Biogas dari proses Senyawa Organik 15-35%
biokonversi sampah organik. Nitrogen 0,4-1,2%
Fosfor 0,2-0,6%
Kalium 0,8-1,5%
Kapur 4-7%
SAMPAH ORGANIK DAN Karbon 12-17%
MIKROORGANISME
Pengolahan sampah organik menjadi pupuk
Sampah Organik
kompos merupakan biokonversi yang sangat
Sampah merupakan barang atau benda yang
baik dimana sampah yang merupakan masalah
dibuang karena tidak terpakai lagi. Pada
dikonversi menjadi pupuk tanaman yang
kenyataannya sampah menjadi masalah yang
memiliki kandungan unsur hara yang tinggi
selalu timbul baik di kota besar maupun di
dimana unsur hara ini merupakan komponen
daerah-daerah. Beberapa alternatif bagaimana
utama metabolisme pada tanaman.
cara memanfaatkan sampah kota, sehingga
mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi Biokonversi Sampah Organik oleh Mikroorganisme
antara lain sampah dapat dimanfaatkan menjadi
Keberadaan mikroorganisme di alam
kompos, biogas (energi alternatif), papan
mempunyai arti penting dan dampak positif
komposit (komposit serbuk kayu plastik daur
terhadap pencemaran lingkungan. Kemampuan
ulang), bahan baku dalam pembuatan bata mikroorganisme untuk mendegradasi limbah
(briket), pengisi tanah, penanaman jamur, media
dan polutan adalah sangat esensial untuk
produksi vitamin, media produksi Protein Sel
menjaga kualitas dan plingkungan. Keberadaan
Tunggal (PST), dan lain-lain.
mikroorganisme tersebut menyebabkan bahan-
Sampah kota sebagian besar merupakan jenis
bahan sisa di lingkungan dapat menghilang atau
sampah organik. Hal ini terlihat pada Tabel
berubah bentuk.
berikut.
Berdasarkan kemampuan degradatif terhadap
bahan organik, beberapa jenis bakteri telah
Tabel 1. Komposisi sampah di tiga kota besar,
Semarang, Bandung, Jakarta. dikomersialisasikan sebagai pupuk biologi atau
konsorsia bakteri sebagai inokula penanganan
Komposisi (%) Semarang Bandung Jakarta limbah secara aerobik maupun anaerobik
Bahan organik 68,75 73,25 73,92 (Myrold & Nason dalam Sutariningsih,2002),
Kertas 5,45 9,70 10,18 antara lain Bacillus megaterium sebagai bakteri
Plastik 14,15 8,58 7,86 pelarut fosfat, Rhizobum melioti dan metanogen
Logam - 0,50 2,04 sebagai agensia penanganan limbah secara
Kulit - 0,40 0,55 anaerobik dan pembuatan biogas.
Kayu - 3,60 0,98
Penggunaan mikroorganisme untuk
Tekstil - 0,90 1,57
Gelas 0,16 0,43 1,75
penanganan limbah memerlukan berbagai
Lain-lain 5,97 2,64 1,22 persyaratan yang perlu diperhatikan, antara lain

85
komposisi limbah, teknik atau proses yang dalam bentuk yang sederhana (untuk
dikerjakan (dalam kondisi aerob atau anaerob) kepentingan rumah-tangga terbatas) ataupun
dan alat yang digunakan disesuaikan dengan dalam bentuk yang sedang atau besar (untuk
kondisi lokal. kepentingan bersama beberapa rumah atau
Optimasi aktivitas mikrobia pada lebih). Juga menyangkut tempat atau bejana
dekomposisi sampah mempunyai implikasi untuk membuatnya. Secara sederhana dari drum
ekonomi penting. Sebagai contoh, pemanfaatan bekas yang masih kuat atau sengaja dibuat
gas metana dari lanfill dan digester anaerob dalam bentuk bejana dari tembok atau bahan-
dapat merupakan hasil aklhir yang dapat bahan lainnya (http://www.pikiran-
dipasarkan sebagai sumber tenaga. Di dalam rakyat.com).
pengomposan, hasil dekomposisi oleh
mikroorganisme dapat mereduksi volume
sampah, dan menghasilkan bahan yang BIOGAS
mempunyai nilai ekonomi sebagai bahan
pembenam tanah. Keuntungan lain yang dapat Proses Pembuatan Biogas
diperoleh dari perombakan sampah oleh Biogas dibuat melalui fermentasi anaerobik.
mikrobia adalah timbul panas. Panas tersebut Selama proses ini, bahan-bahan organik
dapat menurunkan bahkan membunuh mikrobia didekomposisi oleh mikroorganisme. Pada awal
patogen. proses dekomposisi, bahan organik dipecah
menjadi molekul –molekul lain seperti glukosa,
Pengertian Biogas asam amino, gliserin, dan asam lemak. Pada
Biogas atau gas bio merupakan salah satu proses pembuatan biogas, mikroorganisme
jenis energi yang dapat dibuat dari banyak jenis mengubah (konversi) bahan-bahan organik
bahan buangan dan bahan sisa, semacam menjadi gas hidrogen dan gas karbon dioksida
sampah, kotoran ternak, jerami, eceng gondok yang kemudian lebih lanjut diubah menjadi gas
serta banyak bahan-bahan lainnya lagi. metana dan air (http://www.fnr-
Pendeknya, segala jenis bahan yang dalam istilah server.de/cms35/Biogas.399.0.html) menurut
kimia termasuk senyawa organik, entah berasal reaksi: CO2 + 4H2 Æ CH4 + 2H2O. Akibat
dari sisa dan kotoran hewan ataupun sisa penguraian bahan organik yang dilakukan jasad
tanaman, dapat dijadikan bahan biogas. Biogas renik tersebut, maka akan terbentuk zat atau
merupakan campuran beberapa gas dengan senyawa lain yang lebih sederhana (kecil), serta
komposisi sekitar 40-75% metana (CH4), 25-60% salah satu di antaranya berbentuk CH4 atau gas
karbon dioksida (CO2), dan sekitar 2% gas lain metan. Gas metan yang bergabung dengan CO2
(hidrogen, hidrogen sulfida dan karbon atau gas karbondioksida kemudian disebut
monoksida). biogas dengan perbandingan 65: 35. Seperti
Pembuatan dan penggunaan biogas sebagai sampah atau jerami yang diproses menjadi
energi seperti layaknya energi dari kayu bakar, kompos memerlukan persyaratan dasar tertentu,
minyak tanah, gas, dan sebagainya sudah demikian pula dalam proses pengubahan
dikenal sejak lama, terutama di kalangan petani sampah atau buangan menjadi biogas.
Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan Pembuatan biogas memerlukan persyaratan
di Benua Asia, tercatat negara India sejak masih tertentu yang menyangkut:
dijajah Inggris sebagai pelopor dan pengguna 1. Kandungan atau isi yang terkandung
energi biogas yang sangat luas, bahkan sudah dalam bahan. Hal ini menyangkut nilai atau
disatukan dengan WC biasa. Di Indonesia, bandingan antara unsur C (karbon) dengan
pembuatan dan penggunaan biogas mulai unsur N (nitrogen) yang secara umum dikenal
digalakkan pada awal tahun 1970-an, terutama dengan nama rasio C/N.
karena bertujuan memanfaatkan buangan atau Perubahan senyawa organik dari sampah
sisa yang berlimpah dari benda yang tidak atau kotoran kandang menjadi CH4 (gas metan)
bermanfaat menjadi yang bermanfaat, serta dan CO2 (gas karbon dioksida) memerlukan
mencari sumber energi lain di luar kayu bakar persyaratan rasio C/N antara 20-25. Sehingga
dan minyak tanah. kalau menggunakan bahan hanya berbentuk
Berdasarkan bahan-bahan untuk membuat jerami dengan rasio-C/N di atas 65, maka
biogas, cara dan lingkungan untuk walaupun CH4 dan CO2 akan terbentuk,
menghasilkannya, sebenarnya biogas dapat perbandingan CH4: CO2 = 65: 35 tidak akan
dihasilkan di manapun. Pembuatan biogas dapat tercapai. Mungkin perbandingan tersebut

86
bernilai 45: 55 atau 50: 50 atau 40: 60 serta angka- tentu menjadi CH4 yang diharapkan serta
angka lain yang kurang dari yang sudah mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.
ditentukan, maka hasil biogasnya akan Maka untuk menjamin agar kehadiran jasad
mempunyai nilai bakar rendah atau kurang renik atau mikroba pembuat biogas (umumnya
memenuhi syarat sebagai bahan energi. Juga disebut bakteri metan), sebaiknya digunakan
sebaliknya kalau bahan yang digunakan starter, yaitu bahan atau substrat yang di
berbentuk kotoran kandang, semisal dari kotoran dalamnya sudah dapat dipastikan mengandung
kambing dengan rasio C/N sekira 8, maka mikroba metan sesuai yang dibutuhkan.
produksi biogas akan mempunyai bandingan 5. Aerasi atau kehadiran udara (oksigen)
antara CH4 dan CO2 seperti 90: 10 atau nilai selama proses. Dalam hal pembuatan biogas
lainnya yang terlalu tinggi. Dengan nilai ini maka udara sama sekali tidak diperlukan dalam
maka hasil biogasnya juga terlalu tinggi nilai bejana pembuat. Keberadaan udara
bakarnya, sehingga mungkin akan menyebabkan gas CH4 tidak akan terbentuk.
rnembahayakan pengguna. Hal lain yang perlu Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus
diperhatikan yaitu rasio C/N terlalu tinggi atau dalam keadaan tertutup rapat.
terlalu rendah akan mempengaruhi proses Masih ada beberapa persyaratan lain yang
terbentuknya biogas, karena ini merupakan diperlukan agar hasil biogas sesuai dengan
proses biologis yang memerlukan persyaratan persyaratan. Tetapi kelima syarat tersebut sudah
hidup tertentu, seperti juga manusia. merupakan syarat dasar agar proses pembuatan
2. Kadar air bahan yang terkandung dalam biogas berjalan sebagaimana mestinya
bahan yang digunakan, juga seperti rasio C/N (http://www.pikiran-rakyat.com). Syarat dasar
harus tepat. Jika hasil biogas diharapkan sesuai dalam proses pembuatan biogas adalah C/N
dengan persyaratan yang berlaku, maka bahan rasio antara 20-25, sedangkan pada sampah di
yang digunakan berbentuk kotoran kambing atas 40. Karena itu, untuk menurunkan kelebihan
kering dicampur dengan sisa-sisa rumput bekas tersebut diperlukan sumber N baru, baik
makanan atau dengan bahan lainnya yang juga berbentuk kotoran maupun pupuk (urea).
kering, maka diperlukan penambahan air. Tapi Sebagai gambaran dalam skala kecil, sampah
berbeda kalau bahan yang akan digunakan rumah menghasilkan 1.000 liter sampah atau 300
berbentuk lumpur selokan yang sudah kg sampah, sudah dapat menghasilkan sekitar
mengandung bahan organik tinggi, semisal dari 50-60 persen gas CH4, metan, dan sisanya karbon
bekas dan sisa pemotongan hewan yang dioksida. Dalam satu bulan sudah dapat
dicampur dengan sampah. Dalam bahannya menghasilkan biogas. Jelas kalau sudah
sudah terkandung air, sehingga penambahan air dimanfaatkan untuk kompor gas sudah dapat
tidak akan sebanyak pada bahan yang kering. menghemat bahan bakar yang harganya cukup
Air berperan sangat penting di dalam proses mahal. Sementara sampah dari bioreaktor yang
biologis pembuatan biogas. Artinya jangan tidak dapat dikonversi dan berupa limbah dapat
terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu dimanfaatkan untuk kompos. Limbah kompos
sedikit (kekurangan). itu dapat digunakan sebagai pupuk untuk
3. Temperatur selama proses berlangsung, tanaman
karena ini menyangkut "kesenangan" hidup (www.riaupos.com/web/content/view/5793/7
bakteri pemroses biogas antara 27�-28�C. / -)
Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas
akan berjalan sesuai dengan waktunya. Tetapi Prospek Penggunaan Biogas sebagai Alternatif Energi
berbeda kalau nilai temperatur terlalu rendah Masa Depan
(dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan Biogas seperti pula gas lain yang sudah
lebih lama. umum digunakan sebagai energi, dapat
4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang digunakan untuk banyak kepentingan, terutama
mempunyai kemampuan untuk menguraikan untuk kepentingan penerangan dan memasak.
bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 Masalahnya sekarang karena lampu atau
dan CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur kompor yang sudah umum dan biasa
selokan ataupun sampah dan jerami, serta dipergunakan untuk gas lain selain biogas tidak
bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad cocok untuk pemakaian biogas, sebelumnya
renik, baik bakteri ataupun jamur pengurai memerlukan perubahan atau penyesuaian
bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi yang tertentu terlebih dahulu. Hal ini berkaitan karena
menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum

87
bentuk dan sifat biogas berbeda dengan bentuk Mikroorganisme pengurai sampah pada
dan sifat gas lain yang sudah umum. umumnya merupakan kelompok bakteri
Pusat Teknologi Pembangunan (PTP) ITB heterotrof. Bakteri jenis ini memanfaatkan
misalnya, telah sejak lama membuat lampu atau sampah-sampah organik atau sisa makhluk
kompor yang dapat menggunakan biogas, yang hidup sebagai sumber energinya. Bakteri yang
asalnya dari lampu petromak atau kompor yang sering dijumpai dalam sampah antara lain
sudah ada. Perubahan dan penyesuaian dari bakteri nitrit (Nitrosococcus), bakteri nitrat
lampu petromak atau kompor gas biasa yang (Nitrobacter), Clostridium, dan sebagainya.
dapat menggunakan biogas didasarkan kepada Bakteri Clostridium merupakan
pertimbangan keselamatan dan penggunaan. mikroorganisme pembusuk utama, berperan
Seperti misalnya sifat biogas yang tidak dalam menguraikan asam amino dalam protein
berwarna, tidak berbau dan sangat cepat makhluk hidup, baik dari sampah tumbuhan
menyala. Karenanya kalau lampu atau kompor maupun sampah hewan menjadi suatu senyawa
mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui amoniak (http://www.pikiran-rakyat.com).
secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, Seperti sudah diuraikan sebelumnya, biogas
sepeti gas-kota atau elpiji, maka karena berbau dapat dibuat dari sisa, buangan ataupun kotoran.
akan cepat dapat diketahui kalau terjadi Yang penting sisa dan buangan tersebut
kebocoran pada alat yang digunakan. Sifat cepat berbentuk senyawa organik, seperti yang berasal
menyala biogas, juga merupakan masalah dari tanaman ataupun hewan.
tersendiri. Artinya dari segi keselamatan Bahan yang dapat digunakan untuk membuat
pengguna. Sehingga tempat pembuatan atau bak, alat atau bejana pembuat dan penampung
penampungan biogas harus selalu berada jauh biogas, juga tidak perlu dari bahan yang mahal
dari sumber api yang kemungkinan dapat atau sukar untuk didapatkannya. Drum bekas
menyebabkan ledakan kalau tekanannya besar. asal masih kuat, merupakan bahan yang paling
Kompor biogas yang telah disusun dan umum dipergunakan.
diujicoba PTP ITB tersusun dari rangka, Biogas merupakan gas yang tidak berwarna,
pembakar, spuyer, cincin penjepit spuyer dan tidak berbau dan sangat tinggi dan cepat daya
cincin pengatur udara, yang kalau sudah diatur nyalanya. Karenanya sejak biogas berada pada
akan mempunyai spesifikasi temperatur nyala bejana pembuatnya sampai digunakan untuk
api dapat mencapai 560�C dengan warna penerangan ataupun memasak, harus selalu
nyala biru muda pada malam hari, dan laju dihindari kehadirannya dari api yang dapat
pemakaian biogas 350 liter/jam, serta harganya menyebabkan kebakaran atau ledakan. Hal ini
diperkirakan antara Rp 2.500,00 sampai Rp. berhubungan dengan kemungkinan terjadinya
3.000,00 saja (catatan tahun 1978). kebocoran pada peralatan yang tidak diketahui.
Sedang lampu biogas yang juga telah diubah Membuat biogas bukan semata-mata tergantung
dan diujicoba dari lampu petromak yang terdiri kepada bahan yang dipergunakan, kepada alat
dari tiang pipa dan katup pengatur jarum spuyer, atau bejana yang digunakan, tetapi juga masih
tiang pipa dan nosel spuyer, pipa pencampur gas ada faktor-faktor lain yang menyertainya, yang
dan udara, mur penjepit reflektor, ruang langsung ataupun tidak langsung akan
pembakar, kaus, semprong (kaca pelindung berpengaruh terhadap hasil. Misalnya kita sudah
berbentuk silinder) dan reflektor, ternyata memasukkan bahan-bahan yang diperlukan
mempunyai harga antara Rp 4.500,00 sampai Rp dalam bejana pembuat yang disertai dengan
6.000,00 saja (tahun 1973). starter yang dibutuhkan. Tetapi ternyata
beberapa hari kemudian, bejana penampung
Teknologi Sederhana Pembuatan Biogas dari Proses hasil tidak naik-naik. Kalau hal ini terjadi ada
Biokonversi Sampah Organik dua kemungkinan penyebabnya. Pertama bejana
Sampah-sampah organik dapat dimanfaatkan penampung hasil bocor, hingga secepatnya harus
sebagai bahan dasar pembuatan biogas melalui dicari dan ditambal atau proses pembuatan
proses biokonversi energi, seperti yang telah biogas tidak berjalan.
dilakukan beberapa peternak sapi perah. Bahan pembuat biogas merupakan bahan
Proses pembuatan biogas ini dengan bantuan organik berkandungan nitrogen tinggi. Selama
mikroorganisme bakteri pembusuk Clostridium proses pembuatan kompos yang akan keluar dan
butyrinum, Bacteroides, atau bakteri perut tergunakan adalah unsur-unsur C, H, dan 0
Escherechia coli, serta bakteri penghasil gas metan dalam bentuk CH4 dan CO2. Karenanya nitrogen
yaitu Methanobacter dan Methanobacilus. yang ada akan tetap bertahan dalam sisa bahan,

88
kelak menjadi sumber pupuk organik sebagaimana yang telah dikembangkan oleh
(http://www.pikiran-rakyat.com). Pusat Teknologi Pembangunan ITB.
Teknologi pembuatan Biogas sangat
sederhana dan tidak memerlukan biaya yang
KESIMPULAN tinggi sehingga dapat dilakukan oleh setiap
orang, khususnya petani dan peternak.
Biogas dibuat dari berbagai jenis bahan
buangan dan bahan sisa, semacam sampah,
kotoran ternak, jerami, eceng gondok serta DAFTAR PUSTAKA
banyak bahan-bahan lainnya lagi yang masih
termasuk senyawa organik, entah berasal dari Alternatif Pengolahan Sampah di Pekanbaru.
www.riaupos.com/web/content/view/ 5793/7/ diakses
sisa dan kotoran hewan ataupun sisa tanaman,
20 maret 2006
melalui fermentasi anaerobik oleh Biogas.http://www.fnr-server.de/cms35/Biogas.399.0.html.
mikroorganisme yang mengubah (konversi) diakses 20 maret 2006
bahan-bahan organik menjadi gas hidrogen dan Briket Limbah Menghilangkan Sampah.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005
gas karbon dioksida yang kemudian lebih lanjut
/0405/07/cakrawala/penelitian03.htm diakses 20 maret
diubah menjadi gas metana dan air menurut 2006
reaksi: CO2 + 4H2 Æ CH4 + 2H2O. Biogas Menuai Biogas dari Limbah. http://www.pikiran-
merupakan campuran beberapa gas dengan rakyat.com/cetak/2005/0405/07/
cakrawala/penelitian03.htm diakses 20 maret 2006
komposisi sekitar 40-75% metana (CH4), 25-60%
Sulistyo, P.H. 2003. Studi Biokonversi Sampah Organik oleh
karbon dioksida (CO2), dan sekitar 2% gas lain Mikroba Probiotik Menggunakan Model Sampah
(hidrogen, hidrogen sulfida dan karbon Organik dalam Reaktor Sederhana. Proseding Pemilihan
monoksida). Peneliti Remaja Indonesia II. LIPI Jakarta
Sutariningsih Soetarto,E. 2002. Penggunaan Mikroorganisme
Biogas mempunyai prospek bagus untuk
sebagai Agensia Bioremedasi, Sanitasi dan Perombak
dikembangkan sebagai sumber energi alternatif Limbah. Makalah seminar sosialisasi Fakultas Biologi UGM
karena banyak kegunaannya, seperti sebagai ke beberapa SMU di Surakarta. Surakarta, 3 Agustus 2002
bahan bakar kompor mauoun lampu biogas

89
FERMENTASI TEPUNG GANYONG (Canna edulis Ker.) UNTUK
PRODUKSI ETANOL OLEH Aspergillus niger DAN Zymomonas
mobilis
Ethanol fermentation from solid waste of tapioca (onggok) by Aspergillus niger and
Zymomonas mobilis

SUSANTI ENI PURWANTARI, ARI SUSILOWATI♥, RATNA SETYANINGSIH

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

ABSTRACT1 Keywords: arrowroot starch, Aspergillus niger,


fermentation, ethanol, Zymomonas mobilis.
The aims of this research were to know the
concentration of arrowroot flour which produced the
highest reducing sugar in saccharification process by PENDAHULUAN
A. niger, as well as to know the efficiency of ethanol
production by Z. mobilis. The framework of this Kebutuhan bahan bakar semakin meningkat,
research was the increasing needs of ethanol;
meanwhile ethanol could be obtained from the
sementara itu persediaan bahan bakar petroleum
fermentation arrowroot. This research was carried dan batu bara semakin menipis. Kondisi ini
out in two stages. In the saccharification stage, there meyebabkan negara-negara industri berlomba
are four concentrations, namely: 10%, 20%, 30% and mencari sumber energi bahan bakar alternatif.
40%, and A. niger concentration of 10% (v/v) for each Dalam penelitian diperoleh bahwa etanol dapat
arrowroot flour concentration with spores amount dijadikan sebagai sumber alternatif untuk bahan
3,3x106/mL. The parametric measurement includes: bakar. Etanol dapat diperoleh melalui fermentasi
starch concentration in the starting day and the sixth
day, while the reducing sugar concentration and pH
bahan berkarbohidrat seperti tepung ganyong
was measured every 24 hours during 6 days. In the dengan menggunakan bantuan mikroba A. niger
ethanol fermentation, Z. mobilis concentration have guna memecah pati menjadi glukosa dan Z.
been used 10% (v/v) with cells amount 5,1x107/mL mobilis guna mengubah glukosa menjadi etanol.
and it was used in solution product of arrowroot Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (i)
starch saccharification and parametric measurement konsentrasi tepung ganyong yang menghasilkan
carried out during 72 hours includes: ethanol and gula reduksi paling tinggi pada proses
reducing sugar concentration and the growth of Z.
sakarifikasi oleh A. niger; (ii) efisiensi
mobilis cells. The data resulted from parametric
measurement. The result of the research showed that pembentukan etanol dari gula reduksi hasil
arrowroot flour concentration of 10% produced the sakarifikasi pati ganyong dalam fermentasi oleh
highest reducing sugar in process of saccharification Z. mobilis.
with reducing sugar concentration was 1,230 g/100
mL in four days and the efficiency of ethanol
production by Z. mobilis during 72 hours was 83,03%. BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan di Sub Lab Biologi
Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas
1 Naskah asli sebelumnya pernah diterbitkan pada Maret Surakarta dan Laboratorium Bioteknologi
Bioteknologi Vol. 1, No. 2, Nopember 2004, hal. 37-41; Fakultas Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian,
diterbitkan dengan seijin penerbit.

Penulis pada presentasi makalah poster

90
Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Penelitian Kemudian larutan hasil sakarifikasi disterilisasi
dikerjakan pada bulan Januari-Mei 2003. pada suhu 1210C selama 15 menit.
Penyediaan inokulum Z. mobilis. Satu loop
Bahan dan alat Z. mobilis diinokulasikan pada medium starter
Bahan pati ganyong (Canna edulis Ker), biakan sebanyak 80 mL. Kemudian inokulum Z. mobilis
murni Zymomonas mobilis (FNCC 056) dan diinkubasi pada suhu kamar dengan penggo-
Aspergillus niger (FNCC 6018) dari PAU Pangan yangan selama 4 jam sehingga didapatkan
dan Gizi UGM Yokyakarta; medium starter jumlah sel 5,1x107/mL.
Zymomonas mobilis; medium PGY (Pepton Glukosa Tahap fermentasi etanol. Ke dalam larutan
Yeast Eksract) dan PDA (Potato Dextrosa Agar); hasil sakarifikasi diinokulasikan 10% inokulum
akuades. Z. mobilis. Fermentasi dilakukan selama 72 jam
Alat yang diperlukan: tabung reaksi, pH pada suhu kamar. Besarnya laju pembentukan
meter, lup inokulasi, kulkas, erlenmeyer, rotary etanol dan efisiensi pembentukan etanol dapat
shaker, gelas baker, sentrifus, kompor listrik, dihitung dengan persamaan (Crueger dan
inkubator, pipet, autoklaf, gelas ukur, waterbath, Crueger, 1984):
spektrofotometer, perangkat distilasi mikroskop, Produk(etanol)
haemocytometer, coloni counter. Laju pembentukan etanol = ----------------------------
Waktu (jam)
Cara kerja
Penyiapan alat dan bahan. Semua alat dan Yield (produk/substrat)
Efisiensi fermentasi = ----------------------------------- x 100%
medium yang digunakan disterilisasi dengan alkohol yang dihasilkan
autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit. secara teoritis dari glukosa
Penyediaan inokulum Aspergillus niger.
Isolat A. niger ditumbuhkan pada medium PDA
selama 3-5 hari pada suhu 35-37°C. Setelah Teknik pengumpulan data
terbentuk massa spora, spora disuspensikan Data diperoleh melalui pengukuran
dalam akuades, kemudian diambil 1 mL untuk parameter. Pada tahap sakarifikasi yang
dihitung sampai didapatkan jumlah spora dalam berlangsung selama 6 hari, pengukuran meliputi:
10% inokulum A. niger di medium PGY sebanyak (i) Konsentrasi pati (metode “Direct Acid
3,3x106/mL dan diinkubasi dengan rotary shaker Hydrolysis”), pada hari ke-0 dan ke-6
dengan kecepatan 100 rpm selama 24 jam sakarifikasi (ii) Konsentrasi gula reduksi (metode
sehingga spora A. niger berbentuk pelet. Nelson-Somogyi cara spektrofotometri),
Pembuatan bubur tepung ganyong. Bubur dilakukan tiap 24 jam selama 6 hari proses
dibuat empat variasi konsentrasi yaitu 10%, 20%, sakarifikasi (iii) pH (pHmeter), dilakukan tiap 24
30%, dan 40%, masing-masing bervolume 150 mL jam selama 6 hari proses sakarifikasi.
dan dibuat dua ulangan setiap proses. Bubur Tahap fermentasi etanol, pengukuran
kemudian dipanaskan selama 10 menit dan dilakukan tiap 24 jam selama 72 jam, meliputi: (i)
disterilisasi. Konsentrasi etanol (metode destilasi) (ii)
Tahap sakarifikasi. Inokulum A. niger yang Konsentrasi gula reduksi (metode Nelson-
berbentuk pelet diinokulasikan ke dalam tiap- Somogyi cara spektrofotometri) (iii) Jumlah sel Z.
tiap konsentrasi bubur tepung ganyong, mobilis (metode turbidimetrik).
kemudian diinkubasi selama 6 hari pada suhu
50°C dengan penggoyangan. Sebelum pengino- Analisis data
kulasian A. niger terlebih dahulu bubur tepung Data dianalisis dari grafik yang diperoleh dari
ganyong diberi 1 tetes HCl 25%. Untuk meng- setiap pengukuran parameter tiap 24 jam,
hitung besarnya pati yang terhidrolisis diguna- kemudian membandingkan tiap grafik untuk
kan rumus (Kumalaningsih dan Hidayat, 1995): mengetahui konsentrasi tepung ganyong yang
Pati yang terhidrolisis = pati awal-pati akhir menghasilkan gula reduksi paling tinggi dalam
Peningkatan volume larutan hasil sakarifi- proses sakarifikasi. Besarnya efisiensi pemben-
kasi untuk fermentasi etanol. Dari pengamatan tukan etanol dari gula reduksi hasil sakarifikasi
hasil sakarifikasi pati ganyong dapat diketahui dalam fermentasi oleh Z. mobilis diperoleh
konsentrasi tepung ganyong yang menghasilkan melalui penghitungan berdasarkan data dari tiap
gula reduksi paling tinggi. Dari data tersebut pengukuran.
kemudian dibuat perlakuan yang sama untuk
memperbanyak larutan hasil sakarifikasi.

91
HASIL DAN PEMBAHASAN lebih besar dari pada amilosa, sehingga semakin
besar konsentrasi tepung ganyong bubur pati
Proses pemecahan pati ganyong menjadi gula reduksi akan semakin mengental yang akhirnya akan
oleh A niger menggumpal dan menjadi keras.
Hasil pengukuran konsentrasi pati pada tiap Adanya aktivitas enzim α-amilase dan
konsentrasi tepung ganyong dapat dilihat pada glukoamilase yang dihasilkan dari A. niger
Tabel 1. menyebabkan pati terhidrolisis menjadi gula
Tabel 1. Konsentrasi pati (g/100 mL) dari bubur reduksi, sehingga pada proses sakarifikasi pati
tepung ganyong pada berbagai konsentrasi hari ke-0 ganyong terjadi penurunan konsentrasi pati dari
dan ke-6 sakarifikasi oleh A. niger.
hari ke-0 dan hari ke-6 sakarifikasi dan terjadi
peningkatan konsentrasi gula reduksi. Perolehan
Waktu
10% 20% 30% 40% konsentrasi gula reduksi dari hari ke-0 sampai
(hari)
0 5,51 10,71 12,88 17,44 hari ke-6 dapat dilihat pada Tabel 2.
6 0,50 3,60 8,30 11,50
Tabel 2. Konsentrasi gula reduksi (g/100 mL) pada
berbagai konsentrasi tepung ganyong selama 6 hari
Hasil pengamatan selama 6 hari proses proses sakarifikasi oleh A.niger.
sakarifikasi menunjukkan terjadinya penurunan
Waktu
konsentrasi pati. Penurunan konsentrasi pati 10% 20% 30% 40%
(hari)
disebabkan adanya enzim yang dihasilkan oleh
0 0,152 0,125 0,108 0,086
A. niger yaitu α-amilase dan glukoamilase yang 1 0,458 0,357 0,467 0,275
mampu menghidrolisis pati. Enzim α-amilase 2 0,596 0,550 0,577 0,321
mampu memutus ikatan α-1,4 secara acak di 3 1,178 0,943 0,820 0,867
bagian dalam dari pati, baik dalam amilosa 4 1,230 0,946 0,787 0,688
maupun amilopektin. Akibat dari aktivitas 5 1,150 1,120 0,974 1,040
tersebut rantai pati terputus-putus menjadi 6 1,194 1,120 0,996 0,886
maltosa, maltotriosa, glukosa dan dekstrin.
Sedangkan enzim glukoamilase akan memecah
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa konsentrasi
ikatan α-1,4 maupun α-1,6 glikosida pada
gula reduksi terbesar diperoleh dari konsentrasi
molekul pati menjadi gula reduksi (Stewart,
tepung ganyong 10% di hari ke-4, yaitu sebesar
1984; Fardiaz, 1988).
1,230 g/100 mL. Sedangkan konsentrasi tepung
Dari Tabel 1 berdasarkan pengurangan pati
ganyong 20% gula reduksi terbesar 1,120 g/100
awal dan pati akhir diperoleh bahwa pada
mL pada hari ke-5, konsentrasi tepung ganyong
konsentrasi 10% besarnya pati yang terhidrolisis
30% gula reduksi terbesar 0,996 g/100 mL di hari
5,01 g/100 mL Pada konsentrasi 20% pati yang
ke-6, konsentrasi tepung ganyong 40% gula
terhidrolisis sebesar 7,11 g/100 mL. Pada
reduksi terbesar 1,040 g/100 mL di hari ke-5.
konsentrasi 30% pati yang terhidrolisis sebesar
Berdasarkan besarnya pati yang terhidrolisis
4,58 g/100 mL dan konsentrasi 40% pati yang
diperoleh bahwa konsentrasi tepung ganyong
terhidrolisis sebesar 5,94 g/100 mL. Hasil
20% paling banyak terhidrolisis yaitu 7,11 g/100
tersebut menunjukkan bahwa A. niger memiliki
mL, namun konsentrasi gula reduksi terbesar
kemampuan menghidrolisis pati yang hampir
diperoleh dari konsentrasi tepung ganyong 10%.
sama pada setiap konsentrasi tepung ganyong.
Hal tersebut disebabkan kondisi substrat 10%
Pati yang terdapat pada umbi-umbian
lebih cair dari pada konsentrasi 20%, sehingga
memiliki dua jenis polimer, yaitu amilosa dan
proses sakarifikasi oleh A. niger terjadi lebih
amilopektin. Amilosa terdiri dari rantai unit-unit
merata pada seluruh substrat dibanding dengan
D-gula reduksi yang panjang dan tidak berca-
20%. Pada konsentrasi 20% pati yang
bang, digabungkan oleh ikatan α(1→4) sehingga
terhidrolisis masih banyak dalam bentuk
amilosa akan terlarut dalam air panas.
dekstrin. Sardjoko (1991) serta Hendersen dan
Amilopektin memiliki berat molekul yang tinggi
Norman (1995) melaporkan bahwa α-amilase
tetapi strukturnya bercabang. Ikatan glikosida
dan glukoamilase bekerja optimal pada
yang menggabungkan rantai amilopektin adalah
konsentrasi pati jagung mentah 30%, namun
ikatan α(1→6), sehingga amilopektin tidak
dalam penelitian ini diperoleh konsentrasi 10%
mudah larut dalam air panas melainkan akan
yang optimal. Perbedaan ini disebabkan pati
terjadi pengentalan jika dipanaskan (Lehninger,
yang dipakai berbeda.
1982). Komposisi amilopektin pada pati ganyong

92
Penurunan pH juga terjadi pada tiap Peningkatan volume larutan hasil sakarifikasi untuk
konsentrasi ganyong selama proses ini fermentasi etanol
berlangsung, meskipun perubahan pH ini relatif Dari hasil sakarifikasi selama 6 hari didapat
kecil. Perubahan pH selama proses sakarifikasi bahwa konsentrasi tepung ganyong 10% yang
dapat dilihat pada Tabel 3. menghasilkan gula reduksi paling tinggi, yaitu
sebesar 1,230 g/100 mL pada hari ke-4. Oleh
Tabel 3. Perubahan pH bubur tepung ganyong pada karena itu konsentrasi tepung ganyong 10%
berbagai konsentrasi selama 6 hari proses sakarifikasi selanjutnya digunakan untuk produksi gula
oleh A. niger. reduksi yang akan digunakan dalam fermentasi
etanol. Setelah proses produksi berlangsung 4
Waktu
10% 20% 30% 40% hari, didapat volume larutan hasil sakarifikasi
(hari)
sebanyak 800 mL dengan konsentrasi gula
0 4,4 4,5 4,4 4,5
1 3,9 3,9 4,0 4,0 reduksi sebesar 1,996 g/100 mL.
2 3,2 3,3 3,3 3,3
3 3,0 3,0 3,0 3,1 Fermentasi etanol oleh Z. mobilis
4 2,8 2,8 2,9 2,9 Fermentasi etanol berlangsung selama 72 jam.
5 2,9 2,9 2,9 3,1 Konsentrasi inokulum Z. mobilis yang digunakan
6 2,9 3,0 3,0 3,0 sebesar 10% (v/v) dengan jumlah sel sebanyak
5,1 x 107/mL. Parameter yang diukur dalam
fermentasi etanol meliputi: konsentrasi gula
Aktivitas kerja enzim α-amilase dan reduksi, konsentrasi etanol dan jumlah sel Z.
glukoamilase terjadi pada pH 4,0-5,0 (Yasmeen et mobilis yang diukur setiap 24 jam selama 72 jam.
al, 2002). Untuk menyediakan pH tersebut maka Pengukuran konsentrasi gula reduksi dan etanol
sebelum A. niger diinokulasikan, substrat terlebih bertujuan untuk mengetahui efisiensi dan laju
dulu ditambah HCl 25%. Dalam hal ini pembentukan etanol dari gula reduksi oleh Z.
penambahan HCl bertujuan untuk membantu mobilis. Dalam proses ini akan terjadi
terhidrolisisnya pati di awal proses dan pengubahan gula reduksi menjadi etanol.
menyediakan pH untuk aktivitas kerja enzim α- Perubahan konsentrasi gula reduksi dan etanol
amilase dan glukoamilase. dapat dilihat pada Tabel 4.
Pada hari ke-0 pH tiap konsentrasi berkisar
antar 4,4-4,5 dan tiap hari mengalami sedikit Tabel 4. Konsentrasi gula reduksi (g/100 mL) dan
penurunan sampai pada pH 3,1-3,3 pada hari ke- etanol (%) selama 72 jam fermentasi etanol oleh Z.
6. Terjadinya penurunan pH selama proses mobilis.
sakarifikasi berlangsung karena A. niger juga
Waktu Gula reduksi (g/100 Etanol (%
mampu mengubah glukosa untuk menghasilkan (jam) mL) v/v)
senyawa organik lain terutama asam sitrat 0 1,996 0
(Rogers et al, 1993), sehingga diperoleh pH yang 24 0,623 0,53
sangat asam. 48 0,428 0,67
A. niger memiliki pH optimum untuk 72 0,272 0,73
pertumbuhan 4,0-6,5, sehingga penurunan pH
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan A.
niger. Pada hari ke-4 sakarifikasi pH diperoleh Dari Tabel 4 terlihat bahwa gula reduksi
sangat asam yang dapat mematikan A. niger, sebagai substrat fermentasi setiap harinya
akibatnya produksi enzim α-amilase dan semakin menurun tetapi etanol semakin
glukoamilase oleh A niger juga terhambat. meningkat. Besarnya gula reduksi awal, yaitu
Penghambatan tersebut akhirnya menghambat 1,996 g/100 mL turun menjadi 0,272 g/100 mL
proses pemecahan pati menjadi gula reduksi. setelah 72 jam fermentasi. Sedangkan etanol
Gula reduksi terbesar yang dihasilkan pada mengalami kenaikan dari 0% (v/v) pada awal
proses sakarifikasi hanya 1,230 g/100 mL, hal ini fermentasi menjadi 0,73% (v/v) setelah 72 jam
disebabkan suhu dan pH yang digunakan tidak fermentasi.
menyesuaikan untuk pertumbuhan optimal A. Penurunan gula reduksi yang diiringi dengan
niger melainkan suhu dan pH optimum untuk meningkatnya konsentrasi etanol disebabkan
kerja α-amilase dan glukoamilase, sehingga A. adanya enzim yang dihasilkan oleh Z. mobilis,
niger tidak dapat bekerja secara optimal. diantaranya yaitu glukokinase dan fruktokinase
yang mampu mengubah gula reduksi menjadi

93
etanol (Pak-Lam-Yu, 1990). Enzim glukokinase dijadikan substrat sangat kecil (1,996 g/100 mL).
dan fruktokinase yang dihasilkan Z. mobilis Tinggi rendahnya konsentrasi etanol selain
mampu mengubah gula reduksi menjadi etanol ditentukan oleh mikroba juga sangat ditentukan
melalui jalur Entner-Doudoroff (ED) yang oleh tinggi rendahnya konsentrasi gula reduksi
melakukan metabolisme gula reduksi melalui 2- yang digunakan sebagai substrat dalam
keto-3deoksi-6-fosfoglukonat membentuk piruvat, fermentasi (Wen and Cheng, 2000). Sehingga
kemudian piruvat oleh piruvat dekarboksilase semakin tinggi konsentrasi gula reduksi yang
diubah menjadi asetaldehid yang kemudian digunakan sebagai substrat makin tinggi juga
direduksi menjadi etanol (Fardiaz, 1988). konsentrasi etanol yang dihasilkan dalam
Dalam fermentasi etanol juga dilakukan fermentasi oleh Z. mobilis.
penghitungan jumlah sel Z. mobilis untuk melihat
pertumbuhan sel pada gula reduksi hasil
sakarifikasi pati ganyong selama 72 jam KESIMPULAN
fermentasi berlangsung. Banyaknya jumlah sel
selama fermentasi dapat dilihat pada Tabel 5. Pati ganyong dapat dimanfaatkan untuk
produksi etanol melalui sakarifikasi dan
Tabel 5. Jumlah sel Z. Mobilis (mL) selama 72 jam fermentasi etanol. Pada proses sakarifikasi
fermentasi etanol. dengan A. niger, konsentrasi tepung ganyong
10% menghasilkan gula reduksi yang paling
Waktu (jam) Log jumlah sel Jumlah sel tinggi, yaitu 1,230 g/100 mL dalam waktu yang
0 7,70 5,1 x 107 lebih singkat (4 hari) dibandingkan dengan
24 8,70 5,0 x 108
konsentrasi tepung ganyong 20%, 30%, dan 40%.
46 8,18 1,5 x 108
72 7,74 5,5 x 107 Efisiensi pembentukan etanol dari gula
reduksi hasil sakarifikasi oleh Z. mobilis yaitu
83,03% dengan besarnya laju pembentukan
Peningkatan jumlah sel Z. mobilis pada 24 jam etanol 0,24% per 24 jam.
pertama disebabkan adanya gula reduksi sebagai
substrat yang masih cukup banyak (1,996 g/100
mL). Kenaikan jumlah sel Z. mobilis dan DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi etanol menunjukkan bahwa gula
Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Bogor: PAU IPB.
reduksi hasil sakarifikasi dapat digunakan
Hendersen, S and B.E. Norman. 1995. Enzymatic Modification
sebagai substrat oleh Z. mobilis untuk of Food Carbohydrates, In Chemical Aspects of Food Enzymes.
pertumbuhan dan produksi etanol. New York: Marcell Dekkes Inc.
Konsentrasi etanol yang diperoleh dan jumlah Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1.
Penerjemah: Thenawidjaja, M. Jakarta: Penerbit Erlangga.
sel menunjukkan bahwa pada 24 jam pertama
Pak, Lam-Yu. 1990. Fermentation Technologies-Industrial
proses fermentasi, konsentrasi etanol naik Application. New York: Elsevier Applied Science.
dengan cepat (dari 0% menjadi 0,53%) diiringi Roger, S., D. Michael, and A.A. Edward. 1993. The Microbial
juga dengan kenaikan jumlah sel yang besar (dari World. New Jersey: Practice-Hall Inc.
Sardjoko. 1991. Bioteknologi, Latar Belakang dan Beberapa
5,1x107/mL menjadi 5,0x108/mL). Sedangkan
Penerapannya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
pada jam ke-48 dan ke-72 proses fermentasi, Stewart, G.G., Panchal,C.J., Russel,I and Sills,A.M. 1984.
jumlah sel menurun dan etanol yang dihasilkan Biology of Ethanol Producing Microorganisms. Critical
terjadi kenaikan. Penurunan jumlah sel terjadi Review Biotechnol.
Wen, C.L., and T.H. Cheng. 2000. Modeling of ethanol using
karena gula reduksi yang ada tinggal sedikit
Zymomonas mobilis ATCC 10988 grown on media
(0,623 g/100 mL) sehingga dalam metabolisme containing glucose and fructose. Biochemical Engineering.
selnya gula reduksi dipakai untuk menghasilkan Journal 217- 227.
energi daripada untuk pelipatgandaan jumlah sel Yasmeen, A., R. Shahid, F. Latif, and M.I. Rajoka. 2002.
Ethanol Production from Raw Corn Strach by Saccharification
maka yang terjadi jumlah sel mengalami with Glucoamylase from Aspergillus niger Mutant M115
penurunan dan etanol mengalami peningkatan. and Fermentation with Saccharomyces cerevisiae.
Besarnya laju pembentukan etanol selama 72 Pakistan: National Institute for Biotechnology and
jam adalah 0,24% per 24 jam dan efisiensi Genetic Engineering (NIBGE).
www.cl.orime.gov/symposium/indec_files/porter06.23.
pembentukan etanol oleh Z. mobilis selama 72 htm [03/01/02].
jam sebesar 83,03%. Rendahnya konsentrasi
etanol disebabkan konsentrasi gula reduksi yang

94
FERMENTASI ETANOL SARI BUAH SEMU JAMBU METE
(Anacardium occidentale L.) OLEH Zymomonas mobilis DENGAN
PENAMBAHAN UREA
Ethanol fermentation from cashew juice (Anacardium occidentale L.) by
Zymomonas mobilis using urea

ETRIN SAPARIANTIN, TJAHJADI PURWOKO♥, RATNA SETYANINGSIH

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126.

Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku,


ABSTRACT2 Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Pada tahun 2000, produksi gelondong mete (biji
Cashew present in abundant amount in Indonesia mete kering) diprediksikan mencapai 92.390 ton
but they had not much been exploited. This research (Departemen Pertanian RI, 1979). Di Indonesia,
was to study ethanol fermentation from cashew juice
buah semu jambu mete belum banyak
by Zymomonas mobilis using urea as nitrogen
source. The aims of this research was to know the dimanfaatkan. Padahal hampir semua bagian
best urea concentration and optimum fermentation tanaman jambu mete dapat dimanfaatkan, mulai
duration to produce the highest content of ethanol in dari buah sejati, buah semu, kulit biji dan kulit
ethanol fermentation from cashew juice by Z. ari, akar, batang dan daun. Buah semu dapat
mobilis. The urea concentration in media was diolah menjadi aneka makanan dan minuman.
prepared 0%; 0.2% and 0.4%. The media cashew juice Menurut Mulyoharjo (1990) buah semu jambu
+ urea (100 mL) was inoculated with 1 mL Z. mobilis
mete dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
2x108 cell/mL. Initial pH, reducing sugar, amount of
microorganism and concentration of ethanol was pembuatan manisan, selai, rujak, bahkan airnya
calculated everyday during 3 days. It could be dapat digunakan untuk membuat cuka atau jelly.
concluded that 0.2% of urea produced the highest Di Brasil, buah semu jambu mete banyak diolah
content of ethanol that was an amount 40.51%, menjadi sari buah, sedangkan di Goa (India)
followed by urea 0% was 30.59% and urea 0.4% was dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
25.63%. The optimum fermentation duration to produksi minuman beralkohol yang disebut feni
produce the highest content of ethanol was 2 days.
(Morton, 1987). Ampas buah semu dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku abon dan
Keywords: ethanol fermentation, cashew juice,
Zymomonas mobilis, urea concentration. sebagai bahan campuran untuk pakan ternak
(Mulyoharjo, 1990; Kihn et al., 1996).
Saccharomyces cereviseae mampu memfermentasi
PENDAHULUAN gula dalam sari buah semu jambu mete menjadi
etanol (Hermawan dkk, 2000)
Indonesia memiliki areal perkebunan jambu Etanol umumnya diproduksi melalui
mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 fermentasi mikroorganisme etanologenik.
ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Menurut Gunasekaran dan Raj (2002), meskipun
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa beberapa mikroorganisme telah dimasukkan
sebagai mikroorganisme etanologenik, tetapi
khamir S. cereviseae dan bakteri Z. mobilis
merupakan mikroorganisme terbaik untuk
2 Naskah asli sebelumnya pernah diterbitkan pada
Bioteknologi Vol. 2, No. 2, Nopember 2005, hal. 51-56;
produksi etanol.
diterbitkan dengan seijin penerbit. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi sari

Penulis pada presentasi makalah poster buah semu jambu mete menggunakan Z. mobilis.

95
Bakteri Z. mobilis dianggap sebagai MgSO4 0,1% (b/v), urea (0; 0,2; 0,4 g/L) dan gula
mikroorganisme alternatif dalam produksi etanol pasir 11 g. Fermentasi diatur pada nilai pH 6.
karena mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk Media yang telah dibuat, disaring menggunakan
produksi etanol secara efisien, sifat-sifat tersebut kertas saring untuk menyaring kotoran. Media
antara lain, toleransi terhadap kadar gula sampai fermentasi sebanyak 100 mL dimasukkan ke
400 g/L dan etanol sampai 100 g/L, produksi dalam tabung duran 100 mL kemudian
etanol yang tinggi, sedikit akumulasi produk disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu
samping, pembentukan etanol lebih cepat 80oC selama 30 menit.
dibandingkan dengan khamir, dan manipulasi Fermentasi etanol. Media fermentasi (100
genetik Z. mobilis lebih sederhana daripada mL) ditambah 1 mL inokulum Z. mobilis (± 108
khamir (Doelle, 1990; Hobley dan Pamment, sel/mL) kemudian diinkubasi selama 3 hari di
1994; Nowak, 2000; Wijono, 1988). suhu kamar (± 30oC). Analisis nilai pH, kadar
Buah semu jambu mete memiliki kandungan gula reduksi, jumlah mikroorganisme dan etanol
protein rendah yaitu 4,6%. Hal itu menyebabkan dilakukan setiap 24 jam
rendahnya kandungan nitrogen, padahal sumber Analisis data. Analisis data menggunakan
nitrogen merupakan salah satu unsur makro metode statistik analisis variansi (ANAVA) dan
yang penting untuk pertumbuhan dan produksi untuk mengetahui beda rata-rata karena
metabolit oleh mikroorganisme. Untuk itu pada pengaruh perlakuan dilakukan dengan Duncan
fermentasi sari buah semu jambu mete perlu Multiple Range Test (DMRT) taraf signifikansi 5%.
dilakukan penambahan sumber nitrogen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar
urea yang perlu ditambahkan dan lama HASIL DAN PEMBAHASAN
fermentasi yang maksimal untuk menghasilkan
kadar etanol tertinggi dalam fermentasi etanol Nilai pH
sari buah semu jambu mete oleh Z. mobilis. Nilai pH merupakan suatu simbol untuk
derajat keasaman atau alkalinitas suatu larutan.
Nilai pH sangat penting untuk pertumbuhan
BAHAN DAN METODE mikroorganisme, karena kerja enzim sangat
dipengaruhi oleh pH. Hasil penelitian menunjuk-
Bahan. Buah semu jambu mete (Anacardium an bahwa variasi kadar urea memberikan hasil
occidentale L.) varietas merah, diperoleh dari yang berbeda nyata terhadap nilai pH. Nilai pH
daerah Tawangsari, Sukoharjo. Umur buah semu tertinggi diperoleh pada kadar urea 0%. Hal itu
jambu mete ± 4 bulan. Media yang digunakan ditunjukkan nilai pH kadar urea 0% berbeda
dalam penelitian ini adalah media glukosa nyata dengan kadar urea 0,2% dan 0,4%.
sebagai media penumbuh Z. mobilis. Biakan
murni yang digunakan dalam penelitian ini Tabel 1. Nilai pH pada fermentasi etanol sari buah
adalah Z. mobilis FNCC 056 dari Laboratorium semu jambu mete oleh Z. mobilis dengan penambahan
urea.
Mikrobiologi Pusat Antar Universitas Pangan
Fermentasi Urea Urea Rata-
dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. sampai hari ke
Urea 0%
0,2% 0,4% rata
Bahan kimia yang digunakan adalah glukosa 1 6,08 5,86 5,96 5,96C
anhidrat; gula pasir; larutan Arsenomolibdat; 2 6,09 5,91 5,96 5,98C
larutan Nelson A larutan Nelson B; urea; MgSO4; 3 6,15 5,84 6,02 6,00C
NaOH; gula pasir. Rata-rata 6,11b 5,86 a 5,97 a

Penyediaan inokulum Z. Mobilis. Satu loop Keterangan: a-b: angka yang diikuti huruf yang
Z. mobilis diinokulasikan ke media glukosa berbeda menunjukkan perbedaan nyata untuk faktor
sebanyak 30 mL. Inokulum diinkubasi di suhu kadar urea (α= 0,05); C: angka yang diikuti huruf yang
kamar dengan penggoyangan sampai diperoleh sama menunjukkan perbedaan tidak nyata untuk
jumlah sel sebanyak ± 108 sel/mL. faktor lama fermentasi (α= 0,05).
Pembuatan sari buah jambu mete. Buah Pada fermentasi ini nilai pH awal adalah 6,
semu jambu mete yang telah dicuci bersih karena menurut Worden et al (1983)
dipotong kecil-kecil kemudian diblender, setelah pertumbuhan maksimum Z. mobilis pada nilai
itu bubur buah semu jambu mete diperas pH 5,6-7,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggunakan kain (Hermawan dkk., 2000). penambahan urea cenderung menyebabkan nilai
Pembuatan media fermentasi. Komposisi pH menjadi rendah. Hal ini terlihat dengan nilai
media fermentasi terdiri dari sari buah (100 mL),

96
pH pada kadar urea 0% berbeda nyata dengan memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
kadar urea 0,2% dan 0,4% (Tabel 1). kadar gula reduksi.
Selama fermentasi perubahan pH dapat Konsumsi gula reduksi diperoleh dari
disebabkan oleh hasil fermentasi yang pengurangan kadar gula reduksi sebelum
merupakan asam atau basa yang dihasilkan fermentasi dengan kadar gula reduksi selama
selama pertumbuhan mikroorganisme dan fermentasi. Kadar gula reduksi terendah terdapat
komponen organik dalam media. Pada penelitian pada kadar urea 0,2%, maka konsumsi gula
ini nilai pH dalam media dengan penambahan reduksi tertinggi terdapat pada kadar urea 0,2%
urea lebih rendah disebabkan oleh adanya ion (Tabel 2). Penambahan kadar urea 0,2% hanya
amonium dalam media fermentasi yang sedikit meningkatkan konsumsi gula reduksi.
dihasilkan dari degradasi urea. Ion amonium
dapat bersifat asam disebabkan oleh adanya Tabel 2. Kadar gula reduksi (g/100 mL) selama
reaksi yang menghasilkan ion H3O+. fermentasi etanol sari buah semu jambu mete oleh Z.
Penambahan ion H3O ini menyebabkan pH
+ mobilis dengan penambahan urea.
media menjadi rendah, karena H3O+ (ion
Fermentasi Urea Urea Rata-
hidronium) merupakan asam terkuat yang dapat Urea 0%
sampai hari ke 0,2% 0,4% rata
berada dalam air (Keenan dkk, 1990). 1 9,397 8,572 9,765 9,250D
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama 2 8,951 8,439 8,962 8,784C
fermentasi media dengan variasi kadar urea 3 8,962 8,602 8,962 8,842C
memberikan hasil yang berbeda tidak nyata Rata-rata 9,103 b 8,538a 9,23b

terhadap nilai pH. Hal itu menunjukkan bahwa Keterangan: a-b: angka yang diikuti huruf yang
nilai pH cenderung stabil dan tidak mengalami berbeda menunjukkan perbedaan nyata untuk faktor
perubahan seiring bertambahnya lama kadar urea (α= 0,05); C: angka yang diikuti huruf yang
fermentasi. Kombinasi kedua jenis perlakuan, sama menunjukkan perbedaan tidak nyata untuk
yaitu kadar urea dan lama fermentasi media faktor lama fermentasi (α= 0,05).
dengan variasi kadar urea memberikan hasil
yang berbeda nyata terhadap nilai pH.
14
kadar gula reduksi

Kadar gula reduksi


Kadar gula reduksi dari sari buah semu 12 urea 0%
(g/100m l)

jambu mete yang terukur adalah 6 g/100 mL. 10 urea 0,2%


Penambahan sukrosa sebesar 11 g/100 mL ini 8
urea 0,4%

mempertimbangkan agar kadar gula reduksi


6
tidak lebih rendah dari 10%. Menurut Kirsop dan
0 1 2 3
Hilton dalam Hermawan dkk (2000) kadar
waktu fermentasi (hari)
substrat minimal 10% agar mendapatkan produk
yang ekonomis. Setelah sterilisasi kadar gula Gambar 1. Kadar gula reduksi selama fermentasi
reduksi naik menjadi 13 g/100 mL. etanol sari semu buah jambu mete oleh Z. mobilis
Kadar gula reduksi yang terukur selama dengan penambahan urea.
fermentasi adalah kadar gula reduksi sisa yang
tidak dimanfaatkan oleh Z. mobilis. Hasil
penelitian menunjukkan kadar urea 0%; 0,2%; Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi
0,4% memberikan hasil yang berbeda nyata gula reduksi tertinggi secara harian terjadi pada
terhadap kadar gula reduksi. Kadar gula reduksi hari ke-1, dan pada hari ke-2 konsumsi gula
lebih tinggi diperoleh pada kadar urea 0% dan reduksi lebih rendah dibandingkan hari ke-1.
0,4%. Hal itu ditunjukkan kadar gula reduksi Dari hari ke-2 sampai hari ke-3 terjadi kenaikan
pada kadar urea 0% dan 0,4% berbeda nyata kadar gula reduksi. Kenaikan kadar gula reduksi
dengan kadar urea 0,2%. Lama fermentasi media tersebut kemungkinan disebabkan karena
dengan variasi kadar urea memberikan hasil penurunan konsumsi gula reduksi dan terjadi
yang berbeda nyata terhadap kadar gula reduksi. fermentasi sukrosa. Dalam fermentasi ini selain
Kadar gula reduksi tertinggi diperoleh pada mengkonsumsi gula reduksi, Z. mobilis juga
media dengan lama fermentasi 1 hari. Kombinasi melakukan fermentasi sukrosa yang
kedua jenis perlakuan, yaitu kadar urea dan lama ditambahkan ke dalam media. Menurut
fermentasi media dengan variasi kadar urea juga Gunasekaran dan Raj (2002) fermentasi sukrosa
oleh Z. mobilis akan menghasilkan fruktosa,

97
glukosa dan levan. Hal itu menyebabkan Kadar urea 0,4% jumlah sel Z. mobilis yang
penambahan kadar gula reduksi ke dalam media rendah disebabkan adanya kadar urea yang
fermentasi. Menurut Kim et al (2000) Z. mobilis terlalu tinggi. Kadar urea yang terlalu tinggi
cenderung akan mengkonsumsi monosakarida dapat menghambat pertumbuhan sel Z. mobilis.
terlebih dahulu ketika tumbuh dalam media Menurut Bartley et al (1976) jika urea dikonsumsi
campuran antara monosakarida dan disakarida. dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang
singkat akan membentuk NH3-N yang bersifat
Jumlah mikroorganisme racun dan dapat menghambat pertumbuhan
Jumlah inokulum yang digunakan dalam suatu organisme. Hasil ini berbeda dengan
fermentasi sari buah semu jambu mete adalah penelitian oleh Hermawan dkk (2000), bahwa
2x108 sel/mL, sehingga jumlah mikroorganisme penambahan urea sampai 0,8 g/L mampu
pada awal fermentasi adalah 2x106 se/mL. meningkatkan produksi sel S. cereviseae.
Menurut Rahman (1992) tujuan pembuatan Jumlah sel Z. mobilis meningkat seiring
inokulum untuk fermentasi menggunakan bertambahnya lama fermentasi. Hal itu
bakteri adalah menyediakan inokulum yang ditunjukkan lama fermentasi media dengan
berada dalam keadaan aktif, sehingga dapat variasi kadar urea berbeda nyata terhadap
mempersingkat fase adaptasi pada waktu jumlah sel Z. mobilis. Jumlah sel Z. mobilis
fermentasi. tertinggi diperoleh pada media dengan lama
Kadar urea masing-masing variasi fermentasi 3 hari. Kombinasi kedua jenis
memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan, yaitu kadar urea dan lama fermentasi
jumlah sel Z. mobilis. Jumlah sel Z. mobilis media dengan variasi kadar urea juga
tertinggi diperoleh pada kadar urea 0,2%. Hal itu memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
ditunjukkan jumlah sel Z. mobilis pada kadar jumlah mikroorganisme.
urea 0,2% berbeda nyata dengan kadar urea
lainnya. Kadar urea yang tinggi dapat meracuni
jum lah m ikroorganism e

9
Z. mobilis. Jumlah sel Z. mobilis tertinggi
(x log sel/m l)

dihasilkan dari kadar urea 0,2%. Menurut Torres 8


urea 0%
dan Barrati (1988) sumber nitrogen terbaik untuk 7 urea 0,2%
Z. mobilis adalah ekstrak khamir, ammonium urea 0,4%
6
sulfat atau campuran ekstrak khamir dan
ammonium sulfat. 5
0 1 2 3

Tabel 3. Jumlah Z. mobilis selama fermentasi etanol waktu fermentasi (hari)


sari buah semu jambu mete.
Gambar 2. Jumlah Z. mobilis selama fermentasi etanol
Fermentasi Urea 0% Urea 0,2% Urea0,4% Rata-rata sari buah semu jambu mete
sampai hari (x (x (x (x
ke 107sel/mL) 107sel/mL) 107sel/mL) 107sel/mL)
1 3,0 7,1 2,5 4,2C Gambar 2 menunjukkan peningkatan jumlah
2 24,0 30,1 20,7 25,0D sel Z. mobilis tertinggi secara harian terjadi dari
3 48,0 51,0 44,0 48,0E hari ke-0 sampai hari ke-1. Pada kadar urea 0,2%
Rata-rata 25,0a 29,0b 22,0a peningkatan jumlah sel dari hari ke-1 sampai
(x107sel/mL) hari ke-2 lebih rendah dibandingkan kadar urea
Keterangan: a-b: angka yang diikuti huruf yang
0% dan 0,4%. Hal itu disebabkan karena adanya
berbeda menunjukkan perbedaan nyata untuk faktor
pengurangan nutrien dalam media fermentasi
kadar urea (α= 0,05); C: angka yang diikuti huruf yang
sama menunjukkan perbedaan tidak nyata untuk pada kadar urea 0,2% lebih tinggi dibandingkan
faktor lama fermentasi (α= 0,05). kadar urea 0% dan 0,4%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah sel Z. Kadar etanol


mobilis pada kadar urea 0% tidak berbeda nyata Kadar urea masing-masing variasi menunjuk-
dengan kadar urea 0,4% namun berbeda nyata kan hasil yang berbeda nyata terhadap kadar
dengan kadar urea 0,2%, yaitu lebih rendah. Hal etanol. Kadar etanol tertinggi diperoleh pada
itu disebabkan sumber nitrogen pada kadar urea kadar urea 0,2%. Kadar etanol pada kadar urea
0% rendah, padahal nitrogen sangat dibutuhkan 0,2% berbeda nyata dengan kadar urea 0% dan
untuk pertumbuhan dan produksi metabolit. 0,4%. Lama fermentasi media dengan variasi
kadar urea memberikan hasil yang berbeda

98
nyata. Kombinasi kedua jenis perlakuan, yaitu kadar etanol pada hari ke-2 berbeda tidak nyata
kadar urea dan lama fermentasi media dengan dengan fermentasi hari ke-3 (Lampiran 7).
variasi kadar urea juga memberikan hasil yang Produksi etanol pada hari ke-3 untuk masing-
berbeda nyata. masing kadar urea tidak berbeda nyata dengan
produksi etanol pada hari ke-2 (Tabel 6), hal itu
Tabel 4. Kadar etanol (g/L) hasil fermentasi sari buah kemungkinan karena pada hari ke-3 Z. mobilis
semu jambu mete oleh Z. mobilis dengan penambahan lebih banyak melakukan fermentasi sukrosa.
urea. Menurut Wijono (1988), fermentasi sukrosa oleh
Z. mobilis menghasilkan produksi etanol yang
Fermentasi Urea Urea Rata-
Urea 0% rendah. Hal itu karena fermentasi sukrosa atau
sampai hari ke 0,2% 0,4% rata
1 23,98 30,68 22,60 25,72C campuran glukosa-fruktosa akan mengakibatkan
2 30,59 40,51 25,63 32,25D pembentukan produk samping seperti levan.
3 25,91 39,67 30,59 31,23D Laju pembentukan etanol didapatkan dari
Rata-rata 26,83a 36,10b 26,27a hasil fermentasi per waktu fermentasi (Crueger
Keterangan: a-b: angka yang diikuti huruf yang dan Crueger, 1984). Laju pembentukan etanol
berbeda menunjukkan perbedaan nyata untuk faktor tertinggi secara harian untuk masing- masing
kadar urea (α= 0,05); C: angka yang diikuti huruf yang kadar urea 0%; 0,2%; 0,4% dari hari ke-0 sampai
sama menunjukkan perbedaan tidak nyata untuk hari ke-1 berturut-turut yaitu 0,99 g/ jam; 1,28
faktor lama fermentasi (α= 0,05). g/jam dan 0,94 g/jam. Hal itu karena selama
waktu tersebut konsumsi gula reduksi tinggi,
Faktor yang mempengaruhi peningkatan sehingga laju pembentukan etanol menjadi
kadar etanol selama proses fermentasi, adalah tinggi. Dari hari ke-2 sampai hari ke-3 terjadi
ketersediaan substrat yaitu gula reduksi dan penurunan konsumsi gula reduksi dan
jumlah mikroorganisme Z. mobilis (Presscott dan pembentukan produk samping, sehingga laju
Dunn, 1959). Pada penelitian ini besarnya pembentukan etanol antara hari ke-2 dan hari ke-
substrat untuk masing-masing perlakuan sama 3 lebih rendah dibandingkan dengan laju
yaitu sebesar 17 g/100 mL, yang berasal dari 6 pembentukan etanol antara hari ke-0 dan hari ke-
g/100 mL kadar gula reduksi dan 11 g/100 mL 1. Laju pembentukan etanol selama waktu
penambahan gula pasir. Jumlah sel Z. mobilis tersebut untuk masing-masing kadar urea 0%;
tertinggi diperoleh pada kadar urea 0,2%. 0,2%; 0,4% berturut-turut yaitu sebesar 0,36
Konsumsi gula reduksi tertinggi juga terjadi g/jam; 0,55 g/jam; 0,42 g/jam. Hal itu sesuai
pada kadar urea 0,2%. Hal itu menyebabkan dengan pernyataan Doelle (1990), bahwa waktu
produksi etanol tertinggi dihasilkan pada kadar fermentasi etanol untuk Z. mobilis adalah 24-34
urea 0,2% (Tabel 4). jam.
Kadar etanol pada kadar urea 0% dan 0,4% di
50 hari ke-3 turun. Menurut Hart dan Suminar
kadar etanol (g/l)

40 (1983) hal itu disebabkan oleh adanya oksidasi


urea 0%
30 alkohol menjadi aldehid atau keton. Pada
urea 0,2%
20 oksidasi ini, nikotamida adenin dinukleotida
urea 0,4%
10 (NAD) merupakan merupakan oksidator
0 penting. Dengan bantuan NAD, enzim
0 1 2 3 mengoksidasi alkohol menjadi senyawa-senyawa
waktu fermentasi (hari) karbonil, dan NAD tereduksi menjadi NADH.
Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehid.
Gambar 3. Kadar etanol selama fermentasi etanol sari Pada penelitian ini pada hari ke-1, etanol
buah semu jambu mete oleh Z. mobilis dengan
yang dihasilkan sebesar 30,68 g/L pada kadar
penambahan urea.
urea 0,2%. Penelitian oleh Jesus dan Nghiem
Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar etanol (2000), menggunakan rekombinan Z. mobilis
dari kadar urea 0% dan 0,2% mengalami mampu menghasilkan 48 g/L etanol dari
peningkatan sampai fermentasi hari ke-2. fermentasi jerami yang dihidrolisis dengan
Sedangkan untuk kadar urea 0,4% mengalami arkenol. Menurut Najafpour dan Lim (2002), Z.
peningkatan sampai hari ke-3. Secara kumulatif mobilis mampu menghasilkan 49 g/L etanol saat
kadar etanol telah mencapai maksimum pada tumbuh dalam 100 g/L glukosa. Fermentasi
fermentasi hari ke-2. Hal itu ditunjukkan dengan etanol sari buah semu jambu mete telah
memberikan produksi etanol yang cukup, karena

99
sari buah jambu mete merupakan bahan dasar Gunasekaran, P. and C.K. Raj. 2002. Ethanol Fermentation
Technology-Zymomonas mobilis. Madurai: Madurai
etanol yang murah.
Kamaraj University.
Penambahan urea menyebabkan nilai pH Hart, A. dan A. Suminar, 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah
lebih rendah, tetapi hal ini tidak menghambat Singkat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
proses fermentasi. Produksi etanol tertinggi Hermawan, D.R.W.A., T. Utami, dan M.N. Cahyanto. 2000.
Fermentasi etanol dari buah semu jambu mete
terjadi pada kadar urea 0,2%. Z. mobilis
(Anacardium occidentale L.) oleh Saccharomyces
merupakan mikroorganisme yang mampu hidup cereviseae FNCC 3015 menggunakan ammonium sulfat
pada kisaran nilai pH 3,7-7,5. Penelitian oleh dan urea sebagai sumber nitrogen. Agritech. 20 (2): 93-98.
Ishizaki et al (1994), menunjukkan bahwa Hobley, T.J. and N.B. Pamment. 1994. Differences in response
of Zymomonas mobilis and Saccharomyces cereviseae to
penggunaan nilai pH minimum dan maksimum
change in extracellular ethanol concentration.
pada fermentasi Z. mobilis tidak mempengaruhi Biotechnology and Bioenginnering 43 (2): 155-158.
produksi etanol. Menurut Worden et al (1983) Ishizaki, A., S. Tripecthkul, M. Tonokawa, S. Zhong-Ping, and
pada Z. mobilis produksi etanol maksimum pada S. Kayuzuki. 1994. pH mediated control methods for
continuous ethanol fermentation using Zymomonas
nilai pH 5,2-7,5. Menurut Torres dan Barrati
mobilis. Journal of Fermentation Bioengineering 77: 541-547
(1988) produksi etanol oleh Z. mobilis akan Jesus, D.D. and N.P. Nghiem, 2000. Ethanol Production From
berhenti pada nilai pH 3. Rice_Straw Hydrolyzate Using Zymomonas mobilis in a
Pada penelitian ini penambahan urea 0,2% Continuous Fluidized_Bed Reaction (FBR).
www.scied.science.doe.gov/scied/Abstracts2000/ORNL
mampu meningkatkan produksi etanol sebesar
chem.htm [19 Oktober 2005]
30,68 g/L selama 1 hari fermentasi. Penelitian Keenan, C. W., D. C. Kleinfelter, dan J. H. Wood. 1990. Kimia
Torres dan Barrati (1988) menunjukkan Untuk Universitas. Jakarta: Penerbit Erlangga.
fermentasi etanol oleh Z. mobilis menggunakan Kihn, L.V., V.V. Do, and D.D. Phuong. 1996. Chemical
Composition of Cashew Apple and Cashew Apple Waste
ammonium sulfat memberikan hasil etanol 34,7 Ensiled with Poultry Litter.
g/L; fermentasi etanol oleh Z. mobilis www.cipav.org.co/Irrd/I/Kihn91.htm. [1 Mei 2004]
menggunakan yeast ekstrak memberikan hasil Kim, I.S., K.D. Barrow, and P.L. Rogers. 2000. Kinetic and
etanol sebesar 28,0 g/L. Nuclear Magnetic Resonance Studies of Xylose
Metabolism by Recombinant Zymomonas mobilis
zm4(pZB5). Applied and Environmental Microbiology 66 (1):
186-193.
KESIMPULAN Morton, J. 1987. Cashew Apple (Anacardium occidentale).
www.hort.purdue.edu/newcrop/morton/cashew_apple.
Pada fermentasi etanol dari sari buah semu html [2 Mei 2004]
Mulyoharjo, M. 1990. Jambu Mete dan Teknologi Pengolahannya.
jambu mete oleh Z. mobilis dengan penambahan Yogyakarta: Penerbit Liberty.
urea, kadar urea 0,2% menghasilkan etanol Najafpour, G.D. and J. K. Lim. 2002. Evaluation and Isolation of
tertinggi yaitu sebesar 40,51 g/L, dibandingkan Ethanol Producer strain SMP-6, Regional Symposium on
kadar urea 0% dan 0,4% masing-masing sebesar Chemical Engineering. www.andrew.cmu.edu/user/
jitkangl/fermentation_20of_20Ethanol/Fermentation_20o
30,59 g/L dan 25,63 g/L selama 2 hari fermentasi. f_20Ethanol.htm [19 Oktober 2005]
Nowak, J. 2000. Ethanol Yield and Productivity of Zymomonas
mobilis in Various Fermentation Methods.
DAFTAR PUSTAKA www.ejpau.media.pl/series/volume3/issue2/food/art-
04.html [2 Juni 2004].
Presscott, M.C. and C.G. Dunn. 1959. Industrial Microbiology.
Bartley, E.E., A.D. Davidovich, G.W. Barr, G.W. Griffell, A.D.
London: McGrawHill Book.
Dayton, C.W. Deyoe, and R.M. Bechtle. 1976. Ammonia
Rahman, A. 1992. Pengantar Teknologi Fermentasi. Jakarta: PAU
toxicity in cattle. I. rumen and blood changes associated
Pangan dan Gizi IPB.
with toxicity and treatment methods. Journal of Animal
Torres, E.F. and J. Barrati, 1988. Ethanol Production From
Science 43: 835-841.
Wheat Flour by Zymomonas mobilis. Journal of
Crueger, W. and A. Crueger. 1984. Biotechnology: A Text Book
Fermentation Technology 66 (2): 167-172.
of Industrial Microbiology. Madison: Science Technology
Wijono, D. 1988. Evaluasi Kinetika Proses Fermentasi Etanol oleh
Inc.
Zymomonas mobilis ZM 4 *. Fak TP UGM dalam Bioproses
Departemen Pertanian Republik Indonesia. 1979. Pedoman
dalam Industri Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi
Teknologi Pengolahan Mete.. Jakarta: Departemen Pertanian
UGM.
Republik Indonesia.
Worden, R.M., T.L. Donaldson, S.E. Shumate, and G.W.
Doelle, H.W. 1990. Zymomonas Ethanol Process-Laboratory To
Strandberg. 1983. Kinetic Study of Ethanol Production by
Commercial Evaluation. Fermentation Technologies Industrial
Zymomonas mobilis. www.osti.gov/energycitations/
Aplication. New York: Elsevier Applied Science.
product.biblio.isp?osti_id=5380194 [28 Oktober 2005].

100
FERMENTASI ETANOL DARI LIMBAH PADAT TAPIOKA
(ONGGOK) OLEH Aspergillus niger DAN Zymomonas mobilis
Ethanol fermentation from solid waste of tapioca (onggok) by Aspergillus niger and
Zymomonas mobilis

SITI JUARIAH, ARI SUSILOWATI♥, RATNA SETYANINGSIH

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

ABSTRACT3 concentration yielded was 0.7% (v/v) and efficiency


of ethanol that was produced from reduction sugar
The aims of this research were to know the best from saccharification of onggok flour was 83% during
concentration of onggok flour to produce maximum 72 hours fermentation.
reduction sugar concentration by Aspergillus niger
and efficiency of ethanol production from reduction Keywords: onggok flour, saccharification, Aspergillus
sugar as the product of onggok flour saccharification niger, ethanol fermentation, Zymomonas mobilis.
by Zymomonas mobilis, and the ethanol
concentration which produced. The framework of
this research was cassava starch in onggok can be PENDAHULUAN
used as substance which yielded ethanol by
fermentation. The ethanol yielded serves as an Etanol yang dapat digunakan sebagai bahan
alternative substitution fuel for fossil fuel. This
bakar yaitu etanol 10%. Campuran etanol-bensin
research was done in two stages; they were
saccharification by A. niger and ethanol fermentation sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dengan
by Z. mobilis. At saccharification stage there were perbandingan 10% etanol: 90% bensin disebut
four level of onggok flour concentration: 10%, 20%, gasohol. Konsentrasi etanol untuk bahan bakar
30% and 40%. The inoculum concentration of A. niger dapat ditingkatkan sampai dengan 85% (E85)
10% (v/v) and the amount of spore about 3.3x106 (Wang, 2002). Etanol sebagai bahan bakar
spore/mL, was inoculated each concentration of kendaraan mempunyai beberapa keuntungan,
onggok flour, with the temperature of incubation
antara lain: (i) etanol diproduksi dari sumber
500C and this process taken five days. Parameters
have been used were starch concentration before and daya yang dapat diperbaharui, terutama dari
after saccharification process, reduction sugar produk pertanian atau dari sampah pertanian,
concentration, and pH conducted by each, every 24 (ii) pembakaran etanol lebih bersih daripada
hours. Stage of ethanol fermentation used bahan bakar fosil, (iii) etanol dapat mengurangi
concentration of Z. mobilis 10% (v/v), with the cell efek rumah kaca (Wang, 2002).
amount 5.1x107 cell/mL. Reduction sugar Etanol dapat dihasilkan secara fermentatif
concentration from saccharification product that used
oleh mikroba dari bahan-bahan organik maupun
1.9352% and fermentation was done in 72 hours.
Parameters were concentration of ethanol and secara sintetik dari bahan-bahan anorganik.
reduction sugar each, every 24 hours and the growth Menurut Tjokroadikoesoemo (1993), dengan
of Z. mobilis cell every 24 hours. This research menggunakan enzim-enzim hidrolase, maka
concluded that concentration of onggok flour 10% bahan pati, serat, sukrosa dan oligosakarida
produced maximum reduction sugar concentration lainnya dapat dihidrolisis menjadi gula
on the third day that was 1.1842%. Ethanol sederhana yang siap difermentasikan. Fungi A.
niger menghasilkan enzim α-amilase dan enzim
glukoamilase yang mampu memecah pati
3 Naskah asli sebelumnya pernah diterbitkan pada menjadi glukosa (Crueger and Crueger, 1984).
Bioteknologi Vol. 1, No. 1, Mei 2004, hal. 7-12; Kandungan karbohidrat ubi kayu di dalam
diterbitkan dengan seijin penerbit.
♥ onggok masih cukup tinggi, yaitu mencapai
Penulis pada presentasi makalah poster

101
67,93-68,30%, sementara kadar airnya 19,70- kemudian spora diambil dengan jumlah spora
20,3% (BPPI, 1997). Dengan tingginya kandungan sekitar 3,3x106 spora/mL untuk diinokulasikan
karbohidrat maka onggok dapat dimanfaatkan ke dalam medium PGY. Suspensi spora tersebut
sebagai bahan baku untuk memproduksi diinkubasi pada suhu kamar dengan kecepatan
alkohol. Bakteri Zymomonas mobilis mempunyai penggoyangan 200 rpm selama 48 jam sampai
banyak keunggulan, antara lain tumbuh lebih terbentuk pelet dengan menggunakan rotary
cepat daripada yeast dan toleran pada shaker. Setelah pelet terbentuk maka pelet
konsentrasi etanol tinggi sampai 10%. dimasukkan ke dalam substrat bubur onggok
Zymomonas mobilis dapat memfermentasikan sebagai inokulum.
substrat glukosa, fruktosa atau sukrosa (Wijono,
1988). Gula-gula tersebut terfermentasi melalui Penyediaan inokulum Z. mobilis
jalur yang sama yaitu “Etner-Doudoroff Isolat Z. mobilis sebanyak 1 ose diinokulasikan
pathway” (Doelle, 1990). ke dalam medium glukosa 10 mL, lalu digoyang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) dengan kecepatan penggoyangan 100 rpm
mengetahui konsentrasi tepung onggok yang selama 24 jam pada suhu kamar. Suspensi sel
terbaik untuk memproduksi gula reduksi yang kemudian dimasukkan ke dalam medium
maksimum oleh A. niger dan (2) mengetahui glukosa 90 mL, lalu digoyang lagi dengan
konsentrasi etanol dan efisiensi pengubahan gula kecepatan yang sama. Setelah 4 jam, suspensi sel
reduksi hasil sakarifikasi maksimum tepung sebanyak 10% (v/v) dengan jumlah sel sekitar
onggok menjadi etanol oleh Z. mobilis. 5,1x107 sel/mL dimasukkan ke dalam medium
gula reduksi hasil sakarifikasi tepung onggok
sebagai inokulum.
BAHAN DAN METODE
Pembuatan tepung onggok
Tempat dan waktu penelitian Tepung onggok dibuat dengan cara, onggok
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium basah dikeringkan di bawah sinar matahari
Bioteknologi, Jurusan Teknologi Pengolahan selama 2-3 hari kemudian digiling. Setelah itu
Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian diayak dan tepung onggok siap untuk
UGM dan di Sub Laboratorium Biologi, digunakan.
Laboratorium Pusat UNS. Waktu penelitian
mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2003. Proses sakarifikasi tepung onggok menjadi
gula reduksi
Bahan Medium yang digunakan adalah tepung
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini onggok yang telah dibuat bubur, dengan 4
antara lain: (i) Isolat A. niger, isolat Z. mobilis konsentrasi tepung onggok, yaitu: konsentrasi
yang diperoleh dari Laboratorium Pangan dan tepung onggok 10% (b/v), 20% (b/v), 30% (b/v)
Gizi, PAU UGM, (ii) Onggok yang diperoleh dari dan 40% (b/v).
industri tapioka PT. Tainesia Jaya yang terletak Pembuatan bubur onggok dengan
di Sonoharjo, Wonogiri, dan (iii) Medium Potato mencampur tiap konsentrasi tepung onggok
Dextrosa Agar (PDA), medium Pepton Glucose dalam aquades volume 150 mL lalu diaduk
Yeast Extract (PGY) dan medium glukosa. sampai homogen. Kemudian larutan onggok
dipanaskan sambil diaduk sampai semua onggok
Cara kerja tercampur. Setelah dingin bubur onggok
ditambah HCL sebanyak 1 tetes. Substrat bubur
Persiapan alat dan bahan. onggok disterilkan pada suhu 1210C selama 15
Alat dan medium yang digunakan menit. Setelah dingin, pelet A. niger 10%(v/v)
disterilisasikan dengan autoclave pada suhu dengan jumlah spora sekitar 3,3x106 spora/mL
1210C selama 15 menit. diinokulasikan ke dalam medium kemudian
diinkubasi pada water bath shaker dengan
Penyiapan inokulum A. niger kecepatan penggoyangan 150 rpm, suhu 500C
Isolat A. niger terlebih dahulu ditumbuhkan selama 5 hari. Pengambilan sampel tiap 24 jam
pada medium PDA miring selama 3-5 hari pada selama 5 hari dengan 2 kali ulangan untuk
suhu 35-370C. Setelah terbentuk massa spora, analisis konsentrasi gula reduksi dan pH.
spora diambil dengan cara mensuspensikan Konsentrasi pati substrat bubur onggok diukur
dengan menambahkan 5 mL aquades steril,

102
sebelum pelet A. niger dimasukkan dan setelah Analisis konsentrasi etanol yang dihasilkan
proses sakarifikasi selama 5 hari selesai. dari proses fermentasi. Analisis konsentrasi
etanol dengan metode destilasi.
Produksi gula reduksi Analisis pH. pH diukur dengan
Produksi gula reduksi dilakukan setelah menggunakan pH meter.
mengetahui substrat bubur onggok yang Jumlah sel Z. mobilis selama proses
menghasilkan gula reduksi maksimum selama fermentasi. Pertumbuhan sel Z. mobilis diukur
proses sakarifikasi. Dengan konsentrasi substrat, dengan metode turbidimetri, dan diukur dengan
jumlah inokulum spora A. niger dan kondisi mengunakan spektrofotometer pada panjang
lingkungan yang sama perlakuan diulangi sekali gelombang 400 nm.
lagi. Volume substrat bubur onggok yang
digunakan untuk produksi gula reduksi Analisis data
ditambah sampai dengan 300 mL. Data dianalisis berdasarkan grafik yang
diperoleh dari setiap pengukuran parameter dan
Proses fermentasi etanol tiap grafik yang diperoleh untuk melihat hasil
Volume medium gula reduksi untuk yang terbaik dari proses sakarifikasi dan proses
fermentasi adalah 400 mL. Inokulum Z. mobilis fermentasi.
10% (v/v) dengan jumlah sel 5,1x107 sel/mL,
ditambahkan pada medium gula reduksi hasil
sakarifikasi lalu diinkubasi pada suhu kamar HASIL DAN PEMBAHASAN
selama 72 jam. Pengambilan sampel tiap 24 jam
untuk analisis konsentrasi gula reduksi, Sakarifikasi tepung onggok
konsentrasi etanol dan jumlah sel.
Penghitungan laju pembentukan etanol Konsentrasi pati tepung onggok sebelum dan
selama proses fermentasi etanol oleh Z. mobilis sesudah sakarifikasi
adalah dengan rumus (Crueger and Crueger, Penurunan konsentrasi pati sesudah proses
1984): sakarifikasi berlangsung dapat dilihat pada Tabel
Produk (etanol) 2.
Laju pembentukan etanol = ----------------------------
Waktu (jam) Tabel 1. Konsentrasi pati tepung onggok (g/100mL)
sebelum dan sesudah proses sakarifikasi oleh A. niger
selama 5 hari.
Untuk mengetahui efisiensi pembentukan
etanol selama proses fermentasi etanol oleh Z.
Waktu Konsentrasi tepung onggok (%)
mobilis adalah dengan rumus (Kumalaningsih sakarifikasi
dan Hidayat, 1995): 10 20 30 40
(hari ke-)
Banyaknya hasil alkohol 0 3,52 4,97 6,48 12,25
Efisiensi fermentasi = ----------------------------------- x 100% 5 0,565 0,962 2,579 4,518
alkohol yang dihasilkan
secara teoritis dari glukosa
Tabel 1 menunjukkan konsentrasi pati tepung
Pengukuran parameter onggok mengalami penurunan dari hari ke-0
Analisis konsentrasi gula reduksi yang sampai hari ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa
dihasilkan selama proses sakarifikasi. Analisis pati terpecah menjadi gula reduksi oleh aktivitas
konsentrasi gula reduksi dengan metode Nelson- enzim α-amilase dan glukoamilase dari A. niger.
Somogyi. Konsentrasi gula reduksi diukur Angka penurunan konsentrasi pati yang paling
dengan menggunakan spektrofotometer pada tinggi adalah 7,732 g/100mL pada konsentrasi
panjang gelombang 540 nm. substrat 40%. Diikuti konsentrasi substrat 20%
Analisis konsentrasi pati sebelum dan sebanyak 4,019 g/100mL, konsentrasi substrat
sesudah proses sakarifikasi. Analisis 30% sebanyak 3,901 g/100mL dan konsentrasi
konsentrasi pati dengan metode Nelson- substrat 10% sebanyak 2,955 g/100mL.
Somogyi. Konsentrasi pati diukur dengan Banyaknya pati yang terpecah pada
menggunakan spektrofotometer pada panjang konsentrasi substrat 40% tidak menjadi dasar
gelombang 540 nm. untuk produksi gula reduksi, karena pada
konsentrasi substrat 40% gula reduksi yang
dihasilkan lebih sedikit daripada gula reduksi

103
yang dihasilkan pada substrat 10%. Hal ini niger dapat bekerja lebih maksimum pada
disebabkan pada konsentrai substrat 40%, konsentrasi pati rendah. Menurut Berka (1992),
substrat menjadi padat dan keras, sehingga pelet enzim glukoamilase dari Aspergillus sp.
A. niger tidak bercampur dengan substrat dan digunakan untuk sakarifikasi pada substrat pati
hanya tumbuh dipermukaan substrat. Gula cair.
reduksi yang dihasilkan dari pemecahan pati Konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan
digunakan oleh A. niger untuk tumbuh secara pada penelitian ini sedikit yaitu hanya sebesar
generatif dipermukaan substrat dan ada yang 1,1842 g/100 mL. Hal ini disebabkan pH dan
diubah menjadi asam sitrat. Sedangkan pada suhu yang digunakan merupakan pH dan suhu
konsentrasi substrat 10%, substrat lebih cair optimum untuk aktivitas enzim tetapi bukan pH
sehingga pelet A. niger dapat bercampur dengan dan suhu optimum untuk pertumbuhan A. niger.
substrat dan tidak tumbuh dipermukaan. Pada suhu 500C, A. niger tidak dapat tumbuh
Didalam substrat, A. niger tumbuh secara optimum sehingga tidak dapat menghasilkan
vegetatif dan lebih banyak menghasilkan enzim banyak enzim. Apabila pada suhu optimum
α-amilase dan glukoamilase. pertumbuhan maka A. niger dapat tumbuh
membentuk hifa lalu menghasilkan banyak
Konsentrasi gula reduksi selama sakarifikasi enzim α-amilase dan glukoamilase yang
tepung onggok digunakan untuk memecah pati menjadi gula
Hasil pengukuran konsentrasi gula reduksi reduksi.
dapat dilihat pada Tabel 2. Proses pemanasan dan penambahan asam
(HCl) pada substrat sangat berguna untuk A.
Tabel 2. Konsentrasi gula reduksi (g/100mL) hasil niger. Proses pemanasan dan penambahan asam
proses sakarifikasi oleh A. niger selama 5 hari. akan menghasilkan glukosa yang dapat
digunakan oleh A. niger untuk tumbuh dan
Waktu Konsentrasi tepung onggok (%)
berkembang dulu. Menurut Reed (1975), ketika
(hari) 10 20 30 40
0 0,0202 0,0500 0,0501 0,0579
mengembang pasta campuran pati air sangat
1 0,6255 0,5695 0,5251 0,6647 peka pada pengaruh bahan kimia, tekanan
2 0,7196 0,7229 0,7157 0,6886 mekanik dan aktivitas enzim. Sebagian molekul
3 1,1842 0,9518 0,9381 0,6401 rantai lurus dan pendek amilosa akan pecah dan
4 0,9095 0,9317 0,6929 0,6464 berdifusi keluar dari granula pati yang
5 0,5534 0,6781 0,4478 0,3358 mengembang.

Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi Perubahan pH selama sakarifikasi tepung


substrat 10%, 20% dan 30% rata-rata mengalami onggok
peningkatan konsentrasi gula reduksi sampai Aktivitas optimum enzim glukoamilase
hari ke-3 lalu mengalami penurunan sampai hari terjadi pada pH 4-5 (Reed,1975). Tabel 3
ke-5. Sedangkan konsentrasi substrat 40% menunjukkan bahwa semua substrat mengalami
mengalami peningkatan konsentrasi gula reduksi penurunan pH mulai hari ke-1 sampai hari ke-5.
sampai hari ke-2, lalu mengalami penurunan Penurunan pH disebabkan adanya pemecahan
sampai hari ke-5. pati menjadi gula reduksi. Proses sakarifikasi
Dari konsentrasi gula reduksi menunjukkan oleh enzim α-amilase dan glukoamilase pada
bahwa semakin tinggi konsentrasi substrat substrat pati cair menyebabkan pH substrat akan
tepung onggok, maka konsentrasi gula reduksi turun menjadi lebih asam daripada pH optimum
yang dihasilkan juga semakin rendah. Hal ini enzim ini (Priest, 1992). Hal ini disebabkan A.
disebabkan pada konsentrasi pati lebih tinggi, niger selama proses sakarifikasi berlangsung
substrat menjadi padat dan keras sehingga pelet selain menghasilkan glukosa juga menghasilkan
A. niger tidak bercampur dengan substrat dan asam amino organik lain terutama asam sitrat
tumbuh dipermukaan substrat secara generatif (Rogers et al, 1993).
menghasilkan spora. Sedangkan pada
konsentrasi pati rendah, substrat dapat lebih Tabel 3. Perubahan pH selama proses sakarifikasi oleh
mengembang pada waktu pemanasan dan kadar A. niger selama 5 hari.
airnya juga masih banyak sehingga A. niger
dapat bercampur dengan substrat. Enzim α- Waktu Konsentrasi tepung onggok (%)
(hari) 10 20 30 40
amilase dan glukoamilase yang dihasilkan A.

104
0 5,06 4,90 5,10 5,00
1 4,96 4,78 4,71 4,50 Tabel 4. Jumlah sel bakteri Z. mobilis dan konsentrasi
2 4,56 4,28 4,25 4,31 etanol (%) selama 72 jam fermentasi etanol.
3 4,48 4,25 4,14 4,09
4 3,93 4,19 3,99 3,90 Jumlah Log jumlah Konsentrasi
Jam
5 3,62 3,79 3,85 3,88 sel/mL sel etanol (%)
0 5,1x107 7,7075702 0,0
24 7,2x107 7,8573325 0,3
Penurunan pH selama proses sakarifikasi 48 1,5x107 7,1760913 0,5
berlangsung, berpengaruh pada proses 72 4,7x106 6,6720979 0,7
pemecahan pati menjadi gula reduksi
selanjutnya. Apabila pH substrat di bawah pH
optimum maka enzim α-amilase dan Dari Tabel 4 terlihat jumlah sel bakteri
glukoamilase dari A. niger tidak dapat bekerja mengalami peningkatan pada jam ke-24 dan
dengan maksimum. Menurut Reed (1975), mengalami penurunan pada jam ke-48 dan ke-72
aktivitas α-amilase pada tepung gandum turun jumlah sel. Jumlah sel Z. mobilis pada jam ke-24
dengan cepat apabila pH di bawah 4,0 dan mengalami peningkatan disebabkan tersedianya
aktivitas lebih rendah di atas 5,0. Hal ini sesuai gula reduksi sebagai substrat yang masih cukup
dengan hasil penelitian bahwa selama pH masih banyak yaitu 1,9253 g/100mL. Sedangkan
diatas 4, aktivitas pemecahan pati menjadi gula penurunan jumlah sel pada jam ke-48 dan ke-72
reduksi masih berlangsung dan konsentrasi gula disebabkan substrat gula reduksi yang ada
reduksi masih terus meningkat (gambar 2 dan tinggal sedikit, sehingga gula reduksi yang ada
gambar 3). Waktu pH dibawah 4 konsentrasi tidak cukup untuk pertumbuhan sel Z. mobilis.
gula reduksi yang dihasilkan juga menurun. Peningkatan jumlah sel pada jam ke-24, diikuti
dengan peningkatan konsentrasi etanol. Hal ini
Produksi gula reduksi menunjukkan bahwa gula reduksi yang ada
Konsentrasi tepung onggok yang telah dimanfaatkan oleh Z. mobilis untuk tumbuh dan
diketahui menghasilkan konsentrasi gula reduksi menghasilkan etanol. Peningkatan jumlah sel
maksimum digunakan untuk produksi gula dan konsentrasi etanol efektif pada 24 jam
reduksi. Dari proses sakarifikasi, yang paling pertama.
maksimum menghasilkan gula reduksi adalah Etanol merupakan hasil samping pemecahan
konsentrasi substrat tepung onggok 10% pada glukosa oleh Z. mobilis sehingga pada waktu
hari ke-3. Dengan konsentrasi substrat, jumlah jumlah sel meningkat maka etanol yang
spora A. niger sebagai inokulum dan kondisi dihasilkan juga meningkat. Pada jalur ED,
lingkungan yang sama, substrat 10% terbentuk suatu unit antara yaitu 2 keto-3 deoksi-
diperlakukan sekali lagi untuk memproduksi 6 fosfoglukonat (KDFG). Komponen ini akan
gula reduksi. dipecah oleh aldolase menjadi gliseraldehid-3P
Pemanenan gula reduksi dilakukan pada hari dan piruvat (Fardiaz, 1988). Pada keadaan
ke-3, dengan disentrifus untuk mengendapkan anaerob gliseraldehid-3P akan diubah menjadi
substrat tepung onggok yang masih ada dan piruvat, sehingga pada jalur ED akan dihasilkan
dilakukan penyaringan. Konsentrasi gula reduksi 2 mol piruvat dan 1 mol ATP. 2 mol piruvat yang
yang dihasilkan dari proses produksi gula dihasilkan akan diubah menjadi 2 mol etanol dan
reduksi yaitu 1,9352 g/100mL sebanyak 400 mL. 2 mol CO2 (Lee and Huang, 2000). Sedangkan
Konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan sedikit pada jam ke-48 dan ke-72, jumlah sel Z. mobilis
lebih tinggi karena volume untuk produksi gula mengalami penurunan. Penurunan jumlah sel
reduksi diperbanyak sampai 300 mL. Waktu menyebabkan laju pembentukan etanol juga
pemanenan gula reduksi, tidak dilakukan melambat (0,2/24 jam). Karena menurut Mc
pengenceran dengan aquades steril, sehingga Lellan (1999), produksi etanol mengalami
konsentrasi gula reduksinya dapat lebih tinggi. penurunan ketika biomassa sel mulai turun.

Fermentasi etanol oleh Z. mobilis Konsentrasi gula reduksi dan etanol selama
fermentasi oleh Z. mobilis
Pertumbuhan sel Z. mobilis selama fermentasi
Tabel 5. Konsentrasi gula reduksi (g/100mL) dan
Penghitungan jumlah sel bakteri untuk
etanol (%) selama 72 jam fermentasi etanol oleh Z.
mengetahui pertumbuhan bakteri selama proses mobilis
fermentasi berlangsung.

105
gula reduksi maksimum oleh A. niger.
Kons. gula Kons. Konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan sebesar
Laju pembentukan
Jam reduksi etanol 1,1842 g/100mL pada hari ke-3 (ii) Konsentrasi
etanol / 24 jam
(g/100mL) (%)
etanol yang dihasilkan selama proses fermentasi
0 1,9253 0,0 0,0
24 0,4043 0,3 0,3
adalah 0,7% (v/v) dan efisiensi pengubahan gula
48 0,3834 0,5 0,2 reduksi hasil sakarifikasi menjadi etanol oleh Z.
72 0,2813 0,7 0,2 mobilis adalah 83% selama 72 jam fermentasi.

Tabel 5 menunjukkan penurunan konsentrasi DAFTAR PUSTAKA


gula reduksi diikuti dengan adanya kenaikan
Anonim. 1981. Microbial Processes: Promising Technology for
konsentrasi etanol. Konsentrasi gula reduksi
Developing Countries. Washington: National Academy of
pada jam ke-24 mengalami penurunan sebanyak Science.
1,52 100 g/100mL. Sedangkan pada jam ke-48 Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang. 1997.
dan ke-72 mengalami penurunan sebanyak Laporan Teknologi Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka.
Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri.
0,0219 g/100mL dan 0,1021 g/100mL. Hal ini
Berka, R.M., D Nigel, and W. Michael, 1992. Industrial
menunjukkan bahwa Z. mobilis bekerja optimum Enzymes from Aspergillus spesies. In Bennett, J.W., and
pada 24 jam pertama. M.A. Klich, (Eds.) Aspergillus Biology and Industrial
Laju pembentukan etanol yang paling tinggi Applications. New York: Butterworth-Heinemann.
Crueger, W. and A. Crueger, 1984. Organic Feedstrocks
adalah pada jam ke-24 yaitu 0,3/24 jam. Pada
Produced by Fermentation. In Thomas, D.B (ed.)
jam ke-48 dan ke-72, konsentrasi etanol masih Biotechnology: A Texbook of Industrial Microbiology.
mengalami peningkatan tetapi laju pembentukan Madison: Sinauer Associates Inc.
etanolnya tidak setinggi pada jam ke-24. Doelle, H.W. 1990. Zymomonas Ethanol Process Laboratory
to Commercial Evaluation. In Yu, P.L (ed.). Fermentation
Penurunan konsentrasi gula reduksi dan
Technologies Industrial Aplication. New York: Elsevier
kenaikan konsentrasi etanol yang paling tinggi Applied Science.
pada 24 jam pertama. Hal ini sesuai dengan Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Bogor: PAU IPB.
pernyataan Doelle (1990), bahwa waktu Kumalaningsih, S dan N. Hidayat, 1995. Mikrobiologi Hasil
Pertanian. Malang: IKIP Press.
fermentasi etanol untuk Zymomonas adalah 24-34
Lee, W and C. Huang, 2000. Modelling of Ethanol
jam. Tersedianya gula reduksi sebagai substrat Fermentation Using Zymomonas mobilis ATCC 10988
fermentasi yang masih banyak pada 24 jam Grown on The Media Containing Glucose and Fructose.
pertama sehingga bakteri Z. mobilis dapat Biochemistry Engineering Journal 4 (3): 217-227.
Mc Lellan, P.J., A.J. Daugulis, and J. Li, 1999. The Incidence of
tumbuh dan menghasilkan etanol.
Oscillatory Behavior in The Continous Fermentations of
Pada penelitian ini, efisiensi pembentukan Z. mobilis. Biotechnology Progress 15 (4): 667-680.
etanol selama 72 jam yaitu sebesar 83%. Efisiensi Priest, F.G. 1992. Enzymes extracelluler. In Lederberg, J (ed.)
pembentukan etanol oleh Z. mobilis selama 72 Encyclopedia of Microbiology. San Fransisco: Academic
Press Inc.
jam sudah bagus, karena menurut Doelle (1990),
Reed, G. 1975. Enzymes in Food Processing. 2nd ed. London:
industri besar melakukan percobaan dengan Academic Press Inc.
menggunakan Zymomonas pada bioreaktor Roger, S., D. Michael, and A.A. Edward, 1993. The Microbial
sampai 586.000 L, prosesnya menunjukkan World. New Jersey: Practice-Hall Inc.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1993. HFS dan Industri Ubi Kayu
perubahan efisiensi sebesar 96-98%.
Lainnya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wang, M., C. Saricks, and M. Wu, 2002. Fuel-Cycle Fossil
KESIMPULAN Energy Use and Greenhause Gas Emisions of Fuel Ethanol
Produced from U.S.M Corn.
www.ejpau.media.pl/series/art-04.html.
Pada penelitian fermentasi etanol dari limbah
Wijono, D. 1988. Evaluasi Kinetika Proses Fermentasi Etanol oleh
padat tapioka (onggok) oleh A. niger dan Z. Zymomonas mobilis ZM 4*. FTP UGM dalam Bioproses
mobilis ini menghasilkan: (i) Konsentrasi tepung dalam Industri Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi
onggok 10% yang terbaik untuk menghasilkan UGM.

106
FERMENTASI ETANOL DARI UBI JALAR (Ipomoea batatas) OLEH
KULTUR CAMPURAN Rhizopus oryzae DAN Saccharomyces
cerevisiae
Ethanol fermentation from sweet potato (Ipomoea batatas) by mixture culture of
Rhizopus oryzae and Saccharomyces cerevisiae

DIAN ARYANI, TJAHJADI PURWOKO♥, RATNA SETYANINGSIH

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126

tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi.


ABSTRACT4 Pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara
penghasil ubi jalar nomor 4 di dunia, karena
Saccharomyces cerevisiae was known to ferment berbagai daerah di Indonesia menanam ubi jalar
glucose into ethanol, but S. cerevisiae could not (Rukmana, 1997). Menurut data Dinas Pertanian
ferment starch into ethanol. This research was to
Kabupaten Karanganyar tahun 2002, tanah
study ethanol fermentation from sweet potato by mix
cultures of Rhizopus oryzae and S. cerevisiae. The pertanian di Kecamatan Matesih paling banyak
medium was prepared 10, 15 and 20%(b/v) sweet ditanami ubi jalar sekabupaten Karanganyar,
potato in aquadest into jam’s bottle. The media (50 yaitu 207 ha lahan pertanian dan 86 ha lahan
mL) was inoculated with 1 mL S. cerevisiae 1x106 kering. Ubi jalar varietas bestak dan ciceh banyak
cfu/mL. After covered by Whatman paper No.41, the ditanam di Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
bottle added with another 50 mL medium and Jumlah ubi jalar yang melimpah tersebut,
inoculated with 1 mL R. oryzae 1x105 cfu/mL.
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pem-
Concentration of reducing of sugar, starch, ethanol
and biomass was measured everyday. The result
buatan etanol. Menurut Schlegel dan Schmidt
showed that 10% sweet potato medium produced the (1994) etanol disebut juga dengan etil alkohol
highest content of ethanol that was an amount dengan rumus kimia C2H5OH mempunyai nilai
2.647% followed by 15% sweet potato medium was ekonomis tinggi, karena dapat digunakan
2.623% and 20% sweet potato medium was 2.163%. sebagai bahan bakar, alat pemanas, penerangan,
The optimum fermentation duration to produce the pelarut bahan kimia, obat-obatan, detergen, oli,
highest content of ethanol was 5 days.
dan lilin. Menurut Pelczar dan Chan (1988)
masalah kekurangan energi telah meningkatkan
Keywords: ethanol fermentation, sweet potato,
minat terhadap penggunaan etanol sebagai
mixture culture, Rhizopus oryzae, Saccharomyces
campuran bahan bakar konvensional. Gasohol
cerevisiae.
merupakan campuran 90% bensin tanpa timbal
dengan 10% etanol dan sudah digunakan
PENDAHULUAN beberapa daerah di Amerika Serikat dan
diproduksi dalam skala lebih besar di Brazil.
Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Penggunaan bahan bakar campuran itu secara
Berbagai tanaman budidaya telah dikembangkan luas ditentukan oleh faktor ekonomis yaitu biaya
di Indonesia. Tanaman ubi jalar merupakan produksi etanol. Untuk menjadikan gasohol
sebagai bahan bakar yang ekonomis, maka harus
tersedia bahan mentah yang murah dan
berjumlah banyak. Etanol dapat dibuat dari
4 Naskah asli juga diterbitkan pada Bioteknologi Vol. 1,
No. 1, Mei 2004, hal. 13-18; diterbitkan dengan seijin glukosa yang difermentasi oleh khamir.
penerbit. Khamir yang penting dalam proses

Penulis pada presentasi makalah poster fermentasi etanol adalah Saccharomyces. Khamir

107
tersebut banyak digunakan untuk produksi S. cerevisiae yang berumur (± 5 hari). S. cerevisiae
etanol karena memenuhi kriteria, antara lain pada medium PDA miring. Suspensi S. cerevisiae
produksi etanol tinggi, toleransi terhadap kadar pada medium PGY cair.
etanol dan substrat tinggi, dan tumbuh baik pada Pembuatan bubur ubi jalar. Bubur ubi jalar
pH netral (Pelczar dan Chan, 1988). Khamir dibuat dengan mencampur parutan ubi jalar dan
mempunyai kemampuan fermentasi etanol akuades sampai volume 100 mL dengan 3 variasi
menggunakan gula-gula sederhana seperti konsentrasi medium, yaitu 10%, 15%, dan 20%.
glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan rafinosa. Bubur ubi jalar disterilisasi dengan autoclave
Pati dapat digunakan sebagai bahan mentah pada suhu 1210C, selama 15 menit, sebelum
untuk fermentasi etanol. Pati lebih dulu diinokulasikan R. oryzae dan S. cerevisiae.
dihidrolisis menjadi gula sederhana yang dapat Fermentasi R. oryzae dan S. cerevisiae. Bubur
difermentasi oleh khamir (Pelczar dan Chan, ubi jalar steril (50 mL) dimasukkan ke dalam
1988). Enzim yang dapat menghidrolisis pati botol jam kemudian diinokulasi dengan 1 mL
menjadi gula sederhana adalah amilase. Enzim inokulum S. cerevisiae sebanyak 106 cfu/mL.
tersebut tidak dimiliki khamir, tetapi dimiliki Sampel ditutup dengan kertas Whatman No. 41,
oleh jamur. Salah satu jamur yang mempunyai di atasnya dituangkan lagi bubur ubi jalar 50 mL,
enzim amilase adalah Rhizopus. Di Indonesia, dan diinokulasi dengan 1 mL inokulum R. oryzae
Rhizopus dikenal sebagai jamur tempe. Dalam (± 105 cfu/mL), selanjutnya diinkubasi selama 6
keadaan aerob, Rhizopus banyak menghasilkan hari pada suhu 30oC dan digoyang dengan
enzim amilase (Dwidjoseputro, 1990; Rahayu dan shaker (60 rpm). Tiap hari sampel dianalisis
Sudarmadji, 1986). kadar pati, gula reduksi, dan etanol.
Sebagian besar fermentasi etanol dari pati Pengukuran berat kering Berat kering R.
dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama oryzae dan S. cerevisiae diperoleh dengan cara
adalah hidrolisis pati menjadi gula sederhana sentrifugasi medium atas dan bawah (3000 g)
oleh jamur penghasil enzim amilase. Tahap selama 10 menit kemudian pelet diambil dan
kedua adalah fermentasi gula sederhana menjadi dikeringkan.
etanol oleh khamir. Jika enzim amilase diekstrak Berat debris = berat pelet medium tanpa
dari sel jamur, fermentasi etanol dari pati dapat mikrobia-berat pati medium tanpa mikrobia
dilakukan dalam satu tahap. Untuk mengekstrak Berat kering sel = berat kering pelet medium
enzim amilase memerlukan teknik dan biaya umur 0-6 hari-berat debris-berat pati medium
tambahan. Oleh karena itu, pada penelitian ini umur 0-6 hari.
dilakukan fermentasi etanol dari ubi jalar oleh Kadar gula reduksi. Analisis gula reduksi
kultur campuran dalam satu tahap. Jamur yang menggunakan metode Nelson-Samogyi. Tahap-
digunakan pada penelitian ini ditumbuhkan tahap analisis gula reduksi menurut Sudarmadji
secara aerob, sedangkan khamir ditumbuhkan (1997) adalah sebagai berikut: 5 ml sampel
secara anaerob dalam satu fermentor. ditambah 95 mL akuades kemudian digojog.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Larutan sampel diambil 1 mL ditambah 1 mL
mengetahui kadar etanol yang dihasilkan dalam larutan Nelson C (campuran dari larutan Nelson
proses fermentasi kultur campuran dari ubi jalar A dan larutan Nelson B; 25:1 v/v). Kemudian
oleh Rhizopus oryzae dan Saccharomyces cereviseae. sampel dipanaskan pada hot plate pada suhu
1000C selama 20 menit. Larutan sampel
didinginkan sampai mencapai suhu kamar,
BAHAN DAN METODE kemudian ditambah 1 mL arsenomolybdat,
digojog dengan vortex dan ditambah 7 mL
Mikrobia yang digunakan pada penelitian ini akuades kemudian digojog lagi. Sampel diukur
adalah biakan murni Rhizopus oryzae dan absorbansi cahaya tampak (visible) pada panjang
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3014 dari PAU gelombang 540 nm, kemudian dikonversi ke
Pangan dan Gizi UGM Yogyakarta. mmol/l gula reduksi berdasarkan persamaan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini regresi senyawa standar glukosa monohidrat.
adalah: ubi jalar dari Matesih, medium PDA Kadar pati. Analisis kadar pati merujuk
miring, medium PGY cair dan akuades. Sudarmadji (1997) dengan cara sampel 1 mL
Penyiapan biakan. Inokulum R. oryzae ditambah 100 μL enzim amilase (10.000 unit
diperoleh dari suspensi spora R. oryzae yang Westmont Pharmaceuticals, Ltd Bogor) dan
berumur (± 5 hari) pada medium PDA miring. dibiarkan selama 2 jam, kemudian diencerkan
Inokulum S. cerevisiae diperoleh dari suspensi sel

108
sampai volume akhir 100 mL. Sampel diambil menurun sehingga hanya menghasilkan masing-
sebanyak 1 mL kemudian diukur kadar gula masing sebesar 0,222 g/100 mL dan 0,400 g/100
reduksinya. Kadar pati diperoleh dari kadar gula mL gula reduksi pada fermentasi hari ke-6. Hal
reduksi dikalikan dengan 0,9. itu karena pada awal fermentasi, R. oryzae
Kadar etanol. Analisis kadar etanol merujuk membutuhkan sumber energi yaitu gula reduksi
Waluyo (1984) dengan penetapan berat jenis untuk aktivitas pertumbuhannya sehingga
menggunakan metode piknometer. Piknometer aktivitas hihrolisis pati juga tinggi. Namun pada
kosong yang telah diketahui beratnya (a gram) akhir fermentasi kebutuhan akan energi
diisi dengan air suling sampai miniskus, berkurang karena R. oryzae mengalami sporulasi,
kemudian ditimbang dengan teliti (b gram). Air sehingga kadar gula reduksi harian hasil
suling dikeluarkan dan piknometer dikeringkan hidrolisis pati juga berkurang.
sampai benar-benar kering lalu diisi dengan Kadar medium fermentasi ubi jalar terhadap
etanol sampai miniskus dan ditentukan dengan perlakuan kadar pati masing-masing medium
teliti (c gram). 10,15 dan 20% berbeda nyata. Lama fermentasi
Berat jenis= c − a masing-masing medium berpengaruh terhadap
b−a kadar pati. Kadar gula reduksi kumulatif hasil
a = berat piknometer kosong hidrolisis pati tertinggi diperoleh dari medium
b = berat piknometer berisi akuades ubi jalar 20%, ditunjukkan dengan kadar gula
c = berat piknometer berisi etanol reduksi kumulatif hasil hidrolisis pati pada
berat jenis yang didapat ditera dengan tabel medium ubi jalar 20% berbeda nyata dengan
kadar etanol. medium lainnya. Hal itu karena pada medium
ubi jalar 20% mengandung pati tertinggi. Tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN ada aktivitas hidrolisis pati pada fermentasi hari
ke-5 dan ke-6. Hal itu ditunjukkan dengan kadar
Gula reduksi dan pati. Ketiga medium ubi gula reduksi kumulatif pada fermentasi hari ke-5
jalar yang telah selesai difermentasi tampak dan ke-6 tidak berbeda nyata dengan pada
keruh pada hari keenam. Kekeruhan tersebut fermentasi hari ke-4. Hal itu karena pada
disebabkan adanya zat padat yang melayang- fermentasi hari ke-5 R. oryzae mengalami
layang dalam larutan ubi jalar. Menurut Prescott sporulasi, sehingga terjadi sedikit aktivitas
dan Dunn (1981), secara alami zat padat tersebut hidrolisis pati.
akan hilang apabila dilakukan penyimpanan, Konsumsi gula reduksi. Konsumsi gula
penyaringan dan pematangan (aging). Namun reduksi diperoleh dari penurunan kadar gula
cara ini dapat dipercepat dengan proses reduksi selama fermentasi dengan kadar gula
pasteurisasi maupun distilasi. Larutan ubi jalar reduksi hasil hidrolisis pati. Tabel 3
dengan medium ubi jalar 20% tampak paling menunjukkan konsumsi gula reduksi oleh R.
keruh, diikuti dengan medium ubi jalar 15% dan oryzae dan S. cerevisiae.
yang terakhir medium ubi jalar 10%. Konsumsi gula reduksi harian pada semua
Tabel 1 menunjukkan kadar gula reduksi dan medium ubi jalar selama fermentasi relatif tinggi,
pati dalam medium ubi jalar selama fermentasi. yaitu lebih dari 0,900 g/100 mL, kecuali pada
Selama fermentasi, kadar gula reduksi dan pati medium ubi jalar 10% pada fermentasi hari ke-6
mengalami penurunan. Penurunan kadar pati hanya 0,166 g/100 mL. Hal itu karena suplai gula
disebabkan aktivitas enzim amilase yang reduksi untuk fermentasi hari ke-6 rendah.
dihasilkan R. oryzae. Hasil hidrolisis pati oleh Suplai gula reduksi tersebut hanya 1,574 g/100
enzim amilase adalah gula reduksi. mL dan diperoleh dari kadar gula reduksi pati
Kadar gula reduksi hasil hidrolisis pati. dari fermentasi hari ke-5 sebesar 1,518 g/100 mL
Kadar gula reduksi hasil hidrolisis pati diperoleh dan kadar gula reduksi hasil hidrolisis pati pada
dari penurunan kadar pati dibagi 0,9. Kadar gula fermentasi hari ke-6 sebesar 0,056 g/100 mL.
reduksi harian hasil hidrolisis pati pada medium Kadar medium fermentasi ubi jalar terhadap
ubi jalar 10% sampai 3 hari awal fermentasi perlakuan kadar gula reduksi masing-masing
relatif tinggi (Tabel 2). Namun aktivitas hidrolisis medium ubi jalar 10%, 15%, dan 20% berbeda
pati menurun sampai hanya menghasilkan 0,056 nyata. Lama fermentasi masing-masing medium
g/100 mL gula reduksi pada fermentasi hari ke- ubi jalar berpengaruh terhadap kadar gula
6. Kadar gula reduksi harian hasil hidrolisis pati reduksi. Konsumsi gula reduksi kumulatif
pada medium ubi jalar 15 dan 20% relatif tinggi tertinggi diperoleh dari medium ubi jalar 20%.
sampai 4 hari fermentasi awal, kemudian Hal itu ditunjukkan dengan konsumsi gula

109
Tabel 1. Kadar gula reduksi dan pati (g/100 mL) pada medium selama reduksi kumulatif pada
fermentasi etanol dari ubi jalar oleh kultur campuran R. oryzae dan S. Cerevisiae. medium ubi jalar 20%
berbeda nyata dengan
Lama Ubi jalar 10% Ubi jalar 15% Ubi jalar 20% medium lainnya.
Fermentasi Gula Pati Gula Pati Gula Pati Konsumsi gula reduksi
(hari) Reduksi Reduksi Reduksi tergantung pada aktivitas
0 4,983 2,680 5,107 4,043 5,433 6,812 hidrolisis pati dan jumlah
1 4,511 2,107 4,636 3,380 5,134 5,649 mikrobia yang
2 4,201 1,460 4,554 2,549 5,033 4,222 ditunjukkan dengan
3 3,494 1,047 3,223 2,135 4,660 3,619 biomassa total mikrobia.
4 2,653 0,762 3,223 1,685 4,652 2,737 Semakin tinggi biomassa
5 1,518 0,694 1,930 1,349 3,977 2,270 total mikrobia, maka
6 1,413 0,646 1,223 1,146 2,943 1,913
semakin tinggi aktivitas
hidrolisis pati, sehingga
semakin tinggi juga
Tabel 2. Kadar gula reduksi (g/100mL) hasil hidrolisis pati pada medium konsumsi gula reduksi.
selama fermentasi etanol dari ubi jalar oleh kultur campuran R. oryzae dan S. Konsumsi gula reduksi
cerevisiae. kumulatif tinggi selama
fermentasi sehingga
Lama Ubi jalar 10% Ubi jalar 15% Ubi jalar 20% konsumsi gula reduksi
Fermentasi kumulatif tertinggi
(hari) Harian Kumulatif Harian Kumulatif Harian Kumulatif
diperoleh dari fermentasi
1 0,637 0,637 0,733 0,733 1,292 1,292
hari ke-6. Hal itu
2 0,719 1,356 0,926 1,659 1,586 2,878
3 1,092 1,811 0,463 2,122 0,670 3,548
ditunjukkan dengan
4 0,322 2,133 0,500 2,622 0,985 4,533 konsumsi gula reduksi
5 0,067 2,200 0,367 2,989 0,511 5,044 kumulatif pada fermentasi
6 0,056 2,256 0,222 3,211 0,400 5,444 hari ke-6 berbeda nyata
dengan fermentasi hari
lainnya.
Tabel 3. Konsumsi gula reduksi (g/100 mL) oleh kultur campuran R. oryzae Biomassa. Biomassa R.
dan S. cerevisise selama fermentasi etanol dari ubi jalar. oryzae dan S. cerevisiae
meningkat seiring
Lama Ubi jalar 10% Ubi jalar 15% Ubi jalar 20%
bertambahnya lama
Fermentasi
(hari) Harian Kumulatif Harian Kumulatif Harian Kumulatif fermentasi. Biomassa R.
1 1,110 1,110 1,209 1,209 1,588 1,588 oryzae lebih tinggi
2 1,026 2,136 1,006 2,215 1,690 3,278 daripada biomassa S.
3 1,165 3,301 1,273 3,488 1,043 4,321 cerevisiae (Tabel 4). Hal itu
4 1,162 4,463 1,014 4,502 0,992 5,313 karena R. oryzae mampu
5 1,197 5,660 1,667 6,169 1,221 6,534 menghasilkan energi
6 0,166 5,826 0,922 7,091 1,408 7,934 melalui respirasi,
sedangkan S. cerevisiae
menghasilkan energi
Tabel 4. Biomassa (g/100 mL) R. oryzae dan S. cerevisiae selama fermentasi melalui fermentasi. Energi
etanol dari ubi jalar.
yang dihasilkan respirasi
lebih banyak daripada
Lama Ubi jalar 10% Ubi jalar 15% Ubi jalar 20% yang dihasilkan
Fermentasi R. S. R. S. R. S.
(hari)
fermentasi. Kadar medium
oryzae cerevisiae oryzae cerevisiae oryzae cerevisiae ubi jalar terhadap
0 0,060 0,111 0,112 0,146 0,145 0,124
biomassa R. oryzae masing-
1 0,072 0,176 0,118 0,156 0,178 0,131
masing medium ubi jalar
2 0,204 0,226 0,162 0,199 0,373 0,166
3 0,215 0,268 0,252 0,245 0,336 0,212 10, 15, dan 20% berbeda
4 0,292 0,293 0,321 0,273 0,415 0,236 nyata. Lama fermentasi
5 0,434 0,396 0,485 0,383 0,764 0,338 masing-masing medium
6 0,546 0,436 0,746 0,420 0,886 0,376 ubi jalar berpengaruh

110
terhadap biomassa R. oryzae. ketersediaan substrat yaitu gula reduksi dan
Biomassa R. oryzae tertinggi diperoleh dari jumlah mikrobia, yaitu S. cerevisiae. Meskipun
medium ubi jalar 20%. Hal itu ditunjukkan kadar gula reduksi tertinggi dihasilkan dari
dengan biomassa R. oryzae pada medium ubi medium ubi jalar 20%, tetapi kondisi medium
jalar 20% berbeda nyata dengan medium lainnya. masih relatif padat, sehingga kurang dapat
Karena R. oryzae mampu memanfaatkan pati dimanfaatkan S. cerevisiae untuk menghasilkan
sebagai sumber karbon, maka biomassa R. oryzae etanol. Selain itu jumlah S. cerevisiae tertinggi
tertinggi dihasilakan dari medium ubi jalar 20%. diperoleh dari medium ubi jalar 10%. Hal itu
Kadar medium ubi jalar terhadap biomassa S. menyebabkan produksi etanol selama 6 hari
cerevisiae masing-masing medium ubi jalar 10, 15, fermentasi tertinggi dihasilkan dari medium ubi
dan 20% berbeda nyata. Lama fermentasi jalar 10%. Pada penelitian ini dihasilkan etanol
masing-masing medium ubi jalar berpengaruh sebesar 2,553% selama 4 hari fermentasi pada
terhadap biomassa S. cerevisiae. Biomassa S. medium ubi jalar 10%. Farid (2002) mampu
cerevisiae, yaitu tertinggi diperoleh dari medium menghasilkan etanol sebesar 2% selama 3 hari
ubi jalar 10%. Hal itu ditunjukkan dengan fermentasi pada medium pati jagung 12%.
biomassa S. cerevisiae pada medium ubi jalar 10%
berbeda nyata dengan medium lainnya. Karena Tabel 5. Biomassa total mikrobia (g/100 mL) selama
S. cerevisiae tidak mampu memanfaatkan pati fermentasi etanol dari ubi jalar.
sebagai sumber karbon dan pertumbuhan S.
Lama Medium Medium Medium
cerevisiae terbaik pada medium mengandung
fermentasi ubi jalar ubi jalar ubi jalar
gula 10%, maka biomassa S. cerevisiae tertinggi (hari) 10% 15% 20%
diperoleh dari medium ubi jalar 10%. 0 0,171 0,258 0,269
Kadar medium ubi jalar terhadap biomassa R. 1 0,248 0,532 0,309
oryzae dan S. cerevisiae masing-masing variasi 2 0,430 0,361 0,539
medium ubi jalar 10, 15, dan 20% berbeda nyata. 3 0.483 0,497 0,548
Lama fermentasi masing-masing variasi medium 4 0,585 0,594 0,651
ubi jalar terhadap biomassa R. oryzae dan S. 5 0,830 0,868 1,102
cerevisiae juga berbeda nyata. Karena biomassa R. 6 0.982 1,166 1,262
oryzae lebih tinggi daripada biomassa S. cerevisiae,
maka biomassa total mikrobia tertinggi diperoleh Tabel 6. Kadar etanol (%) selama fermentasi dari ubi
dari medium ubi jalar 20% (Tabel 5). Hal itu jalar oleh kultur campuran R. oryzae dan S. cerevisiae.
ditunjukkan dengan biomassa total mikrobia
pada medium ubi jalar 20% berbeda nyata Lama Medium Medium Medium
dengan medium lainnya. fermentasi ubi jalar ubi jalar ubi jalar
Kadar etanol. Etanol merupakan hasil (hari) 10% 15% 20%
fermentasi yang dilakukan S. cerevisiae. Tabel 6 1 1,907 1,753 1,683
menunjukkan bahwa kadar etanol dari 3 medium 2 2,293 2,077 1,913
ubi jalar mengalami peningkatan sampai 3 2,520 2,127 1,947
4 2,553 2,483 2,093
fermentasi hari ke-5, kemudian menurun pada
5 2,647 2,623 2,163
fermentasi hari ke-6. Kadar etanol telah 6 2,503 2,590 2,097
mencapai maksimum pada fermentasi hari ke-4.
Hasil penelitian ini lebih lama 1 hari fermentasi
dibandingkan penelitian Farid (2002). Tabel 7. Koefisien bersih (yield) etanol selama
Kadar medium ubi jalar terhadap kadar fermentasi dari ubi jalar oleh kultur campuran R.
etanol masing-masing medium ubi jalar 10, 15, oryzae dan S. cerevisiae.
dan 20% berbeda nyata. Lama fermentasi
masing-masing medium ubi jalar berpengaruh Lama Medium Medium Medium
terhadap kadar etanol. Medium ubi jalar 10% fermentasi Ubi Jalar Ubi Jalar Ubi Jalar
(hari) 10% 15% 20%
mampu menghasilkan etanol tertinggi selama 6
1 1,72 1,45 1,06
hari fermentasi daripada medium lainnya. Hal
2 1,07 0,94 0,58
itu ditunjukkan dengan kadar etanol pada 3 0,76 0,61 0,45
medium 10% berbeda nyata dengan medium 4 0,57 0,55 0,39
lainnya. Menurut Prescott dan Dunn (1981) 5 0,47 0,43 0,33
faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar 6 0,43 0,37 0,26
etanol selama proses fermentasi, adalah

111
Menurut Moat dan Foster (1979) S. cerevisiae KESIMPULAN
memfermentasi glukosa menghasilkan etanol,
dan CO2 dengan rasio 1:2:2 seperti reaksi di Pada fementasi etanol dari ubi jalar oleh
bawah ini: kultur campuran R. oryzae dan S. cerevisiae,
medium ubi jalar 10% menghasilkan etanol
C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2 tertinggi yaitu sebesar 2,647% dibandingkan
BM 180 46 44 medium ubi jalar 15% dan 20% masing-masing
sebesar 2,623 dan 2,163% selama 5 hari
Jika secara teori 1 gram glukosa memproduksi fermentasi.
etanol hanya setengah dari konsumsi glukosa,
maka diperoleh koefisien bersih etanol (yield)
etanol adalah 0,51. Yield etanol pada fermentasi DAFTAR PUSTAKA
kultur campuran R. oryzae dan S. cerevisiae
Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
diperoleh dari perbandingan produksi etanol
Djambatan.
dan konsumsi gula reduksi. Jika koefisien bersih Farid. 2002. Natural and Microbial Product Dept, National
di atas 0,51, maka terdapat sejumlah substrat Reasearch Centre, Tahrir Street, Dokki, Cairo, Egypt.
yang tidak terukur. Jika koefisien bersih di nrcfarid@yahoo.com
Moat, A.G. dan.W. Foster, J1979. Microbial Physiology. New
bawah 0,51, maka terdapat bentuk lain hasil
York: John Wiley and Sons.
perubahan subsrat. Bentuk lain itu adalah Pelczar dan Chan, C.S.1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 2.
biomassa dan senyawa organik lainnya. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit UI Press.
Koefisien bersih etanol fermentasi hari ke-5 pada Prescott, M.C. dan C.G. Dunn, 1981. Industrial Microbiology.
New York: Mcgraw-Hill Book Compny.
medium ubi jalar 10, 15, dan 20% masing-masing
Rahayu, K dan S. Sudarmadji. 1986. Proses-proses Mikrobilogi
sebesar 0,47, 0,43, dan 0,33 (Tabel 7). Pangan. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas
Koefisien bersih (yield) dari produksi etanol Gadjah Mada.
selama fermentasi dari ubi jalar oleh kultur Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar Budi Daya dan Pasca Panen.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
campuran R. oryzae dan S. cerevisiae mengalami
Schlegel, H. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi 6.
penurunan selama 6 hari fermentasi. Penurunan Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press.
koefisien bersih tersebut disebabkan Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
berkurangnya medium fermentasi. dan Pertanian. Edisi 4. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

112
ENERGI ALTERNATIF FAME 818 ( BIODIESEL )

IMMANUEL SUTARTO

PT ETERINDO WAHANATAMA TBK Jakarta

SEKILAS ETERINDO PROFILE PT ANUGERAHINTI GEMANUSA


• Sejak pertengahan tahun 2005, PT
PT Eterindo Wahanatama Tbk (“Eterindo”)
Anugerahinti Gemanusa melakukan
didirikan pada tahun 1992, berkedudukan di
diversifikasi produk dengan menghasilkan
Jakarta yang bergerak dalam industri kimia dan
FAME 818 (BIODIESEL).
saat ini melakukan usaha perdagangan dan
• Dukungan teknologi bekerjasama dengan
distribusi produk-produk kimia yang dihasilkan
badan riset di Singapura sejak tahun 2002.
oleh perusahaan asosiasi Eterindo yaitu :
1. PT Eternal Buana Chemical Industries • Bahan baku utama: CRUDE PALM OIL dan
(EBCI), memproduksi Synthetic Latex turunannya atau MINYAK JARAK dan
Resins, Unsaturated Polyester Resins dan minyak nabati lainnya.
Alklyd & Amino Resins, Plasticizers, lokasi • Kapasitas produksi 50,000 MTPA dan dapat
pabrik berada di Cikupa, Tangerang; dikembangkan menjadi 200,000 MTPA untuk
2. PT Eterindo Nusa Graha (ENG), anak group Eterindo.
perusahaan EBCI, produksi sama dengan • Untuk memproduksi 1 MT FAME 818
EBCI, lokasi pabrik berada di Kawasan dibutuhkan +/- 1 MT minyak nabati.
Industri Gresik, Jawa Timur • FAME 818 sedang diuji coba intern di group
3. PT Petrowidada (PWD), memproduksi Eterindo pada boiler, furnace, incinerator,
Phthalic Anhydride, yaitu bahan baku utama kendaraan mesin diesel, forklift.
dalam produksi Plasticizers, Unsaturated
Polyester Resins dan Alkyd Resins, dan WHAT IS BIODIESEL?
Maleic Anhydride, lokasi pabrik berada di • Biodiesel is manufactured from most vegetable
Kawasan Industri Gresik, Jawa Timur; oils, animal fats, and recycled greases.
4. PT Anugerahinti Gemanusa (AG), • Composed of fatty acid alkyl esters.
memproduksi Specialty Plasticizers dan • Transesterification, organically derived oils
Biodiesel, lokasi pabrik berada di Kawasan are combined with alcohol (ethanol or
Industri Gresik, Jawa Timur methanol) and chemically altered to form
fatty esters such as ethyl or methyl ester.
Biodiesel Raw Materials
PROFILE PT ANUGERAHINTI GEMANUSA (AG) Oil or Fat
• Soybean
• Tahun 1994, PT Anugerahinti Gemanusa • Rapeseed
(AG) didirikan, berkedudukan di Gresik, • Palm
Jawa Timur • Jatropha
• PT Anugerahinti Gemanusa memproduksi • Cottonseed
Specialty Plasticizers dan produk-produk lain • Sunflower
• Tahun 2004, PT Anugerahinti Gemanusa • Corn
menjadi PMA dan merupakan salah satu Alcohol
perusahaan asosiasi PT Eterindo • Methanol
Wahanatama Tbk (Eterindo), perusahaan • Ethanol
publik yang bergerak dalam industri kimia. Catalyst
• Memperoleh Sertifikat ISO 9001 : 2000 • Potassium hydroxide
• Sodium hydroxide

113
BASIC REACTION

AVERAGE BIODIESEL EMISSIONS COMPARE TO CONVENTIONAL DIESEL

FAME 818 SPECIFICATION

114
PERTANYAAN

• Apakah pemerintah (Pertamina, PLN, Busway) bisa menampung produk kita (Super Diesel, B5)?
• Bisakah mengisi kekurangan Solar dari Pertamina karena adanya quota sehingga memperlancar
proses produksi?
• Adakah support dari Pemerintah ke produsen biodiesel?
• Berapa lahan yang dialokasikan (road map) untuk pemenuhan bahan baku biodiesel? Bentuk
kerjasama?
• Kapan tata niaga biodiesel dikeluarkan ? Dibawah departemen mana? Oleh siapa? Banyak
investor ingin investasi..
• Bagaimana pola kebijakan dalam penerapan pemakaian Bio?

115

You might also like