You are on page 1of 6

63

BAB IV PEMBAHASAN

Selama melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi bayi Ny.E dengan BBLR di Ruang Perinatologi

Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya yang dilaksanakan mulai dari tanggal ................ Penulis mendapatkan kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan praktek di lapangan selama melakukan asuhan keperawatan tersebut. Selain itu penulis menemukan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dilapangan. Adapun uraian secara lengkap pembahasan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dilapangan dapat disimak dalam penjelasan di bawah ini : 1. Pengkajian Demi lancarnya asuhan keperawatan ini penulis terlebih dahulu melakukan pendekatan theurapetik sekaligus membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga. Tahap awal pengkajian yaitu pengumpulan data, baik data subyektif maupun obyektif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi pada klien dan keluarga, pemeriksaan fisik klien dan studi dokumentasi dengan melihat status klien di ruangan. Data subjektif yang penulis dapatkan berasal dari keluarga. Penulis melakukan wawancara dengan keluarga klien, mencari keterangan dari perawat ruangan, status dan dokumentasi dari tim kesehatan lain.

Bayi BBLR secara teori masuk ke rumah sakit dengan alasan salah satunya adalah bayi kecil, tidak aktif, sulit menetek, malas menetek. Hal ini terjadi pada bayi yang masuk rumah sakit disertai dengan bayi kecil, tidak aktif, sulit menetek, malas menetek. Keluhan utama saat pengkajian dalam teori ditemukan adanya bayi kecil, tidak aktif, sulit menetek, malas menetek sesuai dengan keadaan bayi E dimana berat badan lahir kurang dari normal yaitu ........ gr. Berat badan rendah dengan simpanan lemak subkutan tipis, tangisan lemah, pergerakan lemah dan kesulitan untuk minum ASI/PASI secara langsung karena refleks menghisap dan menelan masih lemah. Secara konseptual pemeriksaan fisik dan antropometri terjadi perubahan sesuai dengan keadaan bayi S dimana BB saat dilahirkan ........ gr, TB 36 cm, LK 24 cm, LD 23 cm, LLA 6 cm, reflek menghisap dan menelan lemah, kulit tipis & transparan lemak subkutan tipis. 2. Diagnosa Keperawatan Secara konsep terdapat 11 diagnosa yang mungkin timbul pada bayi dengan resiko tinggi, yaitu : a. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular,

penurunan energi dan keletihan. b. Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan. c. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang. d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh ( resiko tinggi ) b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas dan atau penyakit.

e. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b.d karakteristik fisiologis imatur dan bayi preterm dan atau imaturitas atau penyakit. f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d struktur kulit imatur, imobilitas, penurunan status nutrisi, prosedur invasif g. Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial b.d sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis. h. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm, lingkungan tidak alami, perpisahan dari orang tua. i. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi / maturasi, kurang pengetahuan ( kelahiran bayi preterm dan atau sakit, gangguan proses kedekatan orang tua. j. Antisipasi berduka b.d kelahiran bayi beresiko tinggi yang tidak diperkirakan, prognosis kematian dan atau kematian bayi. Sedangkan Pada kasus bayi E penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data hasil pengkajian, yaitu antara lain : a. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d. imatuntas, refleks menghisap dan menelan kurang. b. Resiko tinggi hipotermi b.d. pusat thermoregulasi tubuh belum sempurna. c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d. imaturitas struktur kulit.

Dari uraian di atas, terdapat perbedaan antara diagnosa keperawatan yang ditemukan pada bayi E dengan konsep. Dari 11 diagnosa keperawatan menurut konsep, ada 8 diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada bayi E yaitu : a. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neuromuskular,

penurunan energi dan keletihan. b. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang. c. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan b.d karakteristik fisiologis imatur dan bayi preterm dan atau imaturitas atau penyakit. d. Resiko tinggi cedera karena peningkatan tekanan intrakranial b.d sistem saraf pusat imatur dan respon stress fisiologis. e. Nyeri b.d prosedur, diagnosis dan tindakan. f. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelahiran preterm, lingkungan tidak alami, perpisahan dari orang tua. g. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi / maturasi, kurang pengetahuan ( kelahiran bayi preterm dan atau sakit, gangguan proses kedekatan orang tua. h. Antisipasi berduka b.d kelahiran bayi beresiko tinggi yang tidak diperkirakan, prognosis kematian dan atau kematian bayi. 3. Perencanaan Pada tahap perencanaan penulis merencanakan tindakan keperawatan menurut diagnosa yang muncul pada Bayi E, disesuaikan dengan kondisi,

situasi dan kemampuan klien ataupun keluarga, serta disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia di ruangan. Pada tahap perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun rencana yang akan dilakukan. Perencanaan dari ke tiga diagnose keperawatan secara keseluruhan sama dengan konsep walaupun ada beberapa yang dihilangkan karena kurang menujang dan beberapa yang ditambahkan karena intervensi masih dirasakan kurang untuk mengatasi masalah Bayi E. Untuk intervensi seperti : pemberian informasi kesehatan, bimbingan dan latihan disusun penulis dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kemampuan, ketrampilan serta kemandirian keluarga. Perencanaan yang disusun penulis bersifat dependen dan kolaboratif. 4. Pelaksanaan Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara konsep penimbangan berat badan harus dilaksanakan setiap hari untuk memantau status nutrisi klien, dalam kasus ini penulis melakukan penimbangan berat badan setiap hari dimana terjadi peningkatan berat badan bayi. Menururt teori pemberain ASI sangat penting untuk bayi BBLR, pasa kasus bayi E pemberian ASI belum terpenuhi dikarenakan ASI belum keluar banyak dan reflek menghisap bayi masih lemah, laternatip implementasi yang dilakukan adalah pembarian nutrisi PASI melalui OGT dan pemberian pendidikan kesehatan dan pletihan untuk mengeluarkan ASI.

Untuk tindakan yang lain penulis tidak menemukan hambatan yang cukup berarti, hal ini disebabkan keluarga sangat kooperatif dan mampu bekerja sama dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk menilai asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada tahap ini penulis melakukan penilaian dari respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan intervensi selama empat hari dari tanggal 5/6 2012 s/d 8/6/2012 , dari ke 3 diagnosa keperawatan yang muncul, secara keseluruhan sudah teratasi sesuai dengan kriteria evaluasi, namun ada satu diagnosa yang harus dilakukan tindakan secara kontinyu yaitu diagnosa Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan, karena hal ini perlu tindakan yang terus menerus dan berkesinambungan.

You might also like