You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN Nasofaringitis adalah adalah penyakit menular virus pada sistem pernapasan bagian atas yang mempengaruhi

terutama hidung. Gejala-gejala termasuk batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan demam yang biasanya menyelesaikan dalam tujuh sampai sepuluh hari, dengan beberapa gejala yang berlangsung sampai tiga minggu. Lebih dari 200 virus yang terlibat dalam penyebab flu biasa, sedangkan rhinovirus adalah yang paling umum. Infeksi saluran pernapasan atas dibagi berdasarkan tempat yang di pengaruhi oleh Nasofaringitis yaitu hidung, faringitis, tenggorokan dan sinusitis sinus. Gejala utama karena respon kekebalan tubuh terhadap infeksi daripada kerusakan jaringan oleh virus sendiri.

BAB II NASOFARINGITIS
II. 1. Definisi

Merupakan peradangan akibat infeksi virus di saluran pernafasan atas. Nama lain dari nasofaringitis akut antara lain rhinofaringitis akut, rhinitis simpleks, selesma, coryza atau orang awam lebih sering menyebut masuk angin/common cold (CC) Selesma (common cold) dan flu (influenza) sering disebut sebagai selflimiting desease karena sebenarnya penyakit ini merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Selesma disebabkan oleh bermacam-macam virus (diketahui lebih dari 100 virus sepertirhinovirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV), coronavirus, dan lain-lain) sedangkan flu disebabkan oleh virus influenza, biasanya tipe A. Ukuran partikelnya sendiri sangat kecil dengan diameter hanya < 10 um, akan sangat mudah untuk menginfeksi. Setelah menginfeksi sel di saluran nafas, virus akan berkembangbiak dan menginfeksi sel-sel yang berdekatan, masa inkubasinya berkisar antara 1872 jam. Beberapa penyakit dapat diawali dengan gejala yang mirip dengan gejala flu sepertipneumonia, bronkitis, pertusis, dan lain sebagainya padahal penyebabnya berbeda dan penatalaksanaannya juga berbeda. Setiap orang pasti pernah menderita selesma atau flu, di Amerika setiap tahun setidaknya 3-4 kali seseorang akan mengalaminya. 2. Etiologi Penyebab CC ialah virus. Yang tersering adalah rhinovirus (25-80%), coronavirus (10-20%), virus influenza (10-15%). Virus jenis lain di antaranya adenovirus, myxovirus, coxsackie virus, echo virus. Virus-virus tersebut dapat ditularkan secara kontak langsung (sentuhan) maupun tidak langsung (droplet/udara/bersin/batuk) dan menginfeksi saluran pernafasan atas, baik di hidung maupun tenggorokan. Gejala biasanya timbul satu hingga dua hari setelah terpapar virus dan berat ringannya dipengaruhi oleh tingkat daya tahan tubuh seseorang 3. Epidemiologi

Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia. Baik laki-laki maupun perempuan dewasa memiliki insidensi yang sama. Di Amerika Serikat, rata-rata orang dewasa menderita CC ini 4 sampai 6 kali tiap tahunnya. Anak-anak di bawah umur 3 tahun lebih sering frekuensinya, yakni sekitar 6 sampai 8 kali tiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan daya tahan tubuh atau imunitas pada anak belum sebaik orang dewasa. 4. Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskular yang berbentuk corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke VI. Pada bagian atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, pada bagian depan berhubungan dengan mulut melalui istmus orofaring, sedangkan laring di bawah berhubungan melalui additus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm. Bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Bagian faring yang terlebar terdapat setinggi os hyoideum (5cm), dan bagian faring yang tersempit (1,5cm) pada ujung bawahnya, yakni pada peralihannya ke esophagus. Dinding laring dibentuk oleh selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring atau hipofaring. Sepertiga bagian atas atau nasofaring adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak, kecuali palatum molle bagian bawah. Bagian tengah faring, disebut orofaring, meluas dari batas bawah palatum molle sampai permukaan lingual epiglottis.

a. Nasofaring Nasofaring terletak di belakang rongga hidung, di atas palatum molle. Bila palatum molle diangkat dan dinding posterior faring ditarik ke depan, seperti waktu menelan, maka nasofaring tertutup dari orofaring. Nasofaring mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral. Atap nasofaring dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsila pharyngealis, terdapat di dalam submmucosa daerah ini. Dasar nasofaring dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yang miring. Isthmus pharyngeus adalah lubang di dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle dan dinding posterior faring. Selama menelan, hubungan antara naso dan orofaring tertutup oleh naiknya palatum molle dan tertariknya dinding posterior faring ke depan. Dinding anterior nasopharynx dibentuk oleh apertura nasalis posterior, dipisahkan oleh pinggir posterior septum. Dinding posterior membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap. Dinding ini ditunjang oleh arcus anterior atlantis. Dinding lateral pada tiap-tiap sisi mempunyai muara tuba auditiva ke pharynx. Pinggir posterior tuba membentuk elevasi yang disebut elevasi tuba. M. salphingopharyngeus yang melekat pada pinggir bawah tuba, membentuk lipatan vertical pada membranca mucosa yang disebut plica salphingopharyngeus. Recessus pharyngeus adalah lekukan kecil pada dinding lateral di belakang elevasi tuba. Kumpulan jaringan limfoid di dalam submucosa di belakang muara tuba auditiva disebut tonsila tubaria. b. Orofaring Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir atas epiglotis. Orofaring mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral. Atap orofaring dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus. Kumpulan kecil jaringan limfoid terdapat di dalam submucosa permukaan bawah palatum molle. Dasar orofaring dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yang hampir vertical) dan celah antara lidah dan permukaan anterior epiglottis. Membrana mucosa yang meliputi sepertiga posterior lidah berbentuk irregular, yang

disebabkan oleh adanya jaringan limfoid di bawahnya, disebut tonsila linguae. Membrana mucosa melipat dari lidah menuju epiglottis. Pada garis tengah terdapat elevasi, yang disebut plica glossoepiglottica mediana, dan dua plica glossoepiglottica lateralis. Lekukan kanan dan kiri plica glossoepiglottica mediana disebut vallecula. Dinding anterior terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus orofaring (isthmus faucium). Di bawah isthmus ini terdapat pars pharyngeus linguae. Dinding posterior orofaring disokong oleh corpus vertebra cervicalis kedua dan bagian atas corpus vertebra cervicalis ketiga. Pada kedua sisi dinding lateral terdapat arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus dengan tonsila palatina di antaranya. Arcus palatoglossus adalah lipatan membrane mucosa yang menutupi m. palatoglossus yang terdapat di bawahnya. Celah di antara kedua arcus palatoglossus merupakan batas antara rongga mulut dan orofaring dan disebut isthmus faucium. Arcus palatopharyngeus adalah lipatan membrane mucosa pada dinding lateral orofaring, di belakang arcus palatoglossus. Lipatan ini M. palatopharyngeus yang ada di bawahnya. Fossa tonsilaris adalah sebuah recessus berbentuk segitiga pada dinding lateral orofaring di antara arcus palatoglossus di depan dan arcus palatopharyngeus di belakang. Fossa ini ditempati oleh tonsila palatina. Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh membrane mucosa, dan permukaan medialnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat banyak lubang kecil, yang membentuk crypta tonsillaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan fibrosa yang disebut capsula. Tonsila mencapai ukuran terbesarnya pada masa anak-anak, tetapi sesudah pubertas akan mengecil dengan jelas.

Batas anterior dari tonsila palatina adalah arcus palatoglossus. Di posterior terdapat arcus palatopharyngeus. Pada superior terdapat palatum molle, disini tonsila palatina dilanjutkan oleh jaringan limfoid di permukaan bawah palatum molle. Di inferior dari tonsila palatina terdapat sepertiga posterior lidah. Di sebelah medial dari tonsila palatina terdapat orofaring. Dan batas lateral tonsila palatine adalah kapsula yang dipisahkan dari m. constrictor pharyngis superior oleh jaringan alveolar jarang. Pendarahan arteri yang mendarahi tonsila adalah a. tonsilaris, sebuah cabang dari a. Facialis. Sedangkan aliran vena-vena menembus m. Constrictor Pharyngis Superior dan bergabung dengan v. palatine externa, v. pharyngealis, atau v. facialis. Pada aliran limfe, pembuluh-pembuluh limfe bergabung dengan nodi lymphoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan belakang angulus mandibula. c. Laringofaring Laringofaring terletak di belakang aditus larynges dan permukaan posterior laring, dan terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai dengan pinggir bawah cartilago cricoidea. Laringofaring mempunyai dinding anterior, posterior, dan lateral. Dinding anterior laringofaring dibentuk oleh aditus laryngis dan membrane mucosa yang meliputi permukaan posterior laring. Dan dinding posterior laringofaring disokong oleh corpus vertebra cervicalis ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Sedangkan dinding lateral laringofaring disokong oleh cartilage thyroidea dan membrane thyroidea. Sebuah alur kecil tetapi penting pada membrane, disebut fossa piriformis, terletak di kanan dan kiri aditus laryngis. Fossa ini berjalan miring ke bawah dan belakang dari dorsum linguae menuju oesophagus. Fossa piriformis dibatasi di medial oleh plica aryepiglottica dan di lateral oleh lamina cartilago thyroidea dan membrane thyroidea.. Pada pemeriksaan laringofaring dengan dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laryngoskop akan tampak struktur yang dinamakan valekula (pills pocket), yang merupakan 2 buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glossoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.

5. Patofisiologi Perubahan pertama adalah edema dan vasodilatasi pembuluh darah pada submukosa.Infiltrate sel mononuclear menyertai, yang dalam 1-2 hari menjadi polimorfonuklear. Perubahanstruktural dan fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat, epitel superficial mengelupas. Regenerasi sel epitel baru terjadi setelahlewat stadium akut. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudianmengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas,termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus. 6. Manifestasi Klinis Perbedaan selesma dengan influenza Commond cold atau selesma dan flu memiliki gejala yang hampir sama, yaitu bahwa mereka mempengaruhi saluran pernafasan, tenggorokan sakit, hidung tersumbat atau pun meler, batuk, dll. Namun secara umum, gejala selesma jauh lebih ringan daripada gejala flu. Gejala flu (influenza) bisa meliputi demam tinggi, menggigil, badan pegal-pegal, dan kelelahan. Selesma dan flu disebabkan oleh virus yang berbeda. Jika selesma disebabkan oleh virus selesma (cold virus atau rhinovirus), influenza disebabkan oleh virus Haemophylus influenzae yang memiliki berbagai type, yaitu type A, B, dan C

Berikut perbedaan antara selesma dan flu dilihat dari gejalanya, antara lain: Commond cold / Selesma:

Demam: jarang Sakit kepala : jarang Nyeri dan pegal : ringan Lemah : jarang/lemah Terbaring di tempat tidur : jarang Pilek : sering Bersin-bersin : biasa Tenggorokan sakit : biasa Batuk : kadang-kadang, ringan-sedang Komplikasi yang bisa terjadi : Sinus atau infeksi telinga

Sesak nafas dengan/ tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung meler, batuk, Suara serak Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa dahak Seringkali berlangsung sampai minggu kedua.

Flu / Influenza:

Demam : tiba-tiba, seringkali demam tinggi, berakhir dalam 3-4 hari Sakit kepala : sering Nyeri dan pegal : biasa terjadi, dan sering sangat sakit Lemah : sedang sampai berat, bisa sampai satu bulan Terbaring di tempat tidur : sering, bisa sampai 5-10 hari Pilek : kadang-kadang Bersin-bersin : kadang-kadang Tenggorokan sakit : kadang-kadang Batuk : Biasa, bisa menjadi parah Komplikasi yang bisa terjadi : pneumonia, gagal ginjal, gagal hati, dapat

mengancam jiwa 7. Diagnosis Banding Influenza 8. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan tandanya. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama lebih 10 hari atau dengan demam > 37,8C. 9. Tata Laksana

Usahakan untuk beristirahat dan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman, serta diusakahan agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani tirah baring di rumah.

Minum banyak cairan guna membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan/dibuang. Untuk meringankan nyeri atau demam dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Pada penderita dengan riwayat alergi, dapat diberikan antihistamin Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu mengencerkan sekret dan mengurangi sesak di dada. Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu mengeluarkan sekret yang kental Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari saluran pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur.

Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti batuk. Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika terjadi suatu infeksi bakteri.

Pencegahan o Jagalah kebersihan diri dan lingkungan


o

Sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang. Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular atau mengurangi jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang penderita

10. Komplikasi Sinusitis, tuba katar, peradangan telinga, radang tenggorokan, bronkitis, asma bahkan infeksi paru. 11. Prognosis Common cold sebenarnya merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Namun bila tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan perburukan keadaan/komplikasi.

DAFTAR PUSATAKA
1. Liston SL. Embriologi, anatomi dan fisiologi rongga mulut, faring, esophagus dan

Leher. Dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : Penerbit buku kedokteran. EGC.1997. Hlmn. 264-271 2. Ruamarjono. Kartosoediro, Soerjadi. Odinofagi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2006.hlmn 173-177
3. Nasofaringitis. http://en.wikipedia.org/wiki/Common_cold 4. Upper Respiratory Track Infection. http://emedicine.medscape.com/article/302460-

overview#showall .

You might also like