You are on page 1of 26

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI BLOK DERMATOMUSCULOSKELETAL ANESTESI LOKAL

Asisten:

Asisten : Rikawanto Prima P G1A008077

Kelompok B1 : Cahya Candra Oryza Triliany Ridda Nurraida S I Ngurah Ardhi W Febrilia Mutiarasari Dasep Padilah Sarah Shafira Aulia R G1A010003 G1A010028 G1A010044 G1A010046 G1A010056 G1A010062 G1A010072

JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011

LEMBAR PENGESAHAN Oleh : Kelompok B1 Cahya Candra Oryza Triliany Ridda Nurraida S I Ngurah Ardhi W Febrilia Mutiarasari Dasep Padilah Sarah Shafira Aulia R G1A010003 G1A010028 G1A010044 G1A010046 G1A010056 G1A010062 G1A010072

Di susun untuk memenuhi persyaratan Mengikuti ujian praktikum Farmakologi Blok Dermatomusculoskeletal Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan Purwokerto, November 2011 Asisten

Rikawanto Prima P G1A008077

BAB I PENDAHULUAN
I. Judul Praktikum

Anestesi Lokal
II. Hari dan Tanggal Percobaan

Kamis, 24 November 2011 III.Tujuan Percobaan A. Umum Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa dapat memehami prinsip kerja dan melatih melakukan teknik anestesi lokal sederhana. B. Khusus Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu : 1. Melakukan tindakan anestesi permukaan pada manusia 2. Melakukan tindakan anestesi infiltrasi pada manusia 3. Melakukan tindakan anestesi blok pada n.ischiadicus katak, sebagai dasar pemahaman dalam melakukan anestesi blok pada saraf tertentu manusia. 4. Melakukan anestesi spinal pada katak dan menjelaskan kegunaan anestesi spinal pada manusia. IV. Definisi 1. diblokade.
2.

Anestesi Lokal adalah suatu kondisi dimana

transmisi sensoris dari area lokal tubuh menuju sistem saraf pusat Anestesi Infiltrasi adalah injeksi subkutan untuk lokal nerve ending, biasanya disertai dengan

bekerja pada vasokonstriktor. 3.

Anestesi permukaan adalah aplikasi topical pada

permukaan kulit atau mukosa

4.

Anestesi blok adalah teknik infiltrasi obat

anestesi disekeliling saraf tunggal untuk memblokade bagian distal yang dipersarafi oleh saraf tersebut. 5. Anestesi spinal (blocade intratekal) adalah teknik anestesi blok, dimana obat anestesi diinjeksikan kedalam cairan serebrospinal dalam ruang subarachnoid. V. Dasar Teori A. Anestesi Permukaan Anestetik lokal menghambat impuls konduksi secara reversible sepanjang akson saraf dan membran eksitabel lainnya yang menggunakan saluran natrium sebagai alat utama pembangkit potensial aksi. Umumnya obat anestesi lokal terdiri dari sebuah gugus lipofilik (biasanya sebuah cincin aromatik) yang berikatan dengan sebuah rantai perantara, umumnya termasuk suatu ester atau amida, yang terikat pada satu gugus terionisasi biasanya suatu amin tersier (Katzung, 1997) gunakan referensi minimal 10 tahun terakhir. Anestesi lokal bersifat basa lemah. Untuk aplikasi terapeutik, biasanya dibuat sebagai garam agar mudah larut dan lebih stabil. Di dalam tubuh, obat akan menjadi basa tanpa muatan atau sebagai kation. Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut saraf yang akan dihambat. Oleh karena itu (jangan gunakan kata sambung diawal kalimat), penyerapan dan distribusi tidak begitu penting dalam memantau mula kerja efek dalam menentukan mula kerja anestesi. Aplikasi topikal anestesi lokal bagaimanapun juga memerlukan difusi obat guna mula kerja dan lama kerja efek anestesinya (Katzung, 1997). Teknik pemberian anestetik lokal dapat melalui anestesia permukaan, anestesia infiltrasi, anestesia blok, anestesia spinal, anestesia epidural, dan anestesia kaudal. Dalam anestesia permukaan, larutan garam anestetik lokal tidak dapat menembus kulit sehat. Larutan lidokain 2% dalam karboksimetilselulosa digunakan untuk

menghilangkan nyeri di selaput lendir mulut, faring, dan esofagus. Anestetik lokal yang tidak larut merupakan sediaan terpilih untuk menghilangkan nyeri pada luka, ulkus, dan luka bakar. Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan luka (FKUI, 2009) penulisan referensinya salah !!! Saat ini tersedia campuran lidokain 2,5% dan prilokain 2,5% dalam bentuk krim (EMLA) dijelasin ELMA itu apa, yang memiliki titik cair yang lebih rendah dari masing-masing komponennya, sehingga pada suhu kamar dalam bentuk minyak dapat berpenetrasi ke dalam kulit yang utuh. Krim EMLA ini dapat berefek anestetik maksimum sampai kedalaman 5 mm (FKUI, 2009). Penggunaan krim EMLA merupakan prosedur yang tidak memberikan rasa sakit, namun teknik pemasangan adhesif dan kasa semipermeabel untuk membalut krim topikal cukup sulit. Untuk tindakan sirkumsisi pada bayi, mungkin EMLA dapat menjadi pilihan alternatif. Penelitian Howard dkk pada tahun 1999 menunjukkan bahwa blok nervus dorsalis penis pada sirkumsisi lebih efektif daripada campuran krim lidokain dan prilokain ini (FKUI, 2009). B. Anestesi Blok Bermacam macam teknik digunakan untuk mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun somatic dengan anesthesia lokal. Hal ini bervariasi dari blockade pada saraf tunggal, misalnya saraf oksipital, pleksusbrakialis, pleksusseliakus, dan lain-lain sampai anestesia spinal. Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan, ataupun untuk tujuan diagnosis dan terapi (FKUI, 2009). Jenis-jenis anestesi blok :
1) Anestesia spinal

Anestesia spinal (blockade subaraknoid atau intratekal) merupakan anesthesia blok yang luas. Memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.

Lamanya anestesia Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anastetik local berlangsung lambat. Lamanya tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serbrospinal.

b. Derajat anestesia.

Anastesia local biasanya disuntikkan kedalam ruangan subarachnoid untuk mengindari kerusakan medulla spinalis. Pada orang dewasa, obat anestetik local disuntikkan kedalam ruang subarachnoid antara Ldan L.
c.

Berat jenis Berat jenis normal cairan serebrospinal ialah 1,007. Larutan anetetik local dengan BJ yang lebih besar dari 1,007 disebut larutan hiperbarik.

d. Posisi pasien

Distribusi anesthesia dapat diatur dengan mengatur posisi pasien dan dengan mempemperhatikan berat jenis obat yang digunakan.
e. f.

Jumlah obat Dosis dan lamanya anestesia Ada 4 macam obat yang dapat digunakan untuk anestesi spinal, yaitu prokain, lidokain, tetrakain dan bupivakain, namun hanya lidokain dan tetrakain yang digunakan secara luas dengan konsentrasi masing-masing tidak melebihi 5% (lidokain) dan 0,5% (tetrakain).

g. Evaluasi anestesia spinal

Anestesia spinal ini sangat bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah. Anastesia spinal dapat berpengaruh pada :
a)

Pernapasan, pada blockade sensori setinggi T ventilasi alveolar, tidak volume dan frekuensi napas tidak banyak

mempengaruhi, karena otot napas intercostal bagian atas dan otot diafragma masih baik. Gejala timbulnya kelumpuhan napas ialah berkurangnya pernapasan torakal disertai dengan meningkatnya kegiatan diafragma, suara bising yang diikuti dengan hilangnya suara, dilatasi cuping hidung, dan digunakannya otot napas tambahan.
b)

Sistem

kardiovaskular,

snestesia

spinal

menyebabkan

vasodilatasi arteriol di daerah tempat serabut eferen simpatis mengalami blockade.


c)

Komplikasi neurologis, komplikasi akut disebabkan oleh suntikan anestetik lokal yang bersifat histotoksik atau akibat anestetik lokal yang tidak histitoksik dalam jumlah besar (FKUI, 2009).

2)

Anestesia epidural Anestesia epidural merupakan suatu anesesi blok yang luas,

yang diperoleh dengan cara menyuntikan zat anestetik lokal kedalam ruang epidural. Pada foramen magnum, duramater terbagi menjadi 2 lapisan. Lapisan duramater medulla spinalis dan lapisan luar membentuk periosteum yang dibatasi kanalis spinalis. Ruang di antara kedua lapisan ini disebut ruang epidural, yang berisi samiliduid fat dan pleksus vena. Suntikan dilakukan di bawah L (FKUI, 2009). Keuntungan utama dalam penggunaan anestesia epidural adalah obat tidak masuk ruang subarachnoid, dengan demikian timbulnya sakit kepala dan gejala neurologis lainnya dapat dihindari. Namun, kerusakan teknis mungkin merupakan kerugian utama pada anestesia epidural ini, sedang kerugian yang kedua adalah diperlukannya obat dalam jumlah besar, dengan kemungkinan adanya absorbsi sisitemik yang lebih besar pula (FKUI, 2009).

3)

Anestesia Kaudal Anestesia kaudal adalah bentuk anestesia kaudal yang larutan

anestetiknya disuntikkan kedalam kanalis sakralis malalui hiatus sakralis. Ada dua bahaya utama pada teknik ini, yaitu :
a. Jarum masuk kedalam pleksus vena yang terletak sepanjang

kanalis sakralis yang berakibat masuknya obat ke vena


b. Jarum menembus duramater disertai dengan anestesia spinal

yang luas. Biasanya digunakan lidokain, mepivakain atau piperokain 1-1,5% di dalam larutan garam faal sebanyak 30 ml (FKUI, 2009). C. Anestesi Spinal Anestesia spinal (blockade subarachnoid atau intratekal) merupakan anesthesia blok yang luas. Anestesia spinal yang pertama kali pada manusia dikerjakan pada tahun 1899 oleh Bier, tetapi karena angka kematian yang tinggi, teknik tersebut kemudian tidak popular. Tetapi setelah diketahui efek fisiologis dari anestetik lokal di dalam ruang subarachnoid, kini bahaya tersebut dapat dicegah. Sesudah penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu yaitu saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekanan dalam. Yang mengalami blockade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar (vibratory sense) dan proprioseptif. Blockade simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anesthesia selesai, pemulihan terjadi dengan urutan yang sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali pulih kembali (Syarif et al, 2007) yang benar Syarif et al., 2007 belajar lagi dalam dapus ya..udah sem 3 kok.. Didalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik local tulisan localnya banyak banget, diganti ya berlangsung lambat. Sebagian anastetik local meninggalkan ruang subarachnoid melalui aliran darah

vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya anesthesia tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal. Anesthesia dengan prokain berlangsung rata-rata 60 menit, dengan tetrakain 120 menit, dengan dibukain 180 menit. Lamanya anesthesia dapat diperpanjang dengan meninggikan kadar obat yang disuntikkan, menambahkan vasokontriktor misalnya epinefrin 0,2-0,5 mg atau fenilefrin 3-10 mg, atau menggunakan anesthesia spinal kontinyu (Syarif et al, 2007). Anestetik local biasanya disuntikkan ke dalam ruang subarachnoid di antara konus medularis dan bagian akhir dari ruang subarachnoid untuk menghindari kerusakan medulla spinalis. Pada orang dewasa, obat anestetik local disuntikkan ke dalam ruang subarachnoid antara L2 dan L5 dan biasanya L3 dan L4. Untuk mendapatkan blockade sensoris yang luas, obat harus berdifusi ke atas, dan hal ini tergantung pada banyak factor, antara lain posisi pasien, dan berat jenis obat (Syarif et al, 2007). Dosis obat yang digunakan dalam anestesi spinal sangat bervariasi, antara lain tergantung dari volume ruang subarakhnoid (ditentukan oleh tinggi badan pasien), tinggi rendahnya segmen daerah anestesi yang diinginkan dan lamanya anestesi yang diperlukan. Walaupun ada 4 macam obat anestesi yang dapat digunakan untuk anestesi spinal, yaitu prokain, lidokain, tetrakain, dan bupivakain, namun hanya lidokain dan tetrakain yang digunakan secara luas dengan konsentrasi masing-masing tidak melebihi 5% (lidokain) dan 0,5% (tetrakain). Lamanya anestesi spinal ditentukan oleh kecepatan absorbsi obat tersebut dari ruang subarachnoid, medula spinalis, dan difusi sesudahnya melalui durameter dan ruang epidural. Dengan demikian lamanya anestesi akan memendek sejalan dengan luasnya ruang subarakhnoid yang berkontak dengan zat anestetik. Selain itu lamanya anestesia juga tergantung dari sifat lipofilisitas zat anastetik yang bersangkutan (Syarif et al, 2007).

Anestesi spinal modern merupakan suatu teknik yang aman dan efektif. Anestesia spinal spinal ini sangat bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah, perineum, atau tungkai bawah. Teknik ini sering pula dikombinasikan dengan pemberian obat secara IV untuk menimbulkan sedasi dan amnesia. Dengan anesthesia spinal yang rendah, kemungkianan terjadinya gangguan proses fisiologis menjadi lebih kecil dibandingkan anesthesia umum (Syarif et al, 2007).
VI. Alat dan Bahan

A. Alat 1. Pipet tetes 2. Beakerglass 3. Pinset bedah 4. Gunting lurus 5. Alat perusak otak katak 6. Alat penggantung katak (standar) 7. Spuit tuberculin (1cc) B. Bahan 1. Kapas 2. Alkohol 70 % 3. Larutan ringer 4. Larutan HCL 1N 5. Larutan prokain steril 0,5 % dan 1 % 6. Larutan Lidokain steril 0,5 % 7. Prokain HCL 1 & dalam 1:75.000 epineprin klorida 8. Etil klorida 100 gram dalam botol sprayer C. Binatang Percobaan Katak
D. Probandus

VII. Cara Kerja

A.

Anestesi Permukaan

1. Teteskan satu tetes larutan prokain HCL 1% pada salah satu sisi

lidah probandus yang telah dikeringkan dengan kapas. Catatlah perubahan- perubahan yang terjadi selama beberapa menit (perubahan rasa raba, rasa nyeri di daerah sekitar penetesan obat), dengan interval waktu 2 menit. Kemuadian teteskan satu tetes larutan lidokain 1% pada sisi lain lidah, bandingkan hasil perubahan-perubahan rasa yang timbul dengan penetesan prokain HCL 1%. 2. Ambillah klor etil (etil klorida)spay, semprotkan hingga membasahi satu tempat tertentu pada tangan. Bila sudah terbentuk salju putih, segera cobakan sensasi-sensasi seperti no.1 diatas secara serentak. Waktu untuk pengukuran harus cepat, karena efek etil klorida yang cepat sekali hilang. B. Anestesi Spinal foramen oksipitalis magnum, kepalanya pada batas mandibula dipotong 2. Gantungkan katak tersebut pada standar dengan cara menyangkutkan mandibula 3. Salah satu kaki katak direndamkan ke dalam larutan HCL, akan terlihat kaki katak tertarik ke atas secara reflek. Tetapkan waktu penarikan kaki ini. 4. Segera setelah kaki katak tertarik, cucilah kaki tersebut dengan air agar kaki katak tidak samapi rusak terbakar. 5. Setelah itu suntikan larutan prokain HCL 1% sebanyak 0,1 cc kedalam salah satu sisi medulla spinalis. 6. Setelah terjadi keadaan anestesi, masukanlah kaki yang sebelah lagi pada larutan HCL tersebut kemudian catat hasilnya. C. Anestesi Blokade salah satu n. ischiadicus dan letakkan saraf tersebut diatas 1. Seekor katak yang telah dirusak otaknya kemudian dibersihkan 1. Seekor katak telah dirusak otaknya dengan cara menusuk melalui

segumpal kapas, serta basahilah saraf tersebut dengan meneteskan larutan ringer secukupnya. 2. Gantungkanlah katak pada standar. 3. Rendamlah kaki katak pada larutan HCL dan catat waktu reflex penarikan kaki 4. Ulangi percobaan ini dan setiap kali kaki katak harus dicuci dengan air
5. Setelah itu diatas n. ischiadicus teteskan 1 tetes larutan prokain

HCL 1% tetapkan lagi waktu reflex sampai terjadi anestesi. 6. Bandingkan dengan kaki sebelah, dimana n. ischiadicus masih utuh.

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN I. Hasil Percobaan A. Anestesi permukaan 1 Menit Lidah kiri Lidokain + + + + + R N R N R N R N 2 3 4

Keterangan : R : Raba N : Nyeri B. Anestesi Permukaan Menggunakan Etil Klorida (spray) Hasil : Reaksi baal terjadi pada menit ke 25 setelah 25 menit kulit yang dicubit terasa sakit. C. Anestesi spinal Hasil : Kebal pada waktu 1 menit 30 detik.
D. Anestesi blockade

Hasil : Kebal pada waktu 5 menit 35 detik. II. Pembahasan

A. Anestesi permukaan

Dari hasil pratikum yang dilakukan , didapatkan lidokain yang mula kerjanya lama dan lama kerjanya pun lama yaitu mulai menit ke 2 baru mulai tidak terasa raba dan nyeri pada menit ke 3 dan tidak nyeri lagi pada menit ke 4. Disetiap akhir titik atau akhir paragraf beri sitasi atau dapus Lidokain merupakan anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikan dan suntukan. Lidokain merupakan aminoetilamid. Lidokain efektif bila digunakan tanpa vasokonstriktor, tetapi kecepatan absorbsi dan toksisitasnya bertambah, dan masa kerjanya lebih pendek. Sedangkan (jangan gunakan kata penghubung di awal paragraph) untuk percobaan anestesi permukaan dengan spray etil klorid, etil klorida pertama digunakan untuk anestesi umum dengan inhalasi. Namun kini etil klorida tidak digunakan lagi sebagai anestetik umum karena waktu induksi dan waktu pemulihannya yang sangat singkat. Setelah melakukan percobaan, hasil yang didapat sesuai yaitu 25 menit. Kini dalam dunia pengobatan modern, Etil Klorida banyak digunakan sebagai anestetik lokal, dengan cara menyemprotkannya ke kulit sampai tampak salju putih. Etil klorida merupakan anestesi topikal dengan cara

membekukan kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, Etil Klorida membentuk efek pendinginan pada permukaan kulit dengan cara menguap secara cepat. Dingin yang diciptakan oleh semprotan tersebut mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan sakit. Hal ini terjadi karena dingin mengurangi kecepatan antaran saraf dari serat C dan serat A-delta. Hal ini mengganggu input nociceptive (rangsangan ke otak sehingga menimbulkan sensasi rasa sakit) ke sumsum tulang belakang. Proses ini mematikan sementara daerah tersebut (Oliver, 1999).

Gambar 2.1 Etil Klorida gambarnya tidak informatif kalau mau memberi gambar harus bisa menjelaskan ke paragraf sebelumnya

B. Anestesi spinal Pada percobaan kali ini anestesi spinal mulai berefek pada durasi 1 menit 30 detik. Perbedaannya dengan anestesi blokade, anestesi ini memblok pada kedua kakinya, sedangkan anestesi blokade hanya pada lapang yang dianestesi. Disetiap akhir titik atau akhir paragraf beri sitasi atau dapus Anastesi spinal adalah anastesi blok yang dilakukan sampai menembus dural. Lokasi pemberian adalah ruang subarachnoid.Efek pemebrian anastesi spinal yaitu obat masuk ke ruang subarachnoid. Diberi gambar yang informatif lebih baik
C. Anestesi blokade

Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh efek anestesi pada paha kiri katak yaitu pada paha dgn n. ischiadicus yang diletakkan pada kapas lalu di cuci dan dicelupkan pada larutan HCl kemudian dicelupkan ke air dengan menggunakan HCl 1% adalah pada menit lima. Pada menit kelima paha katak sudah tidak bergerak-gerak. Hal ini membuktikan bahwa efek anestesi dari HCl 1% sudah bekerja. Obat tersebut memblokade bagian distal yang dipersarafi oleh n.ischiadicus sehingga tidak terjadi konduksi impuls saraf.

Diberi gambar yang informatif lebih baik

III. Aplikasi Klinis aplikasi klinis minimal 3

1) Ekstrasi gigi Injeksi Supraperiosteal yaitu denagn cara membersihkan membran mukosa dan olesi dengan antiseptik. Pasien dilarang menutup mulut sebelum injeksi dilakukan. Dengan menggunakan kassa atau kapas yang diletakkan di antara jari dan membran mukosa mulut, tariklah pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak ke arah bawah untuk rahang atas dan ke arah atas untuk rahang bawah, untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal atau mukolabial (Syarif et al, 2007). Untuk memperjelas dapat diulaskan yodium pada jaringan tersebut. Membran mukosa akan berwarna lebih gelap, suntiklah jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan mempertahankan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan tusukan jarum menyelusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi(Syarif et al, 2007). Untuk menghindari gembungan pada jaringan dan mengurangi rasa sakit, obat dikeluarkan secara perlahan. Anestesi akan terjadi dalam waktu 5 menit(Syarif et al, 2007). 2) Sirkumsisi Sunat sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya(Syarif et al, 2007). Penelitian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS dan juga mencegah penularan human papilloma virus.

Selain itu sirkumsisi juga dapat mencegah penyakit seperti phimosis, paraphimosis, candidiasis, tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria. Phimosis adalah gangguan atau kelainan pada kulup, sehingga tidak dapat ditarik ke arah belakang untuk mengeluarkan batang penis. Kemudian candidiasis merupakan sejenis penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur jenis Candida. Pria yang di sunat lebih higienis, pada masa tua lebih mudah merawat bagian tersebut dan secara seksualitas lebih menguntungkan (lebih bersih, tidak mudah lecet/ iritasi, terhindar dari ejakulasi dini), (Syarif et al, 2007). IV. Evaluasi 1) Jelaskan mengapa otak katak harus dirusak! Perusakan otak katak pada praktikum ini dimaksudkan agar katak tidak banyak bergerak disaat akan dilakukan praktikum dan juga tidak menyiksa katak pada saat dilakukan praktikum. Perusakan otak juga bertujuan untuk mengurangi respon katak terhadap cairan asam kuat yang digunakan untuk menguji respon sebelum dan setelah dilakukan anastesi, baik anastesi spinal maupun anastesi blockade. 2) Buatlah skema aplikasi / cara pemberian obat-obat anestesi tersebut! Anestesi lokal biasanya diberikan secara suntikan ke dalam daerah serabut saraf yang akan dihambat, oleh karena itu penyerapan dan ditribusi tidak begitu penting dalam memantau mula kerja efek dalam menentukan mula kerja anestesi umum terhadap SSP dan toksisitasnya pada jantung. Aplikasi topikal anestesi lokal bagaimanapun juga memerlukan difusi obat guna mula kerja dan lama kerja efek anestesinya (Syarif et al, 2007). . A. Absorpsi Absorpsi sistemik suntikan anestesi local dari tempat suntikan dipengaruhi olah beberapa faktor, antara lain dosis, tempat suntikan, ikatan obat-jaringan, adanya bahan vasokonstriktor, dan sifat fisikokimia obat. Anestesi lokal pada

daerah yang kaya vaskularisasinya seperti mukosa trachea menyebabkan penyerapan obat yang sangat cepat dan kadar obat dalam darah yang lebih tinggi dibandingkan tempat yang perfusinya lebih rendah seperti tendo. Untuk anestesi regional yang menghambat saraf yang besar, kadar darah maksimum anestesi local menurun sesuai dengan tempat pemberian yaitu interkostal (tertinggi) kaudal epidural pleksus brachialis
saraf ischiadicus (terendah), (Syarif et al, 2007).

B.

Distrbusi Anestesi local amida disebar meluas dalam tubuh setelah bolus intavena. Bukti menunjukkan bahwa

pemberian

penyimpanan obat mungkin terjadi dalam jaringan lemak. Karena waktu paruh plasma yang sangat singkat dari obat tipe ester , maka distribusinya tidak diketahui secara jelas (Syarif et al, 2007). C. Metabolisme dan Ekskresi Anestesi local diubah dalam hati dan plasma menjadi metabolit yang mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan melalui urin. Karena anestesi local yang bentuknya tak bermuatan mudah berdifusi melalui lipid, maka sedikit ataupun tidak ada sama sekali bentuk netralnya yang diekskresikan. Pengasaman urin akan meningkatkan ionisasi basa tersier menjadi bentuk muatan yang mudah larut dalam air, sehingga mudah diekskresikan karena bentuk ini tidak mudah diserap kembali oleh tubulus ginjal ( Sunaryo,et al, 2007 ). Tipe ester anestesi lokal dihidrolisis sangat cepat di dalam darah butirilkolinesterase (pseudokolinesterase). Oleh karena itu, obat ini khas sekali mempunyai waktu paruh paruh yang sangat singkat, kurang dari 1 menit untuk prokain dan kloroprokain. Ikatan amida dari anestesi local amida dihidrolisis oleh enzim mikrosomal hati. Kecepatan metabolisme senyawa amida didalam hati ini bervariasi bagi setiap individu, perkiraan urutannya adalah

prilokain (tercepat) etidokain lidokain mepivakain hupivakain (terlambat). Akibatnya, tokisisitas dari anestesi local tipe amida ini akan meningkat pada pasien dengan gangguan hati (Syarif et al, 2007). 3) Jelaskan mekanisme kerja selular obat-obatan anestesi lokal! Anestesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi implus saraf. Tempat kerjanya terutama di membrane sel, efeknya pada aksoplasma hanya sedikit saja. Sebagaimana di ketahui, potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat (sekilas) permeabilitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan terhadap membrane. Proses fundamental inilah yang dihambatan oleh anstesik lokal. Antara lain terjadi akibat adanya interaksi langsung antara zat anstesik local dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan voltase listrik (voltage sensitive Na+ channels). Dengan semankin bertambahnya efek anestesi local di dalam saraf, maka ambang rangsangan membrane akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, kondusi implus melambat dan factor pengaman (safety factor) kondiksi saraf juga berkurang. Faktorfaktor ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf (Syarif et al, 2007). Anestesik lokal juga mengurangi permeabilitas membrane bagi K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai dengan banyak perubahan pada potensial istirahat (Syarif et al, 2007). Hasil penelitian mambuktikan bahwa anestetik lokal menghambat hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi, bahkan ditemukan hiperpolarisasi ringan. Penurunan permeabilitas membran oleh anestesik lokal juga timbul pada otot rangka, baik waktu istirahat maupun pada potensial aksi (Syarif et al, 2007). Potensi berbagai zat anestetik lokal sejajar dengan kemampuan untuk meninggikan tegangan permukaan selaput lipid yang merupakan

membrane selaput saraf, dengan demikian menutup pori dalam membrane sehingga menghambat gerak ion melalui membrane. Hal ini menyebabkan penurunan permeabilitas membrane dalam keadaan istirahat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na+. dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestesik local ialah bergabung denagn reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran ((Syarif et al, 2007). 4) Apa perbedaan anestesi spinal dan anestesi epidural? A. i) Anestesi spinal Merupakan blokade intratekal dimana obat anestesi diinjeksikan ke dalam cairan serebospinal dalam ruang subarachnoid di antara konus medularis dan bagian akhir dari ruang subarachnoid untuk menghindari kerusakan medulla spinalis.
ii) Suntikkan dilakukan ke dalam ruang subarachnoid antara L2

dan L5, dan biasanya antara L3 dan L4.


iii)

Lamanya

anestesi

tergantung

dari

kecepatan

obat

meninggalkan cairan serebospinal. Anestesi dengan prokain berlangsung rata-rata 60 menit, dengan tetrakain 120 menit, dan dengan dibukain 180 menit. iv) Dosis obat yang digunakan dalam anestesi spinal sangat bervariasi, antara lain tergantung dari volume ruang subarachnoid (ditentukan oleh tinggi badan pasien), tinggi rendahnya segmen darah anestesi yang diperlukan. v) Anestesi spinal ini sangat bermanfaat untuk operaasi perut bagian bawah, perineum atau tungkai bawah. vi) Komplikasi dapat terjadi seperti penurunan kapasitas vital, penurunan kapasitas napas maksimum, pneumonia dan atelektasis pada system pernapasan, vasodilatasi arteriol pada system kardiovaskuler, dan sakit kepala. B. Anestesi epidural

i)

Anestesi epidural Merupakan anestesi blok yang luas yang diperoleh dengan jalan menyuntikkan zat anestesi lokal ke ruang epidural . Ruang di antara dua lapisan duramater (lapisan dalam menjadi duramater medulla spinalis dan lapisan luar membentuk periosteum yang dibatasi kanalis spinalis) pada foramen magnum yang berisi semiliquid fat dan pleksus vena.

ii) Suntikkan dilakukan di bawah L2.

iii) Untuk mendapatkan anestesi lengkap diperlukan waktu antara 15 sampai 30 menit. iv) Dapat digunakan dosis tunggal atau dosis yang diberikan secara terus menerus.
v) Lebih mudah digunakan untuk anestesi segmental. Timbulnya

sakit

kepala

dan

gangguan

neurologic

lainnya

dapat

dihindarkan karena obat tidak masuk ke ruang subarachnoid ( Sunaryo, etc. 2007 ). 5) Buatlah penggolongan obat-obat anestesi lokal! Secara umum anestetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3 bagian, gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik lipofil melalui suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau amin sekunder. Gugus antara dan gugus aromatik dihubungkan dengan ikatan amid atau ikatan ester. Maka secara kimia, anestetik lokal di golongkan atas senyawa ester dan senyawa amid. Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestetik lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam badan, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan dengan golongan amid. Anestetik yang termasuk dalam senyawa ester diantaranya adalah tetrakain, benzokain, kokain dan prokain. Sedangkan yang termasuk ke dalam golongan amid yaitu dibukain, lidokain, bupivakain, mepivakain, dan prilokain (Syarif et al, 2007). A. Golongan ester

Kokain

atau

Benzoimetilekgonin

berasal

dari

daun

erytroxylon coca dan spesies Erythroxilonlain, yaitu pohon yang tumbuh di peru dan Bolivia yang biasanya dikunyah oleh penduduk asli untuk menambah daya tahan terhadap kelelahan. Kokain adalah ester asam benzoat dengan metilekgonin. Farmakodinak: efek kokain yang paling penting yaitu menghambat hantaran saraf, bila dikenakan secara lokal dengan cara memblokade konduksi saraf. Farmakokinetik, kokain di absorpsio dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral kokain tidak efektif karena didalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis. Sebagian besar kokain di detoksifikasi di hati dan sebagian kecil diekskresikan bersama urin dalam bentuk utuh. Intoksikasi, kokain sering menyebabkan keracuan akut. Di perkirakan besarnya dosis fatal yaitu 1,2 gram. Gejala keracunan yang utama berhubungan dengan perangsangan SSP. Pasien mudah terangsang, gelisah, banyak bicara, cemas dan bingung (Syarif et al, 2007).

Prokain, sebagai anestetik lokal prokain telah digunakan untuk anestesi infiltrasi, anestesia blok saraf (nerve blok anesthesia), anestesia spinal, anestesia epidural dan anestesia kaudal. Tetapi karena potensinya rendah, mula kerjanya lambat dan masa kerjanya pendek sehingga penggunaan prokain hanya terbatas untuk anestesi infiltrasi dan kadang-kadang untuk anestesi blok saraf. Di dalam tubuh prokain akan di hidrolisis menjadi PABA yang dapat menghambat kerja sulfonamid (Syarif et al, 2007).

B. Golongan amid

Lidokain, farmakodinamik : lidokain (xilokain) adalah anestetik lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Anestetik terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada

yang ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding. Farmakokinetik, lidokain cepat diserap dari tempat suntikan, saluran cerna, dan saluran pernapasan serta dapat melewati sawar darah otak. Efek samping, berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, contohnya saja mengantuk, pusing, aprestesia, kedutan otot, gangguan mental, koma dan bangkitan. Pada dosis yang berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel atau oleh henti jantung (Syarif et al, 2007).

Bupivakain, strukturnya mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang mengandung amin adalah butil piperidin. Merupakan anestetik lokal yang memiliki masa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap sensorik lebih panjang daripada motorik. Karena adanya efek ini, bupivakain lebih sering digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan pasca pembedahan (Syarif et al, 2007).

BAB III KESIMPULAN

1. Pada masing-masing anestesi lokal memiliki mula kerja dan lama kerja yang berbeda-beda sesuai pada tempat pemberian. 2. Indikasi dari lidokain adalah anestesi permukaan, anestesi rongga mulut,anestesi epidural, anestesi urogenital, anestesi caudal, anestesi selaput lendir. 3. Pemberian anastesi lokal yang menyebabkan vasodilatasi paling poten adalah prokain dari golongan ester
4. Biotransformasi amida lebih kompleks dari ester sehingga menyebabkan

lebih sulit untuk di hidrolisis dalam tubuh sehingga memiliki nilai toksisitas rendah

DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Halaman 267. Katzung, Bertram G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC. Halaman 414. Oliver F. Bush, G. Bittenbender, John Adriani., 1999. Journal: Electrocardiographic Changes During Ethyl Chloride and Vinyl Ether Anesthesia in the Dog and Man. Syarif, amir; Sunaryo. 2007. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI. BELAJAR BIKIN DAPUS YA..KALO MASIH BINGUNG TEMUI SAYA DAN NANTI SAYA AJARIN DIK, INI PENTING SEKALI KALIAN HARUS BISA DARI SEKARANG..OKE !!!

KOMENTAR : DAPUS nya masih kacau, perbaiki lagi ya.. Untuk referensi nya MASIH SANGAT KURANG..Minimal 10 Referensi..cari 5 Jurnal bahasa inggris dik..dan tambahkan 4 text boox lagi yang mendukung.ITU MINIMALNYA. Cara cari jurnal : Buka PubMed klik limit cari bahsa inggris di centrang trs cari link free full text, masukkan kata yang mau dicari trs klik search Kalau laporan ini diperbaiki saya beri nilai minimal 80 untuk kelompok kalian..jadi diperbaiki ya..karena kalian sedang DMS desember 2011 di MP C 16 dan lagi sibuk,,batas akhir pengumpulan laporannya jam 5 sore hari minggu,4

You might also like