You are on page 1of 26

PENGARUH TINGKAT KECERDASAN (IQ) TERHADAP PRESTASI PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PADA SISWA SD NEGERI 1 MEKARHARJA

KOTA BANJAR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini telah mulai diterapkan di lingkungan pendidikan Sekolah Dasar. Karena pendidikan Sekolah Dasar merupakan awal dari pendidikan formal. Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga sangat diperlukan untuk melanjutkan belajar ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan bakat, minat dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu landasan bagi pembekalan siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi adalah melalui Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai pembelajaran awal bagi siswa untuk berfikir dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut diatas jelas bahwa pengajaran IPA menunjang kemajuan perkembangan teknologi. Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan oleh berbagai hal antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan proses belajar-mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran IPA yang terdapat dalam kurikulum.

Siswa sebagai objek pengajaran, memiliki kemampuan yang berbedabeda, ada yang cerdas karena IQ nya tinggi, ada pula yang kurang karena IQ nya rendah. Untuk itu guru harus pandai-pandai dalam menyampaikan materi kepada mereka, karena keberagaman kemampuan yang mereka miliki. Keberagaman kemampuan siswa tersebut harus dikenal dengan baik oleh guru. Sehubungan dengan itu, Wasty Soemanto1 berpendapat bahwa tanpa pengenalan tidak mungkin kita membuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalam diri anak tersebut. Tidak mungkin pula kita membahas jalan keluar atau penyelesaian masalah anak. Ringkasnya, bimbingan yang benar dan yang dapat berhasil harus didasarkan pada pengenalan terhadap dan tentang anak didik yang dibimbingnya. Salah satu potensi anak didik yang harus dikenal itu adalah tingkat kecerdasan atau Intelligence Quotient, disingkat IQ. Kecerdasan sebagai

unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan kecerdasan dalam peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes kecerdasan yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-nya.

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006, hal. 175.

Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Menurut Azwar2 hal ini tidak saja merendahkan self-esteem (harga diri) seseorang akan tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya untuk belajar yang justru menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya terjadi. Menurut Slameto3 seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan seorang anak didik yang cerdas, apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, seorang anak didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi akademik yang baik. Dalam praktek, tingkat kecerdasan masing-masing anak didik dirasakan memberikan pengaruh terhadap daya tangkapnya. Salah satu mata pelajaran yang dirasakan dipengaruhi cukup besar oleh tingkat kecerdasan masing-

masing anak didik adalah mata pelajaran IPA. Hal itu disebabkan, antara lain karena mata pelajaran IPA tidak hanya terbatas pada kemampuan memahami pengertian-pengertian tetapi juga membutuhkan kemampuan anak didik dalam menghubungkan pengertian-pengertian itu dalam gejala dan fenoma alam serta peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Azwar, S. Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995.
3

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dalam makalah ini penulis tertarik untuk mencari tahu mengenai pengaruh tingkat kecerdasan (IQ) dengan kemampuan penguasaan peserta didik terhadapa mata pelajaran IPA dengan judul: Pengaruh Tingkat Kecerdasan (IQ) Terhadap Penguasaan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar

B. Pokok Masalah Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penulis merumuskan pokok masalah sebagai berikut: 1. Seberapa kuat keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan (IQ) dan prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran IPA?. 2. Seberapa besar pengaruh tingkat kecerdasan (IQ) terhadap prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran IPA?.

C. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran IPA.

2.

Untuk mengetahui tingkat pengaruh tingkat kecerdasan terhadap penguasaan pelajaran IPA pada siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar.

D. Metode Analisis Analisis mempergunakan metode survei. Metode Survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada populasi dengan memperoleh data dari sampel untuk menggambarkan hubungan, menguji hipotesis, memprediksi serta melihat implikasinya4 Obyek yang dianalisis adalan 10 (sepuluh) siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar yang pernah mengikuti Tes IQ dan dianalisis pengaruhnya terhadap prestasi mereka dalam pelajaran IPA berdasarkan Daftar Nilai Semester I Tahun Ajaran 2011 2012. Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kecerdasan dan prestasi belajar dalam mata pelajara IPA, mempergunakan uji korelasi untuk mencari koefesien korelasi. Nilai koefesien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kekuatan (keeratan) suatu hubungan antar variabel.5 Menurut Nugroho hasil uji keeratan korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. 0,00 sampai dengan 0,20 memiliki keeratan hubungan sangat lemah.
Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006. h. 63. Bhuono Agung Nugroho, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. hal. 35.
5 4

b. 0,21 sampai dengan 0,40 memiliki keeratan hubungan lemah. c. 0,41 sampai dengan 0,70 memiliki keeratan hubungan kuat. d. 0,71 sampai dengan 0,90 memiliki keeratan hubungan sangat kuat. e. 0,91 sampai dengan 0,99 memiliki keeratan hubungan sangat sangat kuat. f. 1 memiliki keeratan hubungan sempurna. 6 Data dioleh dengan mempergunakan SPSS for Window versi 17.0. Uji korelasi yang dipergunakan adalah Uji Korelasi yang dipergunakan adalah Uji Korelasi Spearmen. Menurut Nugroho7, jika sampel data lebih dari 30 (sampel besar) dan kondisi data normal, sebaiknya

mempergunakan korelasi Pearson,sedangkan jika sampel kurang dari 30 (sampel kecil) dan kondisi tidak normal maka sebaiknya mempergunakan korelasi Spearman atau Kendall. 2. Untuk mengetahui besar pengaruh tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar dalam mata pelajaran IPA menggunakan koefesiensi determinasi yang diperoleh melalui uji regresi. Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Tinggi rendahnya pengaruh tingkat

6 7

Ibid. hal. 34. Ibid. hal. 35

kecerdasan

terhadap

prestasi

belajar

ditunjukkan

melalui

koefesien

determinasi yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square 8.

II. TINJAUAN TEORITIS A. Kecerdasan Kecerdasan merupakan salah satu dari beberapa gejala kejiwaan yang sulit dipahami. Padahal sudah tidak diragukan lagi, bagaimana peranannya dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.9 Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, masalah kecerdasan merupakan salah satu masalah pokok, karena itu tidak mengherankan kalau masalah itu banyak dikupas orang, baik secara khusus maupun sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.10 Kecerdasan didefinisikan bermacam-macam oleh para ahli, termasuk para psikolog. Tidak semua ahli sepakat dalam mendefinisikan apa itu kecerdasan. Bukan saja karena definisi kecerdasan itu berkembang, sejalan dengan berkembangan ilmu pengetahuan tetapi juga berkaitan erat otak manusia, seperti neurology atau neurobiology atau neurosains, serta penekanannya dalam kaitannya dengan filsafat manusia, dan filsafat ilmu yang mendasarinya; kedua, bergantung pada teori kecerdasan itu sendiri. Sebagai contoh, teori

8 9

Ibid. hal. 42 dan 51. Add. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), hal. 43 10 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo, 1998), hal. 121

kecerdasan IQ sudah barang tentu

akan

berbeda

dengan

teori

EQ

dan

SQ dalam mendefinisikan kecerdasan.11 Mengacu pada teori Spearman, Sukmadinata12 menjelaskan bahwa ada dua faktor pada kecerdasan, yaitu faktor umum dan faktor khusus. Faktor umum mendasari hampir semua perbuatan individu, sedang faktor khusus berfungsi dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang khas. Mengutip C.P. Chaplin (1975) dan E. Woolfolk (1975) dalam Akhmad Sudrajat13 memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan

menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif serta kecerdasan meliputi 3 (tiga) pengertian, yaitu : 1. Kemampuan untuk belajar, 2. Keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, 3. Kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sebagaimana diuraikan Syaifuddin Anwar14, Alfred Binet, seorang

tokoh utama perintis pengukuran inteligensi yang hidup antara tahun 1857 1911, bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi terdiri dari tiga komponen yaitu: 1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan.

Agus Effendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 79-80. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 93. 13 Akhmad Sudrajat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/iq-eq-dan-sqdari-kecerdasan-tunggal-ke-kecerdasan-majemuk/ diakses tanggal 14 Maret 2012.89 14 Syaifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 5
12

11

2. Kemampuan untuk mengubah arah tind akan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan. 3. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri. Selanjutnya Syaifuddin Azwar15 menjelaskan definisi kecerdasan dari Lewis Madison (1916) yaitu kemampuan seseorang untuk berfikir secara abstrak sedangkan H.H. Goddard (1946) mendefinisikan kecerdasan sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalahmasalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. Definsi lain dijelaskan oleh Syaifuddin Azwar16 dari David Weshler yang mendefinisikan kecerdasan sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif. Donald Sterner dalam Harry Alder17 memberikan definisi tentang kecerdasan yaitu kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru; tingkat kecerdasan diukur dengan kecepatan memecahkan masalah. Dari sejumlah definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi secara tepat baik melalui proses belajar maupun untuk beradaptasi dengan lingkungannya melalui tindakan yang mengarah kepada tujuan tertentu.

15 16

Ibid. hal. 5 Ibid. hal. 7 17 Harry Alder, Boost Your Intelligense, (Jakarta: Erlangga, 2001), hal. 15

B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian IPA Srini M. Iskandar18 merumuskan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi. Menurut Sri Sulistyorini19 menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPA yang benar mencakup 4 komponen : a. b. c. d. IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, IPA sebagai sikap dan, IPA sebagai teknologi .20

Srini M. Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV. Maulana.hal. 17. 19 Sri Sulistyorini. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta : Global Pustaka Ilmu, hal. 39. 20 Cain dan Evans dalam Rika Nanda Puspitasari, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ipa Siswa Kelas Iii Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. h. 29.

18

10

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa IPA merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pada umumnya IPA didasarkan atas dasar observasi, eksperimen dan induksi.

2.

Tujuan Pembelajaran IPA Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-

konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.21 Sri Sulistyorini mengemukakan tujuan pembelajaran IPA yaitu : a. Memperoleh berdasarkan ciptaannya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. d. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, keyakinan keberadaaan, terhadap kebesaran dan Tuhan keteraturan YME dan

keindahan,

memecahkan masalah dan membuat keputusan. e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.
Depdikbud. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. h. 61.
21

11

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke SMP.22 Dari uraian diatas dapat disimpulkan tujuan IPA adalah untuk menguasai konsep, keterampilan, dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai standar kompetensinya yaitu dan kompetensi dasar, tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran IPA antara lain : a. Melalui percobaan siswa dapat menemukan macam-macam gerak benda, misalnya : menggelinding, berputar, jatuh, memantul, mengalir. b. Siswa dapat menyimpulkan hal-hal yang mempengaruhi cepat lambat gerak benda. c. Siswa dapat mengaplikasikan dan menjelaskan manfaat gerak benda dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. b. Benda materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat, gas. c. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,

22

Sri Sulistyorini, Op.cit. h. 40.

12

listrik, cahaya dan pesawat sederhana. d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

3. Fungsi Pembelajaran IPA Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dinyatakan bahwa mata pelajaran IPA berfungsi untuk : a. Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah yang dapat diperoleh dari lingkungan buatan manusia misalnya pada lingkungan. Gejala-gejala Ilmu Pengetahuan Alam yang dapat dipelajari dari lingkungan rumah misalnya : detergen (seperti rinso dan soklin), pelarut lemak seperti sabun, gas, pemuaian dan penyusutan, penyemprotan nyamuk, pupuk buatan, dan berbagai makanan. Perangai (sifat-sifat) benda tersebut diatas perlu dipelajari siswa dengan cara mengaitkan pelajaran IPA yang sedang dipelajari. Hal ini sangat penting agar siswa terhindar dari hal-hal yang kita inginkan. Lingkungan alam merupakan lingkungan alamiah yang terjadi secara alam. Yang paling penting dalam hal ini ialah mengenal berbagai komponen yang membangun alam itu sehingga siswa memiliki prinsip-

13

prinsip, bertindak terhadap alam agar lingkungan dapat tetap memberikan dukungan hidup manusia yang memadai 23 b. Mengembangkan ketrampilan proses Keterampilan proses ialah keterampilan fisik maupun mental yang diperlukan untuk memperoleh Pengetahuan di bidang Ilmu Pengetahuan Alam maupun untuk pengembangannya. Dengan ketrampilan ini diharapkan siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan karakter Ilmu Pengetahuan Alam. Beberapa contoh ketrampilan yang diharapkan berkembang pada siswa ialah ketrampilan-ketrampilan: (1) mengamati; (2) menggolong-golongkan; (3) menerapkan konsep; (4) meramalkan; (5) menafsirkan; (6) menggunakan alat; (7) berkomunikasi; (8) mengajukan pertanyaan; (9) merencanakan penelitian atau percobaan. Keterampilan tersebut hanya akan berkembang pada siswa jika siswa mempunyai kesempatan untuk melaksanakannya di dalam kegiatan, belajar-mengajar. 3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai-nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari c. Memperluas pandangan (wawasan) terhadap alam secara benar sesuai dengan sifat alamnya. Sikap peduli terhadap lingkungan, tanggap terhadap perubahan lingkungan, sikap objektif dan terbuka merupakan tugas pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk dikembangkannya. Nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam misalnya rasa

23

Depdikbud, Op.cit. h. 93

14

cinta lingkungan, rasa cinta terhadap sesama makhluk hidup, menghormati hak azasi manusia dan sebagainya. d. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari Kesadaran akan keterkaitan antara kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam dengan teknologi hanya akan dikenal jika pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam selalu disajikan dengan mengkaitkannya aplikasi Ilmu Pengetahuan Alam dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat diharapkan bahwa setelah siswa memahami konsep ilmu Pengetahuan Alam maka konsep itu dihubungkan dengan pembuatan kue serabi, kue apem, masalah oksigen dihubungkan dengan bentuk kompor di rumah atau dihubungkan dengan prinsip pemadaman kebakaran. e. Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam hendaknya dapat menjadi bekal bagi kehidupan sehari-hari, misalnya bagaimana memilih jenis tekstil yang sesuai dengan lingkungannya (tempat panas, dingin, atau lembab) bagaimana menggunakan zat-zat pembunuh nyamuk agar tidak menganggu kesehatan yang menggunakannya, bagaimana menyajikan

15

makanan yang memenuhi tuntutan kesehatan tubuh, mengetahui konstruksi jamban yang baik.

C. Prestasi belajar Prestasi akademik menurut Suryabrata24 adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, Azwar25 secara umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, kecerdasan, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik
24 25

Suryabrata, S., Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Azwar, Op.cit.

16

menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya.

D. Pengaruh tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan (IQ). Menurut Syah26 tingkat kecerdasan (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan kecerdasan seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan kecerdasan seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati27 yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara kecerdasan (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler dalam Azwar28 mendefinisikan kecerdasan adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara kecerdasan terhadap prestasi akademik.

Syah, M., Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Ekowati, Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah. Samarinda, Kalimantan Timur. http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf . 28 Azwar, Op.cit.
27

26

17

III. DATA DAN ANALISIS A. Data 1. Hasil Test IQ. Berikut ini disajikan hasil test IQ dari siswa yang dianalisis sebagaimana terurai pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Kategori Taraf Kecerdasan 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Alda Kirantika Putri Kiki Pitri Mulyana Bebah Ayu Sri Ningsih Sri Sukma Ningrum Sri Ermawati Atin Nurmayattin Dimas Ardira Wulan Permatasari Wiwit Rahayu

Taraf Kecerdasan Rata-rata Atas Rata-rata Rata-rata Rata-rata Atas Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Bawah Rata-rata

Skoree IQ 112 109 99 118 109 104 109 107 88 91

10. Tita Permatasari Keterangan:

Dihimpun dari peserta Test IQ siswa SDN 1 Mekarharja Kota Banjar.

18

2. Nilai Pelajaran IPA Berikut ini disajikan daftar pelajaran IPA Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012 untuk 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar sebagaimana terurai dalam tabel berikut ini:

Tabel 2 Daftar Nilai Pelajaran IPA Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar

No. Urut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Alda Kirantika Putri Kiki Pitri Mulyana Bebah Ayu Sri Ningsih Sri Sukma Ningrum Sri Ermawati Atin Nurmayattin Dimas Ardira Wulan Permatasari Wiwit Rahayu

Nilai 81 71 79 83 85 70 83 80 70 71

10. Tita Permatasari

Sumber : Daftar Nilai Semester I Tahun Pelajaran 2011 - 2012

19

B. Analisis Sesuai dengan pokok masalah, analisis dilakukan seperti terurai di bawah ini. 1. Keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA. Sebagaimana telah diuraikan dalam metode analisis terdahulu, untuk mengetahui keeratan hubungan antara kecerdasan dan prestasi belajar dalam mata pelajara IPA, mempergunakan uji korelasi untuk mencari koefesien korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS for Window versi 17.0. Berdasarkan pedoman dari Bhuono Agung Nugroho seperti telah dijelaskan terdahulu, keeratan hubungan disimpulkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: a. Koefesien korelasi 0,00 sampai dengan 0,20 berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA sangat lemah. b. Koefesien korelasi 0,21 sampai dengan 0,40 berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA lemah. c. Koefesien korelasi 0,41 sampai dengan 0,70 berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA kuat.

20

d. Koefesien korelasi 0,71 sampai dengan 0,90 Koefesien korelasi berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA sangat kuat. e. Koefesien korelasi 0,91 sampai dengan 0,99 berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA sangat kuat. f. Koefesien korelasi 1 berarti keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA sempurna.

Hasil olahan data seperti dapat dilihat pada output SPSS di bawah ini. Tabel 3 Output Uji Koefesien Korelasi Skore IQ dan Nilai IPA 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
Correlations Skore IQ Spearman's rho Skore IQ Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Nilai IPA Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). 1.000 . 10 .731
*

Nilai IPA .731


*

.016 10 1.000 . 10

.016 10

Output Koefesien Korelasi (Correlation Coefficient) adalah 0,731 dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Keeratan hubungan antara

21

tingkat kecerdasan dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran IPA adalah sangat kuat.

2. Tingkat pengaruh tingkat kecerdasan terhadap penguasaan pelajaran IPA Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, tinggi rendahnya pengaruh tingkat kecerdasan terhadap prestasi belajar ditunjukkan melalui koefesien determinasi yang terletak pada tabel Model Summary di kolom R. Square hasil uji Regresi dengan program SPSS for Window versi 17.0. Output uji Regresi tersebut adalah seperti di bawah ini.

Tabel 4 Output Uji Regresi Skore IQ dan Nilai IPA 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar
Model Summary Adjusted R Model 1 R .668
a b

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 3.082

R Square .446

Square .377

4.810

a. Predictors: (Constant), Skore IQ b. Dependent Variable: Nilai IPA

R. Square pada tabel Model Summary di atas menunjukkan angka 0,446 sehingga dapat disimpulkan bahwa, tingkat kecerdasan 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar mempengaruhi prestasi belajar dalam pelajaran IPA sebesar 44,6% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

22

C. Pembahasan Memperhatikan hasil analisis tersebut di atas, diketahui bahwa tingkat hubungan antara tingkat kecerdasan yang direpresentasikan oleh skore hasil test kecerdasan dengan presentasi belajar dalam pelajaran IPA yang direpresantikan dengan standar kompetensi (nilai) menunjukkan hubungan sangat kuat. Hasil tersebut membuktikan kebenaran apa yang disampaikan oleh para ahli seperti telah diuraian terdahulu bahwa tingkat kecerdasan (IQ) siswa sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa dan bahwa terdapat kontribusi positif antara kecerdasan (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. Walaupun tingkat hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar dalam pelajaran IPA adalah sangat kuat tetapi tingkat kecerdasan berdasarkan hasil tes IQ hanya memberikan pengaruh sebesar 44,6% dari keseluruhan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Menurut Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia Widya Wiwaha, penyelenggara Tes IQ yang menguji tingkat kecerdasan siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar (lihat Lampiran), Kecerdasan hanya merupakan salah satu indikator yang ikut menentukan keberhasilan non kognitif. Sejumlah faktor yang memberikan pengaruh dalam prestasi belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal dan masing-masing terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis. Fakor fisik dalam faktor internal meliputi panca indra dan kondisi fisik umum sedangkan faktor psikologisnya meliputi minat, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan bakat khusus. Adapun faktor fisik dalam faktor eksternal terdiri dari kondisi tempat belajar, sarana belajar, materi pelajaran dan lingkungan

23

belajar sedangkan faktor psikologisnya meluputi dukungan sosial dan pengaruh budaya. Berdasarkan hasil analisis di atas, yaitu faktor kecerdasan hanya memberikan pengaruh sebesar 44,6%, berarti faktor lainnya sebesar 55,4% prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dipengaruhi oleh faktor-faktor panca indra dan kondisi fisik umum, minat, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan bakat khusus serta kondisi tempat belajar, sarana belajar, materi pelajaran, lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya.

D. Kesimpulan Atas pembahasan pada bagian-bagian terdahulu, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi secara tepat baik melalui proses belajar maupun untuk beradaptasi dengan lingkungannya melalui tindakan yang mengarah kepada tujuan tertentu. 2. IPA merupakan kegiatan manusia yang bersifat aktif untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pada umumnya IPA didasarkan atas dasar observasi, eksperimen dan induksi.

24

3. Prestasi belajar adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi belajar siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. 4. Terdapat kontribusi positif antara kecerdasan (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. 5. Keeratan hubungan antara tingkat kecerdasan dan prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar dalam pelajaran IPA adalah sangat kuat. 6. Faktor kecerdasan hanya memberikan pengaruh sebesar 44,6% terhadap prestasi belajar 10 Siswa SD Negeri 1 Mekarharja Kota Banjar sedangkan sisanya (55,4%) dipengaruhi oleh faktor-faktor panca indra dan kondisi fisik umum, minat, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan bakat khusus serta kondisi tempat belajar, sarana belajar, materi pelajaran, lingkungan belajar, dukungan sosial dan pengaruh budaya.

25

DAFTAR PUSTAKA

Abror ,Add. Rachman. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993. Agus Effendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, Bandung: Alfabeta, 2005.. Alder, Harry. Boost Your Intelligense, Jakarta: Erlangga, 2001. Azwar, Syaifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Cain dan Evans dalam Rika Nanda Puspitasari, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009. Depdikbud. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Iskandar, Srini M. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV. Maulana, 2001. M, Syah. Psikologi belajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006. Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu: Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005. Sinambela, Lijan Poltak, Metode Penelitian, Universitas Nasional, Jakarta, 2006. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, 1995. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cet. 5, Jakarta, Mahasatya, 2006.. Sukmadinata,Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Sulistyorini, Sri. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta : Global Pustaka Ilmu, 2007.. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.RajaGrafindo, 1998.

26

You might also like