You are on page 1of 3

Pancasila Bagi Manusia Modern bag 1

SEJARAH PANCASILA. Oleh Wandy M Tuturoong sebagai pembicara pertama


mengulas topik Sejarah Pancasila dengan sajian yg apik dan menarik. Menjelang
kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Jepang berusaha menarik perhatian para
pemimpin kita, dengan mendirikan Panitia Persiapan Kemerdekaan dan BPUPKI
Pertanyaan yg timbul pada sidang yg berlangsung selama tiga hari itu adalah :”Jika
Indonesia Merdeka apa yang akan menjadi Dasar Negara?” Begitu banyak
pendapat, teori dan perdebatan. Tetapi pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno berpidato
dan memukau semua orang yang hadir pada siding tersebut.
“Jika hanya memikirkan hal yang remeh-temeh kapan Indonesia akan merdeka?
Dasar Negara haruslah Simpel dan Universal”
Ada 5 poin utama yang dikemukan oleh Sukarno pada saat itu: (1) Kebangsaan, (2)
Kemanusiaan, (3) Kerakyatan, (4) Keadilan Sosial, dan (5) Ketuhanan.
Dan jika kelima poin tersebut disimpulkan maka menjadi GOTONG ROYONG. Karena
itu Gotong Royong merupakan Roh dari Pancasila. Soekarno dalam Pidatonya juga
mengatakan, “KETUHANAN DENGAN BERKEBUDAYAAN”
Akhirnya dibentuklah panitia untuk menyusun Pancasila sebagai dasar Negara, dan
lahirlah PIAGAM JAKARTA. Ada perbedaan pada sila Pertama saat itu yaitu: ‘Ketuhanan
dengan menjalankan Syariat Islam’ Dengan mempertimbangkan suara dari Indonesia
Timur maka sila Pertama diganti menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
Pancasila sering dipolitisir oleh pihak-pihak tertentu. Pada thn 1957-1959 ada pemikiran
untuk merumuskan kembali Dasar Negara. Dewan Konstituante memperdebatkan hal itu
selama 2 tahun dengan beberapa pilihan : (1) Dasar Negara Pancasila dipertahankan,
(2) Dasar Negara Islam, atau (3) Dasar Negara Sosio Demokrasi
Pada akhirnya Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden dan membubarkan Dewan
Konstituante dan kembali pada Pancasila. Untuk mempertahankan Pancasila, Soekarno
membuat indoktrinasi yang dikenal dengan 7 POKOK INDOKTRINASI. Yang berujung
membuat Pancasila menjadi dogmatis dan menjenuhkan.
Banyak orang menolak Pancasila hanya karena merasa ingin berbeda dengan Pihak
Penguasa, karena Pancasila dipolitisir oleh pihak-pihak yang berkuasa untuk
melanggengkan kekuasaannya. Apa yang membuat Pancasila menarik adalah nilai-nilai
persatuan tapi universal yang dikandung di dalamnya. Ketika kita dihadapi oleh berbagai
persoalan multidimensional dan mulai kehilangan arah, maka ada pihak yang
mengusung budaya kearab-araban pada satu sisi dan kebarat-baratan pada sisi yang
lain. Di tengah kebingungan ini muncul pertanyaan tentang apa sih jati diri kita
sesungguhnya yang dapat mempersatukan semua pihak. Karena pertanyaan tersebut
dan tanpa mengabaikan pihak yang lain, maka PANCASILA menjadi jawaban yang
RELEVAN.
Sebagai nilai-nilai dasar, Pancasila telah mencakup semuanya. Kesadaraan akan nilai-
nilai universal yg ada di Indonesia telah terangkum semuanya di dalam PANCASILA.
Pancasila harus dibuat bermakna bagi kehidupan kita agar tidak hanya menjadi sekedar
konsep yang sewaktu-waktu bisa dibuang. Karena itu kesadaran akan Pancasila harus
muncul dari bawah.
Nilai-nilai Dasar sangat penting untuk selalu dimaknai kembali, karena generasi di masa
mendatang belum tentu bisa menghayati Pancasila sebagai perekat dasar yang
mempersatukan Indonesia. Hal tersebut akan sulit sekali dicapai jika kita tidak berusaha
memaknai kembali nilai-nilai luhur Pancasila.
MODERATOR:
Pancasila digali oleh Soekarno bukan dari satu masa saja, tetapi dari masa-masa yang
jauh sebelumnya. Pancasila adalah Nurani kita karena Pancasila diambil dari nilai-nilai
yang muncul di nusantara dari rentang waktu yang panjang. Masalah saat ini muncul
karena PANCASILA hanya dijadikan DOGMA.
Diskusi Bulanan Kebangsaan NIM, Moderator : Dian Martin
Pembicara : Wandy N Tuturoong, Ahmad Yulden Erwin Tempat/Waktu : One Earth,
Sabtu-17 Juni 2006,
Dilaporkanoleh Hermawati Susanto The Torchbearer.
http: //bendemataram.blogsome.com

Januari 5, 2009
Kategori: Ideologi Bangsa . Yang berkaitan: modern, Pancasila . Penulis: suryokoco

& Komentar

1. Komentar oleh Basri Hasan on Januari 6, 2009 10:39 am

Apa sih tujuan bernegara? Adanya kepastian tempat hidup, cari makan,
membesarkan dan sekolah anak-anak plus sedikit harapan lain-lain. Untuk itu
negara tidak perlu berlandaskan ideologi macam apapun apalagi berlandaskan
agama, walaupun negara harus menjamin kebebasan beragama. Sederhana: negara
adalah untuk kemakmuran, tidak perlu ideologi.
Sayang pendiri negara ini terlanjur menelan mitos negara perlu ideologi, perlu
landasan idiil dan seabreg daftar lamunan yang tidak perlu. Kalau toh masih perlu
landasan pemikiran bernegara tidak lain yang paling minim yaitu kemanusiaan
universal.
Sekarang Tuhan diikutkan mengurus negara, ya nggak kan pernah benar karena
tiap agama dan kepercayaan punya konsep sendiri-sendiri tentang Tuhan dan
bagimana Tuhan harus mengatur manusia. Kemanusiaan yg adil dan beradab, itu
rumusan orang yang nggak membaca sejarah kemanusiaan sejak Magna Charta
(1200M). Demokrasi nggak perlu diatmbahi embel-embel permusyawaratan…
karena toh akan tetap kedodoran. Keadilan sosial, karena malu-malu mau pakai
sosialisme, dan ternyata setelah 60 tahun jiwa sosialisme justru dicampakkan
dengan semena-mena. Persatuan Indonesia, kenapa harus dicantumkan lagi karena
itu adalah syarat bernegara, lha sekarang kok malah diartikan jadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, padahal bangsa Indonesia belum terwujud, yang
ada barulah multibangsa dalam negara Indonesia.
Filosofis dangkal yang dimitoskan dan diklaim sebagai temuan memang telah
menyesakan bangsa ini. Apakah sekarang mau berfikir jernih dan kembali keawal
jalan?

2. Komentar oleh suryokoco on Januari 7, 2009 10:56 am

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh
Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide”.
Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah filosofis , atau
sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat.
Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui
proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga
membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik
mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir
yang eksplisit.
jadi ideologi diperlukan sebuah negara untuk mengatur dan mensejahterkan
warganya.

3. Komentar oleh Basri Hasan on Januari 8, 2009 7:59 am

Setuju aja dengan definisi ideologi yang anda paparkan. Ideologi kesejahteraan
yang ditemukan manusia cuma dua; sosialisme atau kapitalisme, dalam praktek
keduanya seriang bercampur dan metamorf. Contoh: welfare state, sementara
5sila justru membuat kabur akan ideologi mana yang mau dipakai.
Hasilnya semua sistem menjadi munafik dan common sense dalam birokrasi dan
masyarakat hilang. Anda pilih mana?

4. Komentar oleh suryokoco on Januari 8, 2009 8:17 am

saya pikir sila kelima jelas. “keadilan sosiaL bagi seluruh rakyat Indonesia”, jadi
jelaslah Indonesia dibangun dengan semangat sosialisme Indonesia.
Penterjemahan yang disepakati atas pandangan hidup dan cita cita pancasila
menurut saya perlu kita kembangkan dan sepahamkan.
Pancasila kemarin dijadikan alat kekuasaan jangan membuat kiota anti pati.
semangat gotong royong bangsa kitalah yang harus kembali dihidupkan dalam
kondisi bangsa sudah materialistis ini.

You might also like