Professional Documents
Culture Documents
OLEH : KELOMPOK 3A
NAMA : PRANITA WIDYANTI OCTAVIYA AYU A.C. ALDI NUGROHO YUSUF ANGGORO MUKTI
FAKULTAS FARMASI
(S-SO)
Gambar 1. Skema kesetimbangan ionisasi asam lemah dalam kejenuhan So = [] kelarutan intrinsik S = [] + [ ] apparent solubility
Adapun fraksi obat yang terionkan [fi] dan fraksi obat yang tidak teionkan [fu] dalam larutan, hubungannya dengan Ph larutan mengikuti persamaan Henderson-Hasselbalch : = + log [] [] (1)
Dalam uraian diatas dalam keadaan jenuh, persamaan (1) dapat diubah : = + log
[] []
(2)
log
[] []
(3)
Apabila besarnya Ph sama dengan pKa, maka kelarutan obat menjadi dua kali kelarutan intrinsiknya, jika besar pH satu unit diatas pKa kelarutan obat menjadi 11 kali kelarutan intrinsiknya, dan jika besarnya dua unit diatas harga pKa , maka kelarutannya meningkat 101 kali kelarutan intrinsiknya.
IV.
ALAT 1. Tabung Uji Kelarutan 2. Shaking thermostaic waterbath 3. Spektrofotometer UV-Vis 4. Alat-alat gelas
V.
VI.
CARA KERJA 1. Membuat larutan dapar asetat a. Timbang Natrium Asetat 5,98 gram b. Tambahkan Asam Asetat Glasial 3,32 ml c. Masukkan kedalam beker glass 2liter, lalu aduk sampai larut d. Tambahkan aquades sampai 2liter, aduk sampai larut 2. Membuat larutan baku Asetosal a. Timbang 30gram asetosal b. Tambahkan alkohol 96% c. Masukkan kedalam labu takar sampai larut d. Tambahkan buffer asetat sampai 100ml e. Kocok sampai larut 3. Membuat kurva baku dari asetosal a. Pipet 3,4,5,6,7,8,9 ml larutan baku asetosal b. Masukkan ke dalam labu takar 25ml c. Rtambahkan dapar asetat sampai 25ml d. Ukur absorben dengan menggunakan spektrofotometer 4. Mencari konsentrasi a. Timbang 50gram asetosal
b. 500ml dapar asetat dalam cember dan ukur suhunya 37 c. Lalu asetosal dimasukkan ditunggu 15menit
VII.
HASIL PRAKTIKUM
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 3ml
4ml
5ml
6ml
7ml
1 . 1 = 2 . 2 30mg . 3ml = 2 . 25ml 90ml = 2 . 25ml 2 = 3,6 1 . 1 = 2 . 2 30mg . 4ml = 2 . 25ml 120ml = 2 . 25ml 2 = 4,8 1 . 1 = 2 . 2 30mg . 5ml = 2 . 25ml 150ml = 2 . 25ml 2 = 6 1 . 1 = 2 . 2 30mg . 6ml = 2 . 25ml 180ml = 2 . 25ml 2 = 7,2 1 . 1 = 2 . 2 30mg . 7ml = 2 . 25ml
210ml 2 8ml
= 2 . 25ml = 8,4
9ml
1 . 1 = 2 . 2 30mg . 8ml = 2 . 25ml 240ml = 2 . 25ml 2 = 9,6 1 . 1 = 2 . 2 30mg . 9ml = 2 . 25ml 270ml = 2 . 25ml 2 = 10,8
100
Y 0,292 X X
= a + bx = -0,0542 + 0,0406x 0,0542+0,292 = 0,0406 = 8,5271 = a + bx = -0,0542 + 0,0406x 0,0542+0,116 = 0,0406 = 4,1921 = a + bx = -0,0542 + 0,0406x 0,0542+0,280 = 0,0406 = 8,2315
150
Y 0,116 X X
200
Y 0,280 X X
B. GRAFIK
VIII. PEMBAHASAN Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan, serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat. Seringkali zat terlarut lebih lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (cosolvency), dan pelarut yang dalam kombinasi menaikkan kelarutan zat disebut cosolvent. Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamida dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti etanolida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.Cosolvensi merupakan suatu peristiwa kenaikan kelarutan dari suatu zat yang disebabkan karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. IX. KESIMPULAN Apabila besarnya pH sama dengan pKa, maka kelarutan obat menjadi dua kali kelarutan intrinsiknya, jika besar pH satu unit di atas pKa kelarutan obat menjadi 11 kali kelarutan intrinsiknya, dan jika besarnya dua unit di atas harga pKa, maka kelarutannya meningkat menjadi 101 kali kelarutan intrinsiknya. No. 1. 2. 3. 4. ml 3ml 4ml 5ml 6ml Konsentasi 3,6 4,8 6 7,2 Absorbansi 0096 0,135 0,175 0,256
5. 6. 7.
X.
DAFTAR PUSTAKA Situs website : http://andianugrahagungibrahim.blogspot.com/2012/04/kelarutansemu.html Martin, A. N., Swarbick, J, dan Cammrata, J. 1990. Farmasi Fisika : Dasar-Dasar Framasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi III, Jilid I, Penerbit UI, Jakarta, 8,309-31,454-459,559-637 Martin, A, N., J., dan Cammrata, J. 1990. Farmasi Fisika : Dasar-dasar Farmasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi III, Jilid 2, Penerbit UI, Jakarta, 724-817