You are on page 1of 9

Tinjauan Pustaka

Skabies

Sinonim The Itch, gudik, budukan, gatal agogo

Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

Epidemiologi
Merupakan penyakit endemi yang dapat menyerang semua ras dan golongan diseluruh dunia. Banyak dijumpai pada anak dan dewasa tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan wanita. Dugaan terdapat siklus 30 tahunan. Beberapa faktor penunjang terjadinya penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan demografik serta ekologik. Biasanya terjadi peningkatan pada musim hujan daripada musim kemarau. Cara penularan : Kontak langsung (kulit dengan kulit), misal berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, pakaian, handuk, sprei bantal, dll. Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang kadang dapat menulari manusia, terutamayang memiliki binatang peliharaan seperti anjing.

Etiologi
Sarcoptes scabiei var. Hominis termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Tungau ini merupakan parasit obligat pada manusia karena hanya bertahan 2-3 hari diluar kulit manusia dan pada suhu kamar 21 C dengan kelembaban 40-80%. Secara morfologik merupakan tungau kecil, bentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, warna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yaitu 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir denga rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat

perekat. Bentuknya yang kecil inilah yang menyulitkan bila ingin dicari tanpa menggunakan mikroskop.

Sarcoptes scabiei betina

Sarcoptes scabiei jantan

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi yang terjadi diatas kulit maka yang jantan akan mati, kadang dapat bertahan beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum 20 menit setelah kopulasi dan menggali dengan kecepatan 2 3 milimeter per hari dan sambil meletakkan telurnya 3 butir sehari sampai mencapai 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi dapat hidup selama 1 bulan.

Siklus hidup Sarcoptes scabiei var hominis Telur akan menetas dalam 4 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat pula keluar. Setelah 2 3 hari larva menjadi nimfa yang mempunyai bentuk jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Keseluruhan siklus dari telur sampai bentuk dewasa perlu waktu 8 12 hari. Setelah itu terjadi lagi kopulasi dan siklus berulang kembali.

Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira kira 6 8 minggu setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Gejala klinis Ada 4 tanda kardinal : 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari akibat aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gatal dapat bertahan selama lebih dari 4 minggu walau setelah pengobatan selesai ini dikarenakan hipersensitivitas terhadap sekret dan scybala tungau. 2. Menyerang manusia secara berkelompok, dimana bila sebuah keluarga atau kelompok maka seluruhnya dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam perkampungan maka tetangga dapat terkena pula. Dikenal keadaan hiposensitisasi dimana seluruh anggota keluarga terkena. Walau mengalami infestasi tungau, namun tidak memberi gejala. Penderita ini bersifat pembawa (carrier) 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, panjang 1 10 mm dan diujungnya terdapat papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain lain). Tempat predileksi biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu : sela sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Namun pada awal infestasi atau pada keadaan dimana pasien sangat banyak menggaruk dan lesi menjadi berkrusta maka terowongan ini dapat sulit dicari.

Terowongan (kunikulus) 4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Namun untuk diagnosis pasti maka haruslah didapatkan tungau, telur dan atau kotoran tungau (scybala)

Infestasi kulit scabies Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo dan furukulosis. Selain gejala klinis klasik diatas ada pula bentuk bentuk khusus yaitu : 1. Skabies pada orang bersih Kita dapat salah mendiagnosis karena terowongan kadang sukar ditemukan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. 2. Skabies pada bayi Lesi skabies dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Muka juga dapat ditemukan.

3. Skabies yang ditularkan oleh hewan Sarcoptes scabiei var canis dapat menyerang manusia yang berhubungan erat dengan hewan, contoh pada peternak atau pengembala. Gejala ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama pada tempat kontak dan biasanya sembuh bila menjauhi hewan dan mandi bersih. 4. Skabies Noduler Nodul terjadi akibat hipersensitivitas. Tempat predileksi ialah genitalia pria, lipat paha dan aksila. Lesi ini menetap beberapa minggu dan bulan bahkan 1 tahun walau telah mendapat pengobatan anti skabies.

Scabies Noduler 5. Skabies Inkognito Obat steroid topikal atau sistemik dapat mengaburkan gejala dan tanda skabies sementara infestasi masih ada. Sebaliknya dengan steroid topikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat. 6. Skabies terbaring di tempat tidur Penderita penyakit kronis atau orang tua yang terpaksa ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. 7. Skabies Krustosa (Norwegian scabies) Lesi dengan gambaran eritrodermi disertai skuama generalisata, eritema dan distrofi kuku. Krusta dapat banyak sekali. Sarcoptes scabiei berlindung dibalik krusta ini. Gatal tidak menonjol dan mudah menular. Penyakit ini terdapat pada orang dengan kelemahan fisik, retardasi mental, penderita sistemik berat (leukemia dan diabetes), penderita imunosupresif dan sensasi kulit yang rendah (lepra dan tabes dorsalis).

Scabies Krustosa

Pemeriksaan penunjang
Cara menemukan tungau : Carilah mula mula terowongan yang biasanya mudah ditemukan di sela jari, pergelangan tangan atau siku kemudian pada ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel. Untuk mempermudah dapat dioleskan tinta hitam pada daerah lesi dan setelah itu sisa tinta dihapus menggunakan alkohol. Biasanya terowongan akan terlihat lebih hitam oleh karena ia menyerap tinta tersebut. Setalah terowongan ditemukan maka congkel dengan jarum dan letakkan pada objek glass lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : jepit dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.

Diagnosis Banding
Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyakit ini termasuk The Great Imitator karena menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding dapat berupa : Prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, liken planus, dermatitis dishidrotik dan lain lain.

Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah : 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Tidak toksik dan menimbulkan iritasi 3. Tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian 4. Mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topikal : 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4 -20% dalam bentuk salap atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5 % dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzil benzoas (20 -25 %), Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering iritasi dan kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1 % dalam krim atau losio. Termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium, mudah digunakan dan jarang memberi iritasi. Jangan diberikan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali selama 8 jam. Jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio mempunyai 2 efek yaitu anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50 60 % pasien. Digunakan 2 malam berturut turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakian terakhir. 5. Krim Permetrin 5 % (A Scabs) merupakan obat paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. Aplikasi hanya 1 kali dan dibersihkan setelah 8 -14 jam. Dioleskan seluruh tubuh terutama yang terdapat lesi kecuali area wajah dan kulit kepala. Tidak dianjurkan untuk bayi dibawah umur 2 bulan. Obat simtomatik dapat diberikan anti gatal berupa anti histamin, kortikosteroid untuk anti inflamasi dan antibiotik bila terdapat infeksi sekunder. Untuk kasus yang berat atau apabila pengobatan topikal tidak berhasil maka dapat digunakan obat scabies oral yaitu ivermectin, namun obat ini jarang diresepkan. Jangan digunakan untuk anak dibawah 5 tahun atau dibawah 15kg atau wanita hamil dan menyusui. Dosis 200 ug/kg sekali minum, dapat diulang dalam 10 14 hari. Seluruh anggota keluarga dan atau pasangan seksual harus diobati pula, termasuk pasien dengan hiposensitisasi. Pakaian dan peralatan tidur pasien dicuci bersih dengan air panas.

Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Edisi ke tiga. Jakarta : Media Aesculapius, 2000 : 110 112

2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke empat. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005 : 122 125 3. Harahap, Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates, 1998 : 109 113 4. Berger TG, Elston DM, James WD, 2011. Andrews Disease of The Skin: Clinical Dermatology, 11th Edition. China: Saunders Elsevier. 5. Wolff K, et al, 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 7th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. 6. SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press, 2010 : 61 -63 7. http://emedicine.medscape.com/article/1109204-overview

You might also like