You are on page 1of 7

Kajian al-ma’arif, FSM (Forum Study Musthofawiyah) 2007-2008

MU’TAZILAH

Oleh: Ismail Nasution

Islam itu sesungguhnya hanya satu, sebagai agama yang Allah Swt turunkan kepada
Rasul-Nya dengan kesempurnaan yang mutlak.

3:‫(اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم السلم دينا (المائدة‬

"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu."(Al-Maidah: 3)

Islam telah menjawab segala problematika hidup dari segenap seginya. Tetapi masa berputar
islam berkebang pemikiran maju pesat sehingga kesatuan yang sudah terpatri dalam tubuh
islam terasa ada yang mengusik dengan munculnya metode berfikir dan sikap yang seringkali
berseberangan dengan ideology islam yang suci, disanalah yang menghina para Sahabat
yang merupakan kader militannya Rasulullah SAW, disitu pula orang-orang yang
mengagungkan ‘ahli bait’ melebihi yang di gariskan dalam agama, ada pula yang membuat
hadits-hadtis palsu demi kepentingan sepihak, ada juga yang mencampurkan agama dengan
ideology filosofis yang diwarnai dengan khayal, angan-angan dan pikiran kemanusiaan yang
jauh dari nilai ketuhanan. Apalagi mata musuh umat ini tidak pernah berkedip menunggu
darimana celah terbuka untuk masuk ke islam dan memporak-porandakan isinya. Dari sinilah
tercipta apa yang disebut “firqoh”,ada Syi’ah, Khawarij, Murji’ah, Rowafidah, Mu’tazilah,
Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah dll. Yang pada dasarnya masing-masing sekte ini merasa
merekalah yang paling benar, tapi tak jarang firqah-firqah ini ditunggangi orang-orang yang
jahil agama dan musuh-musuh islam seperti Orientalis jahat dan Yahudi terlaknat. Namun
beberapa hal yang perlu diperhatikan setiap muslim dan mu’min yaitu:

‫ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويت بع غير المؤمنين نوله ما تولى ونصليه جهنم وساءت‬
115 ‫(مصيرا ( النساء‬

Allah Ta'ala berfirman : "Barangsiapa yang menyimpang dari Rasul setelah terang padanya
petunjuk itu, dan mengikuti jalan selain mukminin, Kami akan gabungkan dia dengan orang-
orang sesat dan Kami masukkan dia ke neraka Jahannam."(An-Nissa:115(.

Dan firman Allah SWT lainnya:

‫الخ الية‬......‫واعتصموا بحبل الله جميعا ول تفرقوا‬

Allah berfiman : "Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan agama Islam ini dan jangan (
(kalian berpecah belah dari agama ini…"(Ali Imran:10

a. Depenisi dan Sejarah Kemunculan Mu’tazilah

1
Berbicara tentang perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya,karena terus menerus
terjadi perpecahan dan perbedaan mulai dengan munculnya Khowarij dan Syi’ah kemudian
muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah syi'ar akal dan
kebebasan berfikir. satu syi'ar yang menipu dan mengelabuhi orang-orang yang tidak mengerti
bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi yang benar. Sehingga banyak kaum
muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk pemikiran kelompok ini. Akhirnya terpecahlah
dan berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para
shahabat-shahabatnya. Akibat dari hal itu bermunculanlah kebid’ahan-kebid’ahan yang
semakin banyak dikalangan kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan
mereka serta memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam
kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih
mendahulukan akal dan pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu dari
Allah Swt sehingga banyak ajaran Islam yang tidak mereka akui karena menyelisihi akal
menurut perasangka mereka. Bermunculanlah pada era dewasa ini pemikiran Mu'tazilah
dengan nama-nama yang yang cukup menggelitik dan mengelabuhi orang yang
membacanya, mereka menamainya dengan Aqlaniyah. Modernisasi pemikiran. Westernasi,
Liberalisme dan Sekularisme serta nama-nama lainnya yang mereka buat untuk menarik dan
mendukung apa yang mereka anggap benar dari pemkiran itu, dalam rangka usaha mereka
menyusupkan dan menyebarkan pemahaman dan pemikiran ini.

Definisi Mu'tazilah:

a. Secara Etimologi Mu'tazilah atau I'tizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan
kesendirian, kelemahan dan keterputusan,

b.Secara Terminologi

Para Ulama banyak mendepenisikan kalimat ini, sebagian ulama mendefinisikannya


sebagai “satu kelompok dari qadariyah yang menyelisihi pendapat umat Islam dalam
permasalahan hukum pelaku dosa besar yang dipimpin oleh Washil bin Atho' dan Amru bin
Ubaid pada zaman Al Hasan Al Bashry”. Suatu persi menyebutkan munculnya Mu’tazilah
adalah dari kisah Hasan Al-Bashri (21 – 110 H(. yang berbeda pendapat dengan muridnya
yang bernama washil bin ‘atha’ (80 – 131( pada masalah pelaku dosa besar. Maka dengan
I’tizalnya’ dari majlis Hasan Al- bashri dinamakanlah Wasil dan orang-orang yang sepaham
dengannya dengan Mu’tazilah. Mereka begitu hebat melobi dan memutar kata sehingga bisa
memegang pemerintahan islam selama kurang lebih dua ratus tahun. Sebagaimana berselisih
faham Hasan bashri dengan muridnya berselisih pula Abu Hasan Al-asy'ari (260 – 330(
dengan gurunya yang bernama Abu Ali Al-juba’I ( 235 – 303( pada masalah sifat Allah swt
yaitu wajibnya Allah swt berbuat baik”
dari sumber yang disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa Mu’tazilah merupakan suatu
jama'ah yang lain dari Ahlussunnah wal jamaah yang lebih mengedepankan pikiran dari nash.
Dan pelopor munculnya fikiran seperti ini adalah Washil bin Atha’ yang kemudia mendirikan
jama’ah yang disebut dengan Mu’tazilah.

b. Pandangan Mu’tazilah terhadap Al-quran dan Hadits

Pandangan Mu’tazilah tentang Alqur’an secara umum memang berbeda dengan


Jumhur muslimin, mulai dari cara mereka beradab dengan Alquan dan mengingkari beberapa

2
nash yang begitu nyata dalam Alqur’an. Seperti apa yang di fahami Mu’tazilah nazomiyah
bahwa makhluk yang terdiri dari Manusia, binatang, tumbuhan langit dan bumi diciptakan
tuhan dengan serentak, padahal sudah ada diceritakan dalam Alqur’an bahwa semua itu
bertahap. Kemudia jumhur Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Alquran itu adalah makhluk.
Setelah berhasil menyulap khalifah Al-ma’mun mu’tazilah semakin aktif menjalankan aksinya,
apalagi setelah sang khalifah mengumumkan faham Mu’tazilah sebagai ideology Negara dan
memaksa masyarakat supaya membenarkan apa yang sebetulnya berlawanan dengan
keyakinan mereka. Disanalah kita baca seorang ulama universal Ahmad bin Hambal
mengalami siksaan dan mendekam dipenjara selama 13 tahun karma tidak mau mengakui
bahwa Al-qur’an adalah makhluk. Ini semua menjadi bukti betapa ulama-ulama Ahlussunnah
mengalami penekanan, boikot bahkan penyiksaan. Sampai kurun waktu 200 tahun. Sampai
akhirnya kholifah Al-mutawakkil (218.H( naik sebagai pemegang estapet kepeminpinan
tertinggi dalam islam dan dia mengumumkan kecondonagannya kepada Ahlussunnah wal
jama’ah; setelah itu Mu’tazilahpun terkesan lemah, loyo danpa daya laksana ayam kehilangan
induk, bahkan setelah itu sampai sekarang mereka tidak lagi bisa bangkit tegak seperti dulu.
Banyak lagi disana pengingkaran terhadap Nash Alqur’an seperti pendapat mereka bahwa
orang-orang Kafir, Musrik, Yahudi, Nasrani akan jadi tanah nanti di akhirat dan tidak mendapat
siksaan, padahal nashnya sudah jelas bahwa mereka akan mengalami siksaan yang kekal
dalam neraka, yang paling tragis sekali adalah ketika mereka mengatakan bahwa manusia
pasti sanggup membuat ayat yang serupa dengan Alqur’an baik dari segi fasohah, balagoh
dan I’jaznya. Padahal sudah jelas-jelas di ugkapkan dalam Alquran bahwa sekalipun manusia
dan jin bekerja sama untuk meniru alquran mereka tidak akan sanggup.

Kemudian Mu’tazilah memandang Sunnah/Hadis tak jauh beda dengan pandangan


mereka terhadap Alqur’an, bahwa bagaimanapun juga fikiran yang di dahulukan. Seperti
halnya masalah periwayat dalam ilmu Hadits mereka tidak menerima hadits yang bersumber
dari periwayat yang berseberangan pemikirannya dengan mereka demikian pula mayoriytas
ulama Hadist tidak menerima perowi Mu’taziliyin. Namun walaupun demikian Para ulama
berbeda pendapat tentang mauqif mu'tazilah dalam pembagian hadits kepada mutawatir dan
ahad, sebagaimana Ahlussunnah membagi Hadits kepada dua bahagian itu dan menerima
keduanya menjadi hujjah. Suatu riwayat yang bersumber dari Hasan Al-Bashri berkata: Abu
Ali Al-jubba’I dan satu jama’a dari ulama Mu’tazilah tidak membolehkan beramal dengan
hadits ahad. Iman ibnu Hazmin menjelaskan” mayoritas ulama islam menerima Khobar ahad
yang tsiqah/terpercaya dari Nabi SAW, sama ada ia dari Ahlussunnah, Syi’ah, Khowarij, dan
Qadariyah, namun setelah abad pertama hijriyah Mu’tazilah menyalahi ijma’ ulama Islam tadi.

c.Pandangan jumhur ulama terhadap faham Mu’tazilah

Pandangan mayoritas ulama kepada Mu’tazilah tergantung kadar ke ekstriman


kelompok Mu’tazilah itu sendiri namun secara umum memang mayoritas ulama tidak setuju
dengan firqah ini. Ada beberapa pernyataan ulama yang bisa kita baca seperti; Suatu riwayat
Muhammad bin Hasan mengatakan "siapa yang sholat di belakang Mu’tazilah maka
hendaklah ia mengulangi sholatnya” dan ketika Abu Yusuf ditanya tentang pandangannya
kepada mu’tazilah beliau menjawab "mereka adalah Zanadiqoh/kafir zindiq" dan di lain
pernyataan kita baca ada ungkapan yang lebih keras dari ini seperti; ‘Ahlussunnah

3
berkomentar tentang “Al-futiy “ dan pengikutnya bahwa darah dan harta mereka halal bagi
kaum muslimin, siapa yang membunuh mereka tidak akan dikenakan diat dan kiparat bahkan
membunuh mereka adalah salah satu jalan taqorrub kepada Allah SWT

Dari uraian dan kutipan diatas dapat kita pahami bahwa pemikiran Mu’tazilah ini tidak
berterima di manyoritas ulama.

d.Ulama-ulama Mu’tazilah

Ada banyak tokoh dan ulama mu’tazilah yang bertebaran di Daulah Arabiyah khususnya,
Mu’tazilah terbagi menjadi dua kelompok besar saat menjalani misinya dengan sponsor
Daulah Abbasiyah, yaitu:

1. Cabang Bashroh, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Waashil bin Atho', Amr bin
Ubaiid, Utsman Ath Thowil, Abu Al Hudzail Al 'Alaaf, Abu Bakr Al Ashom, Ma’mar bin
Ubaad, An Nadzom, Asy Syahaam, Al Jaahidz, Abu Ali Aljubaa'i, Abu Hasyim Al Jubaa'i
dan yang lain-lainnya.

2. Cabang Baghdad, yang terwakili oleh tokoh-tokoh seperti Bisyr bin Mu'tamir, Abu Musa
Al Mardaar, Ahmad bin Abii Duaad, Tsumamah bin Al Asyras, Ja'far bin Harb, Ja'far bin
Mubasyir, Al Iskaafy, Isa bin Al Haitsam Al Khayaath, Abul Qasim Al-Balkhy Al- Ka'by
dan yang lain-lainnya.

Dan ada banyak kelompok-kelompok kecil dalam tubuh Mu’tazilah yag semua berdasar dari
perbedaan pemikiran dalam setiap tokohnya. Yaitu:
1. Al -washiliyah.

Mereka adalah pengikut abu hudzaifah washil bin ‘atho’ al- ghazzalah. Dia adalah
murid imam Hasan al-bashri dan keduanya hidup dizaman khalifah Abdullah bin
marwan dan Hisyam bin Abdul Malik.

2. Al-Hudzailiyah

Mereka adalah kelompok yang di gagas oleh Abu Hadzil Hamdan bin Hadzil Al-‘Allaf, dia
termasuk syekhnya mu’tazilah dan orang terkemuka di antara mereka, dia mendapat faham
mu’tazilah dari Utsman bin Kholid At-towil dari Washil bin ‘Atha’. Persi lain mengatakan bahwa
Abu hadzil belajar Mu'tadzilah itu dari Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad bin Hanafiyah,
dan persi lain mengatkan dia mengambil faham itu dari Hasan bin Abi hasan Al basyri.

3. An-Nazzomiyah

Mereka adalah aliran yang dipelopori oleh Ibrohim bin Sayyar bin Hani’ An-nazzom. Ia
telah banyak membaca kitab-kitab Filosof sehingga kemudia bercampur dengan faham
Mu’tazilahnya. Ia berbeda pendapat dengan Mu’tazilah lain pada beberapa masalah, antara
lain ia mengatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk ini serentak yaitu manusia,
tumbuhan, hewan diciptakan serentak sebagaiman yang kita lihat sekarang. Pendapat ini di
adopsi dari Filosof dan bertentanga dengan apa yang di sepakati ulama salaf dan khalaf.

4
4. Al-Khobitiyyah dan Al-Hadatsiyyah

Al-Khobitiyah adalah pengikut Ahmad bin Khobit, demikian juga Al-Hadatsiyah adalah
pengikut Fadhl Al-Hadtsi. Sebetulnya kedua orang ini adalah Mu’tazilah Nazomiyah namun
setelah membaca dan mempelajari banyak buku-buku Filsafat mereka juga punya pikiran
yang melenceng dari Mu’tazilah itu sendiri seperti; mereka menyakini bahwa dalam diri Nabi
‘Isa as itu ada unsur ketuhanan seperti apa yang di percayai Nasrani bahwa nanti di akhirat
‘Isa akan ikut menghitung amal manusia.

5. Al-Bisyriyah

Mereka adalah pengikut Bisyri bin Mu’tamir, dia termasuk pembesar Mu’tazilah.

6. Al-Mu’ammariyah

Ini adalah pengikut Mu’ammar bin ‘Abbad As-Salmi, dia termasuk pembesar Qodariyah
dan ia banyak menyimpang dari Ahlusunnah bahkan Mu’tazilah sendiri seperti pendapatnya
yang menapikan Qadar baik dan buruk dari Allah SWT dan mengingkari bahwa Allah SWT itu
Qadim, bahkan menyesatkan dan mengkafirkan orang yang berseberangan dengannya.

7. Al-Mardariyah

Mereka adalah pengikut ‘Isa bin Sobih Al-Makni yang diberi gelar dengan “Mardar”, ia
penah jadi murid Bisyri bin Mu’tamir dan ia di gelar juga dengan Rohibul Mu’tazilah=guru
besarnya Mu'tazilah. ia berbeda dengan Mu’tazilah lain pada beberapa masalah seperti; dia
berpendapat pada sipat Qudratnya Allah SWT itu termasuk bahwa Allah SWT sanggup
berbohong dan berbuat zalim, dan kalau Allah SWT misalnya berdusta atau berlaku zalim
maka jadialah Ia Tuhan yang zalim dan Tuhan pendusta. Kemudian sang Mardar inilah yang
paling menonjol menggembar-gemborkan bahwa Al-qur’an itu adalah makhluk dan manusia
mampu membuat bacaan yang sama dengan Al-quran baik dari segi balagah, fasohah dan
I’jaznya.

8. Ats-Tsumamiyah

Ini adalah kelompok Tsumamah bin Asyros An-Namiry, ia termasuk Mu’tazilah yang
ekstrim dan banyak berbeda dengan Mu’tazilah lain, seperti pendapatnya yang mengatakan
bahwa orang fasiq itu kekal di neraka dan mengatakan bahwa orang kafir dari Yahudi,
Nasrani, Majusi, Dahri, Musyrik dan Zanadiqoh nanti di akhirat akan jadi tanah, sama dengan
binatang dan anak-anak orang beriman. Suatu riwayat menyebutkan ketika Tsumamah
melihat kaum muslimin berlari kemesjid untuk sholat jum’at karna takut terlambat maka dia
berkata” lihatlah para kerbau itu, lihatlah himar-himar itu”.

9. Al-Hisyamiyah

Mereka adalah pengikut Hisyam bin Amru Al-futi, ia adalah orang yang sangat ekstrim
pada masalah Qudratnya Allah SWT. Ia mengingkari banyak perbuatan Allah yang sudah
nyata sekalipun dalam Al-quran seperti; ia mengingkari bahwa Allah SWT yang menyatukan
hati orang-orang beriman bahkan mengatakan bahwa yang menyatukan hati orang-orang

5
beriman itu adalah mereka sendiri dengan ikhtiyar mereka. pedahal sudah jelas di ungkapkan
dalam al-quran:

63 ‫(ما ألفت بين قلوبهم ولكن الله الف بينهم (النفال‬

Ahlussunnah berkomentar tentang “al-futi “ dan pengikutnya bahwa darah dan harta
mereka halal bagi kaum muslimin, siapa yang membunuh mereka tidak akan dikenakan diat
dan kiparat bahkan membunuh mereka adalah salah satu jalan taqorrub kepada Allah SWT.

10. A-Jahiziyyah

Mereka adalah pengikut Amru bin Bahr abu Utsman Al-Jahiz, ia merupakan orang yang
dimuliakan di Mu’tazilah dan termasuk penyusun kitab-kitab mereka. salah satu pendapatnya
yang menyimpang dari Mu’tazilah lain adalah ia berpendapat bahwa orang yang masuk
neraka itu tidak selamanya akan mendapat siksa tapi mereka akan menjelma jadi unsur dari
api itu sendiri.

11. Al-Khoyyatiyah dan Ka’biyah

Mereka adalah kelompok Abu Husein bin Abu Amru al-Khoyyat dan Ustadz Abu Qasim bin
Muhammad Al-Ka’bi. Mereka berdua ini adalah Mu’tazilah dari Bagdad, mereka bisa dibilang
satu aliran.

12. Al-Juba'iyyah dan dan Bahsyamiyah

Mereka adalah pengikut Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jubbai dan anaknya Abu
Hasyim Abdussalam. Mereka berdua ini adalah orang Mu’tazilah dari Bashrah dan beberapa
masalah berbeda dengan Mu'tazilah lainnya seperti; keduanya mengingkari bahwa Allah SWT
akan dilihat di akhirat, mengatakan bahwa kalam Allah SWT adalah berhuruf, tersusun dan
bersuara.

e.Penutup

Setelah kita membaca dan menelaah tulisan sederhana di atas secara otomatis
dapatlah kita menyimpulakan bahwa sebenarnya faham Mu’tazilah itu adalah salah satu
Firqah dalam islam yang mengedepankan pemikiran dan mengenyampingkan Al-Quran,
Hadits, Ijma’ apabila berbenturan dengan akal pikiran, secara pemikiran mereka banyak
terpengaruh dengan metode berpikir para filosofis yunani yang jauh dari disiplin ketuhanan.
mereka berseberangan dengan Ahlissunnah wal jama’ah dalam banyak masalah sehingga
bayak ulama yang mengecam mereka. Mu’tazilah berdiri sekitar abad pertama Hijriyah
dengan di pelopori Washil bin ‘Atho’ dan jama’ahnya. Mereka pernah jaya dimasa dinasti
Abbasiyah di pinpin oleh Khalifah Al-ma’mun, dan Faham mu’tazilah ini sempat menjadi
idiologi Khilafah Islamiyah walau sebenarnya tidak menerima di hati masyarakat muslimin.
Tetapi setelah masa keemasan itu mereka tidak pernah lagi bangkit seperti dulu sampai
sekarang. Tetapi walaupun demikian kita jangan lupa bahwa, fikrah dan metode berpikir
mereka dalam menyerap ajaran Islam masih hidup di era globalisasi ini, namun barangkali

6
berbeda nama dan rupa tapi sama ma’na dan tujuan.

Referensi:
Kholid Syamhudi, Mu’tazilah, www.islam.download.com
Ibrohim bin Ibrohim bin Hasan Al-laqqoni, Arjuzah Jauharoh At-tauhid, lajnah aqidah wal filsafat
Universitas Al-azhar 2007-2008.
Imam Syaharostani, Milal wannihal, Maktabah al-iman, Cairo, 2005.
Lajnah qismi al-hadits wa ulumihi universitas Al-azhar, Tarikh sunnah, Cairo, 2006-2007.

You might also like