You are on page 1of 22

JOURNAL READING : COMPARISON OF THREE FLUID SOLUTIONS FOR RESUSCITATION IN DENGUE SHOCK SYNDROME

Ayu lidya rahmah Arisma budi Suciati M. Nur Tauchid

PENDAHULUAN
Dengue

adalah virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aigypty. Infeksi virus Dengue mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue (DHF), sampai Demam Berdarah yang disertai syok (DSS). World Health Organization (WHO) melaporkan terjadi 500.000 kasus per tahunnya di Asia. Terdapat 4 serotype virus Dengue, kesemuanya mengakibatkan demam yang tidak spesifik.

PENDAHULUAN
Patofisiologi

DHF belum dimengerti sepenuhnya. Untuk membedakannya dengan DF yaitu dengan adanya peningkatan permeabilitas vaskular, yang menyebabkan kebocoran cairan dari intraseluler ke ekstraseluler. Pada beberapa kasus, terjadi kehilangan cairan yang sangat hebat sehingga menyebabkan terjadinya syok, biasanya terjadi pada hari ke 4 dan hari ke 5. World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan Demam Dengue menjadi 3 kelompok yaitu group A, B dan C.

PENDAHULUAN
Group

A Dengue without warning sign dengan kriteria dapat memenuhi kebutuhan cairan secara oral dengan baik dan adekuat, serta dapat BAK minimal 1x setiap 6 jam. Group B Dengue with Warning Sign yaitu, nyeri abdomen, muntah, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, penurunan kesadaran, pembesaran hepar, dan dari hasil lab menunjukkan peningkatan nilai Hematocrit. Group C Severe Dengue dengan kriteria kebocoran plasma yang masif dengan distress pernapasan, perdarahan, dan penurunan

PENDAHULUAN
Pengukuran

Vital Sign dapat menjadi parameter awal untuk mengetahui perjalanan syoknya. Apabila terjadi syok, maka terapi yang harus segera dilakukan adalah Resusitasi Cairan. Apabila volume resusitasi memadai pada fase awal, maka syok dapat bersifat reversible. Pada kasus yang sangat parah, apabila tidak mendapat resusitasi yang adekuat, maka syok dapat berkelanjutan dan berakhir dengan kematian.

PENDAHULUAN
Pada

24 - 48 jam pertama sejak dimulai resusitasi cairan, memonitor keadaan pasien sangat penting dilakukan, karena dapat terjadi beberapa episode syok, yang menggambarkan keparahan dari kebocoran plasma. World Health Organization (WHO) merekomendasikan resusitasi cairan dimulai dengan cairan isotonik, kemudian dapat dilanjutkan dengan plasma atau koloid pada kasus Severe Dengue.

PERTANYAAN KLINIS
Apakah

cairan koloid lebih cepat menstabilkan keadaan syok dibandingan cairan kristaloid pada Resusitasi Cairan anak yang didiagnosis dengan Dengue Shock Syndrome (DSS)?

PICO
P : Anak berumur 2 sampai 15 didiagnosis DSS I : Resusitasi Cairan C : Cairan Koloid dan Cairan Kristaloid O : Menstabilkan keadaan syok tahun yang

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Judul

Solutions for Syndrome Penulis : Bridget A. Wills, M.R.C.P., Nguyen M. Dung, M.D., Ha T. Loan, M.D., Dong T.H. Tam, M.D., Tran T.N. Thuy, M.D., Le T.T. Minh, M.D., Tran V. Diet, M.D., Nguyen T. Hao, M.D., Nguyen V Chau, M.D., Kasia Stepniewska, Ph.D., Nicholas J. White, F.R.C.P., and Jeremy J Farrar, F.R.C.P Publikasi : The New England Journal of Medicines, 1 September 2005 Metode : Randomized Clinical Trial, Double-

: Comparison of Three Fluid Resuscitation in Dengue Shock

BACKGROUND
Dengue shock syndrome dikarakteristikkan sebagai gangguan hemostasis dan kebocoran plasma yang berat dan progress untuk sampai pada kematian sebesar 1 sampi 5 persen tiap kasusnya. Walaupun penggantian volume cairan disadari sebagai intervensi terapeutik yang kritis, namun guideline management dari World Health Organization lebih kepada empiris dibandingkan evidence-based.

METHOD Digunakan double-blind, randomized perbandingan antara 3 cairan sebagai resuscitation dari anak-anak vietnam dengan dengue shock syndrome. Pada penelitian ini secara acak didapatkan 383 anak dengan DSS mendapatkan Ringer laktat, 6% dextran70, atau 6% hydroxyethyl starch 129 anak-anak dengan DSS berat mendapatkan salah satu koloid diatas primary outcome nya adalah kebutuhan pasien untuk mendapatkan rescue colloid setelah menjalani study ini

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Subjek : 512 anak berumur 2 15 tahun yang didiagnosis DSS Intervensi : Grup 1 Moderately Shock (n=383) Ringer Lactat (n=126) 6% Dextran 70 (n=126) 6% Hydroxyetyl Starch (n=129) Grup 2 Severe Shock (n=129) 6% Dextran 70 (n=67) 6% Hydroxyetyl Starch (n=62) Outcomes : Any Rescue Colloid Rescue Colloid setelah resusitasi awal Persentase penurunan angka hematocrit dalam 2 jam Lamanya dirawat

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Telaah

kritis (critical appraisal) artikel menggunakan Critical Appraisal for Therapy Worksheet yang dikeluarkan oleh University of Oxford (2005).

TELAAH KRITIS ARTIKEL


1a. Was the assignment of patients to treatments randomized? This paper: Yes No Unclear Comment: Di metode penelitian disebutkan bahwa alokasi subjek penelitian dilakukan secara acak. 1b. Were the groups similar at the start of the trial? This paper: Yes No Unclear Comment: Pada hasil penelitian disebutkan bahwa pemberian syarat pemberian terapi pada dua kelompok berdasarkan tingkat keparahannya adalah sama.

TELAAH KRITIS ARTIKEL


2. Were all patients who entered the trial accounted for? and were they analysed in the groups to which they were randomised? This paper: Yes No Unclear Comment: Dijelaskan pada Figure 1 3. Were measures objective or were the patients and clinicians kept blind to which treatment was being received? This paper: Yes No Unclear Comment: Dijeaskan pada metode penelitian bahwa penelitian ini dilakukan secara double-blinded, artinya peneliti tidak mengetahui dan subjek penelitian tidak mengetahui siapa yang mendapatkan terapi.

TELAAH KRITIS ARTIKEL


How large was the treatment effect? Relative Risk (RR) = risk of the outcome in the treatment group / risk of the outcome in the control group. RL dibandingkan dengan Koloid RR: 1.09 (95%CI 0.78 1.4; P=0.61) (RL lebih cepat menstabilkan keadaan syok dibandingkan Koloid pada Moderately Shock DSS) Dextran dibandingkan dengan Starch pada Moderately Shock RR: 1.13 (95%CI 0.74 1.74; P=0.59) (Dextran lebih cepat menstabilkan keadaan syok dibandingkan Starch pada Moderately Shock DSS) Dextran dibandingkan dengan Starch pada Combined Analysis RR: 0.88 (95%CI 0.66 1.17; P=0.38) (Dextran tidak lebih cepat menstabilkan keadaan syok dibandingkan Starch pada Combined Analysis DSS)

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Absolute Risk Reduction (ARR) = risk of the outcome in the control group - risk of the outcome in the treatment group. This is also known as the absolute risk difference. RL dibandingkan dengan Koloid ARR: 0,1 (10%) : RL lebih cepat 10% menstabilkan syok dibandingkan dengan Koloid pada Moderately Shock DSS Dextran dibandingkan dengan Starch pada Moderately Shock ARR: 0.03 (3%) : Dextran lebih cepat 3% menstabilkan syok dibandingkan dengan Starch pada Moderately Shock DSS

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Relative Risk Reduction (RRR) = absolute risk reduction / risk of the outcome in the control group. An alternative way to calculate the RRR is to subtract the RR from 1 (eg. RRR = 1 - RR) RL dibandingkan dengan Koloid RRR: -0.09 Dextran dibandingkan dengan Starch pada Moderately Shock RRR: -0.13 Dextran dibandingkan dengan Starch pada Severe ShockI RRR: 0.12

TELAAH KRITIS ARTIKEL


Number Needed to Treat (NNT) = inverse of the ARR and is calculated as 1 / ARR. RL dibandingkan dengan Koloid NNT: 10 Dextran dibandingkan dengan Starch pada Moderately Shock NNT: 33 Dextran dibandingkan dengan Starch pada Severe Shock NNT: -10 = NNH: 10

TELAAH KRITIS ARTIKEL


How precise was the estimate of the treatment effect? The true risk of the outcome in the population is not known and the best we can do is estimate the true risk based on the sample of patients in the trial. This estimate is called the point estimate. We can gauge how close this estimate is to the true value by looking at the confidence intervals (CI) for each estimate. If the confidence interval is fairly narrow then we can be confident that our point estimate is a precise reflection of the population value. The confidence interval also provides us with information about the statistical significance of the result. If the value corresponding to no effect falls outside the 95% confidence interval then the result is statistically significant at the 0.05 level. If the confidence interval includes the value corresponding to no

DAFTAR PUSTAKA
1.Soedarmo S S P, Garna H, Hadinegoro S R S, Satari H I. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI 2.Gubler DJ et al. 2000. Dengue and Dengue Hemorragic Fever. Clin Microbial Reu; 11 (Supp 3): 480-96 3.Halstead SB. Epidemiology of Dengue and Dengue Hemorragic Fever in Gubler DJ. Dengue and Hemorragic Fever, UK: CAB International 2002; 67; 37580 4.Bhamarapravati N. 2002. Patology of Dengue Infection. Wallingford UK: CAB International: 115-32 5.World Health Organization. 2009. Dengue Hemorragic Fever, Diagnosis, Treatment, and Control. Geneva

You might also like