You are on page 1of 4

KEJADIAN TENGAH MALAM

Ha sudah jam 12 malam? kau baru sadar! iiisssht saya harus pulang Ku bereskan barang-barangku, dan sambil berfikir tentang kepala keluarga di rumah yang akan memarahiku karena tak pulang tepat waktu. Baru selangkah kakiku bergegas pulang, seseorang menggenggam tanganku dan mejulurkan segelas air yang tak berwarna. minumlah dulu, setidaknya menenangkan fikiranmu setelah bekerja cukup keras oh ya Kuteguk perlahan cairan yang tanpa rasa itu tapi masih terasa enak mengalir di tenggorokanku. Ia kemudian menasehatiku, hati-hatilah dijalan! Jangan ngebut *** Sesekali kutengok sekitarku walau kutahu akan kesepian jalanan namun berharap masih ada kendaraan lain bisa menemaniku. Pulang larut termasuk kebiasaanku tapi kali ini berbeda. Entah kenapa, jantungku berdegup kencang saat memasuki jembatan gantung yang beraspal itu. Dan tiba-tiba, sebuah kendaraan beroda empat dari jalur lain melaju kencang. aaaaaaaaah.. teriakku, hampir saja mobil itu menabrakku. ha untung saya cepat meleset Tak jauh dari sana, seorang laki-laki menghentikan motorku. Jangtungku berdegub semakin kencang, pikiranku bercampuk aduk yang tentu saja tidak ada rasa senang. Lelaki itu menunjuk seorang wanita yang bergeletak di tepi jalan. Terlihat ia berbaju putih, tapi ada yang aneh. Kain putih yang ia kenakan ternoda sesuatu. Sesuatu yang bisa ditebak walau tak diraba atau dicium. Darah. Lelaki itu kemudian memandangku kuat, tentu saja pandangannya terlihat memelas. saya mohon mba, tolong temanku ha? kukerutkan alisku saya mohon mba, antar kami ke rumah sakit terdekat! Saya mohon Sambil kebingungan, kuanggukkan kepalaku walau ragu untuk menggerakkannya naik turun. Lelaki itu mengangkat wanita berlumuran darah yang tergeletak dipinggiran aspal yang masih kasar walau sering dipoles dengan roda kendaraan. ***

Melewati jalan raya yang tidak dipenuhi kendaraan lagi. Kumelaju pelan-pelan meski jantungku tak berdegup pelan-pelan. Karena hanya memperhatikan jalan di depanku, tiba-tiba saja seekor kucing putih melintas. Ku tekan segera besi yang ada di bawah kaki kananku dan kukombinasikan dengan menggenggam erat besi hitam yang bisa menghentikan roda depan motor. Karena hal itu, Kendaraan yang kukemudikan berhenti mendadak membuat badan seakan tertarik ke depan. Tentu saja, orang yang ada dibelakangku merasakan hal yang sama. Sehingga kepala wanita itu bersandar di bahuku. Terasa darah menembus bajuku dan menggeliat di kulit bahuku. Dan lututnya yang menyentuhku, mengaliri darah ke kakiku. Hal itu menambah kecepatan degup jantungku. Tak berapa lama, lelaki dibelakangnya yang selama ini memegangnya selama perjalanan menarik badan wanita itu kebelakang menjauhiku. Kuperbaiki posisiku tanpa berkata apapun dan kembali melajukan kendaraan beroda dua berwarna biru itu. *** Terlihat bangunan putih yang membuat hatiku sedikit lega. Kuhentikan kendaraan itu tepat di depan pintu utama. Segera lelaki itu mengangkatnya turun dari motor. Kulihat ia cukup lelah untuk mengangkat tubuh wanita berlumuran cairan padat merah itu masuk sehingga mendorongku untuk bergerak menolongnya. Saat diangkat masuk terjadi hal yang aneh, tidak ada staff rumah sakit yang membantu kami. Hanya ada dua orang resepsionis. Kami mengangkatnya ke tempat tidur yang beroda, tapi sampai saat itu tak ada yang bergerak membantu kami, atau setidaknya menegur. Lelaki itu menunjuk sebuah ruangan yang depannya tertulis huruf besar u, g dan d. doronglah kesana! Saya akan menanyakannya pada resepsionis itu. ah.. iya sedikit kaget tapi saya mengiyakan permintaannya. Kudorong besi beroda yang diatasnya terbaring wanita yang tak kukenal tapi tak asing lagi setelah melewati jembatan gantung tadi. Saat berada dalam ruangan, tiba-tiba teringat akan tempat tinggalku. astaga saya tidak pulang, bagaimana ini? Kulihat jam tanganku, dan lagi-lagi terjadi hal aneh. Masih jam 12 malam. Kalau diperhitungkan dari saat pulangku dan kejadian malam ini, seharusnya sudah jam 1 lewat.

*** Terasa sudah lama saya menunggu di ruangan itu, tapi lelaki itu tak kunjung datang dan dokter atau perawat yang bertugas tak datang-datang pula.

Saya menuju pintu dan sedikit mengintip ke luar. Dan lagi-lagi, aneh. Tidak ada orang. Segera kuberbalik untuk melihat wanita itu. Dan dia juga menghilang. apa yang terjadi? Ada apa ini? Pikiranku melayang di ruang ketakutan. Tak berpikir panjang, kudorong pintu besi putih itu. Tidak bisa terbuka. Perasaanku tak melayang bersama pikiranku tapi kini benar-benar terjebak di lorong ketakutan. Kuketuk-ketuk pintu itu, tapi sepertinya terhiraukan. Kubalik kepalaku ke kanan dan kiri, berusaha mencari sesuatu. Tidak ada, tidak ada yang bisa membantuku. Kulihat batu yang tidak terlalu kecil. Terkilas di pikiranku, mungkin itu bisa membantuku untuk mengetuk pintu. Kuketuk-ketuk keras dan semakin keras dengan batu yang saya dapat itu. Berhasil. Terdengar seseorang memutar kunci dari luar, dan pintu terbuka. Kubuka pelan-pelan pembatas ruang yang memiliki engsel itu. Saya menengok sedikit demi sedikit tapi hal aneh terjadi lagi. Tak ada orang. Tapi kuhiraukan itu karena kusegera berlari menuju pintu kaca besar yang menjadi jalan utama keluar masuk dari bangunan itu. Saat kubuka pintu kaca itu, tiba-tiba terlihat sebuah cahaya. Cahaya itu aneh, semakin lama semakin terang. Sangat terang. Terlalu terang dan menyilaukan mata, memaksa mataku untuk tertutup.

*** Kubuka mataku perlahan-lahan. ah keluhku, kepalaku terasa sakit seperti sudah terbentur. Kuperjelas penglihatanku. Aneh terjadi lagi. Yang kulihat sebuah datar putih, tidak, itu plafon. Saya terbaring di sebuah ranjang berbesi, tangan kiriku terhubung dengan pipet panjang dan berakhir di sebuah tabung plastik yang bergantung di besi seperti tiang kecil. Samar-samar kudengar, seseorang berteriak. ia sudah bangun, panggil dokter! Masih dalam keadaan binggung, datang seorang yang berjubah putih dan ada peralatan yang tidak asing didunia medis bergelantungan di lehernya, ia bahkan mnggunakannya untuk memeriksaku. Dan mengadakan keadaanku mulai membaik. sebenarnya apa yang terjadi? Tak berapa lama setelah pemeriksaan, beberapa orang mengerumuniku dan bertanya macammacam. Karena bingung, saya hanya bisa diam. Tapi hanya satu orang yang terlihat tenang, ayahku. Dari mulutnya, saya tahu bahwa saya mengalami kecelakaan. Sebuah mobil menyambarku yang menyebabkan tulang bahuku mengalami sedikit keretakan dan robekkan di lutut dan betis ku.

setidaknya, hal aneh yang terjadi di tengah malam itu hanya mimpi Meski kutegaskan itu adalah sebuah mimpi. Tapi masih saja kupikirkan, bagaimana tidak?. Batu yang kudapat diruang UGD itu masih tergenggam di tanganku.

You might also like