Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Proses keperawatan jiwa merupakan bagian dari proses keperawatan. Di tengah kemajuan dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, proses modernisasi, industrialisasi, urbanisasi juga globalisasi untuk dapat bersaing dalam memenuhi kebutuhan hidup, baik itu yang bersifat fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Negara kita mengalami krisis ekonomi yang dimulai sejak tahun 1997, dan salah satu efek globalisasi adalah terjadinya perubahan pola kehidupan sosio-kultural. Dari dulunya kekeluargaan berubah menjadi materialistis dan individualistis yang diakibatkan banyaknya tuntutan biologis, psikologis, sosial maupun spiritual yang harus dipenuhi dan semakin meruncingnya roda persaingan. Begitu banyaknya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut akan menyebabkan bertambahnya beban hidup individu. Bila individu tersebut gagal dalam memenuhi tuntutan tersebut maka hal tersebut akan menjadi faktor presipitasi (pencetus) terjadinya suatu gangguan jiwa dan akan menjadi lebih tampak bila disertai faktor predisposisi tertentu. Menurut data klien rawat inap Rumah Sakit Dr. H. M. Ansyari Saleh Banjarmasin bulan Januari sampai Desember tahun 2003, kunjungan klien dengan gangguan jiwa yang baru sebanyak 829 orang, dan untuk klien lama sebanyak 11.993 orang, sehingga total kunjungan sebanyak 12.822 orang. (Medical Record RS. dr. H. M. Ansyari Saleh Banjarmasin tahun 2003) Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dan menganalisa seberapa jauh prilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri merupakan evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. (Townsend, C Mary, 1998:115)
Implikasi harga diri rendah dapat berpengaruh terhadap individu meliputi mengkritik diri sendiri atau orang lain, penurunan produktifitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan tidak mampu, bersalah, mudah tersinggung atau marah berlebihan, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara sosial dan realitas, penyalahgunaan zat, dan perasaan khawatir. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa terhadap klien secara komprehensif meliputi aspek biologis-psikologis-sosial-spiritual dengan menggunakan proses keperawatan. Untuk kasus pada klien dengan harga diri rendah ini kita sebagai perawat dituntut untuk lebih memberikan asuhan yang dapat meningkatkan harga diri klien misalnya dengan memberikan motivasi, perhatian dan lain-lain. Kita yang memperhatikan dan melaksanakan aspekaspek yang mempengaruhi dan mempercepat proses penyembuhan gangguan jiwa. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik dan mencoba untuk mengangkat masalah ini sebagai laporan akhir. Oleh karenanya penulis mencoba membatasi permasalahan pada ruang lingkup harga diri rendah supaya dalam penulisan nanti dapat lebih terarah kepada permasalahan sebenarnya. B. Tujuan Umum Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui dan melaporkan hasil penerapan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa yaitu klien dengan Harga Diri Rendah (HDR) yang dirawat di Rumah Sakit dr. H. M. Ansyari Saleh Banjarmasin melalui suatu proses keperawatan kesehatan jiwa. C. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.
rendah secara biologis-psikologis-sosial-spiritual melalui pengkajian. 2. mendiagnosa masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan harga diri rendah dari hasil data pengkajian. 3. menyusun rencana tindakan keperawatan dari masalah-masalah yang sudah ditemukan pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. 4. melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. 5. mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah. D. Metodologi Asuhan Asuhan keperawatan yang diberikan adalah dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, melakukan penyusunan evaluasi rencana atas keperawatan, implementasi yang keperawatan, dan asuhan keperawatan diberikan,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis Harga Diri Rendah 1. Pengertian Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, et al. 1998:319) Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Komponen konsep diri, terdiri dari 5 bagian, yaitu: a. gambaran diri (body image)
Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. b. ideal diri (self ideal) Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai standar pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang yang diinginkan). c. identitas (identity) Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. d. peran (role) Pola sikap, prilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. e. harga diri Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa. (Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI, 1992) 2. Etiologi Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan ketidak berdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya dukungan sosial.
a. Faktor Predisposisi yang mungkin mengakibatkan adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat: 1) biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak/ susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti: a) hambatan perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal dan limbik (sistem kesadaran dan emosi). b) pertumbuhan dan perkembangan individu. 2) psikologis Keluarga pengasuh dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. 3) sosial budaya. Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk. Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah: 1) pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi pada gangguan konsep diri. 2) anak yang tidak menerima kasih sayang. 3) individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri. 4) penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: Harga diri rendah, diantaranya adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri: Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti: 1) pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut). 2) kesalahan dan kegagalan berulang kali. 3) cita-cita yang tidak dapat dicapai. 4) gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri. 3. Patofisiologi Seorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. dalam bentuk prilaku. (Stuart, et al, 1998) Prilaku biasanya ditunjukan pada klien dengan harga diri rendah adalah kritik diri sendiri/ orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut. Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan defresi. Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien. Individu mampu ketergantungan berlebihan pada orang lain. kemudian dimunculkan
4. Jenis Harga Diri Berdasarkan Waktu Kejadian Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut Keliat (1998:24) dapat terjadi secara: a. situasional Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena: 1) privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaa perineal). 2) harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. 3) perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. b. kronis Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat klien ini mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
5. Mekanisme Koping Mekanisme koping gangguan konsep diri: Harga diri rendah dibagi menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang: a. jangka Pendek. 1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas. 3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri. 4) Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan. b. jangka Panjang Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi, mengisar. 6. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik prilaku yang terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa, DepKes RI (1998:35): a. perasaan negatif terhadap diri sendiri. b. menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna dan tidak mampu. c. mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya. d. mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya. e. menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas. f. kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain. g. destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri. h. pembicaraan kacau. i. mengungkapkan adanya ketegangan peran. j. mudah tersinggung dan mudah marah. k. produktivitas menurun. l. pandangan hidup yang ekstrem. m. penolakan terhadap diri sendiri. n. mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan. o. merasa tidak adekuat. p. keluhan fisik dan penyalahgunaan zat. 7. Penatalaksanaan
10
Usaha pertama yang kita lakukan adalah membina hubungan rasa percaya. Bila sudah didapatkan kontak mata, dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas kesadaran dirinya kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya. Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh putus. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi: a. farmakologi. b. terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah memperbaiki prilaku klien dengan harga diri rendah. c. rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. B. Tinjauan Teoritis Keperawatan Harga Diri Rendah 1. Pengkajian Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi: a. identitas klien 1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat, panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan. 2) Usia dan nomor rekam medik. 3) Perawat menuliskan sumber data yang didapat.
11
b. keluhan utama/ alasan masuk Tanyakan pada keluarga/ klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai. c. faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai keraguan atau ketidak pastian: gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain. d. faktor presipitasi Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu menyelesaikannya. 1) Stressor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri: a) hilangnya bagian tubuh. b) tindakan operasi. c) proses patologi penyakit. d) perubahan struktur dan fungsi tubuh. e) proses tumbuh kembang. f) prosedur tindakan dan terapi. 2) Stressor Yang Mempengaruhi Harga Diri Dan Ideal Diri: a) Penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua dan orang yang berarti. b) Pola asuh yang tidak tepat. c) Kegagalan dan kesalahan berulang. e. mekanisme koping Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek: 1) aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis. 2) aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.
12
3) aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep diri. 4) aktivitas yang memberi arti dari kehidupan. Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian atau penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas dan keunikan individu. Selanjutnya dapat menggunakan Ego Oriented Reaction yang bervariasi untuk melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau mekanisme pertahanan diri sering dipakai adalah fantasi, isolasi, proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat terjadi deviasi prilaku dan kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat, psikologis/ neurosis, bunuh diri.
13
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran Tidak efektifnya penatalaksanaan regiment terapeutik
Komunikasi verbal
Koping keluarga tidak efektif: ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Berduka disfungsional
2. Diagnosa Keperawatan Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil pengkajian (Keliat, 1998:89) adalah: a. gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik. b. keputusasaan. c. isolasi sosial: menarik diri. d. resiko prilaku kekerasan. e. ketidak berdayaan. f. gangguan citra tubuh. g. perubahan penampilan peran.
14
h. ideal diri tidak realistis. i. gangguan identitas personal. 3. Perencanaan Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu: a. tujuan umum Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai. b. tujuan khusus Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaikan masalah. c. rencana tindakan keperawatan Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. Menurut Gail WS (1998:313): 1) psikoterapeutik a) Bina Hubungan Saling Percaya (1) Kenalkan nama, waktu kerja perawat pada klien. (2) Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakannya. (3) Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.
15
(4) Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap pernyataan klien. b) Bantu Klien Memperluas Kesadaran Dirinya (1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan, urusan rumah tangg, sekolah dan sebagainya. (2) Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya. (3) Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya. c) Membantu Klien Mengenal Kekuatan dan Kelemahannya (1) Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima kelebihan kekuatan yang dimilikinya. (2) Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang telah disebut oleh klien. (3) Bicarakan dengan klien kekurangan/ kelemahan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. d) Bantu Klien Mengevaluasi Diri (1) Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih. (2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya, serta klien terhadap kegagalan tersebut. (3) Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang. e) Bantu Klien Membuat Rencana yang Realistik (1) Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin dicapai. (2) Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.
16
(3) Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan mendemonstrasikan kembali. f) Bantu Klien Membuat Keputusan dan Mencapai Tujuan (1) Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah dipilih. (2) Tunjukan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi penghargaan yang sesuai. (3) Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok. (4) Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien. 2) pendidikan kesehatan a) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk mengembangkan bakat yang dimiliki. b) Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya. c) Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap anggota keluarga. d) Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga lain. e) Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah (1) Karakteritik harga diri rendah. (2) Cara merawat klien. (3) Sistem rujukan dan fasilitas. 3) kehidupan sehari-hari a) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan (1) Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatannya.
17
(2) Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah. (3) Sajikan makanan secara menarik. (4) Pantau berat badan klien secara teratur. b) Bantu Klien Melakukan Kegiatan Sesuai Dengan Kemampuannya (1) Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal. (2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai. (3) Beri kegiatan kepada klien secara bertahap. (4) Bimbing klien melakukan asuhan mandiri. 4) lingkungan terapeutik a) Lingkungan Fisik (1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat-alat yang digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain. (2) Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik ceria, acara televisi berupa film komedi yang lucu. (3) Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari atau kamar khusus. b) Lingkungan Sosial (1) Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien). (2) Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-kata yang mengejek atau merendahkan. (3) Anjurkan mestinya. (4) Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan. keluarga agar menerima klien sebagaimana
18
4. Evaluasi Evaluasi menurut Stuart (1998:237): a. apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah, asal atau waktu? b. apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang lebih besar? c. apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat? d. apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan eksplorasi dan evaluasi diri? e. apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif?
19
BAB III HASIL ASUHAN A. Gambaran Kasus Klien Tn. S, 29 tahun, bertempat tinggal di Desa Haruai (Tabalong). pendidikan perguruan tinggi. Klien masuk rumah sakit dr. H. M. Ansyari Saleh tanggal 12 juli 2004 dengan keluhan bicara sendiri dan seperti orang kebingungan. Sebelumnya tidak pernah masuk Rumah Sakit Jiwa dan dalam keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu sejak tahun 1999 klien sering mendengar bisikan-bisikan dan juga sering bicara sendiri, klien tidak pernah mengamuk dan mengganggu orang lain. Faktor predisposisi, karena kelelahan dan kejenuhan dalam belajar kata ibunya. Faktor presipitasi karena lingkungan (tidak tinggal dengan ibunya lagi). Klien mulai menarik diri sekitar 1 tahun yang lalu dan sering bicara sendiri. Pada pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/m, suhu 36,3 C, pernafasan 24 x/m. Dari pemeriksaan antropometrik berat badan 45 kg, tinggi badan 155 cm, dan tidak ada keluhan fisik yang klien rasakan. Klien merupakan anak terakhir dari sepuluh bersaudara, semua saudaranya sudah berkeluarga dan tidak serumah dengan orang tuanya. Klien tinggal dengan ibu dan kakak laki-laki. Genogram:
20
Pada konsep diri dalam gambaran diri klien merasa dirinya ada yang kurang tetapi klien tidak tahu apa yang kurang dalam dirinya. Pada ideal diri ia ingin menegakkan hak asasi manusia yang sekarang sudah banyak terinjak-injak. Pada identitas diri klien selalu mengatakan dirinya seorang penegak HAM (hak asasi manusia). muka Hubungan sosial dalam kehidupan klien, ibunya adalah orang yang sangat disayangi, klien sering duduk dan berjalan sendiri, klien bila diajak bicara tampak menunduk, kontak mata kurang, saat berkumpul dengan teman-temannya klien sering menundukan kepala dan memalingkan muka ke arah lain, kontak mata kurang. Klien tidak bisa diajak bicara yang lama karena cenderung pembicaraan menjadi tidak terarah lagi. Klien beragama islam dan bila sembahyang akan sembahyang terus-menerus. Status mental pada penampilan diri cukup rapi dan bersih dengan pakaian sendiri. Bicara klien terdengar pelan, lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan, klien cenderung menunduk dan kontak mata kurang, klien tampak lesu, hanya memandang teman-temannya dan lingkungan sekitar ruangan, klien lebih banyak menyendiri. Klien tampak murung dan bicara sendiri. Ketika diajak bicara ekspesi klien biasa-biasa saja dengan pandangan datar. Selama wawancara dengan klien kadang klien mau menjawab dan kadang tidak mau menjawab. Pada persepsi kadang klien melihat bisikan dan bayangan dan semua Pada harga diri klien sering minder dan merasa tidak diperhatikan dan ketika wawancara klien sering menunduk dan memalingkan
21
itu hilang dengan sendirinya. Kesadaran compos mentis dan dapat berorientasi pada waktu, orang dan tempat. Pada memori daya ingat klien tidak terganggu (klien masih menceritakan masa lalunya, sekolah, siapa yang membawanya ke rumah sakit, klien dapat berkonsentrasi dengan berhitung 1 sampai 10, klien masih dapat membedakan antara bersih dan kotor, baik dan jelek, klien menyadari bahwa dirinya sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa). Kegiatan hidup sehari-hari dalam perawatan diri klien mandi 2 x sehari (pagi dan sore) kebersihan badan cukup. Klien makan 3 x sehari, tidak ada pantangan dan porsi makanan yang disediakan dihabiskan klien. Diagnosa medis Skizofrenia Hebefrenik (F.20.1) dengan terapi obat Chlorpromazine (CPZ) tab 3x100 mg, Halloperidol tab 3x5 mg, Trihexyphenidyl (THP) tab 3x2,5 mg. 1. Daftar Masalah a. Koping individu tidak efektif. b. Harga diri rendah. c. Gangguan interaksi sosial: menarik diri. d. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran
22
2. Pohon Masalah Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran Gangguan interaksi sosial: menarik diri
Koping individu tidak efektif 3. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif. b. Gangguan interaksi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. c. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
B. Analisa Data
No
Data
Masalah
23
DO : Klien tampak menyendiri. Kontak mata kurang. Klien sering menunduk dan memalingkan muka ketika wawancara. DS : Klien mengatakan malu dan mengatakan tidak lulus kuliah, tidak mau berkomunikasi dengan temantemannya.
Gangguan
konsep
diri:
DO : Klien tampak tidak mau berteman dan hanya menyendiri. DS : Klien mengatakan malu untuk berteman dan lebih senang menyendiri.
DO : Klien tampak menyendiri dan melamun. DS : Klien mengatakan kadang mendengar bisikan dan melihat sesuatu.
persepsi halusinasi
Koping efektif.
individu
tidak
24
Klien mengatakan kalau ada masalah hanya didiamkan saja dan berdiam diri di kamar.
25
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Gangguan konsep harga rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif DO : Klien tampak menyendi ri. Kontak mata kurang. Klien sering diri: diri Perencanaan Intervensi
No 1
Tujuan TUM : Klien berhubungan dengan orang lain secara optimal. Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. dapat
Kriteria Evaluasi
Rasional
1.1 Setelah 3x pertemuan klien dapat menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, klien mau mau menyebutkan duduk dengan nama, mau menjawab salam,
1.1.1
Bina percaya
hubungan
Sebagai
langkah
awal
dalam
berinteraksi.
menggunakan 1.1.2
komunikasi terapeutik. Buat kontrak dengan klien dan 1.1.3 terima klien apa adanya. Berikan kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya. 1.1.4 Beri respon yang tidak menghakimi seperti tidak Respon klien dapat menghakimi rasa percaya klien terhadap untuk Pengekspresian perasaan dapat Untuk dirinya. meningkatkan harga
berdampingan
menurunkan kecemasan.
26
menundu k dan Tuk 2 : Klien kemampuan dimiliki dapat dan mengidentifikasi aspek positif yang 2.1 Dalam 4x pertemuan klien dapat mengidentifikasikan 2.1.2 kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2.1.1 memaling kan muka ketika wawancar a. DS : Klien mengatak an dan mengatak an lulus kuliah, tidak mau berkomun ikasi dengan temantemannya. Tuk 3 : Klien dapat menilai kemampuan digunakan yang 3.1 Setelah 6x pertemuan klien dapat menyebutkan kemampuan yang digunakan tidak 2.1.4 malu 2.1.3
pendapat menerima
perawat.
Ciptakan lingkungan yang nyaman saat berinteraksi Motivasi pikiran, berhubungan masalah Bimbing yang klien selama berinteraksi untuk hal-hal klien prilaku dengan dihadapi mengungkapkan perasaan,
Lingkungan Membuka
dapat wawasan
membantu tentang
Reinforcement
meningkatkan harga diri klien Menentukan alternatif pemecahan masalah Untuk mengetahui koping yang digunakan dan mengevaluasi hal-
dengan
klien
mengidentifikasi
27
klien Tuk 4 : Klien menetapkan, merencanakan kegiatan yang dimiliki Tuk 5 : Klien sesuai dapat dengan melakukan kegiatan kondisi sakit dan kemampuannya Tuk 6 : Klien memanfaatkan sistem yang ada pendukung dapat 6.1 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga dalam 3x pertemuan 6.1.1 Bantu mendapatkan yang diperlukan Temani klien dalam berhubungan klien untuk dukungan 5.1 Klien dapat memperlihatkan prilaku yang adaptif setelah 4x pertemuan 5.1.1 sesuai 4.1.2 dengan kemampuan dapat 4.1 Dalam 4x pertemuan klien dapat menyebutkan alternatif pemecahan masalah 4.1.1 Bimbing sesuai kemampuannya Ikut dalam sertakan keluarga merencanakan klien untuk dengan melakukan aktivitas yang
hal yang positif dan negatif Bimbingan yang dilakukan secara bertahap dapat membantu kemampuan dalam mengembangkan yang dimilikinya Keterlibatan penyembuhan Kesempatan untuk sukses dapat memotivasi dimiliki kline untuk melakukan keterampilan yang sah waktu klien untuk Bantuan dan dukungan keluarga merupakan support sistem untuk melaksanakan interpersonal hubungan keluarga perawatan klien membantu proses
aktivitas yang sesuai dengan kemampuan klien Beri kesempatan klien untuk sukses Beri kepada
berinteraksi
28
Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. DO : Klien tampak tidak mau berteman dan hanya menyendi ri. DS : Klien mengatak an malu untuk berteman dan lebih senang menyendi
TUM : Klien mampu meningkatkan harga dirinya Tuk 1 : Klien perasaan berhubungan dengan emosinya keadaan 1.1.2 dapat yang mengungkapkan 1.1 Klien perasaannya pertemuan mengungkapkan dalam 2x 1.1.1
Lakukan dengan pasien Anjurkan perasaannya, dan tenang 1.1.3 Amati prilaku verbal dan non verbal saat klien berespon klien untuk mengungkapkan dengarkan dengan dengan penuh perhatian pendekatan memperhatikan
Ungkapkan
perasaan
secara
verbal dalam lingkungan yang tenang dan terapeutik membuat klien mampu mengungkapkan perasaan
Koping yang digunakan dimasa lalu mungkin digunakan pada masa sekarang
2.1 Klien mengidentifikasi pola koping yang telah dimiliki dalam 3x pertemuan 2.1.2 2.1.1
bicara Indentifikasi koping yang biasa digunakan klien dalam mengatasi masalah Diskusikan bersama klien
29
ri.
konsekuensi prilaku yang diakibatkannya Tuk 3 : Klien kekuatan dan dukungan hubungan orang lain dapat personal menerima melalui dengan mengidentifikasi 3.1 Setelah kekuatan dirinya 3x pertemuan ada pada
pemahamannya koping Mengetahui dimiliki harga diri Tugas yang dilaksanakan sesuai dengan toleransi dan kemampuan Hal positif yang dikembangkan mampu meningkatkan harga diri kekuatan yang dapat meningkatkan
untuk mengatasi masalah mengidentifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki 3.1.2 Beri tugas yang mungkin dikerjakan klien sesuai dengan kemampuan klien 3.1.3 klien 3.1.4 lain 3.1.5 Beri umpan balik positif atas kemampuan Kembangkan hal hal positif yang dimiliki melalui Bantu kegiatan klien yang bermanfaat berinteraksi dengan orang
Membantu berinteraksi memberi kesempatan pada klien untuk mengenal lingkungan dan harga diri meningkat
30
klien dalam berhubungan dengan orang lain 4.1.1 masalah menggunakan adaptif Indentifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukan adaptasi positif 4.1.2 Diskusikan dan keuntungan Bantu klien dengan koping
mengatasi masalah
konsekuensi dari setiap Tuk 5 : Klien dukungan keluarga proses masalah 5.1.1 mendapat dari dalam pemecahan 5.1 Klien dan keluarga pola alternatif 4.1.3 4.1.4 Seleksi alternatif Evaluasi yang paling sesuai keefektifan dari alternatif yang dipilih Diskusikan dengan menggunakan pemecahan masalah
Keluarga
merupakan
sistem
31
keluarga tentang prilaku klien dan hubungannya dengan 5.1.2 kejadian / peristiwa yang dialami Jelaskan pada keluarga pentingnya 3 Perubahan persepsi sensorik halusinasi berhubungan dengan menarik diri DO : Klien tampak menyendi ri DS : Klien dan 1.1.1 Kaji pengetahuan klien Klien termotivasi berinteraksi dengan orang lain tentang prilaku menarik diri dan tanda-tandanya melamun. : TUM : Klien dapat 5.1.3 berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak halusinasi Tuk 1 : Klien menyebutkan penyebab diri menarik dapat 1.1 Klien berasal dapat dari menyebutkan diri sendiri, penyebab menarik diri yang orang lain dan lingkungan terjadi dukungan keluarga dalam membantu klien mengatasi masalah Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses pemecahan masalah Untuk mengetahui klien tingkat dan intervensi penyebab pengetahuan memudahkan berikutnya Untuk mengetahui menarik diri pada klien
32
mengatak an kadang mendenga r bisikan dan melihat sesuatu. Tuk 2 : Klien menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dapat 2.1 Klien dengan dapat orang menyebutkan berhubungan lain dan keuntungan
1.1.2
kesempatan klien menarik untuk diri Menjadi termotivasi bagi klien untuk lebih terbuka
mengungkapkan perasaan atau tidak mau bergaul 1.1.3 Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri 1.1.4 Berikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaannya 2.1.1 Kaji pengetahuan klien manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain 2.1.2 Beri kesempatan kepada klien mengungkapkan perasaan lain untuk tentang keuntungan klien
Untuk
mengetahuai klien
33
2.1.3
Diskusikan bersama klien tentang lain manfaat pujian yang terhadap klien tentang berhubungan klien Agar klien mampu bersosialisasi Menentukan intervensi berhubungan dengan orang
dapat secara
2.1.4
Berikan positif
kemampuan mengungkapkan keuntungan 3.1.1 Kaji dengan orang lain kemampuan membina 3.1.2
hubungan
dengan orang lain Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap : K P Tuk 4 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan 4.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah 3.1.3 berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain K PK lain K PKeluarga K PKelompok Beri pujian atas Meningkatkan harga diri klien keberhasilan yang dicapai Menggali sejauhmana reaksi klien terhadap sosialisasinya Merupakan support dan
34
klien Diskusikan dengan klien tentang perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 4.1.2 Beri pujian positif atas kemampuan manfaat klien berhubungan mengungkapkan perasaan dengan orang lain
35
D. Implementasi
No 1
Jam 09.00
No. Dx I TUK 1
Implementasi Menyapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, menanyakan nama klien dan panggilan yang disukai, memperkenalkan nama perawat, menyampaikan maksud dan tujuan serta membuat kontrak juga mengatakan pada klien bahwa apa yang akan disampaikan klien akan menjadi rahasia, menanyakan perasaan klien saat ini
Evaluasi Tindakan Klien mau berjabat tangan dan menyebut namanya sering S dan panggilannya I, menunduk ketika wawancara, kontak mata agak kurang, klien tampak ekspresi wajah klien tampak bersahabat
11.00
I TUK 1
Meningkatkan hubungan saling percaya dengan melakukan kontak sering dan singkat
Klien malu menceritakan masalahnya dan kontak mata klien mulai bagus
Rabu 14 juli
11.00
I TUK 1
Meningkatkan hubungan saling percaya dengan melakukan kontak sering dan singkat
Kontak mata klien mulai bagus, mau duduk berdampingan dan mau
36
2004 4 Rabu 14 juli 2004 11.00 I TUK 2 Menciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang saat
menceritakan masalahnya. Klien menceritakan masalahnya kenapa ia tidak dapat dapat menyelesaikan kuliahnya
berinteraksi dan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang ia hadapi. Mendorong klien untuk menyebutkan aspek positif yang ada padanya. Memberi pujian karena klien menyebut aspek positif yang ia miliki Menanyakan apa yang biasa dilakukan kalau ada masalah
09.00
II TUK 2
Klien mengatakan kalau ada masalah didiamkan saja dan berdiam diri di kamar dan kadang menceritakan kepada ibunya
10.00
I TUK 3
Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan dan dilanjutkan, merencanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien setiap hari sesuai dengan kemampuan
Klien mengatakan tidak tahu apa yang bisa dilakukan, dan klien tampak bingung
11.00
I TUK 3
Klien mengingat dan mengatakan dapat memakai pakaian sendiri dan mandi
12.00
I TUK 4
Membimbing kemampuannya
klien
untuk
melakukan
aktivitas
sesuai
Klien
mampu
makan
dan
membuat
37
09.00
II TUK 2
Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan klien tentang koping yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah
10 Jumat 16 Juli 2004 11 Jumat 16 Juli 2004 12 Jumat 16 Juli 2004 13 Sabtu 17 Juli 2004 14 Sabtu 17 Juli 2004 09.00 III TUK 1 09.00 III TUK 1 12.00 II TUK 3 10.00 II TUK 3 09.30 II TUK 2
Menganjurkan klien melakukan aktivitas ringan atau ke ruang rehabilitasi untuk mengamplas gambar kayu, mengecat dll Membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki dan memberi tugas agar klien memasukan cetakan gambar kayu, mengamplas gambar kayu serta menyusunnya Membantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain
Klien mau diajak ke rehabilitasi dan mau mengamplas gambar kayu disertai ibunya
Klien mengerti, dan bisa mengamplas gambar kayu dengan baik tapi lambat
Klien kadang mau berteman dengan klien lain bila ditemani perawat
Menanyakan kepada klien, tentang menarik diri dan tanda gejalanya yang ia ketahui Mendiskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri dan memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Klien tidak tahu tentang menarik diri dan klien tampak bingung
Klien
tampak
bingung
dan
kurang
memperhatikan apa yang dijelaskan dan tidak ada keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain Klien mengerti, dan bisa mengamplas
38
15
09.00
II TUK 3
Membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki dan memberi tugas agar klien memasukan cetakan gambar kayu, mengamplas gambar kayu serta menyusunnya
gambar kayu dengan baik tapi lambat Klien tidak tahu tentang menarik diri dan klien tampak bingung
Menanyakan kepada klien, tentang menarik diri dan tanda gejalanya yang ia ketahui
39
E. Evaluasi
No 1
Jam 09.15
No. Dx I TUK 1 S : O : A : P :
Evaluasi Klien mau menjawab salam dan kx hanya menjawab tidak tahu. Ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berjabat tangan dan duduk di samping TUK 1 belum tercapai. Intervensi dipertahankan. Klien mau menjawab salam dan pertanyaan-pertanyaan dijawab dengan baik, klien mau mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu. O : A : P : Ekspresi wajah bersahabat, kontak mata ada, klien mau berjabat tangan dan duduk di samping TUK 1 tercapai. Intervensi dilanjutkan TUK 2 Klien menceritakan masalah yang dihadapinya Kontak wajah baik, ekpresi wajah bersahabat dan mau duduk berdampingan. TUK 1 tercapai Intervensi dilanjutkan TUK 2
10.00
I TUK 1
S :
12.00
I TUK 1
S : O : A : P :
40
12.00
I TUK 2
S : O : A : P :
Klien mampu menyebut aspek positif yang dimilikinya (memakai baju, makan dan menyapu sendiri) Wajah klien tampak senang ketika diberi pujian TUK 2 tercapai Intervensi dilanjutkan TUK 3 Klien dapat memulai kemampuannya dan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan di RS Klien menyapu dan memberesken sisa makan siang TUK 3 tercapai Intervensi diteruskan TUK 4 Klien melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuannya, Klien terlihat menyapu dan membereskan sisa makanan Sebagian masalah teratasi Intervensi dipertahankan Klien mengatakan senang dengan yang dilakukannya Klien dapat mengamplas kayu tapi lambat TUK 2 berhasil Intervensi dilanjutkan TUK 3
12.00
I TUK 3
S : O : A : P :
12.00
I TUK 4
S : O : A : P :
12.00
II TUK 2
S : O : A : P :
41
13.00
II TUK 3
S : O : A : P :
Klien mengatakan senang karena dapat melakukan aktivitas yang ringan Klien masih tampak suka menyendiri Sebagian masalah teratasi Intervensi 3.1.1 , 3.1.2 , 3.1.3 dipertahankan dan intervensi 3.1.4 , dan 3.1.5 diulang Klien tidak dapat menyebutkan tanda dan gejala menarik diri Klien masih tampak bingung Semua masalah tidak teratasi Intervensi dipertahankan Klien mengatakan senang dengan apa yang dikerjakannya Klien mau berteman bila ditemani perawat Sebagian masalah teratasi Intervensi dipertahankan Klien kadang dapat menyebutkan tanda dan gejala menarik diri dan kadang tidak ingat Klien masih tampak bingung Semua masalah belum teratasi Intervensi dihentikan, lakukan terminasi akhir (perawatan klien diserahkan keperawat ruangan)
11.30
III TUK 1
S : O : A : P :
10
10.00
II TUK 3
S : O : A : P :
11
10.30
III TUK 1
S : O : A : P :
42
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian sebelumnya diketahui bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah, penulis mengalami beberapa kesulitan dalam proses pengkajian yaitu dalam hal: 1. mengumpulkan data dalam pengkajian yang hanya bersumber pada status dan klien sendiri. 2. kesulitan komunikasi dengan klien yang kadang-kadang bisa berubah-ubah sehingga menyulitkan pengkajian. 3. kemampuan pengkajian dari asuhan keperawatan jiwa yang dapat dihubungkan dengan kurangnya pengalaman kerja (dinas di rumah sakit) yang hanya berselang sekitar 2 minggu, karena hanya dengan waktu 2 minggu penulis merasa belum memiliki kemampuan apa-apa dalam pengkajian asuhan keperawatan jiwa secara mendetail dan menyeluruh. Setelah melakukan pengkajian dan menganalisa data, maka dapat diangkat beberapa diagnosa yang muncul antara lain: 1. isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. 2. gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif. 3. perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.
43
Diagnosa keperawatan yang muncul pada tuan s tidak seluruhnya sama dengan klien lain yang mempunyai masalah utama harga diri rendah. Hal ini disebabkan oleh respon klien yang berbeda-beda dan uniknya sifat manusia. Dari rumusan diagnosa diatas, penulis dapat melaksanakn beberapa intervensi yang direncanakan antara lain terbinanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat, karena klien terbuka dengan perawat tentang masalah yang ia hadapi, klien mampu melakukan aktivitas sesuai kemampuannya. Pada tahap pelaksanaan implementasi, penulis mengalami banyak hambatan karena dari segi kondisi klien yang cepat berubah-ubah semakin mempersulit dalam tahap pelaksanaan implementasi yang dilakukan. B. Saran Sebagai akhir dari laporan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah utama harga diri rendah, ada beberapa saran yang ingin dicapai oleh penulis untuk meningkatkan kualitas asuhan, antara lain: 1. bagi keluarga Berusaha menciptakan suasana lingkungan terapeutik bila klien berada di rumah seperti memperhatikan klien, tidak bersikap kasar, tidak mengekang pada klien, lakukan komunikasi bila ada masalah dari yang ringan sampai berat. 2. bagi perawat Diharapkan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan lebih menitik beratkan pada aspek psikologis, seperti bersedia menjadi teman bicara klien untuk mengungkapkan perasaannya. Memberi reinforcement positif untuk setiap tindakan klien yang positif. Perawat berusaha menciptakan lingkungan terapeutik dan mendukungn kesembuhan klien dengan mengorientasikan klien secara nyata.
44
3. bagi rumah sakit Meningkatkan mutu pelayanan praktek keperawatan jiwa, serta menambah/ memperbaiki fasilitas kebutuhan dasar klien seperti tempat mandi, kamar pasien, fasilitas rehabilitasi dan lain-lain. 4. bagi institusi pendidikan. Dalam segala peningkatan mutu sumber daya keperawatan profesional dan harapan, diharapkan adanya bimbingan yang konstan teratur untuk mahasiswa pada lahan praktek, sehingga mahasiswa dapat atau mampu menyesuaikan antara praktek dan teori yang kadang-kadang sangat jauh berbeda.
45
KEPUSTAKAAN
Cardoret, Remi J. et. al. 1983, Psychiatry in Primary Care, St. Louis: CV. Mosby Company. Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition, New York: Lippincott. -------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta: PT. Fajar Interpratama. Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby Year. -------, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Townsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.